Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN KURANG ENERGI PROTEIN DENGAN

PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI DESA


BOWONGSO KECAMATAN KALIKAJAR
KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2012

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

RETNO EKO WULANDARI


080201091

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2012
1
HUBUNGAN KURANG ENERGI PROTEIN DENGAN
PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI DESA
BOWONGSO KECAMATAN KALIKAJAR
KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2012

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Pendidikan Ners - Program Studi Ilmu Keperawatan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh :

RETNO EKO WULANDARI


080201091

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2012
ii
iii
HUBUNGAN KURANG ENERGI PROTEIN DENGAN
PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI DESA
BOWONGSO KECAMATAN KALIKAJAR
KABUPATEN WONOSOBO,
TAHUN 20121

Retno Eko Wulandari 2; Sulistyaningsih3

INTISARI

Latar Belakang: Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh
setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih pada tumbuh kembang di usia balita
berdasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini bersifat irreversible
(tidak dapat pulih. Di desa Bowongso terdapat 251 balita dan yang berstatus KEP
sebanyak 30 balita(12%) dengan balita yang berstatus gizi buruk sebanyak 5
balita (2%), balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 25 balita (12%) dan
terdapat 1 anak balita yang mengalami gangguan perkembangan.
Tujuan: Diketahuinya hubungan kekurangan energi protein dengan
perkembangan balita di desa Bowongso.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah survai analitik dengan pendekatan
waktu cross sectional. Subyek penelitian ini adalah balita usia 1-5 tahun di desa
Bowongso sebanyak 39 balita.
Hasil penelitian:Hasil uji statistic Spearmank Rank menunjukkan adanya
hubungan antara Kurang Energi Protein dengan Perkembangan balita, dengan
harga P <0,05 dan asimetri signifikan sebesar 0,015.
Saran: Dapat melakukan penelitian serupa dengan mengambil sampel lebih
banyak lagi sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih maksimal.

Kata kunci : Perkembangan, KEP, Balita

Daftar Pustaka : 23 buku ( 2001-2010), 8 jurnal, 1 Internet

Halaman :74 halaman, 2 gambar, 5 tabel, 11 lampiran

________________________________
1. Judul skripsi
2. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES „Aisyiyah Yogyakarta
3. Dosen STIKES „Aisyiyah Yogyakarta

iv
ASSOCIATION BETWEEN PROTEIN ENERGY DEFICIENCY
AND DEVELOPMENT OF CHILDREN UNDER FIVE AT
BOWONGSO SUBDISTRICT OF KALIKAJAR
DISTRICT OF WONOSOBO
JAWA TENGAH 20121

Retno Eko Wulandari 2; Sulistyaningsih3

ABSTRACT

Backround to the research: Nutrition status of children under five is an essential


issue that has to be well understood by parents. Extra attention has to be given to
growth development at the age of under five based on the fact that
undernourishment occurring during this golden period is irreversible. There are
251 children under five at Bowongso, 30 (12%) of them are protein energy
deficient, 5 (2%) are malnourished, 25 (10%) are undernourished, and 1 has
growth disorder.
Purpose of the research: To identify association between protein energy
deficiency and development of children under five at the village of Bowongso.
Method: The study was an analytical survey with cross sectional design. Subjects
of the study were 39 children of 1-5 years at Bowongso.
Result of the research: The result of Spearman Rank statistical test showed there
was association between protein energy deficiency and development of children
under five with score of p<0.05 and asymp sig 0.015.
Suggestion: A similar study should be undertaken involving larger samples to get
more optimum result.
Key Words : development, children under five, protein energy deficiency
References : 23 books ( 2001-2010), 8 jurnal, 1 Internet site

Pages :74 pages, 2 pictures, 5 tables, 11 appendices

_____________________________
1
Title of the thesis
2
Student of School of Nursing „Aisyiyah Health Science Colleges of Yogyakarta
3
Lecturer of School of Nursing „Aisyiyah Health Science Colleges of Yogyakarta

