Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Perawatan Kesehatan di rumah bukanlah merupakan sebuah konsep baru dalam sistem
pelayanan kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini sudah
dikembangkan sejak tahun 1859 yang pada saat itu Willian Rathbone of Liverpool,
England dan juga Florence Nightingale melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan
memberikan pengobatan kepada klien (masyarakat) yang mengalami sakit terutama
terutama mereka dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri dan
lingkungan, dan gizi buruk sehingga beresiko tinggi terhadap berbagai jenis penyakit
infeksi yang umum ditemukan di masyarakat (Smith & Maurer, 2000). Kunjungan rumah
juga dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta
meminimalkan resiko penyakit infeksi masyarakat, serta mencegah terjadinya kekambuhan
penyakit, seperti: perawatan nifas pada ibu paska melahirkan, perawatan anak diare,
pemantauan klien dengan Tuberculosis, hipertensi, kardiovaskuler, penyuluhan kesehatan
klien dengan berbagai penyakit, dan lain-lain (Stanhope & Lancaster, 2001).
Seiring dengan perkembangan IPTEK dan teknologi medis di era globalisasi ini,
berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan praktek keperawatan di Indonesia kini.
Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan juga semakin meningkat dan
berubah dari konsep perawatan dan pengobatan di rumah sakit/klinik menjadi kebutuhan
perawatan di rumah, khususnya bagi klien/keluarga dengan penyakit terminal. Di samping
itu perawatan di rumah menjadi alternative bagi keluarga dengan usila (usia lanjut) yang
cenderung mengalami penyakit dengan kondisi kronik , yang membutuhkan perawatan dan
pengobatan jangka panjang. Hali ini tentu sangat memberikan keuntungan bagi klien dan
keluarganya, bila mempertimbangkan aspek kenyamanan dan keamanan klien dan keluarga
lebih intens dan interaksi lebih bebas bila berada di rumah sendiri, dan pembiayaan terapi
perawatan di rumah yang relative lebih murah dibandingkan dengan perawatan di rumah
sakit sehingga di rumah lebih cost effective.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.3.1 Apa masalah yang ada di dalam keluarga Ny . R ?
1.3.2 Bagaiamana pelaksanaan Home Visit pada keluarga Ny. R ?
1.3.3 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny. R ?
1.4 Tujuan Penulisan
1.4.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui apa masalah yang ada di dalam keluarga Ny . R ?
2. Untuk mengetahui bagaiamana pelaksanaan Home Visit pada keluarga Ny. R ?
3. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny. R ?

1.4.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penulisan ini diharapkan mahasiswa :
1. Mampu mengidentifikasi masalah pada pasien Post Sectio Caesarea
2. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan Post Sectio
Caesarea, kemudian dianalisis dan ditentukan masalah keperawatan
3. Mempu menyususn rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
klien
4. Mampu menerapkan rencana keperawatan yang nyata
5. Mampu menilai dan mengevaluasi dari hasil keperawatan yang telah dilakukan
pada pasien Post Sectio Caesarea.

1.5 Manfaat Penulisan


1.5.1 Manfaat Bagi Masyarakat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kemandirian keluarga dan meningkatkan
kesejahteraan kesehatan dalam masyarakat.

1.5.2 Manfaat Bagi Mahasiswa


Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
Serta mengembangkan wawasan, menambah ilmu pengetahuan tentang pelayanan
home visit pada keluarga serta menerapkan asuhan keperawatan yang ada.

1.5.3 Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan


Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan sehingga kedepannya nanti masyarakat akan mendapatkan pelayanan
yang lebih baik hingga dapat meningkatkan derajat kesehatan yang setingi-tinginya.

1.5.4 Manfaat Bagi Institusi


Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan
keperawatan sehingga dapat menghasilkan mahasiswa yang berkualitas dan
bermutu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Home Visit


2.1.1 Definisi
Kunjungan rumah adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk
lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. Sedangkan yang dimaksud dengan
perawatan pasien di rumah adalah apabila pertolongan kedokteran yang dilakukan
di rumah tersebut telah tidak termasuk lagi dalam kelompok pelayanan rawat jalan
(ambulatory services), melainkan dalam kelompok rawat inap (hospitalization).
Jika diperhatikan kedua batasan di atas, terlihat bahwa ruang lingkup kegiatan
pada kunjungan rumah lebih bersifat terbatas jika dibandingkan dengan ruang
lingkup kegiatan pada perawatan pasien di rumah. Ruang lingkup kegiatan pada
kunjungan rumah hanya untuk lebih mengenal kehidupan pasien serta melakukan
pertolongan kedokteran yang bersifat rawat jalan saja. Sedangkan pada perawatan
pasien di rumah, ruang lingkup kegiatan tersebut telah mencakup kegiatan
pertolongan kedokteran yang bersifat rawat inap.

