Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM PUSKESMAS

1 Jelaskan definisi Puskesmas menurut PERMENKES No. 75 Tahun 2014!


Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.

2 Sebutkan dan jelaskan 2 kegiatan utama Puskesmas!


a. Upaya Kesahatan Masyarakat (UKM) Community Program
kegiatan yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Kegiatan tersebut meliputi:
1) UKM Esensial
 Pelayanan Promosi Kesehatan: Penyuluhan, Pemberdayaan Masyarakat, Pelatihan,
Advokasi
 Pelayanan Kesehatan Lingkungan
 Pelayanan KIA dan KB
 Pelayanan Gizi : Deteksi dini, Pelayanan
 Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit: Penyakit tidak menular, Penyakit
menular
2) UKM Pengembangan
 Pelayanan Kesehatan Jiwa
 Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
 Pengobatan tradisional, komplementer dan alternatif
 UKS
 Kesehatan indera
 Kesehatan lansia
 Kesehatan kerja dan olahraga
b. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) Individual Health Service
suatu kegiatan dan/ atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan
kesehatan perseorangan.
Dilaksanakan dalam bentuk:
 Rawat jalan; (outpatient office based)
 Pelayanan gawat darurat; (emergency service)
 Pelayanan satu hari
 Home care; dan/atau
 Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan (inpatient)
3 Apa syarat sebuah Puskesmas?
Menurut PERMENKES No. 75 Tahun 2014, syarat sebuah puskesmas seperti disebutkan dalam Pasal 9;
(1) Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.
(2) Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu) Puskesmas.
(3) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan pertimbangan
kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas.
(4) Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan,
ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.

4 Apa perbedaan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan?
Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untukmendukung
pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan, sedangkan Upaya Kesehatan
Masyarakat Pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yangkegiatannya memerlukan upaya
yang sifatnya inovatif dan/ataubersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikandengan prioritas
masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja danpotensi sumber daya yang tersedia di masing-masing
Puskesmas.

5 Sebutkan program-program yang ada pada Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial!


Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial sebagaimana dimaksud pada Pasal 36 ayat (1)PERMENKES No. 75
Tahun 2014 meliputi:
a. pelayanan promosi kesehatan;
b. pelayanan kesehatan lingkungan;
c. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d. pelayanan gizi; dan
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

6 Jelaskan mengenai UKM Esensial


a. Pelayanan promosi kesehatan (Jessica Yuwono)
 Latar belakang program:
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, menurut data SDKI tahun 2002-2003
masih sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup demikian pula angka kematian bayi masih
cukup tinggi yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup. Selain sebagai pusat pelayanan kesehatan
masyarakat, puskesmas juga diharapkan sebagai pusat komunikasi masyarakat. Sesuai asaz
penyelenggaraan puskesmas yaitu pemberdayaan masyarakat, artinya puskesmas wajib
memberikan promosi kesehatan, menggerakkan, dan memberdayakan masyarakat agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan, terutama dalam berperilaku
hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu promosi kesehatan puskesmas berperan penting dalam
membantu masyarakat agar mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
 Sasaran program:
Seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas
 Kegiatan pokok yang wajib dilaksanakan:
- Pemberdayaan individu: misalnya menyampaikan kepada ibu-ibu untuk
menimbang anak balitanya secara berkala dan mencatatnya dalam buku Kartu
Menuju Sehat untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anaknya.
- Pemberdayaan keluarga: misalnya memberi penyuluhan ke rumah-rumah
masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
- Pemberdayaan masyarakat: posyandu, bina keluarga balita, pos kesehatan desa,
keluarga standar gizi, upaya kesehatan sekolah.
b. Pelayanan KIA dan KB (Ruthie Aviana)
 Latar belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia dan merupakan modal setiap warga
untuk mencapai tujuannya dan kemakmuran. Pemerintah memmpunyai tanggung jawab untuk
menjamin setiap warga Negara memperoleh pelaynaan kesehatan yang berkualitas sesuai
dengan kebutuhan. Penyediann barang/jasa bidang kesehatan mutlak memerlukan keterlibatan
pemerintah untuk menjamin tersedianya barang/jaa kesehatan yang dapat diperoleh warga
Negara yang memerlukan sesuai dengan kebutuhannya serta menyediakan barang/jasa
kesehatan bagi warga Negara yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya di bidang
kesehatan. Oleh karena itu, pelaksanan urusan tersebut diatur dengan standar peayanan
minimal untuk memastikan ketersediaan layanan tersebut bagi seluruh warga Negara.
 Sasaran
Sasaran petunjuk teknis ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah
terkait penerapan SPM bidang kesehatan berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah serta peraturan pelaksanaannya.
 Program pokok di puskesmas
Pemasangan kontrasepsi
Konseling terhadap PUS
Memantau dan mengobati efek samping pemakaian alat kontrasepsi
Pengembangan paket KIE KB untuk PUS
c. Pelayanan Kesehatan Lingkungan (Kadek Anggie Wigundwipayana)
 Latar Belakang
Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang pengaturannya
ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat tersebut melalui upaya
pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko kesehatan lingkungan di
permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum. Sampai saat ini
penyakit yang terkait kualitas lingkungan masih merupakan masalah kesehatan dalam
masyarakat, antara lain Malaria pada tahun 2012 sebanyak 417.819 kasus dan Anual Parasite
Incident Malaria di Indonesia sebesar 1,69 per 1.000 penduduk. Demam Berdarah Dengue
pada tahun 2012 sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 (IR= 37,11 dan CFR=
0.9). Sedangkan penemuan Pneumonia Balita pada tahun 2012 cakupannya sebesar 22,12 %.
Angka kesakitan diare pada semua umur menurun tidak signifikan dari 423 per 1000
penduduk pada tahun 2006 menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun 2010, hasil survey
morbiditas tahun 2006 dan tahun 2010 memperlihatkan bahwa tidak ada perubahan episode
diare pada balita sebesar 1,3 kali (Hasil kajian morbiditas diare, Depkes, 2012).
WHO melaporkan sementara ini Indonesia pada peringkat 5 dunia jumlah penderita
TB Paru (WHO Global Tuberculosis Control 2010). Disamping itu perubahan iklim (climate
change) diperkirakan akan berdampak buruk terhadap lingkungan sehingga dapat terjadi
peningkatan permasalahan terhadap penyakit. Hal lain yang menyebabkan meningkatnya
permasalahan penyakit juga diakibatkan oleh keterbatasan akses masyarakat terhadap kualitas
air minum yang sehat sebesar 63 % dan penggunaan jamban sehat sebanyak 69% (sekretariat
STBM, Bappenas, Tahun 2012). Untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat
terutama karena meningkatnya penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
Faktor Risiko Lingkungan, Pemerintah telah menetapkan Puskesmas sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan terdepan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Dalam pengaturan Puskesmas ditegaskan bahwa salah satu upaya kesehatan
masyarakat yang bersifat esensial adalah berupa Pelayanan Kesehatan Lingkungan. Upaya
kesehatan masyarakat esensial tersebut harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk
mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.
 Sasaran
Adapun sasaran dari pelayanan Kesehatan Lingkungan:
1 Petugas Puskesmas.
2 Sanitarian.
3 Pasien yang datang ke Puskesmas (Klien).
4 Masyarakat yang membutuhkan pelayanan Kesehatan Lingkungan tersebut.
 Kegiatan Pokok
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan Puskesmas,
meliputi:
1 Penyehatan air.
2 Penyehatan makanan dan minuman.
3 Pengawasan SPAL, Jamban, air, TTU/TPM.
4 Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah.
5 Penyehatan pemukiman.
6 Pengawasan sanitasi tempat umum.
7 Klinik sanitasi.

