Anda di halaman 1dari 33

RINGAKASA BUKU PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Rutin

Dosen Pengampu:

Drs. Sorta Simanjuntak,MS

Oleh:

RYO PUTRA SIMAMORA

7181143006

REGULER B

JURUSAN PENDIDIKAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


BAB I

HAKEKAT PERKEMBANGAN

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN

Para pakar psikologi perkembangan meyakini bahwa perkembangan terdiri atas dua
proses, yaitu integrasi dan diferensiasi. Integrasi mengacu pada gagasan bahwa
perkembangan terdiri atas integrasi dari struktur yang paling dasar, yakni perilaku yang
dimiliki sebelumnya dengan perilaku baru, kepada struktur pada tingkat yang lebih tinggi.
Misalnya, bayi belajar untuk memperoleh objek yang telah dipelajari untuk
mengkoordinasikan berbagai keterampilan seperti mempertahankan postur tubuh,
menggerakkan tangan, mengkoordinasikan posisi tangan terhadap objek dan menggenggam
objek. Diferensiasi mengacu pada gagasan bahwa perkembangan menunjukan kemajuan
kemampuan yang ditunjukan secara berbeda ketika menghadapi objek yang berbeda..
Misalnya, ketika anak menggenggam benda kecil akan berbeda caranya ketika harus
menggenggam benda yang besar.

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan organisme berkesinambungan dan


progresif, dari lahir sampai mati. Hurlock (1978) menyatakan bahwa perkembangan dapat
didefinisikan sebagai kemajuan dari perubahan yang teratur dan koheren. Monk et.al (1991)
menyatakan bahwa perkembangan menunjukan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang
menuju kedepan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Warner (1969) (dalam Monk
dkk. 1991) menegaskan bahwa perkembangan menunjuk pada perubahan-perubahan dalam
suatu arah yang bersifat tetap. Perkembangan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap yang
menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi terjadi berdasarkan
proses pertumbuhan , kematangan dan belajar.

a. Perubahan dan Perkembangan

Perkembangan berarti terjadi proses kesinambungan, dan proses itu bersifat siklikal.
Dalam arti, Perkembangan itu memunculkan tanda-tanda akan berkembangnya kemampuan-
kemampuan dan kemudian menghilang dan kemampuan yang hilang itu akan muncul
kembali pada usia berikutnya. Perubahan yang terjadi dalam proses perkembangan manusia
itu bertujuan untuk memungkinkan seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan itu, tindakan aktualisasi diri adalah sangat penting.
b. Pertunbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif, yaitu peningkatan ukuran dan


struktur. Tidak saja anak itu menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran organ dalam dan
otak meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak, anak memunyai kemampuan yang lebih
besar dalam belajar, mengingat dan berpikir. Tidak dibedakannya antara istilah pertumbuhan
dan perkembangan, bahkan ada psikolog tumbuhan yang lebih setuju dengan istilah
pertumbuhan, adalah untuk menunjukan bahwa seseorang bertambah dalam kemampuannya,
bahwa ia lebih mengalami deferensiasi dan juga ia pada tingkatan yang lebih tinggi, lebih
mengalami integrasi. Istilah pertumbuhan dimaksudkan bagi pertumbuhan dalam ukuran-
ukuran badan dan fungsi-fungsi fisik. Kemudian istilah perkembangan dimaksudkan sebagai
perubahan yang mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang
tampak.

B. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN

Baltes (1987) mengartikulasikan enam prinsip yang dapat digunakan untuk mengkaji
perkembangan manusia. Dinyatakan bahwa prinsip-prinsip yang dikembangkan itu
membentuk keyakinan yang menspesifikasi pandangan perkembangan secara koheren.
Beberapa prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan berlangsung sepanjang hayat, prinsip ini memiliki dua aspek, yaitu:
 Potensi perkembangan akan terjadi sepanjang hidup manusia, dan tidak ada
asumsi yang menyatakan bahwa kehidupan seseorang akan mencapai puncak
perkembangan kemudian menurun kembali pada waktu orang itu dewasa
atau berusia tua.
 Perkembangan tidak akan terjadi sebelum seseorang lahir, dan perkembangan
itu akan berlangsung selama sepanjang hayat.
2. Perkembangan bersifat multidimensional atau multidireksional. Multidimensional
mengacu pada kenyataan bahwa perkembangan tidak dapat digambarkan melalui
kriteria tunggal, seperti perilaku yang bersifat meningkat ketika masih berusia anak-
anak atau menurun ketika seseorang itu telah dewasa atau sudah tua.
Multidireksional mengacu pada hasil perkembangan dicapai melalui berbagai cara,
dan perkembangan itu terdiri atas berbagai kemampuan yang dimilki oleh individu.,
yang ditunjukan melalui berbagai perubahan.
3. Perubahan mengacu pada perolehan dan kehilangan. Perkembangan itu mencakup
aspek-aspek pertumbuhan dan penurunan. Misalnya, sekolah mampu meningkatkan
pengetahuan anak dan mengembangkan kemampuan kognitifnya, namun mereka
juga kehilangan kreatifitas karena harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh
sekolah.
4. Perkembangan itu bersifat lentur., yakni adanya variabilitas diri seseorang sehingga
memungkinkan adanya perkembangan atau perlaku tertentu.
5. Perkembangan berada dalam latar tertentu dan historik. Bersifat kontekstual karena
seseorang yang berada disuatu lingkungan akan berbeda perkembangannya pada
seseorang yang berada di lingkungan lain. Bersifat historik karena periode waktu
tertentu dimana seseorang itu tumbuh akan mempengaruhi perkembangannya.

C. TOERI-TEORI PERKEMBANGAN
1. Continuity dan Discontinuity

Sebagian pakar menyatakan bahwa perkembangan itu sebaiknya dipandang sebagai


proses yang berkesinambungan (continous process). Dalam arti perkembangan dipandang
sebagai proses akumulasi perilaku yang selalu meningkat. Dalam teori ini proses
perkembangan itu bersifat lembut dan teratur dan setiap perubahan selalu berkaitan dengan
kemampuan yang telah dimiliki sebelumnya.