2.1.2 Tujuan
Banyak alasan kenapa kunjungan dan perawatan pasien di rumah perlu
dilakukan oleh perawatan keluarga. Jika disederhanakan, berbagai alasan tersebut
secara umum dapat dibedakan atas dua macam, yakni :
1. Untuk lebih mengenal kehidupan pasien
Telah disebutkan bahwa pelayanan perawatan keluarga adalah pelayanan
kedokteran menyeluruh. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan secra
menyeluruh ini, diperlukan antara lain tersedianya data yang lengkap tentang
keadaan pasien, sedemikian rupa sehingga dapat dikenal kehidupan pasien
secara lebih lengkap. Untuk dapat mengumpulkan data ini tidak ada upaya lain
yang dapat dilakukan kecuali melakukan kunjungan ke rumah pasien.
2. Untuk melakukan pertolongan pertama dan lanjutan
Telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik pokok pelayanan
keperawatan keluarga adalah pelayanan yang berkesinambungan. Untuk dapat
mewujudkan pelayanan keperawatan yang seperti ini, tentu tidak cukup jika
pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan hanya bersifat pasif, dalam
arti hanya menanti pasien berkunjung ke tempat praktek saja. Pelayanan dokter
keluarga yang baik harus bersifat aktif, dalam arti, jika memang diperlukan,
melakukan kunjungan dan atau merawat pasien di rumah pasien. Banyak alasan
kenapa pertolongan perlu dilakukan melalui kunjungan dan ataupun perawatan
di rumah tersebut. Dua di antaranya yang dipandang mempunyai peranan yang
amat penting, yakni :
a. Karena keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk datang ke
tempat praktek
Alasan pertama perlunya dilakukan pertolongan melalui kunjungan dan
atau perawatan di rumah adalah karena keadaan kesehatan pasien tidak
memungkinkan untuk datang berobat ke tempat praktek, atau kalau tetap
dipaksakan, akan lebih memperberat keadaan pasien. Keadaan yang tidak
memungkinkan tersebut banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan
atas tiga macam, yakni :
− Karena menderita penyakit akut yang tidak memungkinkan pasien
untuk dibawa ke tempat praktek, atau kalau dibawa dan kebetulan
menderita penyakit menular, dapat membahayakan orang lain.
− Karena menderita penyakit kronis, terutama apabila dialami oleh orang
yang telah lanjut usia
− Karena menderita penyakit stadium terminal yang telah tidak ada
harapan untuk hidup lagi.
b. Sebagai tindak lanjut pelayanan rawat inap di rumah sakit
Alasan kedua perlunya dilakukan pertolongan melalui kunjungan dan
atau perawatan di rumah adalah untuk menindaklanjuti pelayanan rawat
inap bagi pasien yang baru saja keluar dari rumah sakit. pelayanan yang
baik seyogyanya dapat melakukan pelayanan tindak lanjut ini, sedemikian
rupa sehingga keadaan kesehatan pasien kembali pada keadaan semula serta
dapat melakukan kegiatan rutin sehari -hari. Pada akhir -akhir ini, pelayanan
tindak lanjut rawatinap melalui kunjungan dan atau perawatan di rumah,
tampak semakin bertambah penting. Penyebab utamanya adalah karena
mahalnya biaya perawatan di rumah sakit, sehingga pasien karena kesulitan
biaya, meskipun belum sembuh sempurna telah minta untuk segera
dipulangkan.

2.1.3 Manfaat Home Visit


Apabila kunjungan dan atau perawatan di rumah dapat dilakukan dengan sebaik-
baiknya, akan diperoleh banyak manfaat. Beberapa dari manfaat tersebut antara lain
adalah:
1. Dapat lebih meningkatkan pemahaman perawat tentang pasien
Adanya peningkatan pemahaman yang seperti ini mudah dimengerti, karena
memanglah dengan dilakukannya kunjungan dan atau perawatan pasien di
rumah tersebut, perawat akan memperoleh banyak keterangan tentang pasien
yang dimaksud.
2. Dapat lebih meningkatkan hubungan perawat –pasien
Sama halnya dengan pemahaman, peningkatan hubungan perawat – pasien ini
adalah juga sebagai hasil dari dilakukannya kunjungan dan atau perawatan
pasien di rumah.
3. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien
Dengan makin meningkatnya pemahaman perawat tentang keadaan pasien, dan
atau dengan makin baiknya hubungan perawat –pasien, berarti sekaligus akan
meningkatkan pula pemahaman perawat tentang kebutuhan serta tuntutan
kesehatan pasien. Adanya pemahaman yang seperti ini jelas akan berperanan
besar dalam upaya lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan
kesehatan pasien.
4. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien
Pelayanan keperawatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan
pasien, apalagi jika disertai dengan hubungan perawat –pasien yang baik, pasti
mempunyai peranan yang amat besar dalam lebih meningkatkan kepuasan pasien
(patient satisfaction). Sesuatu yang pada akhir -akhir ini telah disepakati sebagai
salah satu tolak ukur yang paling penting dari pelayanan kesehatan yang bermutu.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Rumah


Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab di sini, yang jika
diselenggarakan, secara umum dapat dibedakan atas 4 macam (McWhinney, 1981;
Pritchard, 1978). Keempat faktor yang dimaksud adalah :
1. Makin mudahnya sistem komunikasi
Faktor pertama yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan
kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karena makin mudahnya
sistem komunikasi, baik berupa mobil pribadi dan atau kendaraan umum.
Akibatnya, apabila kebetulan ada anggota keluarga yang jatuh sakit, tidak perlu
memanggil dokter ke rumah, tetapi dapat langsung membawa si sakit ke tempat
praktek dokter. Di dalam faktor kemudahan sistem komunikasi ini, termasuk
pula penggunaan pesawat telepon yang makin sering dilakukan. Sehingga pasien
untuk penyakit yang sederhana, tidak perlu memanggil tenega kesehatan ke
rumah, tetapi cukup menghubungi tenaga kesehatan melalui telepon. Sayangnya,
untuk daerah perkotaan kemudahan sistem komunikasi ini tidaklah ditemukan.
Kota besar memang selalu menghadapi masalah lalu lintas yang padat.
Akibatnya, ternyata juga berpengaruh pada penurunan pelayanan kunjungan dan
atau perawatan di rumah. Karena tenaga kesehatan yang mengalami kesulitan
transportasi enggan mengunjungi pasien di rumah.
2. Makin majunya ilmu dan teknologi kedokteran
Faktor kedua yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan
kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karena makin majunya
ilmu dan teknologi, terutama dalam bidang pencegahan penyakit. Akibatnya,
jumlah pasien yang menderita penyakit akut, yang sering dipakai sebagai alasan
memanggil perawat ke rumah, mulai berkurang.
3. Penggunaan berbagai alat kedokteran canggih
Faktor ketiga yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan
kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karenamakin banyak
dipergunakannya alat kedokteran canggih yang sulit dibawa berpergian.
Sehingga pasien, untuk hasil pertolongan yang optimal, lebih memilih untuk
datang langsung berobat ke tempat praktek, bukan memanggilnya datang ke
rumah.
4. Sikap dan perilaku Perawat
Faktor keempat yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan
kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karena adanya sikap dan
perilaku perawat tertentu yang enggan atau menolak untuk melakukan
kunjungan dan merawat pasien di rumah. Akibatnya, tidak mengherankan jika
pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah tampak semakin
berkurang. Bersamaan dengan ditemukannya berbagai faktor yang berperan
sebagai penyebab makin berkurangnya pelayanan kunjungan dan perawatan
pasien di rumah sebagaimana dikemukakan di atas, ditemukan pula berbagai
faktor lainnya yang berperan sebagai pendorong makin perlu dilakukannya
kunjungan dan perawatan pasien di rumah tersebut.
Faktor-faktor pendorong yang dimaksudkan di sini secaraumumdapat dibedakan
atas tiga macam, yakni :
1. Makin meningkatnya usia hidup rata-rata anggota masyarakat
Faktor pertama yang diperkirakan mempunyai peranan yang amat besar
dalam mendorong makin pentingnya pelayanan kunjungan dalam perawatan
pasien di rumah adalah makin meningkatnya usia hidup rata-rata dari anggota
masyarakat. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia akan semakin banyak
ditemukan. Keadaan yang seperti ini pasti akan besar peranannya dalam
mengubah sistem pelayanan. Sebagai akibat dari masalah kesehatan penduduk
lanjut usia yang bersifat khas, menyebabkan pelayanan keperawatan telah tidak
dapat lagi jika hanya mengandalkan diri pada pelayanan yang bersifat pasif
saja. Untuk hasil yang optimal dari pelayanan keperawatan orang usia lanjut
tersebut diperlukan pelayanan keperawatan yang lebih aktif, yang antara lain
dapat diwujudkan melalui pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah.
2. Makin meningkatnya biaya pelayanan rawat inap di rumah sakit
Pada saat ini, sebagai pengaruh dari berbagai faktor, termasuk penggunaan
berbagai alat kedokteran canggih, menyebabkan biaya pelayanan kesehatan,
terutama pelayanan rawat inap di rumah sakit, tampak semakin meningkat.
Dalam keadaan yang seperti ini tidak mengherankan jika banyak anggota
masyarakat mencoba menghindar dari perawatan rumah sakit. Atau kalaupun
sempat dirawat, berusaha untuk segera pulang, meskipun sebenarnya keadaan
kesehatan orang tersebut belum sepenuhnya pulih. Untuk dapat tetap
memperoleh pertolongan perawatan sesuai dengankebutuhan, banyak anggota
masyarakat akhirnya memang lebih suka memilih perawatan di rumah saja
untuk hasilnya yang optimal, jelas sangat memerlukan pelayanan kunjungan
dan ataupun perawatan pasien di rumah.
3. Karena desakan program asuransi kesehatan
Pada akhir-akhir ini, sebagai akibat dari makin meningkatnya biaya
kesehatan, banyak pihak mulai mengembangkan program asuransi kesehatan.
Untuk memperkecil risiko finansial, perusahaan asuransi kesehatan biasanya
tidak memperlakukan sistem pembiayaan atas dasar tagihan (indemnity),
melainkan atas dasar kapitasi (capitation). Dengan sistem pembiayaan yang
seperti ini, tidak ada pilihan lain bagi dokter kecuali aktif menyelenggarakan
pelayanan pencegahan penyakit, yang antara lain dapat dilakukan melalui
pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah.

