1. 1.Suhu
a. Masing-masing mikrobia memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu
pertumbuhan suatu mikrobia dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum
dan maksimum. Berdasarkan atas perbedaan suhu pertumbuhannya dapat di
bedakan mikrobia yang psikhrofil, mesofil, dan termofil. Untuk tujuan tertentu
suatu mikrobia perlu di tentukan titik kematian termal (thermal death point)
dan waktu kematian termal (thermal death time)- nya. Daya tahan terhadap
suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah
mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada suhu
60°C, sebaliknya ,bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan
Clostridium itu tetap hidup setelah di panasi dengan uap 100°C atau lebih
selama kira-kira setengah jam. Untuk sterilisali, maka syaratnya untuk
membunuh setiap spesies untuk membunuh setiap spesies bakteri ialah
pemanasan selama 15 menit dengan tekanan 15 pound serta suhu 121°C di
dalam autoklaf. Dalam cara menentukan daya tahan panas suatu spesies perlu
di perhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
b.
1. Berapa tinggi suhu.
2. Berapa lama spesies itu berada di dalam suhu tersebut.
3. Apakah pemanasan bakteri itu di lakukan di dalam keadaan kering ataukah
di dalam keadaan basah.
4. Beberapa pH dari medium tempat bakteri itu di panasi.
5. Sifat-sifat lain dari medium tempat bakteri itu di panasi.
c. Mengenai pengaruh basah dan kering ini dapat diterangkan sebagai berikut. Di
dalam keadaan basah, maka protein dari bakteri lebih cepat menggumpal
daripada di dalam keadaan kering, pada temperartur yang sama. Berdasarkan
ini, maka sterilisasi barang-barang gelas di dalam oven kering itu memerlukan
suhu yang lebih tinggi daripada 121° C dan waktu yang lebih lama daripada
15 menit. Sedikit perubahan pH menju ke asam atau ke basa itu sangat
berpengaruh kepada pemanasan. Berhubung dengan ini, maka buah-buahan
yang masam itu lebih mudah disterilisasikan daripada sayur-sayur atau daging.
2. Ph
Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu, misalnya untuk bakteri pada pH
6,5 – 7,5; khamir pada pH 4,0 – 4,5 sedangkan jamur dan aktinomisetes pada daerah
pH yang luas. Setiap mikrobia mempunyai pH minimum, optimum dan maksimum
untuk pertumbuhanya. Berdasarkan atas perbedaan daerah pH untuk pertumbuhanya
dapat dibedakan mikrobia yang asidofil, mesofil ( neutrofil ) dan alkalofil. Untuk
menahan perubahan dalam medium sering ditambahkan larutan bufer. pH optimum
pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri antara 6,5 dan 7,5. Namun beberapa spesies
dapat tumbuh dalam keaadaan sangat masam atau sangat alkalin, bila bakteri di
kuitivasi di dalam suatu medium yang mula-mula disesuaikan pHnya misal 7 maka
mungkin pH ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawasenyawa asam atau basa
yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergesaran pH ini dapat sedemikian besar
sehingga mengahambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat
dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga dalam medium, larutan
penyangga adalah senyawa atau pasangan senyawa yang dapat menahan perubahan
pH.
3. Kelembaban
4. Tekanan osmosis
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li, dan Pb. Walaupun pada kadar
sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisme karena ion-ion logam
berat dapat bereaksi dengan gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada
kadar rendah disebut daya ologodinamik. Anion seperti sulfat tartratklorida, nitrat
dan benzoat mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroorganisme. Karena adanya
perbedaan sifat fisiologi yang besar pada masing-masing mikroorganisme maka
sifat meracun dari anion tadi juga berbeda-beda. Sifat meracun alakali juga
berbeda-beda, tergantung pada jenis logamnya. Ada beberapa senyawa asam
organik seperti asam benzoat, asetat dan sorbet dapat digunakan sebagai zat
pengawet didalam industry bahan makanan. Sifat meracun ini bukan disebabkan
karena nilai pH, tetapi merupakan akibat langsung dari molekul asam organik
tersebut terhadap gugusan didalam sel.
6. Tegangan Muka
Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di
dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di
sebabkan karena kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baiklah
bagi kehidupan bakteri. Banyak bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering.
Meningococcus, yaitu bakteri yang menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu
kurang daripada satu jam, jika digesekkan di atas kaca obyek. Sebaliknya,spora-
spora bakteri dapat bertahan beberapa tahun dalam keadaan kering.