2. Teori Perkembangan dan Perubahan

Penelitian tentang anak kadang menunjukan adanya stabilitas aspek-aspek perkembangan


, seperti kelekatan pada orang tua. Namun dalam penelitian lain menunjukan bahwa emosi
anak dapat diubah oleh lingkungan, terutama oleh pengasuhnya. Aspek penting dari adanya
perbedaan pandang tersebut perlu dikaitakn dengan pengalaman masa kanak-kanak yang
memainkan peranan pembentukan pada perkembangan masa berikutnya. Freud merupakan
salah seorang pakar psikologi pertama yang menekankan pada pentingnya pengalaman masa
kanak-kanak karena memepengaruhi perkembangan pada masa berikutnya.

D. CIRI-CIRI PERKEMBANGAN

1. Terjadinya perubahan dalam


a. Aspek fisik, perubahan tinggi
b. Psikis, matanganya kemampuan berpikir
2. Terjadi peerubahan dalam proporsi
a. Aspek fisik, proporsi anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya
b. Aspek psikis, perubahan imajinasi dan yang fantasi ke realitas
3. Lenyapnya tanda-tanda yang lama
a. Tanda-tanda fisik, lenyapnya kelenjar Thymus(kelenjar kanak-kanak) yang
terletak paada dada
b. Tanda-tanda psikis, lenyapnya masa mengoceh(meraban)
4. Diperolehnya tanda-tanda yang baru
a. Tanda-tanda fisik, pergantian gigi dan karakteristik seks pada usia remaja
b. Tanda-tanda psikis, seperti berkembangnya rasa ingin tahuterutama yang
berhubungan seks

E. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never Ending
Process)
2. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
3. Perkembangan mengikuti pola
4. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan
5. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
6. Setiap individu yang normal akan mengalami tahap/fase perkembangan
7. Prinsip kematangan

F. FASE-FASE PERKEMBANGAN

1. Pengertian dan kriteria menentukan fase perkembangan


a. Tahap perkembangan berdasarkan analisis biologis
b. Tahap perkembangan berdasarkan didaktis
c. Tahap perkembangan berdasarkan psikologis
2. Kriteria pentahapan perkembangan
a. Masa usia pra sekolah
1) Masa vital
2) Masa estetik
b. Masa usia sekolah dasar
1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar
2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar
c. Masa usia sekolah menengah
1) Masa praremaja(remaja awal)
2) Masa remaja(remaja madya)
3) Masa remaja ahir
d. Masa usia kemahasiswaan
BAB II

TEORI PERKEMBANAGAN

A. TEORI-TEORI PSIKOANALISIS

1. Teori Freud
Struktur kepribadian Freud (1917) menyatakan bahwa kepribadian memiliki 3
sturktur yaitu; id, ego, dan superego.
Id terdiri dari insting yang merupakan persediaan energi psikis individu.
Ego disebut juga “cabang esksekutif” dan kepribadian karena ego membuat
keputusan rasional
Superego adaalh struktur yang mempertimbangkan apakah sesuatu itu benar atau
salah. Superego sering kali kita juluki sebagai “hati nurani”

2. Teori Erikson
Menurut Erikson, perubahan dalam perkembangan berlangsung sepanjang masa-
hidup; sementara menurut Freud, kepribadian dasar kita dibentuk selama lima
tahun pertama dari kehidupan

B. TEORI-TEORI KOGNITIF

1. Teori perkembangan kognitif dari piaget


Teori Piaget (Piaget’s theory) menyatakan bahwa individu secara aktif
membangun pemahaman mengenai dunia. Untuk membuat dunia kita masuk akal,
kita berusaha mengorganisasikan pengalaman-pengaalaman kita.
2. Teori kognitif sosio-budaya dari Vygotsky
Teori Vygotsky (Vygotsky theory) adaalh teori kognisi sosio-budaya yang
menekankan bagaimana budaya dan interaksi sosial mengarahkan perkembangan
kognitif.

3. Teori pemrosesan-informasi (information processing theory)


Menurut teori ini secara bertahap remaja mengembangkan kapasitas yang lebih
besar untuk memproses informasi. Dimana hal ini memungkinkan mereka untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang kompleks
C. TEORI-TEORI PERILAKU DAN KOGNITIF SOSIAL

1. Behaviorisme Skinners
Perkembangan merupakan hasil belajar dan sering kali berubah seiring dengan
pemerolehan pengalaman di lingkungan, mereka juga berpendapat bahwa
modifikasi lingkungan dapa merubah perkembangan
2. Teori kognitif sosial
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) menyatakan bahwa perilaku,
lingkungan, dan kognisi merupakan faktor-faktor penting dalam perkembangan.
Faktor pribadi/kognitif dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan sebaliknya.

D. TEORI KONTEKSTUAL EKOLOGIS

Teori ini mengidentifikasikan 5 sistem lingkungan, yang berkisar dari interaksi


langsung dengan agen-agen sosial hingga input budaya yang luas yakni;
1) Mikrosistem (microsystem): situasi dimana remaja hidup, dapat meliputi keluarga,
kawan-kawan, sebaya, dan lingkungan sekitar
2) Mesosistem (mesosystem): relasi antara 2 mikrosistem atau lebih
3) Eksosistem (exosystem): situasi sosial dimana remaja tidak memiliki peran aktif
namun mempengaruhi pengalaman remaja
4) Makrosistem (macrosystem): budaya dimana remaja hidup
5) Kronosistem (chronosystem): pola dari peristiwa-peristiwa lingkungan dan
transisi dari rangkaian kehidupan dan keadaan-keadaan sosio-historis