2.2 Sectio Caecarea


2.2.1 Defini
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn & William, 2010).
Menurut Amru Sofian (2012) Sectio Caesareaadalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amin &
Hardhi, 2013).
Dari beberapa pengertian tentang Sectio Caesarea diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa Sectio Caesarea adalah suatu tindakan pembedahan yang
tujuannya untuk mengeluarkan janin dengan cara melakukan sayatan pada dinding
abdomen dan dinding uterus.

2.2.2 Etiologi
Menurut Amin &Hardi (2013) etiologi Sectio Caesareaada dua yaitu sebagai
berikut:
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disporporsi sefalo pelvik (disproporsijanin/panggul), ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
placenta previaterutama pada primigravida, solutsio placentatingkat I-II,
komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi-eklampsia, atas permitaan, kehamilan
yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista
ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau
forseps ekstraksi.

2.2.3 Komplikasi
Menurut Wikjosastro (2007) komplikasi Sectio Caesarea sebagai berikut:
1. Komplikasi pada ibu
a. Infeksi puerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nifas; atau bersifat berat, seperti peritonitis, sepsis dan
sebagainya. Infeksi postoperatif terjadi apabila sebelum pembedahan sudah
ada gejala-gejala yang merupakan presdisposisi terhadap kelainan itu (partus
lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya).
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-
cabang arteri uterina ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-
paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi.
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio
caesareaklasik.
2. Komplikasi pada bayi
Nasib anak yang dilahirkan dengan Sectio Caesarea banyak tergantung dari
keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan Sectio Caesarea.

2.2.4 Idikasi dan Kontraindikasi


Menurut Rasjidi (2009) indikasi dan kontra indikasi dari Sectio Caesarea sebagai
berikut:
1. Indikasi
a. Indikasi Sectio Caesarea
a) Indikasi mutlak Indikasi Ibu
− Panggul sempit absolut
− Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya
stimulasi
− Tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan obstruksi
− Stenosis serviks atau vagina
− Placenta previa
− Disproporsi sefalopelvik
− Ruptur uteri membakat
b) Indikasi janin Kelainan letak
− Gawat janin
− Prolapsus placenta
− Perkembangan bayi yang terhambat
− Mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklampsia.
b. Indikasi Relatif
a) Riwayat Sectio Caesarea sebelumnya
b) Presentasi bokong
c) Distosia
d) Fetal distress
e) Preeklampsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes
f) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
c. Indikasi Sosial
a) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya.
b) Wanita yang ingin Sectio Caesarea efektif karena takut bayinya mengalami
cedera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi resiko kerusakan
dasar panggul.
c) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau sexuality
image setelah melahirkan.

2. Kontra Indikasi
Kontraindikasi dari Sectio Caesareaadalah:
a. Janin mati
b. Syok
c. Anemia berat
d. Kelainan kongenital berat
e. Infeksi piogenik pada dinding abdomen
f. Minimnya fasilitas operasi sectiocaesarea.
2.3 PemeriksaanFisikIbuPost Partum
2.3.1 Definisi
Pemeriksaanfisikmerupakansalahsatucaramengetahuigejalaataumasalahkesehata
n yang dialamiolehibunifasdenganmengumpulkan data
objektifdilakukanpemeriksaanterhadappasien.

