Anda di halaman 1dari 4

Form pencarian Cari

Strategi Peningkatan Kualitas Hidup Lansia


Intervensi lintas profesi diperlukan guna menjamin keberhasilan program rehabilitasi dan
peningkatan kualitas hidup lansia. Beberapa program tersebut seperti meningkatkan atau
mengimprovisasi kebutuhan fisik lansia, kesejahteraan psikologis, meningkatkan aktivitas kognisi
atau meningkatkan aktivitas sehari-hari.

Activity Daily Living (ADL)

ADL pada lansia seperti, makan, mandi, berpakaian, dan penggunaan toilet. Retraining untuk ADL
membutuhkan bantuan dari seorang terapis fisik dan okupasi. Kadang penggunaan alat bantu juga
terbukti membantu lansia dalam melaksanakan ADL nya. Mulai dari yang paling sederhana seperti
sikat mandi dengan pegangan tangan ukuran panjang hingga yang paling kompleks seperti kursi
roda. Untuk minum seperti gelas khusus dari stereoform atau sedotan. Sendok dengan pegangan
khusus dan latihan penguatan cengkeraman dapat diterapkan sehingga lansia dapat makan sendiri
tanpa tumpah.

Desain rumah yang memudahkan lansia untuk mandi dan ke toilet dapat dipasang pegangan
tangan yang menempel di tembok, tempat duduk untuk mandi, pancuran, toilet duduk atau toilet
pot yang dapat dipindahkan.

Untuk pakaian agar nyaman bagi lansia bagian atasan dibuat longgar dengan resleting atau
kancing penutup bagian depan. Fisioterapis juga memberikan tips seperti meletakkan lengan atau
kaki yang lemah pada awalnya ketika berpakaian dan mengambil lengan atau kaki yang kuat
keluar terlebih dahulu saat membuka baju. Strategi jitu lainnya seperti menghindari penggunaan
karpet karena dapat mengakibatkan lansia tersandung, memasang pagar, mengecat anak tangga
terakhir agar lebih nampak dan menempelkan nomor darurat di dinding (Doolittle, 1999)

Rehabilitasi Neuropsikologikal

Beberapa bentuk rehabilitasi Neoropsikologikal seperti orientasi realitas, cognitive retraining, dan
Compensatory Memory Aids (CMA).

A. Orientasi Realitas (OR).

Hal terberat dalam merawat lansia adalah ketika mereka mengalami dimensia. Oleh karena itu,
Orientasi Realitas (OR) adalah salah satu pendekatan yang dapat dilakukan. Pendekatan ini
berpendapat bahwa dengan menceritakan atau menunjukkan sesuatu pengingat (reminder) pada
lansia yang mengalami dimensia ringan atau sedang, dapat membantu meningkatkan interaksi dan
orientasi dengan orang lain atau objek lain. Yang mana kondisi ini dapat meningkatkan harga diri
dan menurunkan masalah perilaku pada lansia. Dalam OR, lansia dengan Alzheimer yang
didekatkan dengan objek-objek yang familiar dengannya berguna untuk menstimulasi memori.
Benda-benda lainya seperti buku catatan keluarga, flash cards, scrab game, jigsaw puzzles ukuran
besar, kalender dan jam dinding ukuran besar. Konsep OR dapat diterima secara luas dalam setting
perawatan jangka panjang, namun dalam implementasinya tidak selalu menunjukkan standar yang
tinggi, dengan intervensi kadang kadang diterapkan lebih insentif.

B. Cognitive retraining (CR)

Kognitif retraining adalah satu trategi terapi yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
seseorang dalam berbagai aspek seperti meningkatkan perhatian atau fokus, mengingat,
mengorganisir, mengemukakan alasan dan memahami, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, serta peningkatan kemampuan kognitif yang lebih kompleks. CR adalah satu dari
aspek rehabilitasi neuropsychological. Adapun bentuk - bentuk CR adalah, (encyclopedia of
mental disorder, 2006).

1. Memory retraining (MR):

Terdapat beberapa strategi dalam MR yang menggunakan tehnik pengajaran pada pasien dengan
memanggil kembali (retrieval) informasi-informasi tertentu seperti sajak yang digunakan sebagai
kartu memori. Serial nomor seperti nomor telepon dengan kode areanya, boleh di pecah dalam
beberapa kelompok kecil nomor. Seseorang mungkin diajarkan untuk membaca setiap huruf
alphabet sampai dia mengingat nama seseorang. mengunakan tehnik mnemonic juga terbukti
bermanfaat.