E. ORIENTASI TEORITIS ELEKTIK


Orientasi eoritis elektik (electic theoritical orientation) tidak mengikuti sebuah
pendekatan teori manapun, namun memlih dan menggunakan segi-segi yang dianggap
paling baik dari masing-masing teori
BAB III

PERKEMBANGAN REMAJA

a) PERKEMBANGAN FISIK

Perbedaan Profil Perkembangan Fisik Antara Siswa SLTP dengan SLTA


NO SISWA SLTP (REMAJA AWAL) SISWA SLTA (REMAJA AKHIR)

1 Laju perkembangan secara umum Laju perkembangan secara umum kembali


berlangsung menurun, sangat lambat

2 Proporsi ukuran tinggi dan berat badan Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih
sering kurang seimbang (termasuk otot dan seimbang mendekati kekuatan tubuh orang
tulang belulang) dewasa

3 Munculnya ciri-ciri skekunder ( tumbuh Siap berfungsinya organ-organ reproduktif


bulu pada pubic region, otot mengembang seperti pada orang-orang yang sudah dewasa
pada bagian tertentu), disertai mulai
aktifnya sekresi kelenjar jenis (menstruasi
pada wanita dan polusi pada pria untuk
pertama kali)
4 Gerak-gerik tampak canggung dan kurang Gerak-geriknya mulai mantap
terkoordinasikan
5 Aktif dalam berbagai jenis cabang, Jenis dan jumlah cabang permainan lebih
permainan yang dicobanya selektif dan terbatas pada keterampilan yang
menunjang kepada persiapan kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik:


1. Faktor internal:
a. Sifat jasmaniah yang diwariskan daro orangtuanya
b. Kematangan
2. Faktor eksternal:
a. Kesehatan
b. Makanan
c. Stimulasi lingkungan

b) PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

Perbedaan Profil Perkembangan Intelektual Antara Siswa SLTP dengan Siswa


SLTA
NO SISWA SLTP (REMAJA AWAL) SIWA SLTA (REMAJA AKHIR)

1 Proses berfikirnya sudah mampu mengoperasikan Sudah mampu mengoperasikan kaidah-


kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, differensiasi, kaidah logika formal disertai kemampuan
komparasi, dan kausalitas) dalam ide-ide atau membuat generalisasi yang lebih
pemikiran abstrak (meskipun relatif terbatas) konklusif dan komperehensif
2 Kecakapan dasar umum (general intelligence) Tercapainya titik punyak (kedewasaan
menjalani laju perkembangan yang terpesat (terutama intelektual umum, yang mungkin ada
bagi yang belajar disekolah) pertambahan yang sangat terbatas bagi
yang terus bersekolah)
3 Kecakaoan dasar khusus ( bakat atau aptitude) mulai Kecendrungan bakat tertentu mencapai
menunjukkan kecenderungan-kecenderungan lebih titik puncak dan kemantapannya
jelas

c) PERKEMBANGAN EMOSI
Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini
disebut masa badai & topan ( storm & stress ). Heightend Emotionality, masa yang
menggambarkan keadaan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil dan
meledak-ledak. Meningginya emosi terutama karena remaja mendapat tekanan
sosial dan menghadapi kondisi baru, karena selama masa kanak-kanak mereka
kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan iu. Kepekaaan
emosi yang meningkat sering dijluki dalam bentuk, remaja lekas marah, suka
menyendiri dan adanya kebiasaan nervous, seperti gelisah, cemas dan sentimen,
menggigit kuku dan garuk-garuk kepala.
1. Bentuk- bentuk Emosi

Meskipun emosi itu sedemikian kompleksnya, Golleman (1995) mengidentifikasikan


sejumlah kelompok esmosi, yaitu sebagai berikut :
a) Amarah, didalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar,
jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, tersinggung, bermusuhan, tindak
kekerasan.
b) Kesedihan, didalamnya meliputi sedih, muram, mengasihani diri,
kesepian, putus asa, depresi
c) Rasa takut, didalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was,
sedih, waspada, ngeri, kecut
d) Kenikmatan, didalmnya meliputi bahagia, gembira, riang, senang, terhibur,
girang, bangga.
e) Cinta, didalamnya meliputi, kepercayaan, kebaikan hati, kasih sayang,
persahabatan, rasa dekat.
f) Terkejut, didalamnya meliputi takjub, terpanah.
g) Jengkel, didalamnya meliputi hina, jijik, benci, tidak suka.
h) Malu, didalamnya meliputi bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina,
hati hancur lebur

2. Ciri-ciri perkembangan emosi remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan anatara masa kanak-kanak kaea masa
dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik,
mental, social, dan emosional. Sejumlah faktor yang mempengaruhi emosi remaja
adalah sebagai berikut :
a) Perubahan jasmani, perubahan jasmani yang ditunjukan dengan adanya
perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf-taraf permulaan
pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang
mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang,
b) Perubahan pola interaksi dengan orangtua, pola asuh orang tua dapat
berpengaruh tehadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Pemberontakan
terhadap orang tua menunjukkan bahwa mereka berada dalam konflik dan
ingin melepaskan diri dari pengawasan orangtua. Mereka tidak merasa puas
kalau tidak pernah sama sekali menunjukka seberapa jauh dirinya telah
berhasil menjadi orang yang lebih dewasa. Jika mereka berhasil dalam
perelawanan terhadap orang tua sehingga menjadi marah, mereka pun belum
merasa puas karena orang tua tidak menunjukkan pengertian yang mereka
inginkan. Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadadap perkembangan
emosi remaja.
c) Perubahan interaksi dengan teman sebaya, gangguan emosional yang
mendalam dapat terjadi ketika cinta remaja tidak terjawab atu karena
pemutusan hubungan cinta dari satu pihak sehingga dapat menimbulkan
kecemasan bagi orang tua dan bagi remaja itu sendiri.
d) Faktor pandangan luar yakni,* Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak
konsisten. *Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang
berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan.*Seringkali kekosongan remaja
dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab.
e) Perubahan interaksi dengan sekolah, pada masa anak-anak, sebelum
menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikaan yang
diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting
dalam kehidupan mereka karena selain toko intelektual¸guru juga merupakan
tokoh otoritas bagi para peserta didiknya.
f) Kematangan emosi, untuk mencapai kematangangan emosi, remaja harus
belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan
reaksi emosional, dengan cara membicarakan berbagai masalah pribadinya
dengan oranglain.

