Anda di halaman 1dari 8

Kondisi-kondisi fisik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri

1. 1.Suhu
a. Masing-masing mikrobia memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu
pertumbuhan suatu mikrobia dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum
dan maksimum. Berdasarkan atas perbedaan suhu pertumbuhannya dapat di
bedakan mikrobia yang psikhrofil, mesofil, dan termofil. Untuk tujuan tertentu
suatu mikrobia perlu di tentukan titik kematian termal (thermal death point)
dan waktu kematian termal (thermal death time)- nya. Daya tahan terhadap
suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah
mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada suhu
60°C, sebaliknya ,bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan
Clostridium itu tetap hidup setelah di panasi dengan uap 100°C atau lebih
selama kira-kira setengah jam. Untuk sterilisali, maka syaratnya untuk
membunuh setiap spesies untuk membunuh setiap spesies bakteri ialah
pemanasan selama 15 menit dengan tekanan 15 pound serta suhu 121°C di
dalam autoklaf. Dalam cara menentukan daya tahan panas suatu spesies perlu
di perhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
b.
1. Berapa tinggi suhu.
2. Berapa lama spesies itu berada di dalam suhu tersebut.
3. Apakah pemanasan bakteri itu di lakukan di dalam keadaan kering ataukah
di dalam keadaan basah.
4. Beberapa pH dari medium tempat bakteri itu di panasi.
5. Sifat-sifat lain dari medium tempat bakteri itu di panasi.
c. Mengenai pengaruh basah dan kering ini dapat diterangkan sebagai berikut. Di
dalam keadaan basah, maka protein dari bakteri lebih cepat menggumpal
daripada di dalam keadaan kering, pada temperartur yang sama. Berdasarkan
ini, maka sterilisasi barang-barang gelas di dalam oven kering itu memerlukan
suhu yang lebih tinggi daripada 121° C dan waktu yang lebih lama daripada
15 menit. Sedikit perubahan pH menju ke asam atau ke basa itu sangat
berpengaruh kepada pemanasan. Berhubung dengan ini, maka buah-buahan
yang masam itu lebih mudah disterilisasikan daripada sayur-sayur atau daging.

2. Ph
Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu, misalnya untuk bakteri pada pH
6,5 – 7,5; khamir pada pH 4,0 – 4,5 sedangkan jamur dan aktinomisetes pada daerah
pH yang luas. Setiap mikrobia mempunyai pH minimum, optimum dan maksimum
untuk pertumbuhanya. Berdasarkan atas perbedaan daerah pH untuk pertumbuhanya
dapat dibedakan mikrobia yang asidofil, mesofil ( neutrofil ) dan alkalofil. Untuk
menahan perubahan dalam medium sering ditambahkan larutan bufer. pH optimum
pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri antara 6,5 dan 7,5. Namun beberapa spesies
dapat tumbuh dalam keaadaan sangat masam atau sangat alkalin, bila bakteri di
kuitivasi di dalam suatu medium yang mula-mula disesuaikan pHnya misal 7 maka
mungkin pH ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawasenyawa asam atau basa
yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergesaran pH ini dapat sedemikian besar
sehingga mengahambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat
dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga dalam medium, larutan
penyangga adalah senyawa atau pasangan senyawa yang dapat menahan perubahan
pH.

3. Kelembaban

Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk


pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85°C,
sedangkan untuk jamur dan aktinomises diperlukan kelembaban yang rendah
dibawah 80°C. Kadar air bebas didalam lautan (aw) merupakan nilai perbandingan
antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau 1/100 dari
kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90 –
0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik mendekati 0,75. Banyak mikroorganisme
yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk waktu yang lama seperti dalam
bentuk spora, konidia, arthrospora, klamidospora dan kista. Seperti halnya dalam
pembekuan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan metaobolisme
terhenti. Pengeringan secara perlahan-lahan menyebabkan perusakan sel akibat
pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut.

