Anda di halaman 1dari 8

STANDAR NOMEKLATUR

1. Definisi Nomenklatur
Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar
dan Peraturan Menteri dalam Negeri No. 13/2006, Nomenklatur didefinisikan sebagai daftar
perkiraan/akun buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan
perencanaan, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, dan pelaporan keuangan
pemerintah pusat. Selain itu nomenklatur juga merupakan daftar perkiraan buku besar yang
ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan
anggaran, pertanggungjawaban, pelaporan keuangan, serta memudahkan pemeriksaan dan
pengawasan.

2. Tujuan Penyusunan Nomenklatur


Nomenklatur disebut juga dengan istilah kode rekening. Dalam sistem pengolahan data
akuntansi, kode ini memenuhi berbagai tujuan berikut :
a. Mengidentifikasi data akuntansi secara unik
Data akuntansi harus diberi identifikasi secara unik agar memudahkan proses pencatatan,
pengklasifikasian, penyimpanan, serta pengambilan data secara benar.
b. Meringkas data
Dalam pencatatannya, kode hanya memerlukan sedikit ruang
c. Mengklasifikasi rekening atau transaksi
Kode digunakan untuk menunjukkan ke dalam klasifikasi apa suatu transaksi di
kelompokkan
d. Menyampaikan makna tertentu
Kode menyampaikan makna tertentu dari sebuah angka maupun huruf

3. Hal-hal yang Harus Dipertimbangkan dalam Menyusun Nomenklatur


Dalam merancang kerangka nomenklatur, berbagai pertimbangan berikut ini perlu
diperhitungkan :
a. Kerangka kode harus secara logis memenuhi kebutuhan pemakai dan
metode pengolahan data yang digunakan.
b. Setiap kode harus mewakili secara unik unsur yang diberi kode.
c. Desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan.
4. Metode Penyusunan Nomenklatur
Ada 5 metode penyusunan nomenklatur atau kode rekening yaitu :
1) Kode angka atau alphabet huruf (numerical-or alfabethic-secuence code)
Dalam metode ini rekening buku besar diberi kode angka atau huruf yang berurutan.
Metode ini memiliki kelemahan berupa jumlah rekening yang dibuat akan semakin banyak
seiring dengan banyaknya transaksi perusahaan.
Contoh :
1. Kas 6. Persekot Biaya
2. Investasi Sementara 7. Aktiva Lainnya
3. Piutang 8. Investasi Jangka Panjang
4. Cadangan Kerugian Piutang 9. Tanah
5. Persediaan 10. Bangunan

2) Kode angka blok (block numerical code)


Rekening atau akun buku besar akan dibagi menjadi golongan dan setiap golonga
disediakan satu blok angka yang berurutan sebagai berikut :
1-24 Aktiva Lancar
Rinciannya :
1 kas
2 investasi Sementara
3 piutang
24 Aktiva lancar lain-lain

25-39 Investasi Jangka Panjang


Rinciannya :
25 Investasi Jangka Panjang – saham
26 Investasi Jangka Panjang – Obligasi

125-129 Utang Jangka Panjang


Rinciannya :
125 Utang Jangka Panjang – Bank
126 Utang Jangka Panjang – Obligasi
3) Kode angka kelompok (group numerical code)
Kode angka kelompok ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Rekening diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf
b. Jumlah angka dan/huruf dalam kode adalah tetap
c. Posisi angka dan atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu
d. Perluasan klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan angka atau huruf ke
kanan
Contoh, kode mobil Indonesia disusun sebagai berikut :
xx Provinsi atau Karesidenan
xxx Kode Unik Mobil
xx Kabupaten/Kota dibawah provinsi

Jadi, kode Mobil, AB 1234 FC mempunyai makna sebagi berikut :


AB Provinsi DIY
1234 Kode unik untuk mobil tertentu
FC Kabupaten Kulon Progo

4) Kode angka decimal (decimal code)