d) PERKEMBANGAN BAHASA

Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor


kognitif sangat berpengaruh terhadap kemampuan bahasa. Perkembangan bahasa
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil
belajar pada lingkungan

e) PERKEMBANGAN BAKAT KHUSUS


Perkembangan bakat khusus menunjukkan kemampuan yang masih laten sehingga
masih memerlukan bantuan lingkungan untuk mewujudkannya. Bakat khusus
mencakup kemampuan khusus berupa potensi yang bersifat khusus misalnya, bakat
akademik, bakat musik dan sebagainya.
BAB IV

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA

A. PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN


Tugas-tugas perkembangan memiliki tiga macam tujuan yang sangat
bermanfaat bagi individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan yaitu sebagai
berikut:
1. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diaharapkan
masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu.
2. Memberikan motivasi pada setiap individu
3. Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang mereka hadapi.
B. JENIS TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA
1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita
2. Mencapai peran sosial pria dan wanita
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif
4. Mencari kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya
5. Mencapai jamnian kebebasan ekonomis
6. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan
7. Persiapan memasuki kehidupan berkeluarga
8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk
kompetensi kewarganegaraan
9. Mencapai dan mengharapkan tingkahlaku sosial yang bertanggungjawab
10. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem erika sebagai pedoman
tingkah laku
C. TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA BERKENAAN DENGAN KEHIDUPAN
BERKELUARGA
Dari sekian banyak masalah penyesuaian diri dalam kehidupan berkeluarga
atau perkawinan, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi, yaitu:
1. Penyesuaian dengan pasangan
2. Penyesuaian seksual
3. Penyesuaian keuangan
4. Penyesuaian dengan pihak keluarga masing-masing
BAB V
KEBUTUHAN DAN PERBEDAAN KEBUTUHAN REMAJA

A. TEORI KEBUTUHAN

Teori yang berhubungan dengan kebutuhan hidup manusia dikemukakan oleh


Abraham H.Maslow. Maslow (1970) melukiskan manusia sebagai makhluk yang tidak
pernah berada dalam keadaan sepenuhnya puas. Bagi manusia kepuasan itu sifatnya
sementara jika suatu kebutuhan telah terpuaskan, maka Kebutuhan-kebutuhan yang lainnya
akan muncul menuntut pemuasan begitu seterusnya. Itulah yang dimaksud dengan kepuasan
sementara menurut Maslow.

Dalam Konteks ini Maslow(Gable,1987) mengemukakan hierarki kebutuhan dari


yang paling dasar Sampai yang paling tinggi, Yaitu :

1. Kebutuhan Fisiologis

2. Kebutuhan ingin Rasa Aman

3. Kebutuhan rasa memiliki dan kasih saying

4. Kebutuhan penghargaan

5. Kebutuhan ingin Rasa tahu

6. Kebutuhan estetik

7. Kebutuhan Pertumbuhan

8. Kebutuhan Aktualisasi diri

B. PERBEDAAN KEBUTUHAN REMAJA USIA SEKOLAH MENENGAH

Setiap manusia melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan (needs)


Hidupnya. Murray mengelompokkan kebutuhan menjadi dua kelompok besar, Yaitu
viscerogenic dan Psychogenic. Kebutuhan viscerogenic adalah kebutuhan secara fisiologis,
yaitu kebutuhan untuk makan,minum, Bernafas, dan lain sebagainya yang berorientasi pada
kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Sebagai Kebutuhan psychogenic adalah kebutuhan
sosial atau sosial motives. Murray mencoba memilahkan kebutuhan sosial menjadi 20
Kebutuhan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Abasement Needs ( n Aba )

2. Need for Achievement (n Ach)

3. Need For Affiliation (n Aff)


4. Need For Aggerssion (n Agg)

5. Autonomy Needs (n Aut)

6. Counteraction

7. Defendance Needs

8. Deference needs (n Def)

9. Needs for Dominance (n Dom)

10. Exhibition (N Exh)

11. Harmavoidance

12. Infavoidance

13. Nurturance (n Nur)

14. Order (n Ord)

15. Play

16. Rejection

17. Sentience

18. Sex

19. Succorance (suc)

20. Understanding
BAB VI

PERKEMBANGAN KONSEP DIRI

A. PENGERTIAN KONSEP DIRI

Konsep diri didefenisikan secara berbeda oleh para ahli. Santrock (1996)
menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari diri sendiri.
Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, Keyakinan dan Nilai-Nilai yang
berhubungan dengan dirinya.

Dari beberapa Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah gagasan
Tentang diri kita sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri.

Konsep diri dapat digambarkan sebagai sistem operasi yang menjalankan computer
mental yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Setelah terinstall, konsep diri
akan masuk kepikiran bahwa sadar dan akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran
seseorang pada suatu waktu.

B.DIMENSI KONSEP DIRI

Para ahli psikologi juga berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi konsep
diri. Namun, secara umum sejumlah ahli menyebutkan 3 dimensi konsep diri, meskipun
dengan menggunakan istilah yang berbeda-berbeda. Calhoun dan Acocella (1990) misalnya,
menyebutkan 3 dimensi utama dari konsep diri, yaitu : Dimensi, pengetahuan, Dimensi
Pengharapan,dan Dimensi Penilaian, Paul J.Centi (1993) menyebutkan ketiga dimensi
konsep diri dengan istilah : Dimensi gambaran diri (self-Image), dimensi penilaian diri (Self
evaluation), dan dimensi cita-cita diri (self-Ideal). Sebagai ahli lain menyebutnya dengan
istilah : Citra diri, Harga Diri, Dari diri ideal.

