Anda di halaman 1dari 19

TUGAS 1

PERKERASAN JALAN

Judul : “Konstruksi Jalan di Indonesia”

Dosen Pengampuh : Dr. Ir. M Djaya B M.T

Disusun Oleh:

Selwi Resky Amaliah

1740301015

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

TAHUN 2018
BAB I

A. Peranan Jalan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Manusia


Kelangsungan kehidupan manusia sangat bergantung pada bagaimana
cara mereka berpindah tempat atau sistem transportasinya, dengan kata lain manusia sangat
tergantung pada jalan. Jalan pada dasarnya hanyalah seberkas jejak-jejak yang
telah atau sering dilewati oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka, hal
tersebut terjadi pada saat zaman pra sejarah. Seiring dengan perkembangan
kebudayaan dan peradaban manusia, manusia membutuhkan “jalan” yang lebih praktis dan
pasti. Perkembangan jalan yang asalnya hanya seberkas jejak-jejak yang sering
dilewati, berangsur-angsur berkembang menjadi jalan raya modern seperti yang
kita kenal sekarang ini.

Pada zaman purbakala, gerakan berpindah-pindah hanya dilakukan di


wilayah yang sempit dan berpusat disekitar sungai, danau, rawa-rawa, dan semak
belukar untuk memperoleh air dan bahan makanan. Karena kebutuhan yang cukup
tinggi, maka manusia membuat jalan yang paling sedikit rintangannya. Dengan ini
perkembangan pembangunan jalan raya di Indonesia terbilang cukup
mengagumkan, hal ini disebabkan karena hasrat untuk mempertahankan
kelangsungan kehidupan mereka.

Pertumbuhan ekonomi nasional yang terus meningkat harus diikuti dengan


penyediaan infrastruktur jalan. Jalan menjadi penting keberadaannya karena jalan
yang memiliki penerangan yang baik dan akses yang mudah dijangkau akan
membuat masyarakat menjadi lebih mudah untuk melakukan segala aktivitas
perpindahan terutama untuk arus pertukaran ekonomi dari satu tempat ke tempat
lain. Beberapa peranan jalan terhadap kebutuhan hidup, yaitu :

 Peranan Jalan Tehadap Kehidupan Sosial


a) Pengangkutan menciptakan persatuan dan kesatuan yang semakin kuat
serta meniadakan isolasi.
b) Pengangkutan menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dapat
dikembangkan atau diperluas dengan merata pada setiap bagian wilayah
suatu negara.
c) Keamanan negara terhadap serangan dari luar negeri yang tidak
dikehendaki mungkin sekali tergantung pada pengangkutan yang efisien
yang memudahkan mobilitas segala daya (kemampuan dan ketahanan)
nasional, serta serta memungkinkan perpindahan pasukan-pasukan
perang selama masa perang.
d) Sistem pengangkutan yang mungkin efisien memungkinkan negara
memindahkan dan pengangkut penduduk dari daerah yang mengalami
bencana ke tempat yang lebih aman.

 Peranan Jalan Terhadap Ekonomi

Saat proyek pembangunan jalan sudah terselesaikan biasanya akan


bermunculan pedagang-pedagang yang menghiasi sepanjang bibir jalan tersebut.
Ini merupakan fenomena yang dapat kita jumpai di hampir sepanjang jalan raya
dimana banyak masyarakat yang memanfaatkan bagian pinggir jalan untuk
mengais rezeki dengan cara berjualan. Perilaku para pedagang kecil tersebut
merupakan perilaku ekonomi rakyat yang terjadi akibat adanya pembangunan
infrastruktur jalan. Dimana mereka melihat adanya peluang untuk mendapatkan
uang jika berjualan di sepanjang jalan raya karena biasanya jalan raya banyak
dilalui oleh orang-orang yang berlalu lalang. Para pejalan kaki pun mengaku
merasa diuntungkan oleh keberadaan pedagang kecil tersebut karena harga yang
ditawarkan biasanya akan lebih murah dibandingkan dengan harga toko yang
mahal.