v
PENDAHULUAN sangat terkait dengan kondisi anak semasa
balita (Kelompok Kerja Penyusun Program
Salah satu prioritas pembangunan Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI)
nasional di bidang kesehatan adalah upaya 2015, 2004). Gizi merupakan salah satu
perbaikan gizi yang berbasis pada sumber faktor penting yang menentukan tingkat
daya, kelembagaan dan budaya lokal. kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi
Kurang gizi akan berdampak pada seseorang dikatakan baik apabila terdapat
penurunan kualitas SDM yang lebih lanjut keseimbangan dan keserasian antara
dapat berakibat pada kegagalan perkembangan fisik dan perkembangan
pertumbuhan fisik, perkembangan mental mental orang tersebut. Terdapat kaitan yang
dan kecerdasan, menurunkan sangat erat antara status gizi dan konsumsi
produktivitas,meningkatkan kesakitan serta makanan. Tingkat status gizi optimal akan
kematian (Adisasmito, 2006). tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal
Masalah kesehatan anak merupakan terpenuhi. Perlu diketahui bahwa keadaan
salah satu masalah utama dalam bidang gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja
kesehatan yang saat ini terjadi di negara ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada saat
Indonesia. Derajat kesehatan anak itu saja, tetapi lebih banyak ditentukan oleh
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, konsumsi zat gizi pada masa yang telah
sebab anak sebagai generasi penerus lampau, bahkan jauh sebelum masa itu. Ini
bangsa memiliki kemampuan yang dapat berarti bahwa konsumsi zat gizi masa
dikembangkan dalam meneruskan kanak-kanak memberi andil terhadap status
pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan gizi setelah dewasa (Hananto, 2002).
tersebut, masalah kesehatan anak Status gizi balita merupakan hal
diprioritaskan dalam perencanaan atau penting yang harus diketahui oleh setiap
penataan pembangunan bangsa (Hidayat, orang tua. Perlunya perhatian lebih pada
2008). tumbuh kembang di usia balita berdasarkan
Kesepakatan global yang fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada
dituangkan dalam Millenium Development masa emas ini bersifat irreversible (tidak
Goals (MDGS) yang terdiri dari 8 tujuan, dapat pulih). Firman Allah dalam surat An-
18 target dan 48 indikator, menegaskan Nisa ayat 9 yang artinya:
bahwa tahun 2015 setiap Negara “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-
menurunkan kemiskinan dan kelaparan orang yang seandainya meninggalkan di
separuh dari kondisi pada tahun 1990. Dua belakang mereka anak-anak yang lemah
dari 5 indikator sebagai penjabaran tujuan yang mereka khawatir terhadap
pertama MDGs adalah menurunya (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
prevalensi gizi kurang pada anak balita hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
(indikator keempat) dan menurunya jumlah dan hendaklah mereka mengucapakan
penduduk dengan defisit energi (faktor perkataaan yang benar (QS. An-Nisa : 9).
kelima) (Adisasmito, 2006). Dari hasil Riset Kesehatan Dasar
Pertumbuhan dan perkembangan tahun 2010, walaupun prevalensi gizi
anak merupakan proses panjang yang kurang dan buruk telah mengalami
berkesinambungan. Derajat kesehatan anak penurunan dari 18,4% tahun 2007 menjadi
pada masa balita sangat berkaitan erat 17,9% tahun 2010, namun kita masih
dengan tingkat kesehatanya pada masa bayi memiliki 35,6% balita pendek. Prevalensi
baru lahir. Bayi lahir sehat terkait erat Balita pendek terdiri dari sangat pendek
dengan tingkat kesehatan maternal. Derajat 18,5% dan pendek 17,1%. Penurunan
kesehatan maternal terkait erat dengan terjadi pada balita pendek dari 18,0%
tingkat kesehatan pada masa remaja. menjadi 17,1% dan balita sangat pendek
Derajat kesehatan pada periode remaja dari 18,8% menjadi 18,5%. Riskesdas,
1
2010 menemukan bahwa ada 21,5% balita mengeluhkan kurangnya ekonomi dalam
usia 2-4 tahun yang mengonsumsi energi di menyediakan makanan bergizi bagi anak.
bawah kebutuhan minimal dan 16% yang Dengan latar belakang diatas maka
mengonsumsi protein di bawah kebutuhan penulis tertarik untuk mengadakan
minimal. Apabila ini berlangsung dalam penelitian “Hubungan Kurang Energi
waktu lama, maka akan mengganggu Protein Dengan Perkembangan Balitadi
