Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Dan
Manajemen Kesehatan Masyarakat
Ainun Wulandari, S.Farm. M.Sc. Apt

Di Susun Oleh :
Amirul Syahril (13330001)
Denny Setiadi (13330002)
Muhamad Idzhad Adrian (13330005)
Tiara Rosa (13330009)
Rizka Amalia (13330010)
Egi Putro P. (13330014)
Dormian Simanjuntak (13330019)
I Dewa Gede Agung A.R (13330026)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA SELATAN
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa .yang atas rahmatnya maka kami dapat
menyelesaikan makalah ini . Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah pilihan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Institut Sains dan Teknologi
Nasional Jakarta. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini , khususnya
kepada :

1. Ainun Wulandari, S.Farm. M.Sc. Apt


2. Semua pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu , yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi ,mengingatakan kemampuan yang kami miliki . untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini .

Jakarta , Oktober 2015

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat merupakan salah satu unsur utama dalam berdirinya suatu negara. Negara yang
makmur, merupakan tanda bahwa negara tersebut memiliki masyarakat yang juga makmur. Kemakmuran
ini didukung oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kesehatan lingkungan masyarakat dan keselamatan
kerja di suatu negara tersebut.
Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan
kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal ini secara optimal diselenggarakan upaya kesehatan. Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk
melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang.
Selain itu, sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta
penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Menurut Winslow (1920) kesehatan Masyarakat adalah ilmu atau seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat
yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan
individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk
diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap
orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya. Manusia
hidup penuh dengan resiko mengidap penyakit, dan hidup penuh dengan hal-hal yang dapat
membahayakan hidupnya.
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan
semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh
semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Pada Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja :
1. Apakah definisi dari Sistem Manajemen K3?
2. Apakah dasar hukum Sistem Manajemen K3?
3. Apakah manfaat dari adanya Sistem Manajemen K3?
4. Apa yang menjadi prinsip dasar Sistem Manajemen K3?
5. Apa saja elemen dari Sistem Manajemen K3?
6. Apakah pedoman penerapan SMK3?

Pada Manajemen kesehatan masyarakat :


1. Apakah definisi dari manajemen kesehatan masyarakat?
2. Apakah fungsi dari manajemen kesehatan masyarakat?
3. Apa saja unsure-unsur manajemen kesehatan masyarakat?
4. Apakah prinsip dari manajemen kesehatan masyarakat?
5. Bagaimana penerapan manajemen kesehatan masyarakat?

1.3 Tujuan Makalah


Pada Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja :
1. Untuk mengetahui definisi Sistem Manajemen K3
2. Untuk mengetahui tujuan Sistem Manajemen K3
3. Untuk mengetahui manfaat Sistem Manajemen K3
4. Untuk mengetahui proses Sistem Manajemen K3
5. Untuk mengetahui prinsip dasar Sistem Manajemen K3

Pada Manajemen kesehatan masyarakat :

1. Untuk mengetahui definisi dari manajemen kesehatan masyarakat


2. Untuk mengetahui fungsi manajemen kesehatan masyarakat
3. Untuk mengetahui unsure-unsur manajemen kesehatan
4. Untuk mengetahui penerapan manajemen kesehatan masyarakat
5. Untuk mengetahui prinsip manajemen kesehatan masyarakat
BAB II
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

2.1 Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Manajemen dapat didefinisikan sebagai “kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh
sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen
merupakan suatu proses pencapaian tujuan secara efisien dan efektif, melalui pengarahan, penggerakan
dan pengendalian kegiatan‐kegiatan yang dilakukan oleh orang‐orang yang tergabung dalam suatu bentuk
kerja sama.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara normatif sebagaimana
terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sedangkan menurut
OHSAS 18001, SMK3 (OH&S Management System) adalah bagian dari sistem manajemen organisasi
yang digunakan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan K3 dan mengelola resiko
K3 dalam organisasi.
Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja adalah sistem manajemen yang terintergrasi untuk menjalankan dan mengembangkan kebijakan
K3 yang telah ditetapkan perusahaan serta menanggulangi resiko bahaya yang mungkin terjadi di
perusahaan