Jelaskan mengenai UKM Pengembangan;


a. Pelayanan kesehatan gigi masyarakat (Jessica Yuwono)
 Latar belakang:
Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut pada sebagian besar
penduduk Indonesia. Survei Nasional Riskesdas 2007 melaporkan sebesar 75% penduduk
Indonesia mengalami riwayat karies gigi; dengan rata-rata jumlah kerusakan gigi sebesar 5
gigi setiap orang, diantaranya 4 gigi sudah dicabut ataupun sudah tidak bisa dipertahankan
lagi, sementara angka penumpatan sangat rendah (0,08 gigi per orang). Juga dilaporkan
penduduk Indonesia yang menyadari bahwa dirinya bermasalah gigi dan mulut hanya 23%,
dan diantara mereka yang menyadari hal itu, hanya 30% yang menerima perawatan atau
pengobatan dari tenaga profesional gigi. Ini berarti effective demand untuk berobat gigi
sangat rendah, yaitu hanya 7%. Temuan selanjutnya adalah angka keperawatan yang sangat
rendah, terjadinya keterlambatan perawatan yang tinggi, sehingga kerusakan gigi sebagian
besar berakhir dengan pencabutan.Penyakit gigi dan mulut terutama karies gigi dengan
onsetnya di usia dini, ada diantaranya penyakit-penyakit yang paling sering ditemukan.
Karenanya, pelayanan kesehatan gigi dan mulut harus menjadi bagian dari sistem PHC
(primary health care).
 Sasaran program:
1. Kementerian Kesehatan RI
2. Dinas Kesehatan Provinsi
3. Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
4. Puskesmas
5. Organisasi Profesi (Persatuan Dokter Gigi Indonesia, Persatuan Perawat Gigi Indonesia)
6. Institusi Pendidikan (Fakultas Kedokteran Gigi, Program Studi Kedokteran Gigi, Poltekes
Jurusan Kesehatan Gigi)
7. Dunia Usaha seperti Produsen Pasta Gigi
 Kegiatan pokok yang wajib dilaksanakan:
1) Pencegahan karies gigi melalui pemberian pasta gigi yang mengandung fluor
2) Penambalan gigi dengan invasi minimal tanpa bur.

b. Pelayanan Kesehatan Jiwa (Ruthie Aviana)