pertumbuhan berat dan tinggi badan. Desa Bowongso Kecamatan Kalikajar
Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan Kabupaten Wonosobo”
tanda kurang gizi yang berkepanjangan.
Lebih jauh, kekurangan gizi dapat METODE PENELITIAN
mempengaruhi perkembangan otak anak.
Padahal, otak tumbuh selama masa balita. Penelitian ini merupakan penelitian
Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai survai analitik yaitu suatu survai atau
dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 penelitian yang mencoba menggali
bulan. Walaupun pada tahun 2010 bagaimana dan mengapa fenomena
prevalensi gizi kurang dan pendek menurun kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan
menjadi masing-masing 17,9 persen dan analisis dinamika korelasi antara risiko,
35,6 persen, tetapi masih terjadi disparitas maupun faktor efek. Kurang Energi Protein
antar provinsi yang perlu mendapat merupakan suatu faktor resiko untuk
penanganan masalah yang sifatnya spesifik terjadinya gangguan perkembangan.
di wilayah rawan (Rencana Aksi Pengamatan waktu yang digunakan adalah
Pembinaan Gizi Masyarakat 2012-2015). cross sectional yaitu penelitian untuk
Dinas Kesehatan Pemerintah mempelajari dinamika korelasi antara
provinsi Jawa tengah mencatat sebanyak faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
1.996 penderita gizi buruk baru di berbagai cara pendekatan, observasi atau
wilayah selama tahun 2009. Kasus gizi pengumpulan data sekaligus pada suatu
buruk di Jawa Tengah selama tahun 2009 saat (point time approach) (Notoadmodjo,
mencapai 4.676 penderita dan 1.966 2010).
penderita merupakan kasus baru. Variabel penelitian yaitu Hubungan
(Mardiatno, 2010) . Kurang Energi Protein Dengan
Dari hasil studi pendahuluan Perkembangan Anak Balita. Variabel
peneliti bulan Oktober, di wilayah pengganggunya diantaranya adalah faktor
Puskesmas Kalikajar 2 terdapat 10 desa internal (genetik), faktor eksternal (pranatal
dengan total jumlah balita sebanyak 1826 yaitu gizi, penyakit infeksi; faktor kelahiran
balita dengan balita yang mengalami KEP yaitu riwayat kelahiran balita; faktor
sebanyak 66 balita. Di desa Bowongso pascanatal yaitu penyakit kronis, kelainan
terdapat 251 balita dan yang berstatus KEP kongenital, lingkungan fisik dan kimia,
sebanyak 30 balita(12%) dengan balita psikologis, endokrin, sosioekonomi,
yang berstatus gizi buruk sebanyak 5 balita lingkungan pengasuhan, stimulasi, obat-
(2%), balita yang mengalami gizi kurang obatan).
sebanyak 25 balita (12%) dan terdapat 1 Populasi dalam penelitian ini adalah
anak balita yang mengalami gangguan anak balita di desa Bowongso yang berusia
perkembangan. 1-5 tahun yang berjumlah 260 anak.
Menurut hasil wawancara peneliti Tehnik pengambilan sampel
dengan ahli gizi di puskesmas Kalikajar 2 menggunakan simpel random sampling.
bahwa masyarakat di desa Bowongso malas Simpel random sampling adalah tehnik
dan takut datang ke posyandu jika anaknya pengambilan sampel secara random atau
mengalami gizi buruk dan masyarakat juga acak (Notoadmodjo, 2010). Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara tehnik
2
undian yang dilakukan di 3 posyandu yang didalam wilayah kerja Puskesmas Kalikajar
ada di desa Bowongso yaitu Posyandu II. Batas-batas wilayah Desa bowongso
Bowongso, Posyandu Bakalan, dan adalah sebagai berikut: sebelah utara
posyandu Papringan dan Nguwok. berbatasan dengan desa Butuh, sebelah
Kemudian di setiap posyandu dilakukan timur berbatasan dengan Gunung Sumbing,
pendataan yang sesuai dengan criteria sebelah selatan berbatasan dengan desa
inklusi dan eksklusi yaitu setiap balita yang Lamuk, sebelah barat berbatasan dengan
datang ke Posyandu yang berusia 1-5 desa Kembaran. Desa Bowongso dibagi
tahun; tidak cacat fisik baik mental dan menjadi 4 dusun yaitu dusun Bowongso,
tidak ada kelainan genetik; memiliki dusun Papringan, dusun Bakalan dan dusun
riwayat kelahiran normal; diasuh oleh Nguwok.
orang tua; pendidikan terakhir orang tua Program kesehatan yang ada di desa
adalah SD; dan balita dalam keadaan sehat Bowongso yang mencangkup kesehatan
tidak menderita penyakit infeksi dan balita adalah posyandu balita yang
kemudian balita yang masuk dalam kriteria diadakan setiap 3 kali dalam satu bulan,