2.2 Dasar Hukum Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :


Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
2. UU No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai ketenagakerjaan
a. Pasal 3
Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan
b. Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan,
pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama
c. Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindunggan tenaga kerja yang meliputi:
 Norma keselamatan kerja
 Norma kesehatan kerja
 Norma kerja
 Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
3. Pasal 86 UU No.13/2003
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
d. Serta nilai-nilai agama
4. Pasal 87 UU No.13/2003
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan

2.3 Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
tujuan dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Usaha keselamatan
dan kesehatan kerja pada dasarnya mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum yaitu :


a. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu terjamin keselamatan
dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
b. Perlindungan terhadap setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu dalam keadaan
selamat dan sehat.
c. Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan secara
aman dan efisien.
2. Tujuan Khusus yaitu :
a. Mencegah dan/ atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja.
b. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan bahan hasil produksi.
c. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian antara
pekerja dengan manuasi atau manusia dengan pekerjaan
2.4 Manfaat Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Karena Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja bukan hanya tanggung jawab
pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk
menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai
banyak manfaat bagi industri kita antara lain :

1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.


2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam bekerja.
4. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
5. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
6. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin lama.

2.5 Model dalam penerapan sistem manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Dalam penerapan sistem manajemen keselamatan ditemukan ada dua model yaitu rational
organisation theory dan socio-technical system theory. Rational organisation theory menekankan pada
pendekatan top-down, penerapan sistem manajemen keselamatan didasarkan pada kebijakan atau
instruksi dari top level manajemen dan diteruskan sampai pada level yang paling bawah. Sementara
socio-technical system theory melakukan pendekatan dengan intervensi organisasi yang didasarkan pada
analisa hubungan antara teknologi,orientasi dari pekerja dan struktur organisasi (Gallagher,2001).
Gallagher juga mengklasifikasikan sistem manjemen keselamatan ke dalam 4 tipe, yaitu:

1. Safe Person Control Strategy


Yaitu strategi pencegahan difokuskan pada kontrol perilaku pekerjaan.
2. Safe Place Control Strategy
Yaitu strategi pencegahan difokuskan pada bahaya dari sumbernya melalui identifikasi,kajian dan
pengendalian.
3. Traditional Management :
a. Peran kunci dalam K3 dipegang oleh supervisor dan EHS specialis.
b. Integrasi sistem manajemen keselamatan ke dalam sistem manajemen yang lebih luas masih
sangat rendah.
c. Keterlibatan karyawan masih rendah.
4. Innovative Management :
a. Peran kunci dalam K3 dipegang oleh senior dan line manager.
b. Integrasi sistem manajemen keselamatan kedalam sistem manajemen yang lebih luas sudah sangat
baik.
c. Keterlibatan karyawan tinggi.

2.6 Proses Sistem Manajemen K3

Pendekatan kesisteman dalam mengelola K3 menggunakan konsep manajemen modern yaitu mengikuti
proses manajemen, salah satu yang populer adalah siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) Sama seperti
sistem manajemen lain seperti manajemen mutu, manajemen lingkungan dan manajemen produksi, maka
manajemen K3 juga dikembangkan dengan siklus manajemen mulai dari perencanaan, penerapan atau
implementasi, pengukuran dan pemantauan dan koreksi untuk peningkatan berkelanjutan.
Keberhasilan organisasi dalam menerapkan SMK3 bergantung pada komitmen dari seluruh
tingkatan dan fungsi organisasi terutama dari manajemen puncak. Sistem ini memungkinkan suatu
organisasi mengembangkan kebijakan K3, menetapkan sasaran dan proses untuk mencapai komitmen
kebijakan, melakukan tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja dan menunjukkan
kesesuaian sistem yang ada terhadap persyaratan dalam standar ini. Tujuan umum dari standar ini adalah
untuk menunjang dan menumbuhkembangkan pelaksanaan K3 yang baik, sesuai dengan kebutuhan sosial
ekonomi. Keberhasilan penerapan dari standar ini dapat digunakan oleh organisasi untuk memberi
jaminan kepada pihak yang berkepentingan bahwa SMK3 yang sesuai telah diterapkan.

a. Plan (Perencanaan) : Menetapkan tapkan sasaran dan proses yang diperlukan untuk mencapai
hasil sesuai dengan kebijakan K3 organisasi.
b. Do (Pelaksanaan) : Melaksanakan proses.
c. Check (Pemeriksaan) : Memantau dan mengukur kegiatan proses terhadap kebijakan, sasaran,
peraturan perundang-undangan dan persyaratan K3 Iainnya serta
melaporkan hasilnya.
d. Act (Tindakan) : Mengambil tindakan untuk perbaikan kinerja K3 secara berkelanjutan.