Pengatuhuan , dimensi Pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang
diri sendiri atau penjelasan dari “Siapa Saya” yang akan memberi gambaran tentang diri saya.

Harapan, Dimensi kedua dari konsep dari konsep diri adalah harapan atau diri yang
dicita-citakan dimasa depan.

Penilaian, Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI

Konsep diri adalah inti dari pola kepribadian atau gambaran yang dimiliki orang
tentang dirinya (Hurlock, 1995). Defenisi lain yang dikemukakan oleh Mead (dalam Burns,
1993) adalah menjelaskan Pandangan, Penilaian, Dan perasaan Individu mengenai dirinya
yang timbul Sebagai hasil dari suatu interaksi sosial sebagai konsep diri.

Konsep diri mempunyai Pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu
individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki banyak kondisi dalam
Kehidupan remaja yang turut membentuk pola kepribadian melalui Pengaruhnya pada konsep
diri seperti Perubahan Fisik dan psrikologis Masa Remaja.

Beberapa Faktor yang mempengaruhi konsep diri Remaja, Yaitu :

a. Usia Kematangan
b. Penampilan Diri
c. Nama Dan Julukan
d. Hubungan Keluarga
e. Teman-Teman Sebaya
f. Kreatifitas
g. Cita-Cita

D. PERKEMBANGAN KONSEP DIRI REMAJA

Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir.Kita tidak dilahirkan dengan
konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep diri.
BAB VIII

PENYESUAIAN DIRI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

A.PENGERTIAN REMAJA

Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai
tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa
atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1990) bahwa masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan, karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Borring E.G. ( dalam
Hurlock, 1990 ) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode atau masa
tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi
semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
Sedangkan Monks, dkk ( dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja suatu masa
disaat individu berkembang dari pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi
peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan
dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat
cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.

B. PENGERTIAN DARI PENYESUAIAN DIRI REMAJA DAN ASPEK-ASPEKNYA

1. Pengertian penyesuaian diri

Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau
personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga
sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai
bentuk konfornitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan
(mastery). Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation) ,
padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik,
fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah
dingin harus beradaptasi dengan iklim yang terjadi di daerah dingin tersebut.
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah
prilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan
lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan
manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia
dengan lingkungannya.

2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

1) Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga
tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari
sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak
obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.

2) Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan
berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara
umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi
komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara
komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.

C. Proses Penyesuaian Diri Remaja

Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (life long), dan manusia
terus-menerus berupaya menemukan dan mengatsi tekanan dan tantangan hidup guna
mencapai pribadi yang sehat.Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat
dipandang sebagai suatu upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan
untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar. Penyesuaian adalah
sebagai suatu proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan
eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi,
membebaskan diri dari ketegangan.
D. KARAKTERISTIK PENYESUAIAN DIRI REMAJA

a. Penyesuaian Diri Secara Positif

Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam
berbagai bentuk, antara lain:

1) Penyesuaian menghadapi masalah secara langsung.

2) Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan).

3) Penyesuaian dengan trial dan error atau coba-coba.

4) Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).

5) Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.

6) Penyesuaian dengan belajar.

7) Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.

8) Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.

b. Penyesuaian Diri yang Salah

Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah, yaitu:

1. Reaksi Bertahan (Defence Reaction).

Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya,seolah-olah tidak mengalami kegagalan.

2. Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction).

Reaksi-reaksinya tampak pada perilaku:

a) Selalu membenarkan diri,

b) Mau berkuasa dalam setiap situasi,

c) Mau memiliki segalanya, dan yang lainnya.

3. Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction).


Orang yang memiliki penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang
menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam tingkah laku seperti berfantasi, banyak
tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika , dan regresi.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI REMAJA

1. Kondisi Jasmaniah

Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer yang penting bagi proses penyesuaian
diri (sistem saraf, kelenjar otot). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-
gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot menimbulkan gejala-gejala gangguan
mental, perilaku dan kepribadian. Kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya
dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula.

2. Perkembangan Kematangan dan Penyesuaian Diri

Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda -


beda antara individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola - pola
penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual. Pola penyesuaian diri akan bervariasi
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Kondisi - kondisi
perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional, sosial, moral,
keagamaan dan intelektual.

3. Lingkungan Sebagai Penentu Penyesuaian Diri

a. Rumah dan Keluarga

Keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama
diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan
dikembangkan di masyarakat.

b. Hubungan Orang Tua dan Anak

Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan berpengaruh terhadap
proses penyesuaian diri anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat dipengaruhi
adaptor diri antara lain:
1) Menerima ( acceptance ),

2) Menghukum dan disiplin yang berlebihan,

3) Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan.

4) Penolakan.

5) Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh


kasihsayang, memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian
yang lebih baik, sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan
sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.

c. Masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan kondisi


yaang menentukan proses dan pola-pola penguasaan diri. Kondisi studi menunjukan
bahwa banyak gejala perilaku yang meyimpang bersumber dari kondisi masyarakat.
Pergaulan yang salah dikalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian
dirinya. Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau "rawan", dapat merupakan
faktor yang kondusif bagi anak / remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor
masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat
dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas).

d. Sekolah

Sekolah memiliki peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan


intelektual,sosial, dan moral para siswa. Suasana disekolah baik sosial
maupunpsikologi menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil
pendidikan yang diterima anak disekolah merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di
masyarakat.

