Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Sistem instrumentasi

Kesalahan Selama Proses Pengukuran

Disusun Oleh :
Kelompok 6
MAHADIR MARAKKA (H21115310)
UWAIS AL QARANY (H21115309)
WIDYA PRATIWI. M (H21115002)
ANDI YUSRIANDI PRATAMA (H21115
TAUFIK HAMZIH (H21114

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Terdapat dua kesalahan yang biasa muncul dalam sistem pengukuran, yaitu
kesalahan yang muncul selama proses pengukuran serta kesalahan yang muncul
karena kerusakan sinyal pengukuran. Mengurangi kesalahan seminimal mungkin
merupakan hal yang sangat penting dalam sistem pengukuran apapun. Hal yang
dapat dilakukan setelah mengurangi kesalahan pada tingkat paling minimum,
kemudian langkah yang dapat dilakukan adalah mengukur sisa kesalahan
maksimum yang terdapat pada setiap pembacaan yang keluar pada setiap
instrumen.
Namun dalam kebanyakan kasus terdapat masalah lebih lanjut yaitu hasil
akhir dari sistem pengukuran yang dihitung menggabungkan dua jenis atau lebih
variabel yang terpisah. Dalam hal ini, pertimbangan khusus juga harus diberikan
untuk menentukan bagaimana tingkat kesalahan yang dihitung dalam setiap
pengukuran terpisah harus digabungkan untuk memberikan estimasi terbaik dari
kemungkinan besarnya kesalahan dalam jumlah output yang dihitung.
Titik awal dalam upaya untuk mengurangi timbulnya kesalahan yang timbul
selama proses pengukuran adalah melakukan analisis terperinci dari semua sumber
kesalahan dalam sistem. Masing-masing sumber kesalahan ini kemudian dapat
dipertimbangkan secara bergantian, mencari cara untuk menghilangkan atau
setidaknya mengurangi besarnya kesalahan. Kesalahan yang timbul selama proses
pengukuran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yang dikenal sebagai kesalahan
sistematis dan kesalahan acak.
Kesalahan sistematis menggambarkan kesalahan dalam pembacaan
keluaran sistem pengukuran yang konsisten di satu sisi pembacaan yang benar,
yaitu apakah semua kesalahan positif atau semuanya negatif. Sedangkan kesalahan
acak adalah gangguan dari pengukuran di kedua sisi dari nilai sebenarnya yang
disebabkan oleh efek acak dan tidak dapat diprediksi, sehingga kesalahan positif
dan kesalahan negatif terjadi dalam jumlah yang kira-kira sama untuk serangkaian
pengukuran yang dibuat dari jumlah yang sama. Gangguan seperti itu biasanya
kecil, tetapi gangguan besar bisa saja terjadi dari waktu ke waktu, yang sekali lagi
tidak dapat diprediksi.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis-jenis kesalaahan dalam proses pengukuran?
2. Apa saja sumber-sumber kesalahan selama proses pengukuran?
3. Bagaimana cara mengurangi kesalahan selama proses pengukuran?

I.3 Tujuan
1. Mengetahui kesalahan-kesalahan dalam proses pengukuran
2. Mengetahui sumber-sumber kesalahan dalam proses pengukuran
3. Mengetahui cara mengurangi kesalahan selama proses pengukuran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 KESALAHAN DALAM PENGUKURAN (Mahadir Marakka)