Memang dapat dikatakan jika terjadi pembangunan maka akan ada


dampak yang menyertainya. Dalam pembangunan infrastruktur jalan pun memiliki
dampak positif yaitu sebagai berikut:

a) Memperlancar arus distribusi barang atau jasa dari kota satu ke kota lain
di dalam pulau maupun luar pulau.
b) Memperlancar kegiatan ekonomi dan menjadikan komunikasi bisnis bisa
lebih efektif antar pulau dari pulau satu dan pulau lainnya.
c) Aktivitas manusia dari satu daerah ke daerah lain dapat berjalan dengan
lebih cepat karena manusia menginginkan waktu yang efektif dan efisien.
d) Memicu pemerataan pembangunan di wilayah Indonesia
e) Membuka lapangan pekerjaan baru bagi pedagang kaki lima untuk
berdagang di sepanjang jalan.
 Peranan Jalan Terhadap Budaya
Meningkatakan kebudayaan melalui terciptanya pertukaran budaya antara
satu daerah dengan daerah lain yang dimungkinkan karena adanya prasarana
jalan sebagai jalur transportasi.dengan adanya jalan sebagai sarana transportasi,
masyarakat dengan mudah mengenal kebudayaan-kebudayaan yang ada di luar
daerah mereka yaitu melalui masyarakat yang masuk membawa kebudayaan
baru ke daerah mereka atau mereka yang keluar daerah untuk melihat
kebudayaan di luar daerah mereka.

B. Pemahaman Penulis Tentang Jalan


Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang sangat penting di
dalam suatu daerah, karena jalan dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan
mereka agar dapat bertahan hidup atau melangsungkan kehidupan mereka.
BAB II

FUNGSI, KLASIFIKASI, HIRERARKI JALAN BERDASARKAN PERATURAN


TENTANG JALAN DI INDONESIA

A. Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004


Menurut undang-undang No.38 Tahun 2004 tentang jalan, jalan adalah
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori, dan jalan kabel.
Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem
jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barag dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan
semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan, dan sistem
jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Yang mana pengelompokkan dan
peranannya adalah sebagai berikut:
1. Jalan arteri, adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi,
dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Jalan arteri dibagi
menjadi jalan arteri primer dan jalan arteri sekunder. Jalan ini
menghubungkan kota jenjang kesatu terletak berdampingan atau
menghubungkan kota jenjang ke satu dengan kota jenjang kedua.
2. Jalan kolektor, adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan ini terdiri dari jalan
kolektor primer dan jalan kolektor sekunder. Jalan ini menghubungkan kota
jenjang pertama dengan kota jenjang kedua atau kota jenjang kedua dengan
kota jenjang ketiga.
3. Jalan lokal, adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata
rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal menghubungkan
kota jenjang kesatu dengan persil atau kota jenjang kedua dengan persil,
kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya. Jalan lokal dapat
dibagi menjadi jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder.
4. Jalan lingkungan, adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-
rata rendah. Jalan lingkungan meliputi jalan lingkungan primer dan jalan
lingkungan sekunder. Jalan lingkungan primer merupakan jalan lingkungan
dalam skala wilayah tingkat lingkungan seperti di kawasan perdesaan di
wilayah kabupaten, sedangkan jalan lingkungan sekunder merupakan jalan
lingkungan dalam skala perkotaan seperti dilingkungan perumahan,
perdagangan, dan pariwisata di kawasan perkotaan.

Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana


jalan dikelompokkan sebagai berikut:
1. Jalan bebas hambatan(freeway) adalah jalan umum untuk lalu lintas
menerus yang memberikan pelayanan menerus/tidak terputus dengan
pengendalian jalan masuk secara penuh, dan tanpa adanya persimpangan
sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan, paling sedikit
2(dua) lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median.
2. Jalan raya(highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median,
paling sedikit 2(dua) lajur setiap arah.
3. Jalan sedang(road) adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang
dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2(dua) lajur
untuk 2(dua) arah dengan lebar paling sedikit 7(tujuh) meter.
4. Jalan kecil(street) adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat,
paling sedikit 2(dua) lajur untuk 2(dua) arah dengan lebar paling sedikit
5,5(lima setengah) meter.

Klasifikasi jalan berdasarkan UU No. 38 tahun 2004


Jalan menurut UU 38 tahun 2004 adalah sebagai berikut :
a. Pengelompokan Jalan
1) Pasal (6)
(1) Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan
khusus.
(2) Jalan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan
menurut sistem,fungsi, status, dan kelas.
(3) (Jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan
diperuntukkan bagi lalulintas umum dalam rangka distribusi barang
dan jasa yang dibutuhkan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)diatur dalam peraturan pemerintah.