Pada proses pengeringan, air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan
metabolisme berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan
mematikan sel. Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan kering,
misalnya mikrobia yang membentuk spora dan dalam bentuk kista. Adapun syarat-
syarat yang menentukan matinya bakteri karena kekeringan itu ialah: Bakteri yang
ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama daripada di
dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian pula efek kekeringan kurang terasa,
apabila bakteri berada di dalam sputum ataupun di dalam agar-agar yang kering.
Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada pengeringan di
dalam gelap. Pengeringan pada suhu tubuh (37°C) atau suhu kamar (+ 26 °C) lebih
buruk daripada pengeringan pada suhu titik-beku. Pengeringan di dalam udara
efeknya lebih buruk daripada pengeringan di dalam vakum ataupun di dalam
tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi agaknya merupakan faktor-maut.
Ion-ion logam berat seperti Hg++ , Cu++ , Ag++ dan Pb++ pada kadar yang sangat
rendah bersifat toksis terhadap mikrobia. Karena ion-ion tersebut dapat bereaksi
dengan bagian-bagian penting dalam sel. Daya bunuh logam-logam berat pada
kadar yang sangat rendah ini di sebut daya oligodinamik. Garam dari beberapa
logam berat seperti air rasa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat
membunuh bakteri, daya mana di sebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali di
pertunjukkan dengan suatu eksperimen. Sayang benar garam dari logam berat itu
mudah merusak kulit, makan alatalat yang terbuat dari logam, dan lagipula mahal
harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida
(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai
merkurokrom, metafen atau mertiolat. Persenyawaan air rasa yang organic dapat
pula dipergunakan untuk membersihkan biji-bijian supaya terhindar dari gangguan
bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak digunakan untuk menetesi selaput
lender, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk mencegah gonorhoea.
Banyak juga orang yang mempergunakan persenyawaan perak dan protein. Garam
tembaga jarang dipakai sebagai bakterisida, akan tetapi banyak digunakan untuk
menyemprot tanamantanaman mematikan tumbuhan ganggang dikolam-kolam
renang.
12. Desinfektan
Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik
khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun
dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang
lain. Karbol ialah lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan
yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.
Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak
sekali digunakan untuk membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin tidak biasa
digunakan untuk jaringan tubuh manusia, akan tetapi banyak digunakan untuk
merendam bahanbahan laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir dan lain-lainnya
pada ahli kecantikan.
a. Alkohol
b. Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika dicampur
dengan air murni, efeknya lebih baik. Alcohol 50 sampai 70% banyak
digunakan sebagai desinfektan.
c. Yodium
g. f. Zat Warna
h. Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada
umumnya bakteri gram positif iktu lebih peka terhadap pengaruh zat warna
daripada bakteri gram negative. Hijau berlian, hijau malakit, fuchsin basa,
kristal ungu sering dicampurkan kepada medium untuk mencegah
pertumbuhanbakteri gram positif. Kristal ungu juga dipakai untuk
mendesinfeksikan luka-luka pada kulit. Dalam penggunaan zat warna perlu
diperhatikan supaya warna itu tidak sampai kena pakaian.
j. Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat pembunuh bakteri,
tetapi kalau dicampur dengan heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar
sekali. Sejak lama obat pencuci yang mengandung ion (detergen) banyak
digunakan sebagai pengganti sabun. Detergen bukan saja merupakan
bakteriostatik, melainkan juga merupakan bakterisida. Terutama bakteri
yang gram positif itu peka sekali terhadapnya. Sejak 1935 banyak dipakai
garam amonium yang mengandung empat bagian. Persenyawaan ini terdiri
atas garam dari suatu basa yang kuat dengan komponen-komponen. Garam
ini banyak sekali digunakan untuk sterilisasi alat-alat bedah, digunakan pula
sebagai antiseptik dalam pembedahan dan persalinan, karena zat ini tidak
merusak jaringan, lagipula tidak menyebabkan sakit. Sebagai larutan yang
encer pun zat ini dapat membunuh bangsa jamur, dapat pula beberapa genus
bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Agaknya alkil-dimentil bensil-
amonium klorida makin lama makin banyak dipakai sebagai pencuci alat-
alat makan minum di restoran-restoran. Zat ini pada konsentrasi yang biasa
dipakai tidak berbau dan tidak berasa apa-apa.
k. Sulfonamida