4. Tekanan osmosis

Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang


hipertonis. Karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisa. Didalam larutan
yang hipotonis sel mengalami plasmoptisa yang dapat di ikuti pecahnya sel.
Beberapa mikrobia dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tinggi;
tergantung pada larutanya dapat dibedakan jasad osmofil dan halofil atau halodurik.
Medium yang paling cocok bagi kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik
terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri di tempatkan di dalam suatu larutan yang
hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan
garam atau larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya
plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling akan
kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri, dengan kata lain,
bakteri dapat mengalami plasmoptisis. Berdasarkan inilah maka pembuatan
suspense bakteri dengan menggunakan air murni itu tidak kena, yang digunakan
seharusnyalah medium cair. Jika perubahan nilai osmosis larutan medium tidak
terjadi sekonyongkonyong, akan tetapi perlahan-lahan sebagai akibat dari
penguapan air, maka bakteri dapat menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi
plasmolisis secara mendadak.
5. Senyawa toksik

Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li, dan Pb. Walaupun pada kadar
sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisme karena ion-ion logam
berat dapat bereaksi dengan gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada
kadar rendah disebut daya ologodinamik. Anion seperti sulfat tartratklorida, nitrat
dan benzoat mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroorganisme. Karena adanya
perbedaan sifat fisiologi yang besar pada masing-masing mikroorganisme maka
sifat meracun dari anion tadi juga berbeda-beda. Sifat meracun alakali juga
berbeda-beda, tergantung pada jenis logamnya. Ada beberapa senyawa asam
organik seperti asam benzoat, asetat dan sorbet dapat digunakan sebagai zat
pengawet didalam industry bahan makanan. Sifat meracun ini bukan disebabkan
karena nilai pH, tetapi merupakan akibat langsung dari molekul asam organik
tersebut terhadap gugusan didalam sel.

6. Tegangan Muka

Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaannya akan menyerupai


membran yang elastis, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme.
Protoplasma mikroorganisme terdapat didalam sel yang dilindungi dinding sel.
Dengan adanya perubahan bahan pada tegangan muka dinding sel, akan
mempengaruhi permukaan protoplasma, yang akibatnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perubahan bentuk morfologinya. Bakteri yang hidup didalam alat
pencernaan dapat berkembangbiak didalam medium yang mempunyai tegangan
permukaan relatif rendah. Tetapi kebanyakan lebih menyukai tegangan permukaan
yang relatif tinggi.

7. Tekanan Hodrostatik dan Mekanik

Beberapa jenis mikroorganisme dapat hidup didalam samudra pasifik dengan


tekanan lebih dari 1208 kg tiap cm persegi, dan kelompok ini disebut barofilik.
Selain itu tekanan yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya beberapa reaksi
kimia, sedang tekanan diatas 7500 kg tiap cm persegi dapat menyebabkan
denaturasi protein. Perubahan-perubahan ini mempengaruhi proses biologi sel jasad
hidup.

8. Kebasahan dan kekeringan

Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di
dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di
sebabkan karena kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baiklah
bagi kehidupan bakteri. Banyak bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering.
Meningococcus, yaitu bakteri yang menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu
kurang daripada satu jam, jika digesekkan di atas kaca obyek. Sebaliknya,spora-
spora bakteri dapat bertahan beberapa tahun dalam keadaan kering.
Pada proses pengeringan, air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan
metabolisme berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan
mematikan sel. Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan kering,
misalnya mikrobia yang membentuk spora dan dalam bentuk kista. Adapun syarat-
syarat yang menentukan matinya bakteri karena kekeringan itu ialah: Bakteri yang
ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama daripada di
dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian pula efek kekeringan kurang terasa,
apabila bakteri berada di dalam sputum ataupun di dalam agar-agar yang kering.
Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada pengeringan di
dalam gelap. Pengeringan pada suhu tubuh (37°C) atau suhu kamar (+ 26 °C) lebih
buruk daripada pengeringan pada suhu titik-beku. Pengeringan di dalam udara
efeknya lebih buruk daripada pengeringan di dalam vakum ataupun di dalam
tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi agaknya merupakan faktor-maut.