Pada umumnya organisasi mengelola kegiatannya melalui penerapan sistem proses dan
interaksinya, yang dikenal dengan istilah "pendekatan proses" seperti pada ISO 9001. Karena metode
PDCA ini dapat diterapkan pada semua proses, maka dua metode ini dianggap sesuai (kompatibel).
Standar ini berisi persyaratan yang dapat diaudit secara obyektif. Namun demikian standar ini
tidak menetapkan persyaratan mutlak untuk kinerja K3 di luar komitmen, di dalam kebijakan K3, untuk
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan dan persyaratan lain yang diacu
organisasi, untuk mencegah cedera dan gangguan kesehatan, dan untuk melakukan perbaikan
berkelanjutan. Dengan demikian dua organisasi yang melakukan kegiatan yang hampir sama tetapi
memiliki kinerja K3 yang berbeda keduanya dapat dinyatakan memenuhi persyaratan standar ini.
Standar ini tidak mencakup persyaratan tertentu pada sistem manajemen yang lain, seperti
manajemen mutu, manajemen lingkungan, manajemen keamanan, atau manajemen keuangan. Walaupun
demikian, elemen-elemen dalam standar ini dapat digabungkan atau diintegrasikan dengan sistem-sistem
manajemen tersebut. Hal ini memungkinkan organisasi dapat menyesuaikan sistem manajemen yang ada
dengan maksud untuk menetapkan SMK3 yang sesuai dengan persyaratan standar ini. Namun demikian,
harus ditegaskan bahwa penerapan berbagai elemen boleh berbeda bergantung pada tujuan yang
diharapkan dan keterlibatan pihak yang berkepentingan.
Tingkat kerumitan dan kerincian SMK3, luas cakupan dokumentasi dan sumber daya yang
diperuntukkan bergantung pada beberapa faktor, seperti lingkup sistem, ukuran dan sifat kegiatan, produk
dan jasa, dan budaya organisasi.

2.7 Prinsip Dasar Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan penerapan K3
3. Penerapan K3
4. Pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja K3
5. Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja K3 secara berkesinambungan

2.8 Elemen Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen


2. Pendokumentasian strategi
3. Peninjauan ulang desain dan kontrak
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian
6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
7. Standar pemantauan
8. Pelaporan dan perbaikan
9. Pengelolaan material dan perpindahannya
10. Pengumpulan dan penggunaan data
11. Audit SMK3
12. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan
2.9 Pedoman penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Komitmen dan kebijakan


a. Kepemimpinan dan komitmen
– organisasi K3
– menyediakan anggaran, SDM dan sarana
– penetapan tanggung jawab, wewenang dan kewajiban
– perencanaan K3
– melakukan penilaian

b. Tinjauan awal K3
– identifikasi kondisi dan sumber bahaya
– pengetahuan dan peraturan perundangan K3
– membandingkan penerapan
– meninjau sebab akibat
– efisiensi dan efektifitas sistem
2. Perencanaan
a. Manajemen Resiko
b. Peraturan perundangan
c. Tujuan dan sasaran :
1) dapat diukur
2) indikator pengukuran
3) sasaran pencapaian
4) jangka waktu pencapaian
d. Indikator Kinerja
e. Perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung
3. Penerapan
a. Jaminan kemampuan
– SDM, sarana dan dana
– integrasi
– tanggung jawab dan tanggung gugat
– konsultansi, motivasi dan kesadaran
– pelatihan dan kompetensi kerja
b. Kegiatan pendukung
– komunikasi
– pelaporan
– pendokumentasian
– pengendalian dokumen
– pencatatan dan manajemen informasi
c. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
– manajemen resiko
– perencanaan (design) dan rekayasa
– pengendalian administratif
– tinjauan kontrak
– pembelian
– prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana
– prosedur menghadapi insiden
– prosedur rencana pemulihan keadaan darurat
BAB III
MANAJEMEN KESEHATAN MASYARAKAT