2.3.2 Tujuan
Pemeriksaanfisikibupost
partumsangatpentingdilakukanuntukdapatmendeteksikeadaanibuapakah normal
ataukahterdapatabnormalitas yang disebabkanolehprosespersalinan. Pengkajian
yang dapatdilakukanpadaibupost partummeliputi :
1. KeadaanUmum
Kajikondisiibusecaraumum, apakahibumerasakelelahanatauibumerasasegar.
Hal inimempengaruhi penerimaanibuterhadapbayiserta kemampuandalam
menyusuidanmengasuhbayi.
2. Tanda-tanda Vital
Kajitekanandarah, nadi, pernafasandansuhupadaibu.Periksatanda-tanda vital
tersebutsetiap 15 menitselamasatu jam
pertamasetelahmelahirkanatausampaistabil, kemudianperiksasetiap 30
menituntuk jam-jam berikutnya. Nadidansuhudiatas normal
dapatmenunjukankemungkinanadanya
infeksi.Tekanandarahmungkinsedikitmeningkatkarenaupayauntukpersalinandank
eletihan.Tekanandarah yang
menurunpeludiwaspadaikemunginanadanyaperdarahanpost partum.
3. Kepaladanwajah
Mata : Konjungtiva yang anemismenujukanadanya anemia
karenapendarahansaatpersalinan.
Hidung : Kajidantanyakanpadaibu,
apakahibumenderitapilekatausinusitis. Infeksipadaibupost
partumdapatmeningkatkankebutuhan energy.
Telinga :
Kajiapakahibumenderitainfeksiatauadaperadanganpadatelinga.
Mulut &gigi : Tanyakanpadaibuapakahibumengalami stomatitis,
ataugigi yang
menjadipintumasukbagimikroorganismedanbisaberedarsecarasistematik.
4. Leher
Kajiadanyapembesarankelenjarlimfedanpembesarankelenjartiroid.Kelenjarli
mfe yang membesardapatmenunjukanadanyainfeksi, ditunjangdenganadanya
data yang lain sepertihipertermi, nyeridanbengkak.
5. Payudara
Kajiukuran, bentuk, permukaandanwarnadarikalangpayudara, papilla
mamae, putting susudankajiadanyamassa.
6. Abdomen
Keadaan : Kajiadakahstriedanliniaalba. Kajikeadaan
abdomen, apakahlembekataukeras.Abdomen yang kerasmenunjukankontraksi
uterus bagussehinggaperdarahandapatdiminimalkan.Abdomel yang
lembekmenunjukansebaliknyadandapatdimasaseuntukmerangsangkontraksi.
Kondisiluka : Luka SC harusdikajiapakahterdapattanda-
tandainfeksi,
jikaadaharusdilaporkansegerauntukmendapatkanpenangananlebihlanjut.
Diastasis rektusabdominis : Diastasis
rektusabdominisadalahreganganpadaototrektusabdominisakibatpembesaran
uterus. Jikadipalpasi,
reganganinimenyerupaicelahmemanjangdariprosessusXiphoideuske umbilicus
sehinggadapatdiukurpanjangdanlebarnya.Diastasis initidakdapat menyatu
kembali seperti sebelum
hamiltetapidapatmendekatdenganmemotivasiibuuntukmelakukansenam
nifas.Cara memeriksa diastasis rektusabdominisadalah
terlentangtanpabantaldanmengangkatkepala, tidakdiganjal.Kemudianpalpasi
abdomen
daribawahprosessusxipodeuskeumbilkuskemudianukurpanjangdanlebar
diastasis.
Fundus Uteri : Palpasipundusuteri dariarah umbilicus
kebawah. Tentukantinggi fundus uteri, misalnya 1 jaridiataspusatdan lain-
lain.Posisi fundus apakahsentralatau lateral.Posis lateral biasanyaterdorongoleh
bladder yang penuh. Kontraksijugaharusdiperiksa,
kontraksilemahatauperutterabalunakmenunjukankontraksi uterus
kurangmaksimalsehinggamemungkinkanterjadinyapedarahan.
Kandungkemih :
Kajidenganpalpasikandunganurinedikandungkemih. Kandungkemih yang
bulatdanlembutmenunjukanjumlah urine yang
terapungbanyakdanhalinidapatmenggangguinvolusi uteri,
sehinggaharusdikeluarkan.
7. Lokhea
Kajijumlah, warna, konsistensidanbaulokhea padaibupost
partum.Perubahanwarnaharussesuai.Misalnyaibupost
partumhariketujuhharusmemilikilokhea
yangsudahberwarnamerahmudaataukeputihan.
Jikawarnalokheamasihmerahmakaibumengalamikomplikasipost partum. Lokhea
yang
berbaubusukmenunjukanadanyainfeksidisaluranreproduksidanharussegeraditang
ani.