9. Sinar gelombang pendek

Sinar-sinar yang mempunyai panjang gelombang pendek (misalnya sinar, sinar


Ultra violet, sinar gama), mempunyai daya penetrasi yang cukup besar terhadap
mikribia. Sinar-sinar tersebut dapat menyebabkan kematian. Perubahan genetik
(mutasi) atau penghambatan pertumbuhan mikrobia. Sinar-sinar tersebut banyak
digunakan di dalam praktek sterilisasi dan pengawetan bahan makanan.
Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi
dapat berbahaya bagi kehidupannya. Sinar yang nampak oleh mata kita, yaitu yang
bergelombang antara 390 m μ sampai 760 m μ, tidak begitu berbahaya; yang
berbahaya ialah sinar yang lebih pendek gelombangnya, yaitu yang bergelombang
antara 240 m μ sampai 300 m μ. Lampu air rasa banyak memancarkan sinar
bergelombang pendek ini. Lebih dekat, pengaruhnya lebih buruk. Dengan
penyinaran pada jarak dekat sekali, bakteri bahkan dapat mati seketika, sedang
pada jarak yang agak jauh mungkin sekali hanya pembiakannya sajalah yang
terganggu. Spora-spora dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar ultra-ungu.
Sinar ultra-ungu biasa dipakai untuk mensterilkan udara, air, plasma darah dan
bermacam-macam bahan lainya. Suatu kesulitan ialah bahwa bakteri atau virus itu
mudah sekali ketutupan benda-benda kecil, sehingga dapat terhindar dari pengaruh
penyinaran. Alangkah baiknya, jika kertas-kertas pembungkus makanan, ruang-
ruang penyimpan daging, ruang-ruang pertemuan, gedunggedung bioskop dan
sebagainya pada waktu-waktu tertentu dibersihkan dengan penyinaran ultra-ungu.
Sinar X dan sinar radium yang bergelombang lebih pendek daripada sinar ultra-
ungu juga dapat membunuh mikroorganisme, akan tetapi memerlukan lebih banyak
dosis daripada sinar ultra-ungu. Bakteri yang disinari dengan sinar X kerap kali
mengalami mutasi. Aliran listrik tidak nampak berbahaya bagi kehidupan bakteri.
Jika ada bakteri yang mati karenanya, hal ini di sebabkan oleh panas atau oleh zat-
zat yang timbul di dalam medium sebagai akibat daripada arus listrik, seperti ozon
dan klor (chlor).
10. Tegangan muka

Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan itu menyerupai


membran yang elastik. Demikian juga permukaan cairan yang menyelubungi sel
mikrobia. Tekanan dari membran cairan ini di teruskan ke dalam protoplasma sel
melalui dinding sel dan membran sitoplasma, Sehingga dapat mempengaruhi
kehidupan mikrobia. Kebanyakan bakteri lebih menyukai tegangan muka yang
relatif tinggi. Tetapi adapula yang hidup pada tegangan muka yang relatif rendah.
Misalnya bakteri-bakteri yang hidup dalam saluran pencernaan. Sabun mengurangi
ketegangan permukaan, dan oleh karena itu dapat menyebabkan hancurnya bakteri.
Diplococcus pneumoniae sangat peka terhadap sabun. Empedu juga mempunyai
khasiat seperti sabun; hanya bakteri yang hidup di dalam usus mempunyai daya
tahan terhadap empedu. Bolehlah dikatakan pada umumnya, bahwa bakteri yang
Gram negatif lebih tahan terhadap pengurangan (depresi) tegangan permukaan
daripada bakteri yang Gram positif.

11. Daya oligodinamik

Ion-ion logam berat seperti Hg++ , Cu++ , Ag++ dan Pb++ pada kadar yang sangat
rendah bersifat toksis terhadap mikrobia. Karena ion-ion tersebut dapat bereaksi
dengan bagian-bagian penting dalam sel. Daya bunuh logam-logam berat pada
kadar yang sangat rendah ini di sebut daya oligodinamik. Garam dari beberapa
logam berat seperti air rasa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat
membunuh bakteri, daya mana di sebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali di
pertunjukkan dengan suatu eksperimen. Sayang benar garam dari logam berat itu
mudah merusak kulit, makan alatalat yang terbuat dari logam, dan lagipula mahal
harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida
(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai
merkurokrom, metafen atau mertiolat. Persenyawaan air rasa yang organic dapat
pula dipergunakan untuk membersihkan biji-bijian supaya terhindar dari gangguan
bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak digunakan untuk menetesi selaput
lender, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk mencegah gonorhoea.
Banyak juga orang yang mempergunakan persenyawaan perak dan protein. Garam
tembaga jarang dipakai sebagai bakterisida, akan tetapi banyak digunakan untuk
menyemprot tanamantanaman mematikan tumbuhan ganggang dikolam-kolam
renang.