3.1 Pengertian manajemen kesehatan

Manajemen berasal dari bahasa romawi kuno dengan dasar manage atau managiare yang berarti
belajar melangkahkan kaki. Dalam bahasa inggris yaitu management dengan asal kata to manage yang
berarti mengatur. Di dalam manejemen, proses pengaturan berbagaisumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu. Manajemen adalah suatu kegiatan untuk
mengatur orang lain guna mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan pekerjaan.
Apabila batasan ini diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan sebagai
berikut : “Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas
kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program
kesehatan.” Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum
dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran manajemen
adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat.
Manjemen kesehatan adalah suatu proses untuk menggerakkan sumber daya manusia dalam
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi semua kegiatan pelayanan kesehatan
dalam organiasi dalam upaya untuk:

1. Mengetahui adanya persoalan pelayanan kesehatan


2. Mendefiniskan persoalan pelayanan kesehatan
3. Mengumpulkan fakta-fakta yang terkait dengan pelayanan kesehatan
4. Data dan informasi yang timbul dalam pelayanan kesehatan
5. Menyusun alternatif penyelesaian persoalan pelayanan kesehatan
6. Mengambil keputusan pelayanan kesehatan dengan memilih salah satu alternatif penyelesaian dan
malaksanankan keputusan serta tidak lanjut untuk mencapai tujuan yang harus di capai.

3.2 Pendekatan praktis mempelajari manajemen kesehatan


Dalam mempelajari manajemen kesehatan, kita dapat menggunakan lima pendekatan guna
mengkaji fungsi dan unsure manajemen, antara lain :

a. Management by objective oleh Peter Drucker. (Manajemen dilaksanakan untuk mencapai tujuan
organisasi).
Penerapan manajemen by objective pada organisasi puskesmas. Salah satu tugas pokok kepala
puskesmas adalah mengatur pekerjaan staf yang diperbantukan kepadanya. Kepala puskesmas harus
mengerti visi dan misi Puskesmas yang dipimpinnya dan mampu mengajak staf Puskesmas
menerjemahkan visi dan misi organisasi dalam rencana strategis puskesmas dan rencana operasional
masing – masing program. Seorang pimpinan puskesmas harus menjabarkan secara operasional visi
dan misi puskesmas ke dalam kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf puskesmas untuk mencapai
tujuan pelayanan puskesmas. Di sinilah pentingnya ketrampilan seorang pimpinan merumuskan
strategi dan kebijakan pengembangan program sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang
potensial berkembang di wilayah kerjanya. Taf puskesmas harus paham dan terampil merumuskan
masalah program yang dihadapi oleh unit kerjanya dan masalah kesehatan masyarakat yang
berkembang sesuai dengan bidang dan wilayah binaannya.

b. Management is how to work with others (kerja sama untuk mencapai tujuan bersama).
Dengan pendekatan ini, fungsi manajemen akan dapat dipelajari dari proses kerja sama yang
berkembang antara pimpinan dengan stafnya dalam mencapai tujuan organisasi. Sumber daya lain
yang penting adalah dana dan material. Manajemen harus mampu mengelola sumberdaya tersebut
untuk mencapai tujuan organisasi. Aplikasi pendekatan ini dibidang kesehatan misalnya :
Seorang bidan puskesmas akan mampu memberikan pertolongan persalinan untuk ibu-ibu hamil di
wilayah kerjanya jika ibu hamil memilih fasilitas kesehatannya dan dia memiliki staf pembantu bidan
yang akan menjaga ibu – ibu selama perawatan masa nifas. Bidan dan staf pembantu bidan adalah
SDM penting dalam melaksankan program KIA. Pengembangan tugas Bidan Puskesmas mempunyai
arti penting dalam manajemen puskesmas.

c. Manajemen ditinjau dari aspek perilaku manusia.


Manusia sebagai sumber daya utama manajemen selalu akan responsive pada saat berinteraksi dengan
orang lain. Manajemen dapat dipelajari melalui perilaku organisasi tersebut. Perilaku organisasi
ditentukan oleh upaya kepemimpinan yang mampu membangkitkan motivasi staf. Perilaku organisasi
kesehatan memiliki cirri khas sendiri yang berbeda dengan organisasi lain. Misalnya didalam
puskesmas, seorang SKM yang menjadi kepala Puskesmas harus mampu memotivasi kinerja dokter,
bidan , dan tenaga kesehatan lain yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda – beda.

d. Manajemen sebagai suatu proses


Manajemen sebagai proses dapat dipelajari melalui fungsi – fungsi manajemen. Fungsi manajemen
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian. Dalam manajemen
kesehatan, seorang kepala puskesmas harus mampu melaksanakan fungsi – fungsi manajemen dalam
melaksanakan program –program kesehatan masyarakat di puskesmas.
3.3 Ruang Lingkup Manajemen Kesehatan
1. manajemen personalia (mengurusi SDM)
2. manajemen keuangan
3. manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan)
4. manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen (mengurusi pelayanan kesehatan).