3 Kultur dan Agama Sebagai Penentu Penyesuaian Diri

Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan


pola penyesuaian diri. Misalnya tata cara kehidupan di sekolah, di masjid dan semacamnya
akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat
sekitarnya. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik,
frustasi dan ketegangan lainnya. Agama memberi tuntunan, konsep dan filosofi hidup yang
meyakinkan dan benar. Oleh kepemilikan semua ini orang akan memperoleh arti hidup,
kemana tujuan hidup, apa yang dicari dalam hidup ini dan bagaimana ia harus berperan
dalam hidup sehingga hidupnya di dunia tidak sia-sia.

F. PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DALAM PENYESUAIN DIRI REMAJA

Diantara persoalan yang terpenting yang dihadapai remaja dalam penyesuaian diri yaitu:

1) Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua.

Disini sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam
keluarga (kondisi lingkunan keluarga).

Orang tua yang otoriter akan menghambat perkembangan penyesuaian diri remaja, begitu
juga perlindungan orang tua yang berlebihan juga berakibat tidak baik. Perpindahan tempat
juga memiliki pengaruh yang kuat.

2) Sekolah juga memiliki peran / pengaruh yang kuat dalam dalam perkembangan jiwa
remaja

 Kutub Keluarga (Rumah Tangga)

Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak / remaja yang
dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik / disharmoni keluarga, maka
resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial
berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak / remaja yang dibesarkan
dalam keluarga sehat / harmonis (sakinah).

Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain:

a) Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)


b) Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di
rumah
c) Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik
(buruk)
d) Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi dari
kejiwaan (psikologis).
 Kutub Sekolah

Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik yang
pada gilirannya dapat memberikan "peluang" pada anak didik untuk menyimpang. Kondisi
sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain;

a) Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai


b) Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
c) Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai
d) Kesejahteraan guru yang tidak memadai
e) Kurikilum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama / budi pekerti yang
kurang
f) Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya.

 Kutub Masyarakat (Kondisi Lingkungan Sosial)

Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau "rawan", dapat merupakan faktor yang
kondusif bagi anak / remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini
dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor
daerah rawan (gangguan kamtibmas ).

G. IMPLIKASI PENYESUAIAN DIRI REMAJA TERHADAP


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Masa remaja adalah masa dimana seorang remaja mencari jati dirinya. Masa remaja
juga disebut masa emas (golden age). Namun, para remaja pada masa perkembangan
dihadapkan dengan berbagai masalah, baik eksternal maupun internal. Masalah-masalah yang
timbul pada masa remaja harus bisa di pahami oleh seorang pendidik, agar remaja tidak
mengalami keterbelakangan mental. Karena remaja yang tidak mendapatkan bimbingan pada
masa remaja, mereka akan cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar
norma-norma kehidupan. Pemecahan masalah tersebut bisa di selesaikan dengan mengaitkan
masalah-masalah tersebut dengan pena -didikan, baik pendidikan formal atau non-formal.

Masa perkembangan remaja juga ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan


segala ide pikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan. Mereka bersemangat
untuk meraih keberhasilan. Oleh karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain
guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai
keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. Sebab dengan keberhasilan itu, ia akan
meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka di mata orang lain. Laju proses
perkembangan perilaku dan pribadi remaja dipengaruhi oleh tiga faktor dominan adalah
faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan ling-kungan (environment):
termasuk belajar dan latihan (training and learning). Ketiga faktor dominan utama itu
senantiasa bervariasiyang mungkin dapat menguntungkan, menghambat atau membatasi
lajunya proses perkembangan tesebut.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proeses penyesuaian diri remaja
khususnya di sekolah adalah:

a) Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa "betah" (at home) bagi
anak-anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
b) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
c) Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial,
maupun seluruh aspek pribadinya.
d) Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
e) Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
f) Ruang kelas yang memenuhi persyaratan kesehatan.
g) Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami oleh siswa.
h) Teladan dari para guru dalam hal pendidikan.
i) Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan di sekolah.
j) Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang sbaik-baiknya.
BAB VIII

PERMASALAHAN YANG TIMBUL PADA MASA REMAJA UDIA SEKOLAH


MENENGAH

A. Masalah-Masalah yang Mungkin Akan Timbul Berkaitan dengan Perkembangan Fisik


dan Psikomotorik
1. Adanya factor yang mencolok dalam tempo dan irama sehingga menimbulkan
canggungan-kecanggungan bergaul satu sama lain.
2. Perkembangan ukuran-ukuran tinggi dan berat badan yang kurang proporsional
juga dapat membawa akses psikologi tertentu.
3. Perubahan suara dan peristiwa menstruasi dapat juga menimbulkan
gejala=gejala emosional tertentu seperti perasaan malu.
4. Matangnya organ reproduksi.
B. Masalah-Masalah yang Timbul Berkenaan dengan Perkembangan Bahasa dan Perilaku
Kognitif
1. Bagi individu tertentu mempelajari bahasa asing bukanlah merupakan hal yang
menyenangkan.
2. Intelegansi juga merupakan kapasitas dasar belajar bagi yang dianugrahi IQ
yang tinggi (superior) atau dibawah rata-rata (slow leaner).
3. Kadang-kadang terjadi ketidak selarasan antara minat atau keinginan seseorang
dengan bakat khusus.
C. Masalah-Masalah yang Berkaitan Dengan Perkembangan Perilaku Sosial, Moralitas,
dan Keagamaan
1. Keterkaitan hidup dalam “gang”, yang tidak terbmbing dan menimbulkan
kenakalan remaja.
2. Konflik antara orang tua yang mungkin menyebabkan tidak betah dirumah
bahkan ada yang lari meninggalkan rumah.
3. Melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma dan ajaran
agamanya.

D. Masalah yang Timbul Bertalinan dengan perkembangan Prilaku Efektif, Konatif, dan
Kepribadian
1. Mudah sekali digerakkan untuk melakukan gerakan atau kegiatan diskrutif
yang spontan untuk melampiaskan ketegangan emosionalnya meskinpin ia
tidak mengetahui maksud yang sebenarnya dari tindakan-tindakan yang itu.
2. Ketidakmampuan menegakkan kata hatinya membawa akibat sukar
terintegrasikan dan sistensis fungsi psiko-fisisnyayang berlanjut akan sukar
pula menemukan identitas pribadinya.