2) Pasal (7)
(1) Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan
sistem jaringan jalan sekunder.
(2) Sistem jaringan jalan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan system jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
(3) Sistem jaringan jalan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem jaringan jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam peraturan
pemerintah.
3) Pasal (8)
(1) Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri,
jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
(2) Jalan arteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan ratarata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
(3) Jalan kolektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
(4) Jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
(5) Jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan
ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan arteri, jalan kolektor, jalan
lokal, dan jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dalam peraturan pemerintah.
4) Pasal (9)
(1) Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan
nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
(2) Jalan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional,
serta jalan tol.
(3) Jalan provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
(4) Jalan kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
jalan lokal dalamsistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk
pada ayat (2) dan ayat (3), yang menghubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
lokal,serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam
wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
(5) Jalan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jalan umum
dalam system jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota,menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antarpersil, sertamenghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
(6) Jalan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di
dalam desa, serta jalan lingkungan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai status jalan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur
dalam peraturan pemerintah.

B. Berdasarkan PP No. 34 tahun 2006


Klasifikasi jalan berdasarkan PP No. 34 tahun 2006
Menurut Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2006:
1. Pasal (1)
(1) Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta
di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
(2) Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
(3) Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan.
(4) Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan,
penyusunan perencanaan umum, dan penyusunan peraturan
perundang-undangan jalan.
(5) Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar
teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta
penelitian dan pengembangan jalan.
(6) Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran,
perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan
pemeliharaan jalan.
(7) Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan
tertib pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan.
(8) Penyelenggara jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan,
pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan
kewenangannya.
(9) Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan
wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu
hubungan hierarki.
(10) Leger jalan adalah dokumen yang memuat data mengenai
perkembangan suatu ruas jalan.
2. Pasal (9)
(1) Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan,
fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan.
(2) Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat pada sistem
jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
(3) Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada sistem jaringan
primer dibedakan atas arteri primer, kolektor primer, lokal primer, dan
lingkungan primer.
(4) Jalan dengan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinyatakan
sebagai jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan lokal primer, dan
jalan lingkungan primer.
(5) Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada sistem jaringan
sekunder dibedakan atas arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal
sekunder, dan lingkungan sekunder.
(6) Jalan dengan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dinyatakan
sebagai jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, jalan lokal
sekunder, dan jalan lingkungan sekunder.
3. Pasal (10)
(1) Jalan arteri primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4)
menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional
atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
(2) Jalan kolektor primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4)
menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara
pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
(3) Jalan lokal primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4)
menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan
lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan
lingkungan.
(4) Jalan lingkungan primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4)
menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan
jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
4. Pasal (11)
(1) Jalan arteri sekunder sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (5)
menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu,
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
(2) Jalan kolektor sekunder sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (5)
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
(3) Jalan lokal sekunder sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (5)
menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan,
kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder
ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
(4) Jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(5) menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.
5. Pasal (14)
(1) Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 9 (sembilan) meter.
(2) Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata.
(3) Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) masih tetap
terpenuhi.
(4) Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan
tertentu harus tetap memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).
(5) Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
6. Pasal (15)
(1) Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling
sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.
(2) Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh
terputus.

7. Pasal (16)
(1) Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 15 (lima belas) kilometer per jam dengan lebar badan
jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter.
(2) Persyaratan teknis jalan lingkungan primer sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau
lebih.
(3) Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan
bermotor beroda tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan
paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
8. Pasal (17)
(1) Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 30 (tiga puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 11 (sebelas) meter.
(2) Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada
volume lalu lintas rata-rata.
(3) Pada jalan arteri sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas lambat.
(4) Persimpangan sebidang pada jalan arteri sekunder dengan pengaturan
tertentu harus dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2).
9. Pasal (18)
(1) Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 9 (sembilan) meter.
(2) Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar
daripada volume lalu lintas rata-rata.
(3) Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas lambat .
(4) Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan
pengaturan tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2).
10. Pasal (19)
(1) Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 10 (sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling
sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.
11. Pasal (20)
(1) Jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 10 (sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter.
(2) Persyaratan teknis jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga)
atau lebih.
(3) Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan
bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan
paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

C. Prototype jalan dan aksesorisnya

Gambar.1.1
Gambar.1.2

Gambar.1.3
BAB III

Berikut ini adalah gambar jalan yang mejadi tinjauan :

Penjelasan :

 Bahu Jalan

Bahu jalan adalah bagian mafaat jalan yang berdampingan dengan jalur
lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat dan
pendukung samping bagi lapis pondasi tanah, pondasi atas dan pondasi
permukaan. Fungsi utama bahu jalan adalah:

 Untuk melindungi bagian utama jalan


 Sebagai tempat berhenti kendaraan yang mogok atau sekedar berhenti
untuk berorientasi terhadap jurusan yang akan dituju.
 Menyediakan ruang bebas samping bagi lalu lintas.
 Meningkatkan jarak pandangan pada tikungan.
 Sebagai trotoar jika tidak ada trotoar.
 Tempat meletakkan rambu-rambu lalu lintas, dll.