3.4 Fungsi Manajemen Kesehatan

Fungsi manajemen menurut 4 pakar manajemen ilmiah adalah :

Tokoh Fungsi manajemen


George Terry Planning, Organizing, Actuating, Controlling
L. Gullick Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting,
Budgetting
H. Fayol Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling
Koonzt O’ Donnel Planning, Organizing, Staffing, Directing, Controlling

1. Planning (perencanaan)
adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menetapkan
alternative kegiatan untuk pencapaiannya.

2. Organizing (pengorganisasian)
adalah rangkaian kegiatan menajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang
dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Actuating (fungsi penggerakan pelaksanaan)


adalah proses bimbingan kepada staff agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-
tugas pokoknya sesuai dengan ketrampilan yang telah dimiliki, dan dukungan sumber daya yang
tersedia.

4. Controlling (monitoring)
adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana
kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
3.5 Unsur-unsur manajemen

1. Manusia (Man)
Pembangun organisasi kehesehatan seperti rumah sakit, Sumber daya manusia merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan terlaksanananya manajemen.

2. Uang (money)
Uang atau anggran sangat diperlukan sebagai biaya yang harus dimiliki organisasi untuk melakukan
pelayanan kesehatan, mulai dari perizinan, pembangunan rumah sakit, peralatan, pembayaran tenaga
kerja dan lain sebagainya.

3. Bahan baku (material)


Meterial adalah obat-obatan yang digunakan organisasi kesehatan untuk melakukan kegiatan
pelayanan kesehatan secara efisien.

4. Mesin (machine)
Mesin adalah peralatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan seperti peralatan untuk
perawatan gigi, peralatan untuk persalinan, peralatan radiologi dan sebagainya.

5. Metode (Method)
Metode adalah cara yang ditempuh untuk melaksanakan sesuatu yang telah dirancang dengan baik
sehingga tujuan akan dapat dicapai dengan tepat sesuai dengan perencanaan semula. Metode yang
digunakan dalam melaksanakanpelayanan kesehatan dengan berperdoman pada SOP. (Standar
Operational Procedure).

3.6 Tantangan dan masalah kebijakan manajemen kesehatan

Globalisasi merupakan tantangan, masalah, dan sekaligus potensi untuk pembangunan nasional
berwawasan kesehatan di masa mendatang. Pengaruh globalisasi, liberalisasi perdagangan, dan pelayanan
melalui berbagai kesepakatan internasional akan memengaruhi berbagai aspek penyelenggaraan upaya
kesehatan dan memerlukan kesiapan pemerintah beserta masyarakat. Pemerintah seharusnya melakukan
upaya terpadu dalam pembangunan kesehatan supaya masyarakat mendapatkan haknya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan.
3.7 Prinsip-prinsip manajemen kesehatan

Dalam SKN (2004) dikatakan bahwa manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya administrasi kesehatan yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi,
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaturan hukum kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Perencanaan diperlukan karena pembangunan lebih besar dari pada sumber daya yang tersedia. Melalui
perencanaan ingin dirumuskan kegiantan pembangunan yang secara efesien dan efektif dapat memberi
hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang
ada.
Proyek-proyek pembangunan harus memuat dengan jelas tujuannya (objective), sasaran yang
akan dicapai (target), cara megukur keberhasilannya (performance evaluation), jangka waktu
pelaksanaannya, tempat pelaksanaan, cara melaksanakan, kebijaksanaan untuk menjamin proyek itu
dapat dilaksanakan, biaya serta tenaga yang diperlukan dan badan yang akan melaksanakan nya.