Kesalahan dalam pengukuran adalah perbedaan antara nilai sebenarnya dari suatu
pekerjaan pengukuran yang di lakukan oleh seseorang pengamat. Dalam
pengukuran besara fisis menggunakan alat ukur atau instrumen tidak akan mungkin
didapat suatu nilai yang benar tepat, namun selalu mempunyai ketidakpastian
yang disebabkan oleh kesalahan- kesalahn dalam pengukuran. Menurut Miller &
Miller (2001) tipe kesalahan dalam pengukuran analitik dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Kesalahan serius (Gross error)
Tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga konsekuensinya pengukuran harus
diulangi. Contoh dari kesalahan ini adalah kontaminasi reagent yang
digunakan, peralatan yang memang rusak total, sampel yang terbuang, dan
lain lain. Indikasi dari kesalahan ini cukup jelas dari gambaran data yang
sangat menyimpang, data tidak dapat memberikan pola hasil yang jelas,
tingkat reprodusibilitas yang sangat rendah dan lain lain.
2. Kesalahan acak (Random error )
Golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan
hasil dari suatu perulangan menjadi relatif berbeda satu sama lain, dimana
hasil secara individual berada di sekitar harga rata-rata. Kesalahan ini
memberi efek pada tingkat akurasi dan kemampuan dapat terulang
(reprodusibilitas). Kesalahan ini bersifat wajar dan tidak dapat dihindari,
hanya bisa direduksi dengan kehati-hatian dan konsentrasi.
3. Kesalahan sistematik (Systematic error)
Kesalaahn sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan semua
hasil data salah dengan suatu kemiripan. Hal ini dapat diatasi dengan:
a. Standarisasi prosedur
b. Standarisasi bahan
Secara umum, faktor yang menjadi sumber kesalahan dalam pengukuran sehingga
menimbulkan variasi hasil, antara lain adalah:
1. Perbedaan yang terdapat pada obyek yang diukur.Hal ini dapat diatasi
dengan:
a. Obyek yang akan dianalisis diperlakukan sedemikian rupa sehingga
diperoleh ukuran kualitas yang homogen
b. Mengggunakan tekhnik sampling dengan baik dan benar
2. Perbedaan situasi pada saat pengukuran Perbedaan ini dapat diatasi dengan
cara mengenali persamaan dan perbedaan suatu obyek yang terdapat pada
situasi yang sama. Dengan demikian sifat-sifat dari obyek dapat
diprediksikan.
3. Perbedaan alat dan instrumentasi yang digunakan Cara yang digunakan
untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan alat pengatur yang
terkontrol dan telah terkalibrasi.
4. Perbedaan penyelenggaraan/administrasi Kendala ini diatasi dengan
menyelesaikan permasalahannon-teknis dengan baik sehingga keadaan
peneliti selalu siap untuk sehingga melakukan kerja.