2. Organizational skills retraining (OST).

Teknik ini berguna untuk melatih seseorang yang mengalami kesulitan dalam menelusuri atau
menemukan benda-benda atau item-item tertentu, melaksanakan tugas-tugas dalam satu urutan
atau prosedur kerja tertentu, dan atau melaksanakan satu tugas dalam satu urutan waktu. Strategi
ini juga dapat digunakan untuk menetapkan satu tempat untuk menaruh satu barang-barang
tertentu. Seperti gantungan khusus tempat manaruh kunci-kunci. Seseorang dapat diajarkan untuk
menyimpan item-item tertentu yang paling sering digunakan posisinya sedekat mungkin dengan
dirinya (seperti didepan atau dibawah rak cabinet, laci, lemari atau meja). Barang – barang yang
sering digunakan bersamaan seperti sisir dan sikat serta sikat gigi dan odol harus diletakkan
berdekatan.

3. Problem Solving Retraining (PSR).

PSRW bertujuan untuk membantu orang memahami masalah yang dihadapai, serta
mengidentifikasi solusi yang dapat dilakukan, mendiskusikan solusi-solusi dengan orang lain serta
mendengarkan nasehat mereka, mereview berbagai kemungkinan solusi dari berbagai perspektif
dan mengevaluasi kembali apakah solusi tersebut efektif memecahkan masalah yang ada.

4. Decision-making retraining (DMR).

DMR digunakan ketika seseorang harus memilih beberapa pilihan. Tujuan teknik ini adalah
membantu mereka mempertimbangkan keputusan sebelum mengambil satu tindakan.
Pertimbangan yang diberikan berkisar dari hal-hal praktis seperti person, uang, aturan, kebijakan,
sampai kepada isu-isu personalitas.

5. Executive skills (ES).

ES terkait dengan pengajaran kepada individu bagaimana mereka mengontrol atau memonitor diri
sendiri, mengontrol tindakan dan pikiran, berpikir lebih maju, menetapkan tujuan, mengatur
waktu, berperilaku yang dapat diterima secara sosial, dan keterampilan transfer menghadapi
perubahan atau memasuki situasi baru. Ini adalah keterampilan kognitif level lebih tinggi. Kartu-
kartu dan videotape dapat digunakan untuk memonitor perilaku dan berbagai pertanyaan, tugas-
tugas, dan permainan yang dapat diterapan dalam teknik ini.

C. Compensatory Memory Aids (CMA).

Ini termasuk daftar buku harian, kalender, penggunaan jam tangan digital dengan bunyi bip, dll.
Peralatan komputer dan video untuk memantau dan mengendalikan lingkungan orang dengan
gangguan kognitif, sekarang, digunakan untuk mendukung kemandirian.

Aktivitas Fisik

Latihan fisik telah terbukti membantu lansia dalam membantu mengurangi, menghindari atau
menunda masalah-masalah mobilitas seiring bertambahnya usia. Hal ini juga terbukti membantu
dalam memperlambat penurunan perilaku, komunikasi dan partisipasi sosial. Fakta menunjukkan
bahwa hanya sedikit, kurang dari 20 persen, orang yang berusia di atas 65 tahun yang terlibat
dalam aktivitas fisik secara memadai. Sementara orang-orang yang mengalami gangguan kognitif
cenderung dialami oleh mereka yang kurang menekuni aktvitas aktivitas fisik seperti itu. Jalan
kaki, berlari, berenang, yoga telah dikenal memberikan manfaat pada semua golongan usia.
Bagaimanapun dibutuhkan kajian atau penelitian yang lebih mendalam untuk membuktikan tipe-
tipe latihan yang paling efektif mengatasi masalah kognitif, seberapa lama dampaknya dan
seberapa banyak latihan yang dibutuhkan untuk efek yang berkelanjutan.

Penulis : Syamsuddin, MA, Ph.D (Kepala PSTW Minaula Kendari)

(Sumber : Nilesh Shah, Parul Tank, (2015). Rehabilitation and Residential Care Needs of the
Elderly: Clinical Practice Guidelines. diunduh dari
http://www.indianjpsychiatry.org/cpg/cpg2007/CPG-GtiPsy_16.pdf, tanggal 26 Juni 2018)

Tanggal Posting:
Selasa, 26 Juni, 2018 - 11:30
Unit Kerja:
Ditjen Rehabilitasi Sosial
Penulis:
fatonah
Facebook Twitter WhatsApp google_plus Line

Anda mungkin juga menyukai