diberi nomor urut. Kemudian peneliti yaitu tanggal 10 posyandu di dusun
menuliskan nomor urut tersebut ke dalam Papringan dan Nguwok, tanggal 21 di
kertas kecil-kecil (satu kertas satu nomor) dusun Bakalan dan tanggal 22 di dusun
yang digulung dan kemudian diundi. Untuk Bowongso. Jarak desa Bakalan dengan
menentukan sampel penelitian, peneliti pusat pelayanan kesehatan terdekat yaitu
mengambil undian sebanyak 39kertas yang Puskesmas Kalikajar II sekitar 8 km.
berisi nomor undian dan nomor-nomor Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan
yang tertera dalam gulungan kertas yang pada tanggal 1 Februari -1 April.
terambil tersebut menjadi sampel dalam 2. Karakteristik Responden
penelitian ini. Tabel 1 menunjukkan karakteristik
Alat dan pengumpulan data yang responden berdasarkan :
digunakan dalam penelitian ini berupa Berdasarkan jenis kelamin balita,
lembar KMS untuk mengukur status gizi sebagian besar balita berjenis kelamin
anak balita dan test Denver II untuk perempuan yaitu sebanyak 22 responden
mengukur perkembangan anak balita. (56%) dan paling sedikit adalah laki-laki
Uji validitas dan reliabilitas Kurang yaitu sebanyak 17 responden (46%)
Energi Protein ditunjukkan dengan Berdasarkan umur orang tua (ibu),
menimbang berat badan dengan sebagian besar umur ibu adalah >30 tahun
menggunakan timbangan dacin yang sama yaitu sebanyak 17 responden (44 %) dan
dan sudah ditera ulang oleh puskesmas paling sedikit adalah umur >40 tahun yaitu
Kalikajar II setiap 5 tahun sekali. Sedangan 7 responden (18%).
Denver II merupakan alat ukur Berdasarkan umur balita, sebagian
perkembangan yang sudah valid dan besar umur balita adalah 37-48 bulan yaitu
reliable karena merupakan instrument sebanyak 11 responden (28%) dan yang
pengukur perkembangan standar paling sedikit yaitu balita yang berumur 12-
internasional sehingga tidak perlu 24 bulan yaitu sebanyak 8 orang (21%) dan
dilakukan uji validitas lagi. balita berumur 49-60 bulan (21%).
Berdasarkan pekerjaan orang tua (ibu),
HASIL DAN PEMBAHASAN sebagian besar pekerjaan orang tua (ibu)
adalah tidak bekerja (ibu rumah tangga)
1. Gambaran Lokasi Penelitian yaitu sebanyak 19 responden (54%) dan
Desa Bowongso adalah desa yang paling sedikit adalah pedagang yaitu
berada di Kabupaten Wonosobo, berada di sebanyak 9 orang (9%).
dalam kecamatan Kalikajar dan masuk
3
Berdasarkan ada atau tidaknya 3. Kekurangan Energi Protein di Desa
keturunan obesitas, sebagian besar Bowongso Kecamtan Kalikajar
responden ada keturunan obesitas yaitu kabupaten Wonosobo
sebanyak 31 responden (79%) dan yang Tabel 2
tidak mempunyai keturunan obesitas yaitu Deskripsi Status Gizi KEP di Desa
sebanyak 8 responden (21%). Bowongso Maret 2012
Berdasarkan pendapatan orang tua, Status Gizi Frekuensi Persentase
sebagian besar pendapatan responden KEP Berat 4 10,3%
adalah Rp. 100.000-200.000,00 yaitu KEP Ringan 6 15,4%
Tidak KEP 29 74,4%
sebanyak 15 responden (38,9%) dan paling TOtal 39 100%
sedikit responden yang penghasilanya
adalah >Rp. 2.000.000,00 yaitu sebanyak 5 Tabel 2 menunjukkan bahwa
responden (12,8 %). sebagian besar responden mempunyai
Tabel 1 status gizi yang baik yaitu 29 balita
Karakteristik Responden Hubungan (74,4%). Baiknya status gizi tersebut
Kurang Energi Protein Dengan dipengaruhi oleh status kesehatan balita.
Perkembangan Anak Balita di Desa dalam penelitian ini responden yang
Bowongso Maret 2012 diambil adalah responden yang sedang
tidak mengalami penyakit infeksi dan
Karakteristik Frekuensi Persentase
Responden (n=39)
mendapatkan imunisasi lengkap. Menurut
Pudjiadji (2001) penyakit infeksi berpotensi
Jenis kelamin balita sebagai penyokong atau pembangkit KEP.
a.laki-laki 17 46% Penyakit diare, campak, dan infeksi saluran
b.perempuan 22 56% nafas kerap menghilangkan nafsu makan.
Usia ibu Penyakit saluran pencernaan yang sebagian
a.<30 tahun 17 44% muncul dalam bentuk muntah dan
b.30-40 tahun 15 38% gangguan penyerapan menyebabkan
c.>40 tahhun 7 18% kehilangan zat-zat gizi dalam jumlah besar.
Usia balita Percepatan proses katabolisme
a.12-24 bulan 8 21%
meningkatkan kebutuhan sekaligus
b.25-36 bulan 12 30%
c.37-48 bulan 11 28% menambah zat-zat gizi.
d.49-60 bulan 8 21% Menurut hasil penelitian, balita
yang mengalami status KEP ringan yaitu