5. Perbedaan pembacaan hasil pengukuran Kesalahan ini dapat diatasi
dengan selalu berupaya untuk mengenali alat atau instrumentasi yang akan
digunakan terlebih dahulu.

II.2 JENIS- JENIS SUMBER KESALAHAN PENGUKURAN (Uwais Al


Qarany)
Di beberpa referensi ada yang menyebutkan 3 sumber yaitu manusia, alat dan
lingkungan. Namun disini akan di bagi hanya 2 yang meliputi sumber sistematis
dan sumber acak
1. Kesalahan Sistematis (systematics errors) atau alat dan manusia (pengamat)
Merupakan kesalahan yang disebabkan oleh peralatan atau instrumen serat
keslahan yang dibuat oleh si pengamat.
a) Kesalahan alat
 Kesalahan nol (zero error) akibat tidak berhimpitnya titik nol jarum
penunjuk.
 Kelelahan (fatigue) alat karena misalnya pegas yang dipakai telah
lembek.
 Gesekan antar bagian yang bergerak.
 Kesalahan kalibrasi yaitu ketidak-tepatan pemberian skala ketika
pertama kali alat dibuat. Bisa dihindari dengan membandingkan alat
tersebut dengan alat baku (standar).
 Pemakaian alat pada kondisi berbeda dengan saat dikalibrasi, yaitu
pada kondisi suhu, tekanan atau kelembaban yang berbeda. Itulah
sebabnya perlu dicatat nilai variable atau kondisi lingkungan saat
eksperimen dilakukan, misalnya suhu dan tekanan udara di
laboratorium.
b) Kesalahan pengamat
 Kesalahan parallax yaitu kesalahan akibat posisi mata saat
pembacaan skala tidak tepat tegak lurus diatas jarum.
 Kesalahan interpolasi yaitu salah membaca kedudukan jarum
diantara dua garis skala terdekat.
 Penguasaan prosedur dan ketangkasan penggunaan alat. Beberapa
peralatan membutuhkan prosedur yang rumit, misalnya osiloskop,
yang membutuhkan ketrampilan pemakaian yang cukup.
 Sikap pengamat, misalnya kelelahan maupun keseriusan
pengamat.Sumber kesalahan ini dapat dihindari dengan sikap
pengamatan yang baik, memahami sumber kesalahan dan berlatih
sesering mungkin
2. Kesalahan acak ( Kondisi Lingkungan ) Merupakan suatu kesalahan yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak menentu sehingga
mengganggu kerja alat ukur. Sumber kesalahan ini berasal dari luar sistem
dan tidak dapat di kuasai sepenuhnya, yaitu antara lain:
a) Gerak brown molekul udara yang dapat mempengaruhi penunjukkan
alat-alat halus seperti galvanometer.
b) Fluktuasi tegangan listrik yang tak teratur yang dapat mempengaruhi
hasil pengukuran dengan alat-alat ukur listrik.
c) Landasan (meja, lantai, atau dudukan lain) alat yang bergetar akibat
lalu lintas atau sumber lain.
d) Noise atau bising pada rangkaian elektronika.
e) Latar belakang radiasi kosmos pada pengukuran dengan pencacah
radioaktif.