8. Perineum
Kajikondisiperineum, apakahutuhatauterdapatlukaepisiotmi, atau
ruptur.Kajijugaadanyatanda-tanda REEDA (Redness, Edema, Ekimosis,
Discharge danAproximation).Kebersihan perineum
menunjukanpenyembuhanluka.Serta adanyahemoroidderajat 1 normal
untukibuhamildanpascapersalinan.
9. Ektremitas
Kajiapakahadavarisesdantanda human, tanda human
positifmenunjukanadanyatromboflebitissehinggadapatmenghambatsirkulasike
organ distal.Cara memeriksatanda homan
adalahmemposisikanibuterlentangdengantungkaiekstensi,
kemudiandidorsofleksikandantanyakanapakahibumengalaminyeripadabetis,
jikanyerimakatanda human positifdanibuharusdimotiavasiuntukmobilisasidini
agar sirkulasi lancar.

2.4 Mobilisasi Dini Post Sectio Caesarea (SC)


2.4.1 Definisi
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu
aktivitas/kegiatan. Sedangkan mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan,
posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan
dengan persalinan sectio Ceasarea (SC).

2.4.2 Tujuan
Ibu post partum perlu melakukan mobilisasi dini untuk membantu penyembuhan
penderita/ibu yang sudah melahirkan.

2.4.3 Manfaat
1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
a. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga
otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan
demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat
kesembuhan.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal.
d. Aktivitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti
semula.
2. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat
anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya
kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa merawat
anaknya dengan cepat.
3. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Dengan mobilisasi sirkulasi
darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat
dihindarkan.

2.4.4 Rentang Gerak Mobilisasi


Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1. Rentang Gerak Pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
2. Rentang Gerak Aktif
Rentang gerak aktif ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien
menggerakkan kakinya.
3. Rentang Gerak Fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan.

2.4.5 Pelaksanaan Mobilisasi Dini


Menurut Aliahani (2010) pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum sectio
ceasarea terdiri dari :
Hari ke 1
1. Berbaring miring kekanan dan kekiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah
ibu sadar
2. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin
setelah sadar
Hari ke 2
1. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk berbafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan
kepercayaan pada diri ibu bahwa ia mulai pulih.
2. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk.
3. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari ibu yang sudah melahirkan
dianjurkan belajar duduk selama sehari.
Hari ke 3 sampai ke 5
1. Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi
2. Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat
membantu penyembuhan luka.

Gambar 1.1 Latihan gerak post SC

2.5 Asi Ekslusif


2.5.1 Definisi
Pemberian ASI ekslusif menurut Depkes (2003) adalah pemberian ASI saja
kepada bayi tanpa diberi makanan dan minuman lain sejak dari lahir sampai usia 6
bulan, kecuali pemberian obat dan vitamin.

2.5.2 Manfaat
1. Manfaat ASI bagi bayi, meliputi :
a. ASI sebagai makanan yang bergizi bagi bayi
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
c. Meningkatkan kecerdasan
d. Mengurangi resiko terkena kencing manis, kanker pada anak dan mengurangi
kemungkinan menderita penyakit jantung
e. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi ASI ekslusif
akan lebih cepat bisa berjalan
f. Menunjang perkembangan kepribadian emosional, kematangan spiritual dan
hubungan social yang baik.
2. Manfaat ASI bagi Ibu, meliputi :
a. Mengurangi pendarahan setelah melahirkan
b. Menjarangkan kehamilan (kontrasepsi alami)
c. Menurunkan resiko kanker payudara
d. Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak

2.5.3 Komposisi ASI


ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 mengandung kolostrum. ASI
mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk makronutrien
adalah karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan
mineral.
2.5.4 Managemen Laktasi
1. Cara Memeras ASI
a. Membersihkan puting dan melakukan pijatan
b. Menyusui setiap 2-3 jam
c. Memompa Asi
d. Skin to skin contact
e. Kompres payudara
f. Memilih KB yang tepat untuk ibu menyusui
g. Memperbanyak konsumsi sayur, buah dan air putih
2. Cara Menyimpan ASI
a. ASI disimpan pada suhu kamar atau udara terbuka (260C) akan tahan selama
6-8 jam
b. ASI disimpan dalam termos berisi es batu akan tahan selama 24 jam
c. ASI yang disimpan dalam lemari es akan tahan sampai 2-3 hari (Depkes RI
Dirjen Kesmas, Direktorat Gizi Masyarakat, 2004).

2.6 Teknik Menyusui yang Benar


2.6.1 Definisi
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.

2.6.2 Tujuan
1. Mencegah iritasi pada putting susu
2. Produksi ASI lancar dan keluar dengan optimal
3. Meningkatkan kenyamanan antara ibu dengan bayi.