Status pekerjaan orang sebanyak 6 balita (15,4%) dan status KEP
tua (ibu)
a.Tidak bekerja 54% berat yaitu sebanyak 4 balita (10,3%).
19
b.Petani 13 37% Penyakit KEP atau Protein Energi
c.Pedagang 9 9% Malnutrition adalah penyakit gizi yang
Keturunan obesitas dialami oleh anak-anak di bawah umur 5
a.Ada keturunan 31 79% tahun (balita) yang disebabkan oleh
obesitas kekurangan energi dan protein yang dalam
b.Tidak ada keturunan 8 21%
obesitas proporsi yang bermacam-macam. Akibat
Pendapatan orang tua kekurangan energi dan protein timbul
a. <500.000,00 7 18% keadaaan KEP yang sangat ringan sampai
b. 500.000,00 - 12 31% berat. Pada keadaan yang sangat ringan
1000.000,00 tidak banyak ditemukan kelainan dan hanya
c. 1000.000,00 - 15 38%
2.000.000,00 terdapat pertumbuhan yang kurang
d. .>2000.000,00 5 13% sedangkan kelainan biokimiawi maupun
gejala klinisnya tidak ditemukan. Pada
keadaan yang berat ditemukan 2 tipe, yaitu
4
marasmik dan kwashiorkor dan tipe tua tentang kadarzi. Dalam penelitian
marasmik-kwashiorkor (Pudjiadji, 2001). Sholikhah (2010) ada hubungan antara
KEP yang dialami oleh balita di pengetahuan ibu tentang kadarzi dengan
desa Bowongso menurut keterangan bidan pencapaian kadarzi pada keluarga yang
puskesmas adalah jenis Marasmus KEP mempunyai balita. Pencapaian kadarzi
ringan. Marasmus disebabkan oleh pada keluarga yang mempunyai balita
kekurangan kalori dan protein. Terjadinya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu,
marasmus juga dapat disebabkan faktor pendidikan dan sosial ekonomi. Belum
makanan yang kadar kalori dan proteinnya tercapainya kadarzi serta adanya masalah
kurang dari kebutuhan tubuh, sehingga gizi lain yang terjadi pada balita akan
dapat menjadi atrofi jaringan, khususnya mengakibatkan marasmus, kwashiorkor dan
pada lapisan subkutan dan akhirnya anak marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya
kelihatan kurus, terlihat lebih tua dari usia akan terjadi masalah tumbuh kembang.
sebenarnya (Hidayat, 2008). Berbeda
dengan kwashiorkor, yang terjadi hanya 4. Perkembangan Anak Balita di Desa
karena kekurangan protein, tetapi Bowongso Kecamatan Kalikajar
marasmus terjadi bukan karena protein Kabupaten Wonosobo
tetapi anak juga menderita kekurangan Tabel 3
kalori dan zat gizi lain. Marasmus dapat Deskripsi Perkembangan Anak
dikatakan terjadi akibat anak menderita Balita di Desa Bowongso Maret
kelaparan (Moehji, 2002). 2012
Penyebab yang mendorong Perkembangan Frekuensi Persentase
terjadinya gangguan gizi timbul dari luar Suspect 16 41%
Normal 23 59%
tubuh yaitu kurangnya pengetahuan
Total 39 100%
sebagian masyarakat akan hubungan
makanan dengan kesehatan, kurangnya
Tabel 3 diketahui rata-rata responden
pengetahuan akan manfaat makanan bagi
mempunyai perkembangan yang normal
kesehatan tubuh khususnya makanan anak
yaitu ada 23 anak (59,0%). Makanan
balita dengan bukti tingkat pendidikan ayah
mempunyai peranan yang penting dalam
dan ibu dalam penelitian ini semuanya
tumbuh kembang anak, karena anak sedang
tamatan SD (Yvone, 2007). Tingkat
tumbuh dan pertumbuhanya berbeda
pendidikan ibu yang rendah merupakan
dengan orang dewasa (Soetjiningsih, 2000).
faktor resiko terjadinya gizi tidak baik pada
Konsumsi gizi yang baik bisa dilihat dari
anak balita. seseorang dengan pendidikan
jumlah anak yang mengalami status gizi
tinggi lebih mudah menerima dan mampu yang baik yaitu sebanyak 29 anak (74,4%).
memahami informasi atau pengetahuan,
Untuk keperluan pertumbuhan badan dan
dalam hal ini adalah informasi tentang pembinaan kesehatan, manusia
perawatan anak terutama yang menyangkut memerlukan sejumlah zat-zat vital di dalam
tentang masalah nutrisi (Arianti Putri, dirinya, antara lain: karbohidrat, lemak,
Hartini dan akhmadi, 2008). Hal ini sesuai protein, vitamin-vitamin, kalsium dan
dengan penelitian yang dilakukan oleh mineral-mineral. Sebagian zat-zat tersebut
Radiah (2005) yang menunjukkan adanya berasal dari hewani dan nabati. Tuhan
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu Yang maha Pemurah telah menciptakan
tentang tumbuh kembang balita dengan zat-zat tersebut dan telah mempersilahkan
kejadian kurang energi protein pada balita kepada manusia untuk mengkonsumsinya,
usia 0-5 tahun di Puskesmas Taliwang Allah berifrman:
tahun 2005. “Maka makanlah yang halal lagi baik dari
Tingkat pendidikan orang tua sangat rezeki yang telah diberikan Allah
mempengaruhi tingkat pengetahuan orang kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah
5
jika kamu hanya kepada-Nya saja oleh Muhartati (2005) yang menyatakan
menyembah” (Qs. An-nahl (16);114). bahwa ada hubunganya antara tingkat
Makanan harus mempunyai zat-zat yang pengetahuan ibu tentang stimulasi
yang memenuhi kebutuhan tubuh. Makanan perkembangan dan perkembangan anak
memberi energi yang memberikan tenaga balita.
untuk bekerja, memberi protein untuk Pada penelitian Hizni ,Julia dan
membentuk jaringan yang rusak. Juga Gamayanti (2010) ditemukan hubungan
makanan yang memberikan vitamin dan yang bermakna antara pendidikan ibu
garam sebagai pengatur pekerjaan tubuh. dengan perkembangan anak stunted dan
Karena itulah makanan harus disusun atas ditinjau dari aspek personal sosial, motorik
dasar gizi supaya cukup memberi zat yang halus, motorik kasar dan bahasa juga
dibutuhkan tubuh. Kekurangan salah satu terlihat adanya hubungan bermakna dengan
zat yang penting akan menimbulkan pendidikan ibu. Hasil penelitian ini sejalan
ketidaknormalan tubuh (Hafidz, 2007) dengan penelitian di Ghana tahun 2004
Dari hasil penelitian juga didapatkan yang menyatakan ada hubungan yang
balita dengan status perkembangan suspect bermakna antara tingkat pendidikan ibu
yaitu sebanyak 16 balita (41,0 %). Suspect dengan pendidikan kognitif anak usia 12
yaitu apabila dalam pemeriksaan Denver II sampai 33 bulan yang mengalami
di dapatkan hasil 2 atau lebih caution dan/ anoreksia. Pada penelitian lain di Bogor
satu atau lebih delays (Fakultas kedokteran pada tahun 2002 juga ditemukan ada
UGM, 2004). Berbeda dengan otak orang hubungan yang bermakna antara tingkat
dewasa, otak balita lebih plastis. Plastisitas pendidikan ibu dengan perkembangan
otak pada balita mempunyai sisi negatif dan mental anak. Ibu dengan pendidikan formal
positif. Sisi positifnya, otak balita lebih > 7 tahun memiliki anak dengan
terbuka untuk proses pembelajaran dan perkembangan mental yang lebih baik.
pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita Selain itu pada penelitian ini ditemukan
lebih peka terhadap lingkungan, terutama bahwa aspek pendidikan ibu mempunyai
lingkungan yang tidak mendukung seperti hubungan yang bermakna dengan
asupan gizi yang tidak adekuat, kurang perkembangan bahasa. Hal ini sesuai
stimulasi dan tidak mendapatkan pelayanan dengan teori bahwa berbicara merupakan
kesehatan yang memadai (DEPKES, 2006). keterampilan motorik dan mental (Hizni,
Tingkat pengetahuan ibu juga Julia dan Gamayanti, 2010)
mempengaruhi pertumbuhan dan Status perkembangan yang buruk juga
perkembangan balita. Di desa Bowongso disebabkan karena kurangnya stimulasi.
tingkat pengetahuan ibu tergolong rendah Menurut keterangan bidan Puskesmas, di
karena semua orang tua responden yang desa Bowongso belum pernah diadakan
ikut dalam penelitian mempunyai pemeriksaan perkembangan oleh
pendidikan terakhir SD. Menurut penelitian puskesmas dan menurut keterangan orang
Hasyani (2003) terdapat korelasi yang tua balita belum pernah dilakukan stimulasi
positif dan signifikan antara tingkat perkembangan. Perkembangan anak
pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang dipengaruhi oleh status gizi, usia ibu dan
balita dengan kemampuan deteksi dini stimulasi yang dilakukan ibu. Bila anak
tumbuh kembang balita. Keterlibatan orang mendapatkan stimulasi, ia akan
tua dalam pengukuran perkembangan anak mengembangkan kemampuanya dalam
sangat penting, orang tua yang mempunyai batas-batas yang diberikan oleh keluarga
pengetahuan perkembangan yang baik akan atau lingkunganya (Hizni, Julia dan
mempengaruhi perkembangan anak balita Gamayanti, 2010)
mencapai hasil yang lebih baik. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
6
5. Hubungan Kurang Energi Protein Tabel 5
Dengan Perkembangan Anak Balita di Tes Spearmank Rank Kurang
Desa Bowongso Energi Protein Dengan
Tabel 4 Perkembangan Anak Balita di
Hubungan Kurang Energi Protein Desa Bowongso Maret 2012
Terhadap Perkembangan Anak Balita
di Desa Bowongso Maret 2012 Perkembanga
n Anak Balita