II.3 SUMBER KESALAHAN SISTEMATIS (Widya Pratiwi)


Kesalahan sistematis dalam output dari sebagian instrumen disebabkan oleh faktor-
faktor yang melekat dalam pembuatan instrumen yang timbul dari toleransi dalam
komponen instrumen. hal tersebut juga dapat muncul karena aus dalam komponen
instrumen selama periode waktu tertentu. Dalam kasus lain, kesalahan sistematis
juga disebabkan, baik oleh efek gangguan lingkungan atau melalui gangguan sistem
yang diukur oleh orang yang melakukan pengukuran.
1. Gangguan sistem karena pengukuran
Gangguan dari sistem yang diukur oleh alat pengukur adalah sumber umum
kesalahan sistematis. Jika kita mulai dengan gelas air panas dan ingin mengukur
suhunya dengan termometer air raksa, maka kita akan mengambil termometer, yang
semula berada pada suhu kamar, dan memasukkannya ke dalam air. Dengan
melakukan hal itu, kita akan memasukkan massa yang relatif dingin (termometer)
ke dalam air panas dan perpindahan panas akan terjadi antara air dan termometer.
Perpindahan panas ini akan menurunkan suhu air, sementara pengurangan suhu
dalam kasus ini akan sangat kecil sehingga tidak dapat terdeteksi oleh resolusi
pengukuran yang terbatas dari termometer seperti itu, efeknya terbatas dan jelas
bahwa, hampir pada semua situasi pengukuran, proses pengukuran mengganggu
sistem dan mengubah nilai kuantitas fisik yang diukur.
Contoh yang sangat penting terjadi pada pelat orifis. pelat orifis ditempatkan
ke dalam pipa pembawa cairan untuk mengukur laju aliran, yang merupakan fungsi
dari tekanan yang diukur di kedua sisi pelat orifis. Prosedur pengukuran ini
menyebabkan kehilangan tekanan permanen pada fluida yang mengalir. Gangguan
pada sistem yang terukur seringkali sangat signifikan.
Dengan demikian, sebagai aturan umum, proses pengukuran selalu
mengganggu sistem yang sedang diukur. Besarnya gangguan bervariasi dari satu
sistem pengukuran ke yang berikutnya dan dipengaruhi terutama oleh jenis
instrumen yang digunakan untuk pengukuran. Cara meminimalkan gangguan pada
sistem yang terukur merupakan pertimbangan penting dalam desain instrumen.
Namun, pemahaman yang akurat tentang mekanisme gangguan sistem merupakan
prasyarat untuk hal ini.
2. Kesalahan karena input lingkungan
Input lingkungan didefinisikan sebagai input nyata ke sistem pengukuran
yang sebenarnya disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan di sekitar sistem
pengukuran. Fakta bahwa karakteristik statis dan dinamis yang ditentukan untuk
instrumen pengukuran hanya berlaku untuk kondisi lingkungan tertentu (mis. Suhu
dan tekanan). Kondisi yang ditentukan ini harus diproduksi ulang sedekat mungkin
selama latihan kalibrasi karena, jauh dari kondisi kalibrasi yang ditentukan,
karakteristik alat ukur bervariasi sampai batas tertentu dan menyebabkan kesalahan
pengukuran. Besarnya variasi yang diinduksi oleh lingkungan ini dikuantifikasi
oleh dua konstanta yang dikenal sebagai sensitivitas drift dan zero drift, keduanya
umumnya termasuk dalam spesifikasi yang diterbitkan untuk instrumen. Variasi
kondisi lingkungan seperti itu yang jauh dari kondisi kalibrasi kadang-kadang
digambarkan sebagai memodifikasi input ke sistem pengukuran karena hal-hal
tersebut memodifikasi output sistem. Ketika terdapat input pengubah, seringkali
sulit untuk menentukan berapa banyak perubahan output dalam sistem pengukuran
yang disebabkan oleh perubahan dalam variabel yang diukur dan berapa banyak
yang disebabkan oleh perubahan dalam kondisi lingkungan.
Dalam situasi pengukuran umum, sangat sulit untuk menghindari input
lingkungan, karena tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengontrol kondisi
lingkungan di sekitar sistem pengukuran. Oleh karena itu perancang sistem
dibebankan tugas untuk mengurangi kerentanan instrumen pengukuran terhadap
input lingkungan atau, sebagai alternatif, mengukur efek input lingkungan dan
mengoreksi untuk mereka dalam bacaan keluaran instrumen. Teknik yang
digunakan untuk menangani input lingkungan dan meminimalkan pengaruhnya
terhadap pengukuran keluaran akhir mengikuti sejumlah rute seperti dibahas
selanjutnya.
3. Komponen Instrumen yang dikenakan
Kesalahan sistematis sering dapat berkembang selama periode waktu tertentu
karena aus pada komponen instrumen. Rekalibrasi sering memberikan solusi
lengkap untuk masalah ini.
4. Hubungan Kabel
Dalam menghubungkan komponen-komponen dari sistem pengukuran, sumber
kesalahan yang umum adalah kegagalan untuk memperhitungkan secara tepat
resistensi dari kabel-kabel penghubung (atau pipa-pipa dalam kasus sistem
pengukuran yang digerakkan secara pneumatik atau hidrolik). Misalnya, dalam
aplikasi tipikal dari termometer resistansi, adalah umum untuk menemukan bahwa
termometer dipisahkan dari bagian lain dari sistem pengukuran dengan ketinggian
100 meter. Resistansi kawat tembaga berukuran 20 satuan panjang adalah 7Ω dan
ada komplikasi lebih lanjut bahwa kawat tersebut memiliki koefisien suhu 1 mΩ
/°C.