12. Desinfektan

Pada umumnya bakteri muda itu kurang daya-tahannya terhadap desinfektan


daripada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lama berada dibawah
pengaruh desinfektan, merupakan faktor-faktor yang masuk pertimbangan pula.
Kenaikan suhu menambah daya desinfektan. Selanjutnya, medium dapat juga
menawar daya desinfektan. Susu, plasma darah, dan zat-zat lain yang serupa
protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh desinfektan tertentu. Dalam
menggunakan desinfektan haruslah diperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini.
Apakah suatu desinfektan tidak meracuni suatu jaringan, apakah ia tidak
menyebabkan rasa sakit, apakah ia tidak memakan logam, apakah ia dapat
diminum, apakah ia stabil, bagaimanakah baunya, bagaimanakah warnanya, apakah
ia mudah dihilangkan dari pakaian apabla desinfektan tersebut sampai kena
pakaian, dan apakah ia murah harganya. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan
orang sulit untuk menilai suatu desinfektan. Zat-zat yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam logam, fenol dan
senyawa-senyawa lain yang sejenis, formaldehida, alcohol, yodium, klor dan
persenyawaan klor, zat warna, detergen, sulfonamide, dan anti biotik.

13. Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis

Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik
khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun
dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang
lain. Karbol ialah lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan
yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.

14. Formaldehida (CH2O)

Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak
sekali digunakan untuk membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin tidak biasa
digunakan untuk jaringan tubuh manusia, akan tetapi banyak digunakan untuk
merendam bahanbahan laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir dan lain-lainnya
pada ahli kecantikan.

a. Alkohol

b. Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika dicampur
dengan air murni, efeknya lebih baik. Alcohol 50 sampai 70% banyak
digunakan sebagai desinfektan.

c. Yodium

d. Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol, banyak


digunakan orang untuk mendesinfeksikan luka-luka kecil. Larutan 2 sampai
5% biasa dipakai. Kulit dapat terbakar karenanya , oleh sebab itu untuk
luka-luka yang agak lebar tidak digunakan yodium-tinktur.

e. e. Klor Dan Senyawa Klor

f. Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor


dengan kapur atau natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai
untuk mencuci alat-alat makan dan minum.

g. f. Zat Warna
h. Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada
umumnya bakteri gram positif iktu lebih peka terhadap pengaruh zat warna
daripada bakteri gram negative. Hijau berlian, hijau malakit, fuchsin basa,
kristal ungu sering dicampurkan kepada medium untuk mencegah
pertumbuhanbakteri gram positif. Kristal ungu juga dipakai untuk
mendesinfeksikan luka-luka pada kulit. Dalam penggunaan zat warna perlu
diperhatikan supaya warna itu tidak sampai kena pakaian.

i. Obat Pencuci (Detergen)

j. Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat pembunuh bakteri,
tetapi kalau dicampur dengan heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar
sekali. Sejak lama obat pencuci yang mengandung ion (detergen) banyak
digunakan sebagai pengganti sabun. Detergen bukan saja merupakan
bakteriostatik, melainkan juga merupakan bakterisida. Terutama bakteri
yang gram positif itu peka sekali terhadapnya. Sejak 1935 banyak dipakai
garam amonium yang mengandung empat bagian. Persenyawaan ini terdiri
atas garam dari suatu basa yang kuat dengan komponen-komponen. Garam
ini banyak sekali digunakan untuk sterilisasi alat-alat bedah, digunakan pula
sebagai antiseptik dalam pembedahan dan persalinan, karena zat ini tidak
merusak jaringan, lagipula tidak menyebabkan sakit. Sebagai larutan yang
encer pun zat ini dapat membunuh bangsa jamur, dapat pula beberapa genus
bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Agaknya alkil-dimentil bensil-
amonium klorida makin lama makin banyak dipakai sebagai pencuci alat-
alat makan minum di restoran-restoran. Zat ini pada konsentrasi yang biasa
dipakai tidak berbau dan tidak berasa apa-apa.