 Talud

Talud berfungsi untuk menahan badan jalan. Talud juga merupakan lereng
parit yang dapat bertindak sebagai bagian dari bahu. Talud dapat terdiri dari tanah,
rumput atau pasangan penahan tanah.

 Drainase (Parit Tepi)

Perlengkapan drainase merupakan bagian yang penting pada suatu jalan


dan harus direncanakan berdasarkan data-data hidrologi seperti intensitas, lama
dan frekuensinya, besar dan sifat alirannya dan lain-lain. Drainase haruslah dapat
membebaskan pengaruh buruk akibat air terhadap konstruksi pengerasan.

 Median

Jalan raya yang mempuyai 4 jalur atau lebih harus mempunyai median.
Fungsi utama median adalah untuk memisahkan dua jurusan arus lalu lintas demi
keamanan, dengan demikian memungkinkan kecepatan yang tinggi, guna
membatasi belokan U agar lalu lintas lancar, untuk membentuk jalur belok kanan
pada persimpangan dan untuk mengurangi sorotan lampu.

 Trotoar

Trotoar tidak dibutuhkan pada jalan raya diluar kota jika lalu lintas dan
kepadatan penduduk rendah. Sebagian bahu jalan dapat menggantikan fungsi
trotoar. Jika volume lalu lintas atau jumlah pejalan kaki lebih tinggi, maka harus
dipakai bahu jalan yang lebih lebar. Lebar trotoar tergantung pada kondisi, dan
sebaiknya selebar 3,0 m.
 Lebar Manfaat

Lebar manfaat adalah bagian dari jalan raya yang berguna langsung untuk
lalu lintas.

 Badan Jalan

Badan jalan adalah bagian penting bagi pemakai jalan dan meliputi jalur
lalu lintas, median dan bahu jalan.

 Daerah Pembebasan

Daerah pembebasan adalah daerah yang disediakan untuk keperluan jalan


dan perlengkapannya.

Ada beberapa istilah dalam penampang melintang jalan:

 Daerah Milik Jalan (DAMIJA) adalah seluruh daerah manfaat jalan berikut jalur
tertentu di luar daerah manfaat jalan tersebut yang ditujukan untuk memenuhi
kondisi ruang bagi pemanfaat jalan.
 Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) adalah meliputi seluruh jalur lalu lintas
(badan jalan, saluran tepi dan ambang pemangaman).
 Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA) ditujukan untuk penjagaan terhadap
terhalangnya pandangan pengendara bermotor dan untuk konstruksi jalan,
jika ruang daerah milik jalan tidak mencukupi.
BAB IV

PENUTUP

Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang sangat penting di


dalam suatu daerah dan juga memiliki peranan yang penting dalam kehidupan
sosial, ekonomi, dan budaya, karena jalan dibutuhkan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan mereka agar dapat bertahan hidup atau melangsungkan
kehidupan mereka.

Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana


jalan dikelompokkan menjadi:
1. Jalan bebas hambatan(freeway)
2. Jalan raya(highway)
3. Jalan sedang(road)
4. Jalan kecil(street)

Bagian-bagian Jalan meliputi:


1. Bahu Jalan
2. Talud
3. Drainase (Parit Tepi)
4. Median
5. Trotoar
6. Lebar Manfaat
7. Badan Jalan
8. Daerah Pembebasan
DAFTAR PUSTAKA

http://blog.unnes.ac.id/dianpuspita/2017/12/03/dampak-pembangunan-
infrastruktur-jalan-terhada-pertumbuhan-usaha-ekonomi-rakyat-di-jalan-raya-
semarang/

https://www.academia.edu/5472971/HISTORIS_JALAN_RAYA_DI_INDONESIA

https://dokumen.tips/documents/uu-no-38-tahun-2004-tentang-jalan.html

https://www.google.co.id/search?q=lapisan+perkerasan+jalan&safe=strict&client
=ucweb-
b&channel=sb&hl=id&biw=360&bih=517&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0a
hUKEwju04rmqcfdAhWKsI8KHVVcD2sQ_AUIBigB&biw=360&bih=517#mhpiv=6
&spf=1537369025210

Anda mungkin juga menyukai