 Latar Belakang
Sehat adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial serta produktif secara ekonomis.
Jadi, kesehatan jiwa/mental meruapakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari kesehatan
secara keseluruhan. Masalah kesehatan jiwa rawan terjadi karena terjadinya perubahan yang
pesat dari masyarakat agraris ke masyarakat industry. Dampak perubahan yang sangat cepat
pada kesehatan jiwa masyarakat dapat terlihat dengan adanya putus sekolah, tawuran antar
pelajar, antar kampong, antar suku dan golongan, tindak kekerasan dan criminal,
pengangguran, gangguan psikosomatik, depresi, cemas, dan lain-lain. Masalah kesehatan jiwa
memang tidak menimbulkan kematian secara langsung. Oleh karena itu, masyarakat sebagian
besar masih mengutamakan pada keluhan fisik dan kurang memperhatikan keluhan mental
emosional yang melatarbelakangi keluhan fisik tersebut. Masyarakat seringkali menolak bila
dirujuk untuk menjalani terapi dalam bidang kesehatan jiwa. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengertian masyarakat tentang kesehatan jiwa.
 Sasaran
Pedoman ini merupakan pegangan bagi kader kesehatan dalam memberikan informasi kepada
masyarakat tentang kesehatan jiwa.
 Program wajib di puskesmas
Deteksi Kesehatan jiwa
c. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (Kadek Anggie Wigundwipayana)
 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dapat dinilai dari meningkatnya
umur harapan hidup sehingga populasi penduduk usia lanjut juga ikut meningkat. Umur
Harapan Hidup (UHH) tahun 1990 pada perempuan 64,7 tahun dan pada laki-laki 61 tahun,
tahun 1995 untuk perempuan mencapai 66,7 tahun untuk laki-laki 62,9 tahun. Jumlah
penduduk usia lanjut tahun 1990 adalah 11,3 juta jiwa (6,4%) meningkat menjadi 15,3 juta
(7,4%) pada tahun 2000. Berbagai dampak dari peningkatan jumlah usia lanjut antara lain
adalah masalah penyakit degeneratif sering menyertai para usia lanjut, bersifat kronis dan
multipatologis, serta dalam penanganannya memerlukan waktu lama dan membutuhkan biaya
cukup besar.
Paradigma baru dalam pembangunan kesehatan melalui “Visi Indonesia Sehat
menyebabkan terjadinya pergesaran dari pelayanan medis menjadi pemeliharaan kesehatan
yang lebih menonjolkan aspek preventif dan promotif di samping upaya kuratif dan
rehabilitatif yang ada. Setiap upaya penanggulangan masalah kesehatan akan lebih terfokus
pada upaya menyehatkan keluarga dan masyarakat, dan dalam langkah-langkah
pelaksanaannya lebih di dasarkan pada kebutuhan masyarakat. Pencanangan otonomi daerah
sejak januari 2001, mempunyai arti bahwa tiap kabupaten/kota mempunyai kewajiban dan
fungsi untuk merencanakan, melaksanakan maupun melakukan evaluasi sendiri upaya
kesehatan di daerahnya, yang tentunya di sesuaikan dengan keadaan masalah yang ada,
kesiapan sumber daya manusia maupun pendanaannya.
 Sasaran
Sasaran pelaksanaan pembinaan kelompok usia lanjut,terbagi dua yaitu :
1 Sasaran langsung
a. Pra usia lanjut (virilitas/pra senilis) 45-59 tahun.
b. Usia lanjut 60-69.
c. Usia lanjut risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
2 Sasaran tidak langsung
a. Keluarga di mana usia lanjut berada.
b. Masyarakat di lingkungan usia lanjut.
c. Organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut.
d. Petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut.
e. Petugas lain yang menangani kelompok usia lanjut.
f. Masyarakat luas.

 Kegiatan Pokok
1 Pendataan sasaran usia lanjut
Kegiatan ini dilakukan paling tidak 2 kali setahun, yang seringkali akan lebih efektif bila
dilakukan bekerjasama dengan petugas desa/kelurahan setempat dan di bantu oleh kader
dasa wisma. Penyuluhan kesehatan usia lanjut, pembinaan kebugaran melalui senam usia
lanjut , pembinaan kebugaran melalui senam usia lanjut maupun rekreasi bersama.
2 Deteksi dini keadaan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala, yang di
lakukan setiap bulan melalui kelompok usia lanjut (posyandu/posbindu, dan lain-lain)
atau di Puskesmas dengan instrument KMS usia lanjut sebagai alat pencatat yang
merupakan teknologi tepat guna.
3 Pengobatan penyakit yang di temukan pada sasran usia lanjut sampai kepada upaya
rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
4 Upaya rehabilitatif (pemulihan) berupa upaya medik, psikososial dan edukatif yang
dimaksudkan untuk mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional dan
kemandirian usia lanjut.
5 Melakukan/memantapkan kerjasama dengan lintas sektor terkait melalui asas kemitraan
dengan melakukan pembinaan terpadu pada kegiatan yang di laksanakan di kelompok
usia lanjut, atau kegiatan lainnya.
6 Melakukan fasilitas dan bimbingan dalam rangka meningkatkan peran serta dan
pemberdayaan masyarakat dalam pembinaan kesehatan usia lanjut , antar lain dengan
pengembangan kelompok usia lanjut, dana sehat.
7 Melaksanakan pembinaan kesehatan usia lanjut secara optimal dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi secara berkala. Upaya ini dapat dilakukan melalui pelaksanaan
lokakarya mini di Puskesmas secara berkala, untuk menentukan strategi, target dan
langkah-langkah selanjutnya dalam pembinaan kesehatan usia lanjut.
D. pelayanan Gizi (vanesa luvita sari)
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi se ap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang se nggi- ngginya dapat terwujud. Undang-Undang Dasar 1945, pasal
28 H angka (1) mengamanahkan, bahwa se ap orang berhak hidup sejahtera lahir dan ba n, bertempat nggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pada pasal 34 angka (3) Negara
bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 93 dan 94, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi
dan mulut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi,
pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan dan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi masyarakat, usaha
kesehatan gigi sekolah, serta pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan
obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman, bermutu, dan terjangkau
oleh masyarakat.
Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, mengamanahkan bahwa
pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata,
serta pengutamaan dan manfaat dengan perha an khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut
(manula), dan keluarga miskin. Pelaksanaan kewenangan wajib bagi pemerintahan daerah baik di provinsi, kabupaten/kota yang
tertuang pada Peraturan Pemerintah 1.nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, dinyatakan pada pasal 7 bahwa urusan wajib adalah
urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota,
berkaitan dengan pelayanan dasar. Pada penjelasan Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007, bahwa kewenangan bidang
kesehatan untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit yang menjadi tanggungjawab daerah yaitu penyelenggaraan pencegahan
dan penanggulangan penyakit dak menular tertentu pada skala provinsi, kabupaten/kota.
Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut pada sebagian besar penduduk Indonesia. Di banyak negara,
sebagian besar karies pada anak-anak masih dak dioba sehingga mengakibatkan sakit gigi, penyakit pulpa, ulserasimukosa di
jaringan sekitarnya, abses dan fistula. Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan umumanak. Di seluruh dunia, karies
berkontribusi 15 kali lebih nggi sebagai beban penyakit disability- adjusted life year (DALY) dibandingkan dengan penyakit
periodontal. Keterbatasan (disable) berar rasa sakit dan ke daknyamanan serta kurangnya perawatan diri, sering dak masuk
sekolah, gangguan kognisi, terganggunya kegiatan interpersonal, gangguan dur dan berkurangnya energi.
Survei Nasional Riskesdas 2007 melaporkan sebesar 75% penduduk Indonesia mengalami riwayat karies gigi; dengan rata-
rata jumlah kerusakan gigi sebesar 5 gigi se ap orang, diantaranya 4 gigi sudah dicabut ataupun sudah dak bisa dipertahankan lagi,
sementara angka penumpatan sangat rendah (0,08 gigi per orang). Juga dilaporkan penduduk Indonesia yang menyadari bahwa
dirinya bermasalah gigi dan mulut hanya 23%, dan diantara mereka yang menyadari hal itu, hanya 30% yang menerima perawatan
atau pengobatan dari tenaga profesional gigi. Ini berar effec ve demand untuk berobat gigi sangat rendah, yaitu hanya 7%. Temuan
selanjutnya adalah angka keperawatan yang sangat rendah, terjadinya keterlambatan perawatan yang nggi, sehingga kerusakan
gigi sebagian besar berakhir dengan pencabutan.
Sebetulnya teknik pencegahan yang selama ini sudah dikenal adalah menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat
gigi secara baik dan benar. Survei nasional Riskesdas 2007 melaporkan sebagian besar penduduk berperilaku menyikat gigi se ap
hari; namun yang berperilaku benar yaitu menyikat gigi sesudah makan pagi dan sebelum dur malam, baru mencapai 7%. Hasil
peneli an kandungan ion fluor bebas yang dilakukan oleh Departemen Pelayanan Kesehatan Gigi Brunei Darussalam pada
beberapa pasta gigi yang dijual bebas di Brunei Darussalam, bahwa pasta gigi buatan Indonesia sudah mengandung fluor pada
standar 1000 – 1500 ppm tetapi dak semua pasta gigi mengandung fluor bebas minimal 800 ion fluor bioavailable, sehingga efek
fluornya rendah.
Pemerintah telah mengadopsi pendekatan Pelayanan Kesehatan Dasar (Primary Health Care/PHC) di Puskesmas dalam
sistem pelayanan kesehatan nasional. PHC dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan kura f dan preven f mendasar dengan
biaya yang terjangkau bagi negara dan masyarakat. Penyakit gigi dan mulut terutama karies gigi dengan onsetnya di usia dini, ada
diantaranya penyakit-penyakit yang paling sering ditemukan. Karenanya, pelayanan kesehatan gigi dan mulut harus menjadi
bagian dari sistem PHC. Sayangnya, pelayanan kesehatan gigi dan mulut dak terintegrasi secara adekuat dalam sistem PHC. Dua
halangan utama dalam menggabungkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam sistem PHC adalah orientasi kedokteran gigi
konvensional yang masih diarahkan pada pelayanan individual, bukan pendekatan komunitas dan karakter teknisnya dibandingkan
dengan sosial dan perilaku sertar filosofi kedokteran gigi konvensional yang harus diubah menjadi perawatan yang dak terlalu
membutuhkan teknologi, kontrol dan pencegahan untuk mengatasi kebutuhan perawatan kesehatan gigi dan mulut komunitas.
Upaya Pelayanan kesehatan gigi di Indonesia dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun swasta. Upaya pelayanan kesehatan gigi
yang dilaksanakan oleh pemerintah selama ini mengacu pada pendekatan level of care (kebijakan WHO) yang melipu ndakan
promo f, preven f, deteksi dini, kura f dan rehabilita f yaitu merumuskan pelayanan kesehatan berjenjang untuk memberikan
pelayanan yang menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya yang ada.
Pendekatan WHO saat ini untuk upaya pelayanan kesehatan gigi dilakukan dengan pendekatan Basic Package of Oral
Care (BPOC)atau Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di puskesmas, yang terdiri dari:
1. Penanganan Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut (Oral Urgent Treatment/OUT) yang terdiri atas 3 elemen mendasar:
• Tindakan mengurangi rasa sakit melalui ndakan pemberian obat-obatan dan perawatan penambalan gigi 

• Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut serta trauma gigi dan jaringan penyangga 

• Rujukan untuk kasus-kasus yang kompleks 

2. Tersedianya Pasta Gigi yang mengandung fluoride dengan harga 
terjangkau (Affordable Fluoride Toothpaste/AFT) dan 

3. Penambalan gigi dengan invasi minimal (tanpa bur)/Atrauma c 
Restora ve Treatment (ART). 

Situasi di sebagian besar negara belum berkembang dan sejumlah 
komunitas kurang mampu di negara maju
membutuhkan perubahan dalam metode pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut konvensional
harus digan kan dengan pelayanan yang mengiku prinsip-prinsip Oral Health Care. Hal ini menyiratkan dibutuhkannya
penekanan lebih kuat pada promosi kesehatan gigi dan mulut yang berorientasi komunitas. Perawatan yang dapat disediakan oleh
pemerintah dan individu dengan biaya yang terjangkau harus mendapat lebih banyak perha an. Dengan menggunakan pendekatan
ini, jumlah penyakit gigi dan mulut yang dak dirawat diharapkan berkurang. BPOC (Basic Package Oral Care) dimaksudkan
untuk dapat mencakup seluruh masyarakat dengan biaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang rendah.
Promosi kesehatan gigi dan mulut merupakan komponen integral dari BPOC untuk meningkatkan kepedulian akan apa
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Keberhasilan diperkenalkannya BPOC pada masyarakat bergantung pada komunikasi yang
baik dari seluruh sektor yang terlibat. Tidak terdapat satu model atau metode tertentu yang dapat diaplikasikan secara universal.
Tiap daerah atau negara harus mengembangkan metode BPOC mereka sendiri berdasarkan kebutuhan populasi dan dengan
menggunakan struktur pelayanan kesehatan yang telah ada. Sudah terlalu banyak program kesehatan gigi dan mulut yang
mengalami kegagalan karena masalah manajemen, logis k dan finansial karena dijalankan secara terpisah dari PHC yang telah
ada.
Begitu pula dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dimana rasio tambal dan cabut masih nggi rata-rata adalah
1:4 yaitu satu tambal dan empat gigi yang dicabut, hasil monitoring dan evaluasi tahun 2011 ini di beberapa daerah rasionya bisa
mencapai 1:10. Dengan melihat permasalahan ini dan hasil Riskesdas 2007, maka pembinaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
di Indonesia selama ini dak ada pembinaan yang berjenjang dari pusat sampai daerah, yang rata-rata disebabkan karena
terbatasnya dana, sumber daya manusia, manajemen program, dan begitu pula beberapa teknik teknologi tepat guna yang sudah
pernah berkembang di Indonesia yaitu teknik ART dak pernah di evaluasi dan teknik aplikasinya di lapangan masih belum benar.
Berdasarkan hal tersebut diatas diharapkan penerapan BPOC dapat memecahkan masalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
Indonesia.
A. TUJUAN

a. TujuanUmum
Mengintegrasikan paket pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar ke dalam sistem pelayanan kesehatan nasional melalui
pendekatan Primary Health Care (PHC).
b. TujuanKhusus
- Terselenggaranya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas yang aman, bermanfaat, bermutu dan
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. 

- Meningkatkan ketrampilan tenaga kesehatan gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dasar. 

- Tersedianya pedoman pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar terutama di DTPK (Daerah Ter nggal
Perbatasan Kepulauan). 

B. SASARAN
Sasaran pedoman paket pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dasar adalah:
1. Kementerian Kesehatan RI 

2. Dinas Kesehatan Provinsi 

3. Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten 

4. Puskesmas 

5. Organisasi Profesi (Persatuan Dokter Gigi Indonesia, Persatuan Perawat Gigi Indonesia)
6. Instusi Pendidikan (Fakultas Kedokteran Gigi, Program Studi Kedokteran Gigi, Poltekes Jurusan Kesehatan Gigi) 

7. Dunia Usaha seper Produsen Pasta Gigi 

C. PROGRAM POKOK
ENANGANAN KEGAWATDARURATAN MEDIK GIGI
(ORAL URGENT TREATMENT/OUT)
Pelayanan kesehatan dalam menghilangkan nyeri gigi dan mulut serta penatalaksanaan infeksi gigi-mulut dan trauma gigi
dilakukan dalam Penanganan Kegawatdaruratan Medik Gigi (Oral Urgent Treatment/OUT) yang melipu :
• Tindakan mengurangi rasa sakit melalui ndakan pemberian obat- obatan dan perawatan penambalan gigi 

• Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut serta trauma gigi dan jaringan penyangga 

•Rujukan untuk kasus-kasus yang kompleks 

Pelayanan UKS
A. LATAR BELAKANG
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai salah satu program yang langsung berhubungan dengan peserta didik sudah dirilis sejak
tahun 1976 dan diperkuat tahun 1984 dengan terbitnya SKB 4 Menteri yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri yang diperbaharui pada tahun 2003.
Program Usaha Kesehatan Sekolah yang dikenal dengan Trias UKS yaitu Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan
Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan peserta didik yang sehat dan
cerdas.
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah adalah upaya pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan secara
terpadu, terarah dan bertanggung jawab dalam menanamkan, menumbuhkan dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam
kehidupan sehari- hari.
Dalam pelaksanaan program UKS selama ini masih dirasakan belum sesuai dengan yang diharapkan, kegiatan pendidikan
kesehatan lebih bersifat pengajaran, penambahan pengetahuan dan kurang menekankan pada segi praktis yang dapat diaplikasikan
pada kehidupan sehari-hari. Pelayanan kesehatan pada peserta didik meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah sehat lebih ditekankan pada lingkungan fisik, mental dan sosial. Disamping itu,
koordinasi dalam pelaksanaan program belum terjalin dengan baik pada setiap jenjang Tim Pembina UKS. Oleh karena itu perlu
pemberdayaan Tim Pembina UKS dan Tim Pelaksana dalam rangka memantapkan pelaksanaan program UKS ke depan.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan Jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Di antara tujuan
tersebut terdapat tujuan yang menyangkut kesehatan baik kesehatan jasmani maupun kesehatan mental sosial, dimana keduanya
sangat mempengaruhi terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya.
Salah satu modal pembangunan nasional adalah sumber daya manusia yang berkualitas yaitu sumber daya manusia yang sehat
fisik, mental dan sosial serta mempunyai produktivitas yang optimal.
Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang sehat fisik, mental dan sosial serta mempunyai produktivitas yang optimal
diperlukan upaya-upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan secara terus menerus yang dimulai sejak dalam kandungan,
anak usia dini sampai dengan usia lanjut.
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah merupakan salah satu upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
yang ditujukan kepada peserta didik merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam meningkatkan kualitas fisik
penduduk.
Dari berbagai hasil evaluasi dan pengamatan yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat
disimpulkan berbagai kondisi sebagai berikut.
• Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah, ditinjau dari segi sarana/prasarana, pengetahuan, sikap peserta didik di bidang kesehatan,
warung sekolah, makanan sehari-hari/gizi, kesehatan gigi, kesehatan pribadi dan sebagainya secara umum
memperlihatkan bahwa prinsip hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik belum mencapai tingkat yang diharapkan.

• Sasaran upaya kesehatan ditinjau dari cakupan (coverage) sekolah, peserta didik dikaitkan dengan wajib belajar, mutu
penyelenggaraan, ketenagaan dan sarana prasarana belum seimbang dengan usaha pencapaian tujuan UKS. 

• Perilaku hidup bersih dan sehat belum mencapai tingkat yang diharapkan, di samping itu ancaman penyakit terhadap peserta
didik masih tinggi dengan adanya penyakit endemis dan kekurangan gizi. 

• Masalah kesehatan yang menimpa peserta didik meliputi: 

a. Sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan
• Jamban
• Air bersih
4. Meningkatnya pecandu narkoba. 

5. Meningkatnya HIV/AIDS melalui hubungan seksual. 

6. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat seperti : diare, cacingan, gigi berlubang dan lain-lain.

Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Kurangnya guru yang mengajar pendidikan kesehatan/guru yang menangani
UKS
b. Kader Kesehatan Sekolah perlu dilatih dalam bidang kesehatan (pendidikan dan 
pelayanan) 

Terbatasnya sarana dan prasarana UKS, perlu:
a. Pengadaan UKS kit, ruang UKS
b. Pengadaan media seperti poster,
leaflet, lembar balik, dan lain-lain c. Pengadaan buku pencatatan dan pelaporan 

Pencatatan dan pelaporan yang masih/kurang terpenuhi: a. Perlu diaktifkan
b. SetiapTP UKS memiliki catatan kegiatan 

Kurangnya koordinasi dan komitmen dalam pelaksanaan program UKS. 

Mengingat hal tersebut di atas, pembinaan dan pengembangan UKS merupakan hal yang sangat penting dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan derajat kesehatan. Dengan adanya buku ini diharapkan dapat
membantu Tim Pembina, Tim Pelaksana dan semua pihak dalam pelaksanaan program UKS.
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI MASING-MASING KEMENTERIAN
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Membina dan mengembangkan program UKS melalui jalur kurikuler (kurikuler dan ekstrakurikuler), termasuk di dalamnya:

a. Merumuskan kebijakan teknis dalam pengembangan dan pembinaan UKS;

b. Melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, pengawasan, pembinaan dan pengembangan UKS;

c. Menyusun program pembinaan, pelatihan, dan pengembangan untuk tingkatpusat, provinsi dan kabupaten/kota;

d. Mengembangkan metodologi pendidikan dan pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat;

e. Melakukan kerjasama pembinaan dengan lembaga/instansi terkait;

f. Merumuskan dan menyusun standar, norma, prosedur, pedoman, kriteria, dan bimbingan teknis serta penyiapan bahan evaluasi
yang terkait dengan bidan pendidikan.

g. Melaksanakan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah;

h. Melaksanakan pengawasan secara terpadu untuk pembinaan dan pengembangan UKS di kecamatan dan satuan pendidikan;

i. Melaksanakan pembinaan Manajemen Sekolah Sehat di sekolah/madrasah;
j. Melaksanakan monitoring dan evaluasi;

k. Melaksanakan pemetaan, pengumpulan dan pengolahan data;

l. Memberikan dukungan dalam pembinaan dan pengembangan program UKS;
m. Melaksanakan penelitian dan pengembangan.

2. Kementerian Kesehatan
Membina dan mengembangkan program UKS melalui jalur Ekstrakurikuler:
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan teknis, penyusunan standard norma, pedoman, kriteria, prosedur dan bimbingan teknis
serta evaluasi yang terkait dengan pendidikan 
kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat; 

b. Melaksanakan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS kerjasama dengan 
sektor terkait dalam TP UKS; 

c. Melaksanakan pembinaan Sekolah Sehat di sekolah/madrasah; 

d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi; 

e. Melaksanakan penelitian dan pengembangan. 


3. Kementerian Agama
Melaksanakan pembinaan dan pengembangan UKS di satuan pendidikan dan pendidikan keagamaan di lingkungan Kementerian
Agama, termasuk di dalamnya :
a. Merumuskan kebijakan teknis dalam pengembangan dan pembinaan UKS;
b.
Melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, pengawasan, pembinaan dan pengembangan UKS;
c. Menyusun program pembinaan, pelatihan, dan pengembangan untuk tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota;
d. Mengembangkan metodologi pendidikan dan pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat; 

e. Melakukan kerjasama pembinaan dengan lembaga/instansi terkait; 

f. Merumuskan dan menyusun standar, norma, prosedur, pedoman, kriteria, dan bimbingan teknis serta penyiapan bahan evaluasi
yang terkait dengan bidang 
pendidikan.
g. Melaksanakan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di madrasah; 

h. Melaksanakan pengawasan secara terpadu untuk pembinaan dan pengembangan UKS di 
kecamatan dan satuan pendidikan;

i. Melaksanakan pembinaan Manajemen Sekolah Sehat di sekolah/madrasah; 

j. Melaksanakan monitoring dan evaluasi; 

k. Melaksanakan pemetaan, pengumpulan dan pengolahan data; 


4. Kementerian Dalam Negeri


a. Memfasilitasi penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria program UKS;
b. Memfasilitiasi kelembagaan UKS dalam kelembagaan daerah;

c. Memfasilitasi aspek kepegawaian terkait formasi kepegawaian Tim Pembina UKS;
d. Memfasilitasi penyusunan pedoman APBD agar daerah menganggarkan untuk UKS;
e. Melakukan pembinaan dan pengawasan secara umum terhadap program UKS.

C. SASARAN PROGRAM
Sasaran 
Yang menjadi sasaran pelaporan (apa yang perlu dilaporkan) ini pada dasarnya adalah sama dengan sasaran pada
evaluasi. Namun secara spesifik sasaran pelaporan ini mencakup hal- hal sebagai berikut:

a. Manajemen/pengelolan kegiatan. 

b. Jenis keberhasilan dan ketidak berhasilan kegiatan (termasuk masalah/hambatan yang ditemui). 

c. Upaya-upaya pengembangan yang dilaksanakan (termasuk upaya mengatasi masalah/hambatan yang ditemui). 


7 Apa yang anda ketahui mengenai SDGs?


Sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berlangsung 25 September 2015 di New York,
Amerika Serikat secara resmi telah menetapkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs sebagai
kesepakatan pembangunan global. Sekurangnya 193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Jusuf
Kalla, turut mengesahkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 untuk Indonesia. Mulai tahun 2016,
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2015–2030 secara resmi menggantikan Tujuan Pembangunan
Millennium (MDGs) 2000–2015. SDGs berisi seperangkat tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku
bagi seluruh bangsa tanpa terkecuali. SDGs berisi 17 Tujuan. Salah satu Tujuan SDGs adalah mengatur tata
cara dan prosedur masyarakat yang damai tanpa kekerasan, nondiskriminasi, partisipasi, tata pemerintahan
yang terbuka serta kerja sama kemitraan multi pihak.
17 tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs):
1. Tanpa kemiskinan
2. Tanpa kelaparan
3. Kesehatan yang baik dan kesejahteraan
4. Pendidikan berkualitas
5. Kesetaraan gender
6. Air bersih dan sanitasi
7. Energi bersih dan terjangkau
8. Pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak
9. Industri, inovasi, dan infrastruktur
10. Mengurangi kesenjangan
11. Keberlanjutan kota dan komunitas
12. Konsumsi dan produksi bertanggungjawab
13. Aksi terhadap iklim
14. Kehidupan bawah laut
15. Kehidupan di darat
16. Institusi peradilan yang kuat dan kedamaian
17. Kemitraan untuk mencapai tujuan