2.6.3 Posisi Ibu dan Bayi yang Benar


Gambar 1.2 Posisi menyusui yang benar

2.7 Senam Nifas


2.7.1 Definisi
Senam nifas adalah terapi latihan gerak yang diberikan pada saat seseorang ibu
menjalani nifas atau setelah melahirkan (Idamaryati, 2009).

2.7.2 Tujuan
1. Memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya rahim ke bentuk
semula)
2. Mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan pada kondisi
semula
3. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul selama menjalani masa nifas
4. Memelihara dan memperkuat kekuatan otot perut, otot dasar panggul, serta otot
pergerakan
5. Memperbaiki sirkulasi darah, sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, tonus
otot pelvis, regangan otot tungkai bawah
6. Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki dan mencegah timbulnya
varises.

2.7.3 Manfaat
1. Mempercpat pemulihan pasca persalinan
2. Menjaga mood tetap baik
3. Mencegah kelelahan
4. Menguatkan otot panggul setelah melahirkan.

2.7.4 Indikasi
1. Pada persalinan normal, senam bisa dilakukan di hari pertama setelah persalinan
2. Pada persalinan SC, membutuhkan waktu sekitar 3 hari pemulihan sebelum
memulai senam nifas.
2.7.5 Kontraindikasi
1. Ibu post partum dengan komplikasi yang belum teratasi
2. Ibu post partum dengan secsio sesarea (operasi).

2.8 Keluarga Berencana (KB)


2.8.1 Definisi KB
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004;27).
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu
dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen (Prawirohardjo, 2008;534).

2.8.2 Tujuan KB
1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia.
2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga.

2.8.3 Manfaat
Manfaat menggunakan kontrasepsi atau keluarga berencana antara lain :
1. Mengatur jarak kelahiran dan jumlah anak yang diinginkan
2. Mencegah efek kesehatan jiwa dari kehamilan yang tidak diinginkan dan
mengurangi aborsi
3. Memungkinkan wanita untuk mengontrol kesuburan mereka sehingga dapat
memutuskan bila dan kapan mereka ingin hamil dan memiliki anak.

2.8.4 Metode dan Macam KB


1. Intra Uterine Device (IUD)
Disebut juga alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Cara kerja
IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu. Walaupun IUD
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan untuk
fertilisasi.
Indikasi
Usia reproduksif, keadaan nulipara, menginginkan menggunakan
kontrasepsi jangka panjang, perempuan menyusui yang menginginkan
menggunakan kontrasepsi, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah
mengalami abortus dan tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
Kontraindikasi
Tidak boleh digunakan oleh wanita yang haidnya sangat banyak atau
perdarahan abnormal, anemia, pernah mengalami kehamilan diluar kandungan,
penyakit jantung dan pernah mengalami infeksi pelvik.
Keuntungan
Efektifitas sangat tingi, bekerja cepat setelah dimasukan ke dalam rahim,
dan bekerja dalam jangka waktu lama.
Kerugian
Haid banyak atau spotting biasanya pada bulan pertama pemakaian, kram
dan nyeri, penyakit inflamasi pelvik, dan dapat terjadi kehamilan diluar
kandungan atau abnormal spontan.

2. Implan (Susuk KB)


Cara kerja
Progestin bekerja menghambat ovulasi, lendir servik menjadi pekat
sehingga tidak dapat dilalui spermatozoa, serta mengakibatkan endometrium
menjadi tipis dan atrofik sehingga tidak dapat untuk implantasi hasil pembuahan.
Indikasi
Tidak cocok untuk estrogen dan AKDR, wanita yang sudah punya anak dan
tidak ingin hamil lagi tetapi tidak mau mengalami proses implantasi
Kontraindikasi
Tidak boleh dipakai jika dicurigai adanya kehamilan atau perdarahan
abnormal dari uterus yang belum diketahui diagnosisnya. Tidak diberikan jika
memiliki riwayat keganasan, penyakit hepar dan riwayat gangguan
kardiovaskuler.
Keuntungan
Sangat efektif dan reversible, pemakaian hanya 1 kali selama 5 tahun,
pemulihan kesuburan dapat berlangsung cepat, mungkin tidak mempengaruhi
laktasi, lipid darah dan tekanan darah.
Kerugian
Haid tidak teratur, pemasangan dan pengambilan susuknya memerlukan
prosedur pembedahan dan jika tidak meneruskan cara ini batang implant harus
dilepas.