Perkembangan Total KEP KEP Correlation Coefficient 0,348*
Anak Balita Sig.(1 tailed) 0,015
Suspect Norma N 39
l *Correlation is significant at the 0.005 level
Count 3 1 4 KEP (1-tailed)
% of 75% 25% 100% berat Berdasarkan hasil uji analisis dengan
total uji statistik Spearman Rank didapatkan
Count 4 2 6 KEP nilai ρ 0,015 maka semakin berat tingkat
% of 66,7% 33,3% 100% Ringan kurang energi protein, maka perkembangan
total
Count 9 20 29 Tidak
menjadi semakin buruk pada balita di desa
% of 31% 69% 100% KEP Bowongso Kecamatan Kalikajar Kabupaten
total Wonosobo tahun 2012.
KEP mempengaruhi kecerdasan
Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan melalui kerusakan otak. KEP yang diderita
bahwa responden yang mengalami KEP pada usia muda akan mempengaruhi sistem
berat sebanyak 4 responden dengan status syaraf pusat terutama kecerdasan mereka
perkembanganya sebagian besar karena akan mengurangi sintesis DNA
mengalami perkembangan suspect 3 yang menyebabkan sel otak dalam jumlah
responden (75 %) dan yang mengalami yang kurang walaupun besarnya otak
perkembangan normal 1 responden (25%). normal. Jika KEP terjadi setelah masa
Responden yang mengalami KEP ringan divisi otak berhenti, hambatan sintesis
sebanyak 6 responden dengan status protein akan menghasilkan sel otak yang
perkembangan responden sebagian besar normal tetapi dengan ukuran yang lebih
mengalami status perkembangan suspect kecil (Pudjiadji, 2001). Hasil penelitian ini
sebanyak 4 responden (66,7%) dan yang sesuai dengan hasil penelitian yang telah
mengalami perkembangan normal dilakukan oleh Rochayati (2005) dengan
sebanyak 2 responden (33,3%). Responden judul Hubungan Status Gizi Dengan
yang tidak KEP berjumlah 29 responden Perkembangan Motorik pada anak usia 0-
dengan status perkembangan responden 24 bulan di Posyandu RW III Gendingan
sebagian besar mengalami status Ngampilan Yogyakarta. Penelitian ini
perkembangan normal yaitu 20 responden menggunakan metode non eksperimental
(69%) dan yang mengalami status observasi dengan pendekatan waktu cross
perkembangan suspect sebanyak 9 sectional. Hasil penelitian menunjukkan
responden(31%). adanya hubungan yang signifikan antara
status gizi dengan perkembangan motorik
anak usia 0-24 bulan.
Ada dua teori penting yang
menjelaskan defisiensi gizi dapat
mempengaruhi perkembangan mental.
Salah satu teorinya adalah hipotesis isolasi
fungsional. Dalam teori ini, karakteristik
perilaku anak-anak yang gizinya kurang
7
menyebabkan penurunan interaksi dengan 3. Ada hubungan antara kurang Energi
lingkunganya dan keadaan ini selanjutnya Protein dan perkembangan anak balita
akan menimbulkan outcome perkembangan usia 1-5 tahun di Desa Bowongso,
yang buruk. Hipotesis yang ke dua Kecamatan Kalikajar Kabupaten
mengatakan bahwa keadaan gizi kurang Wonososbo tahun 2012 dengan nilai
mengakibatkan perubahan struktural dan nilai ρ = 0,015
fungsional pada otak (Henningham dan Mc B. SARAN
Gregor, 2009). 1. Bagi orang tua balita (responden)
Kekurangan gizi pada masa bayi dan Bagi orang tua yang mempunyai
anak-anak juga dapat mengakibatkan balita dengan status gizi baik agar terus
kelainan yang sulit atau tidak dapat mempertahankan status gizi balita
disembuhkan dan menghambat dengan menjaga nutrisi yang diberikan
perkembangan selanjutnya, salah satunya kepada balita agar pertumbuhan dan
adalah kecerdasan. Dalam penelitian perkembangan anak balita tetap optimal.
Suhardjo (2010) kecerdasan (IQ) anak Bagi orang tua yang mempunyai balita
umur 5-15 tahun perkembangan intelektual dengan status gizi KEP dapat
serta perkembangan fisiknya banyak memperbaiki dan meningkatkan status
dipengaruhi oleh status gizinya dalam masa gizi yang diberikan kepada balita untuk
toodler dan prasekolah. Nilai yang paling mengurangi angka kejadian KEP balita
rendah dijumpai pada golongan anak-anak karena usia balita adalah usia yang dapat
yang menderita gizi kurang pada umur 2-4 mempengaruhi pertumbuhan dan
tahun. Menurut karyadi (2003) perkembangan manusia. Bagi orang tua
mengungkapkan pengaruh gizi pada masa yang mempunyai anak balita dengan
balita menyebabkan tingkat intelektual hasil test denver suspect dapat dilakukan
mereka menurun 10-15 point dengan resiko uji ulang di RSUD karena di Puskesmas