Desimal berarti per sepuluhan. Kode angka decimal memberi kode angka terhadap
klasifikasi yang membagi kelompok menjadi maksimum sepuluh subkelompok dan
membagi subkelompok menjadi sepuluh golongan yang lebih kecil dari subkelompok
tersebut.
Contoh :
3.0 Persediaan
3.1 Persediaan suku cadang
3.2 Persediaan Bahan penolong
3.9 Persediaan lain-lain

5) Kode angka urut didahului dengan referensi huruf (numerical secuence receded by
analfabethic reference)
Kode ini jarang digunakan karena terbatas nya kode huruf. Namun kode ini
memudahkan identifikasi dan mengingat referensi yang penting. Sebagai contoh AL-
101 menunjuk pada aktiva lancar 1, yang biasanya merupakan perkiraan kas.
Metode ini menggunakan kode berupa kombinasi angka dengan huruf. Setiap rekening
diberi kode angka yang dimukanya diberi kode huruf singkatan kelompok rekening
tersebut. Misalnya :
AL 101
ATL 112
MO 245
STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK

1. Terbitnya Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara adalah standar pemerikasaam sebagaimana dalam


Pasal 5 Undang-Undang No 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dimaksudkan agar dapat
dijadikan acuan bagi para pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara sehingga dapat menjaga kompetensi, integritas,
objektivitas, dan independensi dalam perencanaan, pelaksanaan, serta pelaporan pekerjaan.

Standar Audit adalah ukuran mutu berupa persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh
seorang auditor. Saat ini, BPK telah menetapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SKPN) sebagai standar audit di lingkungan keuangan Negara. SPKN ini merupakan revisi dari
Standar Audit Pemerintahan (SAP) 1995.

SKPN merupakan acuan bagi auditor dalam melakukan pemeriksaan atau audit. Hal ini berarti
audit merupakan serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisir
(Boynton et al.2002). Tujuan SKPN adalah membantu pemerintah termasuk instansi dalam
menyelenggarakan pengelolaan dan membuat pertanggungjawaban keuangan negara yang
semakin baik. SKPN hanya mengatur hal hal yang belum diatur oleh SPAP (Standar
Profesional Akuntan Publik) yang merupakan standr audit bagi perusahaan. Namun, dalam
banyak hal SKPN mengacu pada SPAP sebagai acuan dan pedoman bagi auditor dalam
melaksanakan pemeriksaan/audit. SKPN berlaku bagi BPK, Akuntan Publik yang melakukan
pemeriksaan untuk dan atas nama BPK, Auditor yang melakukan audit atas kegiatan entitas
nonkeuangan negara yang mendapat bantuan fasilitas keuangan negara, Aparat pemeriksa
internal pemerintah sebagai payung.

SKPN memuat standar umum yang mengatur tentang persyaratan professional auditor, standar
pekerjaan lapangan yang memuat mutu pelaksanaan audit di lapangan, dan standar pelaporan
yang memuat persyaratan laporan audit yang professional.
SKPN membagi standar audit/pemeriksaan menjadi 3 jenis :

1. Standar Pemeriksaan Keuangan

Standar ini mengatur standar pelaksanaan pemeriksaan keuangan dan setiap standar pekerjaan
lapangan audit keuangan, serta penyusunan Pernyataan Standar Audit (PSA) yang ditetapkan
IAI agar pelaksaan pemeriksaan keuangan dapat memberikan keyakinan yang memadai
mengenai kewajaran penyajian suatu laporan keuangan dalam segala hal yang material, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.

2. Standar Pemeriksaan Kinerja

Dalam standar ini diatur bagaimana melakukan pemeriksaan secara objektif dan sistematis
terhadap bukti-bukti agar dapat memberikan penilaian secara independen atas kinerja suatu
entitas, karena pemeriksaan kinerja ini menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk
meningkatan kinerja suatu entitas dan memudahkan dalam pengambilan keputusan.

3. Standar Pemeriksaan untuk Tujuan Tertentu

Dengan adanya standar ini diharapkan keandalan asersi suatu entitas yang diperiksa dapat
dihasilkan. Sasaran pemeriksaan ini adalah pemeriksaan atas lain-lain di bidang keuangan,
pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaaan atas sistem pengendalian internal organisasi di
sektor publik.