3. Kondom (Karet KB)


Cara kerja
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna
wanita.
Indikasi
Pria (Penyakit genetalia, sensitivitas penis terhadap secret vagina dan
ejakulasi premature); wanita (vaginitis, kontraindikasi terhadap kntrasepsi oral
dan IUD, selama kontrasepsi oral dan partum dan selama haid).
Kontraindikasi
Semua pria dapat memakai kondom kecuali dia atau pasanganya rentan
(alergi/sensitive) terhadap lateks.
Keuntungan
Cara pakainya mudah, murah, cukup efektif, dapat diperoleh tanpa resep
dokter, dapat melindungi dari penyakit tertentu yang ditularkan lewat hubungan
seksual, tidak mempunyai efek samping pada tubuh dan merupakan satu cara
dimana pria ikut bertanggung jawab dalam upaya pencegahan kehamilan.
Kerugian
Dapat disimpan sampai 5 tahun, tetapi dapat rusak lebih cepat jika disimpan
ditempat yang panas, terkena sinar matahari atau lembab dan akan mudah sobek
jika sudah rusak atau diperlakukan kasar, pemakaiannya dirasakan mengganggu
kegiatan senggama dan mengurangi kenikmatan seksual.

4. Tubektomi
Cara Kerja
Mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin)
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
Indikasi
Usia >26 tahun, paritas >2, pasca persalinan atau keguguran, memiliki risiko
kesehatan yang serius pada kehamilannya.
Kontraindikasi
Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai), perdarahan vaginal yang belum
jelas dan harus dievaluasi, infeksi sistemik atau pelvik yang akut dan tidak boleh
menjalani proses pembedahan.
Keuntungan
Efektifitas hampir 100%, tidak mempengaruhi proses menyusui, tidak ada
perubahan dalam fungsi seksual dan tidak ada efek samping dalam jangka
panjang.
Kerugian
Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan dan
penyesalan dikemudian hari.

5. Vasektomi
Cara Kerja
Mengoklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat
dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
Indikasi
Untuk tujuan kontrasepsi yang bersifat permanen dan tujuan pengobatan
seperti mencegah infeksi atau hipertrofi kelenjar prostat.

Kontraindikasi
Infeksi kulit lokal (misalnya Scabies), infeksi traktus genetalia, kelainan
skrotum, penyakit sistemik, riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang
tidak stabil.
Keuntungan
Efektifitas hampir 100%, teknik operasi kecil dan sederhana, biaya murah
dan terjangkau.
Kerugian
Cara ini tidak lansung efektif tapi memerlukan waktu sampai sperma
menjadi negative dalam analisa semen.

6. Kontrasepsi Oral (Pil KB)


Cara Kerja
Mengandung sintetik estrogen dan preparat progestin yang mencegah
kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium)
dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma.
Indikasi
Umur diatas 35 tahun, tidak cocok dengan estrogen, Hipertensi, perokok dan
menyusui
Kontraindikasi
Tidak boleh diberikan pada wanita yang memiliki penyakit hati aktif atau
tumor, jantung, kanker payudara atau rahim, diabetes yang disertai penyembuhan
arteri, dan yang memiliki kadar trigliserida tinggi.
Keuntungan
Tidak mengganggu hubungan intim dengan pasangan, mengatur siklus haid
dan kesuburan segera kembali ketika dihentikan
Kerugian
Mual, sakit kepala ringan, biasanya haid akan terhenti, berat badan
bertambah dan perdarahan atau bercak darah terutama jika terlambat minum pil.

7. Suntik KB
Cara Kerja
Mencegah terjadinya kehamilan dengan menghambat ovulasi endometrium
menjadi tipis dan atrofi, dan lendir serviks menjadi sangat pekat sehingga tidak
dapat dilalui oleh sprematozoa.
Indikasi
Tidak keberatan jika terjadi amenorea, terjadi risiko meningkatnya
komplikasi kardiovaskuler jika memakai pil KB dan saat kembalinya kesuburam
tidak penting.

Kontraindikasi
Tidak boleh dipakai apabila diduga adanya kehamilan atau perdarahan
abnormal dari uterus yang belum diketahui diagnosisnya. Tidak diberikan jika
memiliki riwayat keganasan, penyakit hepar dan riwayat gangguan
kardiovaskuler.
Keuntungan
Efektif dan refesibel, pemakaian mudah hanya 1 kali selama 3 bulan, tidak
mengganggu laktasi dan pertumbuhan bayi serta kembalinya kesuburan sama
sekali tidak terganggu.
Kerugian
Gangguan haid, perdarahan bertambah, kecenderungan meningkatnya kadar
kesuburan dipertambah 4 sampai 8 bulan setelah pemberian terakhir, serta keluhan
lainnya seperti mual, muntah, sakit kepala, panas dingin, pegal-pegal, nyeri perut,
dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai