PERKERASAN JALAN
Disusun Oleh:
1740301015
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2018
BAB I
a) Memperlancar arus distribusi barang atau jasa dari kota satu ke kota lain
di dalam pulau maupun luar pulau.
b) Memperlancar kegiatan ekonomi dan menjadikan komunikasi bisnis bisa
lebih efektif antar pulau dari pulau satu dan pulau lainnya.
c) Aktivitas manusia dari satu daerah ke daerah lain dapat berjalan dengan
lebih cepat karena manusia menginginkan waktu yang efektif dan efisien.
d) Memicu pemerataan pembangunan di wilayah Indonesia
e) Membuka lapangan pekerjaan baru bagi pedagang kaki lima untuk
berdagang di sepanjang jalan.
Peranan Jalan Terhadap Budaya
Meningkatakan kebudayaan melalui terciptanya pertukaran budaya antara
satu daerah dengan daerah lain yang dimungkinkan karena adanya prasarana
jalan sebagai jalur transportasi.dengan adanya jalan sebagai sarana transportasi,
masyarakat dengan mudah mengenal kebudayaan-kebudayaan yang ada di luar
daerah mereka yaitu melalui masyarakat yang masuk membawa kebudayaan
baru ke daerah mereka atau mereka yang keluar daerah untuk melihat
kebudayaan di luar daerah mereka.
2) Pasal (7)
(1) Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan
sistem jaringan jalan sekunder.
(2) Sistem jaringan jalan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan system jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
(3) Sistem jaringan jalan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem jaringan jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam peraturan
pemerintah.
3) Pasal (8)
(1) Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri,
jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
(2) Jalan arteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan ratarata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
(3) Jalan kolektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
(4) Jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
(5) Jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan
ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan arteri, jalan kolektor, jalan
lokal, dan jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dalam peraturan pemerintah.
4) Pasal (9)
(1) Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan
nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
(2) Jalan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional,
serta jalan tol.
(3) Jalan provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
(4) Jalan kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
jalan lokal dalamsistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk
pada ayat (2) dan ayat (3), yang menghubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
lokal,serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam
wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
(5) Jalan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jalan umum
dalam system jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota,menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antarpersil, sertamenghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
(6) Jalan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di
dalam desa, serta jalan lingkungan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai status jalan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur
dalam peraturan pemerintah.
7. Pasal (16)
(1) Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 15 (lima belas) kilometer per jam dengan lebar badan
jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter.
(2) Persyaratan teknis jalan lingkungan primer sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau
lebih.
(3) Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan
bermotor beroda tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan
paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
8. Pasal (17)
(1) Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 30 (tiga puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 11 (sebelas) meter.
(2) Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada
volume lalu lintas rata-rata.
(3) Pada jalan arteri sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas lambat.
(4) Persimpangan sebidang pada jalan arteri sekunder dengan pengaturan
tertentu harus dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2).
9. Pasal (18)
(1) Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 9 (sembilan) meter.
(2) Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar
daripada volume lalu lintas rata-rata.
(3) Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas lambat .
(4) Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan
pengaturan tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2).
10. Pasal (19)
(1) Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 10 (sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling
sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.
11. Pasal (20)
(1) Jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 10 (sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter.
(2) Persyaratan teknis jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga)
atau lebih.
(3) Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan
bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan
paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
Gambar.1.1
Gambar.1.2
Gambar.1.3
BAB III
Penjelasan :
Bahu Jalan
Bahu jalan adalah bagian mafaat jalan yang berdampingan dengan jalur
lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat dan
pendukung samping bagi lapis pondasi tanah, pondasi atas dan pondasi
permukaan. Fungsi utama bahu jalan adalah:
Talud
Talud berfungsi untuk menahan badan jalan. Talud juga merupakan lereng
parit yang dapat bertindak sebagai bagian dari bahu. Talud dapat terdiri dari tanah,
rumput atau pasangan penahan tanah.
Median
Jalan raya yang mempuyai 4 jalur atau lebih harus mempunyai median.
Fungsi utama median adalah untuk memisahkan dua jurusan arus lalu lintas demi
keamanan, dengan demikian memungkinkan kecepatan yang tinggi, guna
membatasi belokan U agar lalu lintas lancar, untuk membentuk jalur belok kanan
pada persimpangan dan untuk mengurangi sorotan lampu.
Trotoar
Trotoar tidak dibutuhkan pada jalan raya diluar kota jika lalu lintas dan
kepadatan penduduk rendah. Sebagian bahu jalan dapat menggantikan fungsi
trotoar. Jika volume lalu lintas atau jumlah pejalan kaki lebih tinggi, maka harus
dipakai bahu jalan yang lebih lebar. Lebar trotoar tergantung pada kondisi, dan
sebaiknya selebar 3,0 m.
Lebar Manfaat
Lebar manfaat adalah bagian dari jalan raya yang berguna langsung untuk
lalu lintas.
Badan Jalan
Badan jalan adalah bagian penting bagi pemakai jalan dan meliputi jalur
lalu lintas, median dan bahu jalan.
Daerah Pembebasan
Daerah Milik Jalan (DAMIJA) adalah seluruh daerah manfaat jalan berikut jalur
tertentu di luar daerah manfaat jalan tersebut yang ditujukan untuk memenuhi
kondisi ruang bagi pemanfaat jalan.
Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) adalah meliputi seluruh jalur lalu lintas
(badan jalan, saluran tepi dan ambang pemangaman).
Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA) ditujukan untuk penjagaan terhadap
terhalangnya pandangan pengendara bermotor dan untuk konstruksi jalan,
jika ruang daerah milik jalan tidak mencukupi.
BAB IV
PENUTUP
http://blog.unnes.ac.id/dianpuspita/2017/12/03/dampak-pembangunan-
infrastruktur-jalan-terhada-pertumbuhan-usaha-ekonomi-rakyat-di-jalan-raya-
semarang/
https://www.academia.edu/5472971/HISTORIS_JALAN_RAYA_DI_INDONESIA
https://dokumen.tips/documents/uu-no-38-tahun-2004-tentang-jalan.html
https://www.google.co.id/search?q=lapisan+perkerasan+jalan&safe=strict&client
=ucweb-
b&channel=sb&hl=id&biw=360&bih=517&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0a
hUKEwju04rmqcfdAhWKsI8KHVVcD2sQ_AUIBigB&biw=360&bih=517#mhpiv=6
&spf=1537369025210