Tanda-tanda bahaya dari individu yang tidak mampu menyesuaikan diri yang umum
dalam masa remaja adalah sebagai berikut:

1. Tidak bertanggung jawab, termasuk dalam perilaku mengabaikan pelajaran.


2. Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri.
3. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja patuh mengikuti standart-
standart kelompok.
4. Merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal.
5. Perasaan menyerah.
6. Terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang diperolh
dari kehidupan sehari-hari.
7. Mundur ke tingkat perilaku yang sebelumnya agar supaya disenangi dan
diperhatikan.
8. Menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti rasinalisasi, proyeksi,
berkhayal.

Oleh karena itu perhatian dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk memberikan
bantuan kepada mereka mutlak diperlukan. Di sekolah layanan Bimbingan Konseling perlu di
identifsikan pelaksanaannya dengan melengkapi semua sarana yang diperlukan,
meningkatkan keterampilan koselornya dan meningkatkan keikutsertaan orangtua dalam
membantu anak yang bermasalah tersebut. Demikian juga kerjasama sekolah dengan semua
lembaga yang terkait agar dapat memberi perhatian yang lebih besar kepada anak-anak pad
ausia remajanya.

E. Masalah Tawuran Remaja


 Pengertian dan Berbagai Kasus Tawuran

Tawuran atau tubir adalah istilah yang sering digunakan masyarakat Indonesia,
khususnya dikota-kota besaar sebagai perkelahian atau tindak kekerasan.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan
sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile delinquency). Dalam kenakalan remaja,
dalam hal perkelahian, dapat digolongkan dalam dua jenis delikuensi yaitu:

1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi Karena adanya situasi yang


“mengharuskan” mereka untuk berkelahi.
2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat dalam perkelahian itu
berada didalam satu organisasi tertentu atau geng.

Contoh beberapa tawuran yang telah terjadi yaitu:

 Tawuran remaja yang pernah terjadi di beberapa wilayah tawuran antar remaja
warnai hari guru di Medan.
 Ingin berdamai pelajar SMA beda sekolah di Medan malah taawuran lagi.
 Siswa SMP hadang dan bacok murid sekolah lain hingga tewas.
 Bak gadis gangster, siswi SMA ikut tawuran barang siswa di Depok.

 Factor-Faktor yang Menyebabkan Tawuran Pelajar


a. Factor internal
Beberapa factor internal perkelahian antar pelajar, yaitu:
 Lemahnya pertahanan diri, adalah factor yang ada dalam diri untuk
mengontrol dan mempertahankan diri terhadappengaruh-pengaruh
negative dari lingkungan.
 Kurangnya kemampuan dalam meyesuaikan diri. Banyak ditemukan
pelajar yang kurang pergaulan. Inti persoalannya adalah ketidak
mampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial, dengan
mempunyai daya pilih teman bergaul yang membantu pembentukkan
perilaku positif.
b. Factor eksternal

Factor eksternal adalah factor yang dating dari luar individu,

 Factor lingkungan yang kurang kondusif. Factor lingkungan keluarga


adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan.
 Factor lingkungan sekolah. Ada beberapa factor yang berhubungan
dnegan lingkungan sekolah yang tidak menyenangkan seorang anak
pelajar, yaitu: (1) factor guru, (2) Guru Pembimbing/BK, (3) Fasilitas
Pendidikan.
 Factor geng.
 Factor ekonomi.

 Upaya Mencegah dan Mengatasi Masalah Tawuran


Ada beberapa hal yang bisa dijadikan tolak ukur upaya dalam mencegah, dan
bahkan menyelesaikan permasalahan tawuran ini dengan berbagai cara termasuk
berbagai peran secara bertanggung jawab:
1. Keteladanan keluarga. Keluarga adalah unsur utama dalam menanamkan
nilai-nilai luhur, keteladanan orangtua adalah yang menjadi kunci dalam
menerapkan contoh perilaku yang baik.
2. Peran sekolah. Upaya yang dapat diterpkan disekolah antara lain: (1)
membuat peraturan sekolah yang tegas, (2) memberikan pendidikan anti
tawuran, (3) mendeteksi dan menangani pelajar berotak criminal, (4)
menjalin komunikasi pelajar antar sekolah, (5) membuat program
ekstrakulikuler tawuran.
3. Peran lingkungan sosial. Tempat dimana para pelajar menghabiskan
waktunya lebih banyak biasanya ada pada lingkungan sosial. Untuk itu
diperlukan suasana dan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan
interaksi lingkungan sosial para pelajar.
4. Kebijakan pemerintah.
BAB IX

IMPLIKASI PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH TERHADAP


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

A. Impilikasi Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik


Perilaku psikomotorik pada usia remaja menunjukkan gerakan-gerakan yang
cangguh dan kurang terkoordinasi. Pada masa ini terjadi perbedaaan perkembangan
psikomotor antara remaja antara perkembangan remaja putri dengan remaja pria. Hal
ini menyebabkan kecanggungan-kecanggungan bergaul diantara mereka. Disamping
itu, perbedaan proporsi laju pertumbuhan antara berat bedan dengan tinggi badan
sering menimbulkan akses psikologis dengan munculnya nama-nama
panggilan/julukan. Perubahan suara pada laki-laki dan menstruasi pada awanita, dapat
menimbiulkan gejala-gejala emosional tertentu seperti rasa malu.
Dengan memperhatikan perkembangan fisik anak usia sekolah menengah,
pendidikan seyogyanya menerapkan suatu model pendidikan yang memisahkan pria
dan wanita pada saat menjelaskan perkembangan anatomi dan fisiologi. Umpamannya
dalam pelajaran biologi atau bisa juga dalam pelajaran pendidikan jasmani dan
kesehatan ketika menjelaskan pokok bahasan tentang antomi manusia, sebaiknya
kelas pria dan wanita dipisah supaya anak dapat dengan bebas menanyakan segala hal
yang berkaitan erat dengan perkembangan dirinya.