3.8 Kebutuhan pada manajemen kesehatan yang bermutu

Perbaikan mutu pelayanan diutamakan pada peningkatan profesionalisme tenaga kesehatan di


samping kinerja dan keadaan fisik institusi. Berbagai teknologi yang digunakan perlu dipilih sehingga
memberi manfaat yang optimal sesuai dengan pola pemerintahan masyarakat akan pelayanan kesehatan,
situasi setempat, dan daya dukung daerah. Berkaitan hal itu, pengobatan tradisional dan penggunaan obat
tradisonal harus dikembangkan.
Dalam upaya pemerataan pelayanan, penekanan diberikan pada pemenuhan tenaga kesehatan
yang paling dibutuhkan masyarakat di samping penyediaan berbagai sasaran kesehatan lain yang
diperlukan. Secara khusus, pemenuhan tenaga dan sarana kesehatan ini diarahkan untuk meningkatkan
potensi desa tertinggal. Selain itu, peningkatan mutu pelayanan yang didukung kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran juga diarahkan secara bertahap untuk menjadikan
pelayanan medis di indonesia sebagai salah satu pusat rujukan global, baik dalam hal pengobatan modern
maupun pengobatan tradisonal. Upaya peningkatan daya saing diarahkan pada mutu tenaga medis dan
paramedis, mutu pelayanan rumah sakit khusus, khasiat teknik pengobatan tradisional, mutu manajemen
kesehatan masyarakat, dan produk obat-obatan.

3.9 Penerapan Manajemen Dibidang Kesehatan


Sehat adalah suatu keadaan yang optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan tidak hanya
terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Tujuan sehat yang ingin dicapai oleh
sistem kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sesuai
dengan tujuan sistem kesehatan tersebut, administrasi (manajemen) kesehatan tidak dapat disamakan
dengan administrasi niaga (business adminstration) yang lebih banyak berorientasi pada upaya untuk
mencari keuntungan finansial (profit oriented). Administrasi kesehatan lebih tepat digolongkan ke dalam
administrasi umum/publik (public administration) oleh karena organisasi kesehatan lebih mementingkan
pencapaian kesejahteraan masyarakat umum.
Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi kesehatan di Indonesia seperti
Kantor Depkes, Dinas Kesehatan di daerah, Rumah Sakit dan Puskesmas dan jajarannya. Untuk
memahami penerapan manajemen kesehatan di RS, Dinas Kesehatan dan Puskesmas perlu dilakukan
kajian proses penyusunan rencana tahunan Depkes dan Dinas Kesehatan di daerah. Khusus untuk tingkat
Puskesmas, penerapan manajemen dapat dipelajari melalui perencanaan yang disusun setiap lima tahun
(micro planning), pembagian dan uraian tugas staf Puskesmas sesuai dengan masing-masing tugas
pokoknya.

3.10 Jenis-jenis manajemen kesehatan

Manajemen adalah upaya pengelolaan suatu sistem atau entitas dan sumber dayanya dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu. Inti dari upaya ini adalah pengambilan keputusan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa manajemen pada hakikatnya adalah rangkaian dari proses pengambilan
keputusan-keputusan.

Dalam bidang kesehatan dikenal adanya paling sedikit dua jenis manajemen, yaitu:

1. Manajemen Pasien/Klien
yaitu rangkaian proses pengambilan keputusan-keputusan dalam menghadapi masalah kesehatan
(penyakit dan lain-lain) yang diderita oleh seseorang, sekelompok orang, atau masyarakat.
Tujuannya adalah agar pasien/klien tersebut dapat terhindar atau terbebas dari masalah kesehatan,
dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Dalam hal ini manajer atau pengambil keputusannya
adalah setiap petugas kesehatan yang melayani pasien/klien (disebut petugas fungsional – dokter,
perawat, bidan, sanitarian, dan lain-lain), baik yang bertugas di Puskesmas dan jaringannya maupun
yang bertugas di Rumah Sakit dan sarana-sarana kesehatan lain.

2. Manajemen Unit/Organisasi Kesehatan


yaitu rangkaian proses pengambilan keputusan-keputusan dalam menghadapi masalah yang
menghambat atau potensial menghambat kinerja unit/organisasi kesehatan. Misalnya masalah
tingginya absensi karyawan, masalah kurangnya dana/anggaran, masalah tidak terawatnya peralatan,
masalah tingginya kebocoran pendapatan, dan lain-lain. Tujuannya adalah agar unit/organisasi
terhindar atau terbebas dari masalah, dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Dalam hal ini
manajer atau pengambil keputusannya adalah para pimpinan unit/organisasi kesehatan – Menteri
Kesehatan dan pejabat terasnya, Kepala Dinas Kesehatan dan staf intinya, Direksi Rumah Sakit,
Kepala Puskesmas, dan lain-lain.

3.11 Penerapan manajemen kesehatan di Indonesia

Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai jenis organisasi untuk
membantu manajer dalam memecahkan masalah organisasi. Atas dasar pemikiran tersebut, manajemen
dapat diterapkan di bidang kesehatan untuk membantu manajer organisasi kesehatan memecahkan
masalah kesehatan masyarakat. Tujuan umum sistem kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, atau mencapai suatu keadaan sehat bagi individu atau kelompok masyarakat.

Administrasi kesehatan tidak dapat disamakan dengan administrasi niaga yang lebih banyak
berorientasi pada upaya untuk mencari keuntungan finansial. Administrasi kesehatan lebih tepat
digolongkanke dalam administrasi umum oleh karena organisasi kesehatan lebih mementingkan
pencapaian kesejahteraan masyarakat umum. Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap –tiap
organisasi kesehatan di Indonesia seperti kantor Depkes, Dinas kesehatan di daerah, rumah sakit, dan
puskesmas dan jajarann6ya. Untuk memahami penerapan manajemen kesehatan di rumah sakit, dinas
kesehatan dan di puskesmas memerlukan kajian proses penyusunan rencana tahunan Departemen
kesehatan. Khusus untuk tingkat puskesmas penerapan manajemen dapat melalui perencanaan yang
disusun setiap lima tahun.

Ruang lingkup manajemen kesehatan meliputi manajemen kegiatan dan sumber daya yang
dikelolanya diantaranya manajemen personalia, manajemen keuangan, manajemen logistik manajemen
pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen. Untuk masing – masing bidang tersebut
dikembangkan manajemen spesifik sesuai dengan ruang lingkup dan tugas pokoknya. Penerapan
manajemen pada unit pelaksana teknis seperti puskesmas dan rumah sakit merupakan upaya untuk
memanfaatkan dan mengatur sumber daya yang dimiliki masing – masing unit pelayanan kesehatan
untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif, efesien dan rasional.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

 sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sistem manajemen yang terintergrasi untuk
menjalankan dan mengembangkan kebijakan K3 yang telah ditetapkan perusahaan serta menanggulangi
resiko bahaya yang mungkin terjadi di perusahaan.
 Tujuan system manajemen kesehatan masyarakat :

Tujuan umum yaitu :

a. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu terjamin keselamatan dan
kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
b. Perlindungan terhadap setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu dalam keadaan
selamat dan sehat.
c. Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan secara aman
dan efisien.

Tujuan Khusus yaitu :

a. Mencegah dan/ atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja.
b. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan bahan hasil produksi.
c. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian antara pekerja
dengan manuasi atau manusia dengan pekerjaan

 Manfaat Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja :


1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam bekerja.
4. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
5. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
6. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin lama.
 Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan
nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.

Ruang Lingkup Manajemen Kesehatan :


1. manajemen personalia (mengurusi SDM)
2. manajemen keuangan
3. manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan)
4. manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen (mengurusi pelayanan kesehatan).

 Fungsi Manajemen Kesehatan :


1. Planning (perencanaan)
2. Organizing (pengorganisasian)
3. Actuating (fungsi penggerakan pelaksanaan)
4. Controlling (monitoring)

 Unsur-unsur manajemen :
1. Manusia (Man)
2. Uang (money)
3. Bahan baku (material)
4. Mesin (machine)
5. Metode (Method)

 Prinsip Dasar Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja :


1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan penerapan K3
3. Penerapan K3
4. Pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja K3
5. Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja K3 secara berkesinambungan

Saran

Dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, seperti dalam hal penulisan atau apabila
menemui kalimat yang sukar untuk dimengerti maknanya. Dalam hal ini penulis mengharapkan saran
dan kriktik yang membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

 Alamsyah, D. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Cetakan Pertama. Penerbit Nuha Medika,
Bantul- Yogyakarta
 Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta : Internasional
Labour Organisation Sub Regional South-East Asia and The Pacific Manila Philippines
 Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung.
 Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, & Kesehatan Kerja.
Sukabumi: Yudhistira.

Anda mungkin juga menyukai