Hubungan antara SAP dan SPKN

Sebagai suatu proses, auditing berhubungan dengan prinsip dan prosedur akuntansi yang
digunakan oleh organisasi. Untuk melaksanakan audit tersebut auditor harus berpedoman pada
SPKN. Auditor akan mengeluarkan opini atas laporan keuangan suatu entitas, yang merupakan
hasil dari system akuntansi dan diputuskan atau dibuat oleh pihak pengelola. Pengelola suatu
entitas menggunakan data mentah akuntansi yang kemudian dialokasikan ke masing-masing
laporan surplus-defisit dan neraca, serta menyajikan hasilnya dalam bentuk laporan yang
dipublikasikan. Dalam melaksanakan proses akuntansi tersebut, akuuntan sector public
berpedoman pada SAP.

SPKN merupakan pedoman dalam proses audit di Indonesia. Standar ini akan menjadi acuan
bagi auditor pemerintah dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemeriksa. Sedangkan SAP
digunakan sebagai pedoman dalam mengatasi berbagai kebutuhan yang muncul dalam
pelaporan keangan, akuntansi, dan audit di pemerintahan baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa SPKN merupakan bagian
dari SAP itu sendiri. Di dalam SAP juga diatur tentang audit/pemeriksaan di pemerintah.

2. International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI)


Auditor merupakan suatu profesi yang dapat ditumbuhkembangkan. Untuk itu, dilingkungan
BPK, jabatan fungsional auditor telah dikembangkan. Di dunia internasional, hal serupa juga
telah lama berkembang. Perkembangan tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi dari masing-
masing Negara. Salah satu perkembangan dalam bidang auditor di dunia internasional adalah
telah diterbitkannya Kode Etik Auditor Sektor Publik oleh INTOSAI, yakni organisasi yang
terdiri atas BPK-BPK seluruh dunia pada tahun 1998. Menurut INTOSAI, kode etik auditor
merupakan pelengkap atau tambahan penting yang dapat memperkuat standar audit. Sejak
tahun 1994, BPK telah mengeluarkan standar audit pemerintahan yang dikenal dengan istilah
SAP, sebagai pedoman bagi semua auditor sector public dalam melaksanakan tugas auditnya.
Selain SAP, dilingkungan BPK selama ini juga dikenal Sapta Prasetya Jati BPK dan Ikrar
Pemeriksa yang merupakan pedoman bagi pegawai BPK dalam melaksanakan tugas
pemeriksaan. Berikut adalah bagian-bagian penting dari kode etik yang dimaksud:

1. Kode etik auditor adalah prinsip dasar atau nilai-nilai yang menjadi acuan dalam
melaksanakan kegiatan audit. Mengingat bahwa budaya suatu bangsa biasanya berbeda
dengan bangsa-bangsa lainnya, maka sangat mungkin terjadi bahwa budaya bangsa
tersebut ikut mewarnai kode etik yang bersangkutan. Sesuai dengan anjuran INTOSAI,
setiap BPK suatu Negara selaku lembaga pemeriksa eksternal pemerintah
bertanggungjawab mengembangkan kode etik yang sesuai dengan budaya, system
social, atau lingkungannya masing-masing. Selanjutnya, BPK perlu memastikan bahwa
segenap auditor secara mandiri mempelajari nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dimuat
dalam kode etik tersebut dan berperilaku sesuai dengan kode etik itu. Dengan mengacu
pada kode etik tersebut, perilaku auditor dalam setiap situasi/keadaan atau setiap saat
hendaklah merupakan perilaku yang tidak tercela.
2. Apabila terdapat kekurangan dalam perilaku auditor maupun perilaku yang tidak benar
dalam kehidupan pribadinya, maka hal yang demikian akan menempatkan integritas
auditor, lembaga tempat ia bekerja, kualitas dan validitas tugas pemeriksaannya pada
situasi yang tidak menguntungkan dan dapat menimbulkan keraguan terhadap
keandalan serta kompetensi lembaga pemeriksa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai