Anda di halaman 1dari 7

PERCOBAAN C-2

KESETIMBANGAN KIMIA

I. Tujuan
1.1. Menentukan tetapan kesetimbangan reaksi, I2(aq) + (aq)I-(aq) I3(aq)

II. Teori Dasar


Suatu reaksi kimia dapat berlangsung secara sempurna jika terjadi suatu
kesetimbangan dari reaksi tersebut. Kesetimbangan dibagi menjadi dua macam, yaitu
keseimbangan homogen dan keseimbangan heterogen. Homogen bila terdapat hanya
satu fase, sedangkan heterogen bila terdapat lebih dari satu fase. Pada saat setimbang,
kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi kekiri. Kesetimbangan
merupakan kesetimbangan dinamis, bukan statis. Kesetimbangan dapat dipengaruhi
oleh perubahan konsentrasi, tekanan, volum dan temperatur. Dalam hal ini kondisi
reaksi menentukan hasil reaksi kesetimbangan dalam industri (Keenan, 1989).

Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan apabila suatu zat terlarut
terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu temperatur
konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tak bergantung pada
spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Dalam kesetimbangan kimia, jika
tekanan diperbesar sama dengan volume diperkecil, maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah jumlah koefisien-koefisien gas yang lebih kecil, dan jika tekanan
diperkecil sama dengan volume diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke
arah jumlah koefisien-koefisien gas yang lebih besar (Atkins, 1997).

Dalam suatu kesetimbangan suatu larutan, maka apabila jumlah koefisien di


sebelah kiri sama dengan jumlah koefisien di sebelah kanan, faktor tekanan dan
volume tidak mempengaruhi pergeseran kesetimbangan dan jika suhu dinaikkan maka
kesetimbangan bergeser ke arah yang endotermis dan jika diturunkan maka
kesetimbangan bergeser ke arah reaksi yang eksotermis (dalil Van’t Hoff). Air dan
CHCl3 memiliki perbedaan kepolaran dalam suatu kelarutan, dalam hal ini air
merupakan pelarut polar sedangkan kloroform merupakan pelarut non polar (Syukri,
1999).

Apabila kedua pelarut yang berbeda kepolaran dalam kelarutan tersebut


dicampurkan maka mereka tidak akan bisa bercampur. Diperlukannya suatu zat
perantara untuk dapat membuat kedua pelarut yang berbeda kepolaran tersebut dapat
bercampur. Dalam hal ini zat antara merupakan suatu zat yang dapat bercampur dalam
keadaan polar apabila dilarutkan dalam suatu pelarut polar dan juga dapat bercampur
apabila dilarutkan dalam pelarut non polar (Keenan, 1989).
III. Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Data alat dan bahan percobaan
Bahan Alat
Larutan jenuh I2 dalam kloroform Erlenmeyer 200 mL
Larutan KI 0,1 M Gelas ukur 10 mL, 20 mL, 250 mL
Larutan Na2S2O3 0,02 M Erlenmeyer tersumbat 250 mL
Larutan amilum 1% Pipet ukur 5 mL
Padatan kristal KI Pipet ukur 25 mL
Air suling Pipet ukur 50 mL
Buret 50 mL, klem, statif

IV. Cara Kerja


Ke dalam dua labu erlenmeyer 250 mL (labu A dan B), dimasukkan 20 mL
larutan I2 dalam CHCl3. Pada labu A dimasukkan 200 mL air sedangkan pada labu B
dimasukkan 200 mL larutan standar KI 0,1 M. Kemudian tutup rapat labu A dan B
lalu dimasukkan ke dalam termostat selama 60 menit. Setiap 15 menit diukur suhu air
pada termostat dan dilakukan pengguncangan pada kedua labu. Setelah 60 menit
diambil 5 mL larutan dari lapisan CHCl3 yang ada pada labu A dan B. Ditambahkan 2
gram padatan kristal KI dan 20 mL air di setiap lapisan CHCl3. Kemudian dititrasi
dengan larutan standar Na2S2O3 dan ditambahkan larutan amilum 5 mL dipertengahan
titrasi (saat larutan berwarna kuning pucat). Titrasi dilakukan secara duplo.
Dilanjutkan dengan diambilnya 50 mL larutan fasa air pada labu A dan 25 mL larutan
fasa air pada labu B. Dilakukan hal yang sama seperti sebelumnya.

V. Data Pengamatan
[KI] = 0,1006 M
[Na2S2O3] = 0,0252 M
Massa padatan KI = ± 2 gram
T = 30⁰C

Tabel 5.1 Data pengamatan percobaan


Labu A Labu B Warna
Lapisan/fa
+
sa V1 (mL) V2 (mL) V1 (mL) V2 (mL) Awal Akhir
indikator
Air 4 4 23,2 23,2 Kuning Biru tua Bening
CHCl3 58,25 58,40 10,7 10,8 Kuning Biru tua Bening
VI. Pengolahan Data
6.1. Labu A
6.1.1. I2 dalam CHCl3
mol Na2S2O3 = 2 x mol I2
[Na2S2O3] x Na2S2O3 = 2 x [I2] x V I2

[I2] CHCl3 =

= = 0,1469 M

6.1.2. I2 dalam Air

[I2] Air =

= = 1,008 x 10-3 M

6.1.3. Nilai KD

KD = = = 145,73

6.2. Labu B
6.2.1. I2 dalam KI
mol Na2S2O3 = 2 x mol I2

[I2]KI =

= = 0,0117 M

6.2.2. I2 dalam CHCl3

[I2] CHCl3 =

= = 0,0271 M

6.2.3. I2 dalam Air

KD =

[I2]air =

= = 1,8596 x 10-4
6.2.4. I3- dalam Air
[ ] = [I2]KI – [I2]air
= 0,0117 M – 1,8596 x 10-4 M = 0,0115 M
6.2.5. [I-]
[I-] = [KI] – ( [I2]KI - [I2]air )
= 0,1006 – (0,0115) = 0,0891 M
6.2.6. Penentuan Nilai KC

Kc = =

= 694,06 M-1
6.2.7. %Galat KC

% galat Kc = x 100%

= x 100% = 0,042 %
VII. Pembahasan
VIII. Kesimpulan
Pada percobaan kesetimbangan kimia telah diperoleh nilai tetapan
kesetimbangan (Kc) untuk reaksi I2 (aq) + I-(aq) (aq) sebesar 694,06 M-1 dengan
persentase galat Kc sebesar 0,042 % dari literatur yang bernilai 666 M-1 pada suhu
30⁰C.
IX. Daftar Pustaka
9.1. Keenan. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
9.2. Atkins, P.W.1990. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
9.3. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB.

X. Lampiran

Gambar 10.1 Lampiran data pengamatan percobaan


Gambar 10.2 Lampiran data literatur KC pada temperatur 30⁰C

Anda mungkin juga menyukai