k. Sulfonamida

Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang


mengandung belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagi
pula tidak merusak jaringan manusia. Terutama bangsa kokus seperti
Streptococcus yang menggangu tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus,
dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamida. Penggunaan obat-
obat ini, jika tidak aturan akan menimbulkan gejalagejala alergi, lagi pula
obat-obatan ini dapat menimbulkan golongan bakteri menjadi kebal
terhadapnya. Khasiat sulfonamida itu terganggu oleh asam-p-aminobenzoat.
Asam-p-aminobenzoat memegang peranan sebagai pembantu enzim-enzim
pernapasan, dalam hal itu dapat terjadi persaingan antara sulfanilamide dan
asam-paminobenzoat. Sering terjadi, bahwa bakteri yang diambil dari darah
atau cairan tubuh orang yang habis diobati dengan sulfanilamide itu tidak
dapat dipiara di dalam medium biasa. Baru setelah dibubuhkan sedikit
asam-p-aminobenzoat ke dalam medium tersebut, bakteri dapat tumbuh
biasa.
15. Antibiotik

Menurut Waksman, antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme,


dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat
kegiatan mikroorganisme yang lain. Antibiotik yang pertama dikenal ialah pinisilin,
yaitu suatu zat yang dihasilkan oleh jamur Pinicillium. Pinisilin di temukan oleh
Fleming dalam tahun 1929, namun baru sejak 1943 antibiotik ini banyak digunakan
sebagai pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia Kedua dan sesudahnya
bermacam-macam antibiotik diketemukan, dan pada dewasa ini jumlahnya ratusan.
Genus Streptomyces menghasilkan streptomisin, aureomisin, kloromisetin,
teramisin, eritromisin, magnamisin yang masing-masing mempunyai khasiat yang
berlainan. Akhir-akhir ini orang telah dapat membuat kloromisetin secara sintetik,
obat-obatan ini terkenal sebagai kloramfenikol. Diharapkan antibiotik-antibiotik
yang lain pun dapat dibuat secara sintetik pula. Ada yang kita kenal beberapa
antibiotik yang dapat dihasilkan oleh golongan jamur, melainkan oleh golongan
bakteri sendiri, misalnya tirotrisin dihasilkan oleh Bacillus brevis, basitrasin oleh
Bacillus subtilis, polimiksin oleh Bacillus polymyxa.Antibiotik yang efektif bagi
banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, maupun spiril, dikatakan mempunyai
spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies
tertentu, disebut antibiotik yang spektrumnya sempit. Pinisilin hanya efektif untuk
membrantas terutama jenis kokus, oleh karena itu pinisilin dikatakan mempunyai
spektrum yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu,
oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebelum suatu
antibiotik digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu
antibiotik itu diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Pada medium agar-
agar yang telah disebari spesies bakteri tertentu diletakkan beberapa kepingan
kertas yang masing-masing mengandung antibiotik yang diuji dalam kontrentasi
yang tertentu. Jika sesudah 24 jam kemudian tidak nampak pertumbuhan bakteri
sekitar bahwa bakteri itu tercekik pertumbuhannya oleh antibiotik yang terkandung
dalam kepingan kertas. Besar kecilnya daerah kosong sekitar kepingan kertas itu
sesuai dengan konsentrasi antibiotik yang terkandung didalamnya.
Sesuai dengan keperluan, maka suatu antibiotik dapat diberikan kepada seorang
pasien dengan jalan penelanan atau penyuntikan. Penyuntikan dapat dilakukan intra
vena (dalam pembuluh darah balik) atau intra muscular (dalam daging).

Anda mungkin juga menyukai