II.4 PENGURANGAN KESALAHAN SISTEMATIS (Andi Yusriandi


Pratama)
Prasyarat untuk pengurangan kesalahan sistematis adalah analisis lengkap dari
sistem pengukuran yang mengidentifikasi semua sumber kesalahan. Kesalahan
sederhana dalam suatu sistem, seperti jarum meter bengkok dan praktik
pemasangan kabel yang buruk, biasanya dapat dengan mudah serta murah untuk
diperbaiki setelah diidentifikasi. Namun, sumber kesalahan lainnya membutuhkan
analisis dan perawatan yang lebih rinci.
1. Desain instrumen yang cermat
Desain instrumen yang cermat adalah hal yang paling berguna untuk mengatasi
masalah input lingkungan, dengan mengurangi sensitivitas instrumen terhadap
input lingkungan ke level serendah mungkin. Sebagai contoh, dalam desain
pengukur regangan, elemen harus dibangun dari bahan yang resistansinya memiliki
koefisien suhu yang sangat rendah (yaitu variasi resistansi dengan suhu sangat
kecil). Namun, kesalahan karena cara di mana instrumen dirancang, tidak selalu
mudah untuk dikoreksi, dan pilihan harus sering dibuat antara biaya tinggi desain
ulang dan alternatif untuk menerima akurasi pengukuran yang berkurang jika
desain ulang tidak dilakukan.
2. Metode input yang berlawanan
Metode input yang berlawanan mengkompensasi efek input lingkungan dalam
sistem pengukuran dengan memperkenalkan input lingkungan yang sama dan
berlawanan yang membatalkannya. Salah satu contoh bagaimana teknik ini
diterapkan adalah dalam jenis millivoltmeter yang diperlihatkan pada gambar II.1.
Alat ini terdiri dari koil yang digantung dalam medan magnet tetap yang diproduksi
oleh magnet permanen. Ketika tegangan yang tidak diketahui diterapkan ke koil,
medan magnet karena arus berinteraksi dengan medan tetap dan menyebabkan koil
(dan penunjuk yang melekat pada koil) berubah. Jika resistansi koil sensitif
terhadap suhu, maka setiap input lingkungan ke sistem dalam bentuk perubahan
suhu akan mengubah nilai arus koil untuk tegangan yang diberikan dan karenanya
mengubah pembacaan output pointer. Kompensasi untuk ini dilakukan dengan
memasukkan resistansi kompensasi ke dalam rangkaian, di mana resistansi
kompensasi memiliki koefisien suhu yang besarnya sama tetapi berlawanan dengan
koil. Jadi, dalam menanggapi suatu peningkatan suhu, resistansi koil akan
meningkat tetapi resistansi kompensasi akan menurun, sehingga resistansi total
akan bernilai tetap.
Gambar II.1 Multivoltmeter
3. Feedback dengan gain tinggi
Manfaat menambahkan umpan balik gain tinggi ke banyak sistem pengukuran
diilustrasikan dengan mempertimbangkan kasus alat pengukur tegangan yang
diagram bloknya adalahditunjukkan pada Gambar II.2 Dalam sistem ini, tegangan
Ei yang tidak diketahui diterapkan pada motor dengan torsi konstan Km, dan torsi
yang diinduksi membelokkan pointer terhadap aksi penahan pegas dengan
konstanta pegas Ks. Pengaruh input lingkungan pada konstanta motor dan pegas
diwakili oleh variabel Dm dan Ds. Dengan tidak adanya input lingkungan,
perpindahan pointer X0 diberikan oleh: X0 = KmKsEi. Namun, dengan adanya input
lingkungan, Km dan K berubah, dan hubungan antara X0 dan Ei dapat sangat
dipengaruhi.

Gambar II.2 Diagram Blok untuk instrumen pengukuran tegangan


4. Kalibrasi
Kalibrasi instrumen adalah pertimbangan yang sangat penting dalam sistem
pengukuran. Semua instrumen mengalami penyimpangan dalam karakteristiknya,
dan tingkat di mana hal ini terjadi tergantung pada banyak faktor, seperti kondisi
lingkungan di mana instrumen digunakan dan frekuensi penggunaannya. Dengan
demikian, kesalahan karena instrumen yang tidak terkalibrasi biasanya dapat
diperbaiki dengan meningkatkan frekuensi kalibrasi ulang.
5. Koreksi manual dari pembacaan output
Dalam kasus kesalahan yang disebabkan oleh gangguan sistem selama pengukuran
atau karena perubahan lingkungan, pengukur yang baik dapat secara substansial
mengurangi kesalahan pada keluaran sistem pengukuran dengan menghitung efek
kesalahan sistematis dan membuat koreksi yang tepat untuk pembacaan instrumen.
Hal ini tentu bukan hal yang mudah, dan membutuhkan data dari semua gangguan
dalam sistem pengukuran untuk dikuantifikasi. Prosedur ini dilakukan secara
otomatis oleh instrumen cerdas
6. Instrumen Cerdas
Instrumen cerdas mengandung sensor tambahan yang mengukur nilai input
lingkungan dan secara otomatis mengkompensasi nilai pembacaan output.
Instrumen ini memiliki kemampuan untuk menangani kesalahan sistematis yang
sangat efektif dalam sistem pengukuran, dan kesalahan dapat dilemahkan ke tingkat
yang sangat rendah dalam banyak kasus.