B. Implikasi Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif


Pada usia remaja tumbuh keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa
asing pada kelompoknya. Remaja menggunakan bahasa yang hanya dipahami oleh
anggota kelompok mereka yaitu bahasa sandi ataupun bahasa prokemen.
Karakteristik tersebut diatas membawa implikasi kedalam pelaksanaan
pembelajaran disekolah. Guru hendaknya menerapkan pendekatan pembelajaran yang
memperhatikan perbedaan individu siswa sekolah menengah.
C. Implikasi Perilaku Sosial, Moralitas dan Agama

Karakteristik perilaku sosial siswa sekolah menengah adalah adanya


kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dengan keinginan untuk bergaul dengan
banyak teman, dan ambivalensi antara keinginan untuk bebas dari dominasi pengaruh
orangtua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orangtuanya.

Dalam aspek pemahaman moral, usia remaja adalah usia yang kritis untuk menguji
kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari orang dewasa. Anak usia sekolah menengah berupaya mengidentifikasikan
dirirnya dangan tokoh-tokoh idola. Perkembangan ini seiring dengan perkembangan cara
berpikir dan sikap usisa sekolah menengah yang memasuki masa kritis.

Sedangkan perkembangan aspek keagamaan, anak usia sekolah menengah memasuki


masa kritis dan akeptis>Anak usia sekolah menengah mulai mempertanyakan secara skeptis
mengenai eksistensi (keberadaan) dan sifat=sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.

Implikasi dari perkembangan perilaku sosial, moral, dan keagamaan anak usia sekolah
menengah adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok
belaja, atau perkumpulan remaja yang positif.

D. Implikasi Perilaku Apektif, Konatif dan Kepribadian

Masa usia sekoalh menengah ini merupakan masa krisis identitas. Sekiranya kondisi
psiko sosialnya menunjang maka akan tampak identitas yang positif, sebaliknya jika tidak
menunjang akan tampak identitas yang negatife.

Karakteristik ini menuntut pemberian contoh perilaku keteladanan dari orangtua,


pendidik, para elit politik, para pejabat dan tokoh-tokoh idola anak usia sekolah menengah.
Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan paluang bagi anak usia sekolah menengah
untuk belajar bertanggung jawab.

E. Implikasi Perkembangan Emosi Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan


a. Pengembangan keterampilan emosional
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan emosional
individu adalah:
 Mengidentifikasikan dan memberi nama atau label perasaan.
 Mengungkapkan perasaaan.
 Menilai intensitas perasaan.
 Mengelola perasaana.
 Menunda perasaan.
 Mengendalikan dorongan hati.
 Mengurang stress.
 Memahami perbedaaan.

b. Pengembangan keterampilan kognitif


Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kognitif
individu adalah sebagai berikut:
 Belajar melakukan dialog batin.
 Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.
 Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan.
 Belajar memahami sudut pandang orang lain (empati).
 Belajar memahami sopan santun.
 Belajar bersikap positif.
 Belajar mengembangkan kesadaran diri.

c. Pengembangan keterampilan kemampuan


Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan individu
adalah sebagai berikut:
 Mempelajari komunikasi non-Verbal.
 Mempelajari komunikasi verbal.
 Belajar mengembangkan kesadaran diri.
 Belajar mengambil keputusan pribadi.
 Belajar mengelola perasaan.
 Belajar menangani stress.
 Belajar berempati.
 Belajar berkomunikasi.
 Belajar membuka diri.
 Belajar mengembangkan pemahaman.
 Belajar menerima diri sendiri.
 Belajar mengembangkan tanggungjawab pribadi.
 Belajar mengembangkan ketegasan.
 Mempelajari dinamika kelompok.
 Belajar menyelesaikan konflik.

F. Impilikasi Perkembsngan Kognitif Diri

Konsep diri sangat menentukan dalam proses pendidikan dan prestasi belajar pesrta
didik, oleh sebab itu guru perlu melakukan berbagai usaha untuk mengembangkan dan
meningkatkan konsep diri anak. Ada beberapa hal yang harus dilakukan guru, diantaranya
adalah:

 Membuat siswa mendapat dukungan dari guru, dapat ditunjukkan dalam bentuk
dukungan emosional seperti ungkapan simpati, penghargaan, atau persetujuan.
 Membuat siswa merasa bertanggung jawan.
 Membuat siswa merasa mampu.
 Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis.
 Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis.
 Mendorong siswa agar dapat bangga terhedap dirinya secara realistis.

G. Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan

Tugas-tugas perkembangan remaja harus dapat diselesikan dengan baik, karena akan
membawa implikais penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam rangka membantu
remaja tersebut, yaitu sebagai berikut:

 Sekolah dan perguruan tinggi perlu memberikan kesempatan melaksanakan


kegiatan non akademik melalui berbagai perkumpulan.
 Apabila ada remaj putra atau putri yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya,
mereka perlu dibantu melalui bimbingan dan konseling.
 Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba
dalam kegiatan kelompoknya sendiri.
 Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerjaan yang
sesuai dengan minat dan keinginannya, sesuai dengan system kemasyarakatan
yang dianutnya, dan membantu siswa mendapatkan pendidikan yang
bermanfaat untuk persiapan diri memasuki pekerjaan.

Ada sejumlah tugas perkembangan remaja yang penting, yaitu:

 Mencspai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita.
 Mencapai peran sosial pria dan wanita.
 Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
 Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
 Mencapai jaminan kebebasan ekonomis.
 Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan.
 Persiapan untuk memasuki lapangan pekerjaan.
 Persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga.
 Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk
kompetensi kewarganegaraan.
 Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan system etika sebagai pedoman
tingkah laku.

Anda mungkin juga menyukai