MANAJEMEN PROGRAM
1 Apa tujuan dari manajemen?
Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
kontrol (Planning, Organizing, Actuating, Controling) untuk mencapai sasaran/tujuan secara efektif dan
efesien. Efektif berarti bahwa tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui proses penyelenggaraan yang
dilaksanakan dengan baik dan benar serta bermutu, berdasarkan atas hasil analisis situasi yang didukung
dengan data dan informasi yang
akurat (evidence based). Sedangkan efisien berarti bagaimana Puskesmas memanfaatkan sumber daya yang
tersedia untuk dapat melaksanaan upaya kesehatan sesuai standar dengan baik dan benar, sehingga dapat
mewujudkan target kinerja yang telah ditetapkan.
2 Apa itu prinsip “SMART”?
Prinsip SMART :
 Specific, harus ditetapkan secara spesifik sehingga tidak meluas dan apa yang ingin kita capai akan lebih
terarah.
 Measurable, harus ditetapkan secara terukur, sehingga kita dapat mengetahui sejauhmana tekad yang kita
buatitu dapatdiukur pencapaiannya .
 Achievable, harus ditetapkan sesuai dengan kemampuan kita saatini.
 Realistic, harus ditetapkan secara realistis.
 Time frame, harus ditetapkan sesuai dengan waktu yang akan kita butuhkanuntuk mencapai gol tersebut.

3 Apa itu indikator keberhasilan?


Indikator keberhasilan adalah variabel yang bisa dipakai untuk mengevaluasi kondisi/keadaan/status serta
memungkinkan dilakukannya tindakan pengukuran terhadap berbagai perubahan yang terjadi dari satu waktu
kewaktu lainnya.
Pada manajemen puskesmas, indicator keberhasilan yang dapat digunakan adalah terbentuknya tim
manajemen puskesmas dan berfungsinya tim manajemen puskesmas.
4 Buatlah contoh indikator keberhasilan sesuai dengan prinsip “SMART”
 Angkarujukanmenurun 30%
 Biayakuratifmenurun 10%
 Terlaksananya 80% program promotif dan preventif

5 Jelaskan tahap pembuatan program Puskesmas sesuai PERMENKES No. 44 Tahun 2016?
 Mengumpulkan data kinerja puskesmas
 Analisis data
 Analisis masalah dari sisi pandang masyarakat
 Identifikasi masalah
 Menetapkan rutan prioritas masalah
 Mencari akar penyebab masalah
 Menetapkan solusi pemecahan masalah
 Penyusunan rencana/program sesuai target

6 Apa itu input dalam sistem manajemen dan terdiri atas apa saja?
Input adalah segalasesuatu yang masukkedalamsistemdanselanjutnyamenjadibahan yang diproses. Input
dapatberupahalberwujudmaupuntidaktampak.
Input terdiri atas 6M:
 Man
 Money
 Material
 Method
 Minute
 Market

7 Bagaimana melakukan evaluasi program?


Ruang lingkup penilaian kinerja Puskesmas
a. Pencapaian cakupan pelayanan kesehatan meliputi:
1) UKM esensial yang berupa pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, pelayanan gizi, dan pelayanan pencegahan
dan pengendalian penyakit.
2) UKM pengembangan, dilaksanakan setelah Puskesmas mampu melaksanakan UKM esensial
secara optimal, mengingat keterbatasan sumber daya dan adanya prioritas masalah kesehatan.
3) UKP, yang berupa rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu hari (one day care), home
care; dan/atau rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
b. Pelaksanaan manajemen Puskesmas dalam penyelenggaraan kegiatan, meliputi:
1) Proses penyusunan perencanaan, penggerakkan pelaksanaan dan pelaksanaan penilaian kinerja;
2) Manajemen sumber daya termasuk manajemen sarana,
prasarana, alat, obat, sumber daya manusia dan lainlain;
3) Manajemen keuangan dan Barang Milik Negara/Daerah
4) Manajemen pemberdayaan masyarakat;
5) Manajemen data dan informasi; dan
6) Manajemen program, termasuk Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
7) Mutu pelayanan Puskesmas, meliputi:
 Penilaian input pelayanan berdasarkan standar yang ditetapkan.
 Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepatuhannya terhadap standar pelayanan
yang telah ditetapkan.
 Penilaian output pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yang diselenggarakan, dimana
masingmasing program/kegiatan mempunyai indikator mutu sendiri yang disebut Standar
Mutu Pelayanan (SMP). Sebagai contoh: Angka Drop Out Pengobatan pada pengobatan TB
Paru.
 Penilaian outcome pelayanan antara lain melalui pengukuran tingkat kepuasan pengguna jasa
pelayanan Puskesmas dan pencapaian target indikator outcome pelayanan.Selanjutnya dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan Puskesmas, Puskesmas wajib diakreditasi oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri, secara berkala paling
sedikit 3 (tiga) tahun sekali.

Anda mungkin juga menyukai