II.5 KUMPULAN KESALAHAN-KESALAHAN DALAM SISTEM


PENGUKURAN (Taufik Hamzih)
Kesalahan dalam sistem pengukuran sering muncul dari dua atau lebih sumber yang
berbeda, dan ini harus diagregasi dengan cara yang benar untuk mendapatkan
prediksi kemungkinan kesalahan total dalam pembacaan keluaran dari sistem
pengukuran. Diperlukan dua bentuk agregasi yang berbeda. Pertama, komponen
pengukuran tunggal mungkin memiliki kesalahan sistematis dan acak dan, kedua,
sistem pengukuran dapat terdiri dari beberapa komponen pengukuran yang masing-
masing memiliki kesalahan terpisah.
1. Efek gabungan kesalahan sistematis dan acak
Jika pengukuran dipengaruhi oleh kesalahan sistematis dan acak yang
dikuantifikasi sebagai ±x (kesalahan sistematis) dan ±y (kesalahan acak), maka
diperlukan beberapa cara untuk mengekspresikan efek gabungan dari kedua jenis
kesalahan tersebut . Salah satu cara untuk mengekspresikan kesalahan gabungan
adalah dengan menjumlahkan dua komponen kesalahan yang terpisah, yaitu untuk
mengatakan bahwa total kemungkinan kesalahan adalah e = ±(x + y). Namun,
tindakan yang lebih umum adalah mengekspresikan kemungkinan kesalahan
maksimum sebagai berikut:
e = √𝑥 2 + 𝑦 2 (2.1)
Dapat ditunjukkan (ANSI / ASME, 1985) bahwa hal ini adalah langkah terbaik
untuk kesalahan secara statistik, karena memperhitungkan asumsi yang masuk akal
bahwa kesalahan sistematis dan acak bersifat tidak saling mempengaruhi sehingga
tidak mungkin keduanya mencapai maksimum atau minimum nilai pada saat yang
sama.

2. Agregasi kesalahan dari komponen sistem pengukuran yang terpisah


Suatu sistem pengukuran sering terdiri dari beberapa komponen terpisah, yang
masing-masing mengalami kesalahan. Oleh karena itu, hal yang masih harus
diselidiki adalah bagaimana kesalahan yang terkait dengan masing-masing
komponen sistem pengukuran bergabung bersama, sehingga perhitungan total
kesalahan dapat dibuat untuk sistem pengukuran yang lengkap. Keempat operasi
matematika penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dapat dilakukan
pada pengukuran yang berasal dari berbagai instrumen / transduser dalam sistem
pengukuran.
3. Kesalahan total saat menggabungkan beberapa pengukuran
Kasus terakhir yang akan dibahas adalah di mana pengukuran akhir dihitung dari
beberapa pengukuran yang digabungkan bersama dengan cara yang melibatkan
lebih dari satu jenis operasi aritmatika. Sebagai contoh, densitas balok segi empat
padat dapat dihitung dari pengukuran massanya dibagi dengan produk dari
pengukuran panjang, tinggi dan lebarnya. Kesalahan yang terlibat dalam setiap
tahap aritmatika bersifat kumulatif, sehingga kesalahan pengukuran total dapat
dihitung dengan menambahkan dua nilai kesalahan yang terkait dengan dua tahap
perkalian yang berkaitan dalam menghitung volume dan kemudian menghitung
kesalahan dalam operasi aritmatika akhir ketika Massa dibagi dengan volume.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1. Kesalahan-kesalahan dalam proses pengukuran meliputi kesalahan serius,
kesalahan acak serta kesalahan sistematis.
2. Sumber-sumber dari kesalahan pada proses pengukuran adalah adanya
gangguan sistem karena pengukuran, kesalahan yang disebabkan oleh input
lingkungan, komponen instrumen yang digunakan dan proses
penghubungan kabel-kabel pada instrumen yang digunakan.
3. Metode-metode yang dilakukan untuk mengurangi kesalahan pada proses
pengukuran meliputi desain instrumen yang cermat, penggunaan metode
input yang berlawanan, proses kalibrasi alat serta koreksi manual pada
pembacaan output.
DAFTAR PUSTAKA

[1]. Alan S Moris,(2001).Measurement and Instrumentation Principles, New


Delhi: Buttherworth – Heinemann.
[2]. Samadikun, s, dkk. 1989. SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA.
Bandung :ITB.
[3]. Purwanto, dkk. 2008. Instrumentasi dan Alat Ukur. Yogyakarta : Graha Ilmu.
[4]. Istanto T., Endra J W., dan Febrina T., 2010. Analisi Ketakpastian Pengukuran
(Uncertainty Measurement) Pada Pengujian Karakteristik Aliran Fasa Tunggal
Aliran Air Vertikal Ke Bawah Pada Penukar Kalor Saluran Annular Bercelah
Sempit, Mekanika, 9(1):219-225.

Anda mungkin juga menyukai