tidak mampu mengadopsi ilmu belum ada pemeriksaaan perkembangan.
pengetahuan. Selain itu daya pikir Pemeriksaan ulang test Denver
merekapun sangat lemah karena defisiensi dilakukan dalam 1-2 minggu kemudian
atau kekurangan berbagai mikronutrien untuk menghilangkan faktor sesaat
seperti yodium, zat besi dan kurang energi- seperti rasa takut, keadaan sakit atau
protein sebagai unsur makanan bergizi. Jika kelelahan.
kecerdasan anak menurun maka stimulasi 2. Puskesmas Kalikajar II
anak akan sulit diberikan. (Sumarni, Hasil penelitian ini diharapkan
Fatimah dan Mardiyah, 2010). dapat memberikan masukan bagi
instansi puskesmas maupun tenaga
KESIMPULAN DAN SARAN kesehatan dalam meningkatkan
A. KESIMPULAN pelayanan kesehatan terutama yang
1. Sebagian besar responden balita berkaitan dengan perkembangan anak
mengalami gizi baik yaitu 29 balita balita dan diadakanya pemantauan
(74,4%). Balita yang mengalami KEP perkembangan balita secara berkala
ringan yaitu 6 balita (15,4%) dan balita sebagai deteksi dini bagi perkembangan
yang mengalami KEP berat yaitu 4 anak balita. Serta adanya program puskesmas.
(10,3%) dalam pemberian makanan pendamping
2. Sebagian besar balita mengalami ASI bagi balita yang terkena KEP.
perkembangan normal yaitu sebanyak 23 3. Peneliti selanjutnya
balita (59%). Balita yang mengalami Dapat melakukan penelitian serupa
status perkembangan suspect yaitu 16 dengan mengambil sampel lebih banyak
balita (41%) lagi sehingga diperoleh hasil penelitian
yang lebih maksimal.
8
Kecamatan Lemah Wungkuk
DAFTAR PUSTAKA Kecamatan Kota Cirebon.The
Indonesian Journal of Clinical
Al-Hafidz, A(2007). Fikih Kesehatan.
Nutrition(IJCN) 2010 UGM.
Jakarta: Amzah.
Minarto. (2012). Rencana Aksi Pembinaan
DEPKES RI. (2002). Pedoman Deteksi Gizi Masyarakat dalam
Tumbuh Kembang Balita. http://www.gizikia.depkes.go.id/arc
Jakarta:Direktorat jendral hives/3143
Pembinaan Kesehatan masyarakat
Direktorat Bina Kesehatan Muhartati. (2005). Hubungan Tingkat
masyarakat. Pengetahuan Ibu Tentang Simulasi
Perkembangan Dengan
Departeman Gizi dan Kesehatan Perkembangan Anak Balita di
Masyarakat Fakultas Kesehatan Posyandu Tambakboyo Puskesmas
Masyarakat Universitas Indonesia.( Depok II Kabupaten Sleman Tahun
2007). Gizi dan Kesehatan 2005. KTI tidak
Masyarakat. Jakarta : Rajawali diterbitkan.STIKES „Aisyiyah
Press. Yogyakarta.
DepKes RI, (2007). Pedoman Notoadmodjo,S. (2010). Metodologi
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Penelitian kesehatan.
danIntervensi Dini Tumbuh Jakarta:Rineka Cipta.
Kembang Anak Ditingkat
Pelayanan Kesehatan. Pediatri Sosial/Tumbuh Kembang Bagian
Jakarta:DepKes. Ilmu Kesehatan Anak/INSKA Fak.
Kedokteran-UGM/RS.Dr.Sardjito.
Hasyani, T.(2003).Hubungan Tingkat (2004). Pemantauan
Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh perkembangan. DENVER II.
Kembang Balita Dengan Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
Kemampuan deteksi Dini Tumbuh UGM
Kembang Balita di Posyandu
Cabean, Tasikmadu, Karanganyar Pudjiadji, S. (2001). Ilmu Gizi Klinis
Tahun 2003. Karya Tulis Ilmiah Pada Anak. Jakarta : Gaya Baru.
tidak diterbitkan. STIKES
„Aisyiyah Yogyakarta. Radiah (2005). Hubungan Tingkat
Hidayat,A.A. (2008). Pengantar
Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh
Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta :Salemba Kembang Balita dengan Kejadian
Medika. Kekurang Energi Protein pada
balita Usia 0-5 Tahun di Puskesmas
____________ (2006). Pengantar Ilmu Taliwang, Sumbawa Barat. Skripsi
Keperawatan Anak. Jakarta : tidak diterbitkan
Salemba Medika.
Rochayati, D.(2005). Hubungan Status
Hizni, Julia dan Gamayanti.(2010).Status Gizi Dengan Perkembangan
Stunted dan Hubunganya dengan Motorik Pada Anak Usia 0-24
Perkembangan Anak Balita di Bulan di Posyandu RW III
Wilayah Pesisisr Pantai Utara
9
Gendingan Ngampilan Yogyakarta.
Yogyakarta :KTI tidak diterbitkan.
STIKES „Aisyiyah Yogyakarta.

Soetjiningsih. (2002). Tumbuh kembang


Anak. Jakarta:Penerbit buku
kedokteran

Sumarni,Fatimah.S,Mardhiyah.A.(2010)
.Perkembangan Kognitif dan
Bahasa Anak Gizi Kurang Usia 12-
36 Bulan di Desa Cempaka Mekar
Wilayah Kerja Puskesmas Tagog
Apu Kabupaten Bandung
Barat.Majalah keperawatan
Nursing journal of Padjajaran
University.

10

Anda mungkin juga menyukai