Dosen Pengampu:
Oleh:
7181143006
REGULER B
FAKULTAS EKONOMI
HAKEKAT PERKEMBANGAN
A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Para pakar psikologi perkembangan meyakini bahwa perkembangan terdiri atas dua
proses, yaitu integrasi dan diferensiasi. Integrasi mengacu pada gagasan bahwa
perkembangan terdiri atas integrasi dari struktur yang paling dasar, yakni perilaku yang
dimiliki sebelumnya dengan perilaku baru, kepada struktur pada tingkat yang lebih tinggi.
Misalnya, bayi belajar untuk memperoleh objek yang telah dipelajari untuk
mengkoordinasikan berbagai keterampilan seperti mempertahankan postur tubuh,
menggerakkan tangan, mengkoordinasikan posisi tangan terhadap objek dan menggenggam
objek. Diferensiasi mengacu pada gagasan bahwa perkembangan menunjukan kemajuan
kemampuan yang ditunjukan secara berbeda ketika menghadapi objek yang berbeda..
Misalnya, ketika anak menggenggam benda kecil akan berbeda caranya ketika harus
menggenggam benda yang besar.
Perkembangan berarti terjadi proses kesinambungan, dan proses itu bersifat siklikal.
Dalam arti, Perkembangan itu memunculkan tanda-tanda akan berkembangnya kemampuan-
kemampuan dan kemudian menghilang dan kemampuan yang hilang itu akan muncul
kembali pada usia berikutnya. Perubahan yang terjadi dalam proses perkembangan manusia
itu bertujuan untuk memungkinkan seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan itu, tindakan aktualisasi diri adalah sangat penting.
b. Pertunbuhan dan Perkembangan
B. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
Baltes (1987) mengartikulasikan enam prinsip yang dapat digunakan untuk mengkaji
perkembangan manusia. Dinyatakan bahwa prinsip-prinsip yang dikembangkan itu
membentuk keyakinan yang menspesifikasi pandangan perkembangan secara koheren.
Beberapa prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan berlangsung sepanjang hayat, prinsip ini memiliki dua aspek, yaitu:
Potensi perkembangan akan terjadi sepanjang hidup manusia, dan tidak ada
asumsi yang menyatakan bahwa kehidupan seseorang akan mencapai puncak
perkembangan kemudian menurun kembali pada waktu orang itu dewasa
atau berusia tua.
Perkembangan tidak akan terjadi sebelum seseorang lahir, dan perkembangan
itu akan berlangsung selama sepanjang hayat.
2. Perkembangan bersifat multidimensional atau multidireksional. Multidimensional
mengacu pada kenyataan bahwa perkembangan tidak dapat digambarkan melalui
kriteria tunggal, seperti perilaku yang bersifat meningkat ketika masih berusia anak-
anak atau menurun ketika seseorang itu telah dewasa atau sudah tua.
Multidireksional mengacu pada hasil perkembangan dicapai melalui berbagai cara,
dan perkembangan itu terdiri atas berbagai kemampuan yang dimilki oleh individu.,
yang ditunjukan melalui berbagai perubahan.
3. Perubahan mengacu pada perolehan dan kehilangan. Perkembangan itu mencakup
aspek-aspek pertumbuhan dan penurunan. Misalnya, sekolah mampu meningkatkan
pengetahuan anak dan mengembangkan kemampuan kognitifnya, namun mereka
juga kehilangan kreatifitas karena harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh
sekolah.
4. Perkembangan itu bersifat lentur., yakni adanya variabilitas diri seseorang sehingga
memungkinkan adanya perkembangan atau perlaku tertentu.
5. Perkembangan berada dalam latar tertentu dan historik. Bersifat kontekstual karena
seseorang yang berada disuatu lingkungan akan berbeda perkembangannya pada
seseorang yang berada di lingkungan lain. Bersifat historik karena periode waktu
tertentu dimana seseorang itu tumbuh akan mempengaruhi perkembangannya.
C. TOERI-TEORI PERKEMBANGAN
1. Continuity dan Discontinuity
D. CIRI-CIRI PERKEMBANGAN
E. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never Ending
Process)
2. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
3. Perkembangan mengikuti pola
4. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan
5. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
6. Setiap individu yang normal akan mengalami tahap/fase perkembangan
7. Prinsip kematangan
F. FASE-FASE PERKEMBANGAN
TEORI PERKEMBANAGAN
A. TEORI-TEORI PSIKOANALISIS
1. Teori Freud
Struktur kepribadian Freud (1917) menyatakan bahwa kepribadian memiliki 3
sturktur yaitu; id, ego, dan superego.
Id terdiri dari insting yang merupakan persediaan energi psikis individu.
Ego disebut juga “cabang esksekutif” dan kepribadian karena ego membuat
keputusan rasional
Superego adaalh struktur yang mempertimbangkan apakah sesuatu itu benar atau
salah. Superego sering kali kita juluki sebagai “hati nurani”
2. Teori Erikson
Menurut Erikson, perubahan dalam perkembangan berlangsung sepanjang masa-
hidup; sementara menurut Freud, kepribadian dasar kita dibentuk selama lima
tahun pertama dari kehidupan
B. TEORI-TEORI KOGNITIF
1. Behaviorisme Skinners
Perkembangan merupakan hasil belajar dan sering kali berubah seiring dengan
pemerolehan pengalaman di lingkungan, mereka juga berpendapat bahwa
modifikasi lingkungan dapa merubah perkembangan
2. Teori kognitif sosial
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) menyatakan bahwa perilaku,
lingkungan, dan kognisi merupakan faktor-faktor penting dalam perkembangan.
Faktor pribadi/kognitif dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan sebaliknya.
PERKEMBANGAN REMAJA
a) PERKEMBANGAN FISIK
2 Proporsi ukuran tinggi dan berat badan Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih
sering kurang seimbang (termasuk otot dan seimbang mendekati kekuatan tubuh orang
tulang belulang) dewasa
b) PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
c) PERKEMBANGAN EMOSI
Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini
disebut masa badai & topan ( storm & stress ). Heightend Emotionality, masa yang
menggambarkan keadaan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil dan
meledak-ledak. Meningginya emosi terutama karena remaja mendapat tekanan
sosial dan menghadapi kondisi baru, karena selama masa kanak-kanak mereka
kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan iu. Kepekaaan
emosi yang meningkat sering dijluki dalam bentuk, remaja lekas marah, suka
menyendiri dan adanya kebiasaan nervous, seperti gelisah, cemas dan sentimen,
menggigit kuku dan garuk-garuk kepala.
1. Bentuk- bentuk Emosi
Masa remaja merupakan masa peralihan anatara masa kanak-kanak kaea masa
dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik,
mental, social, dan emosional. Sejumlah faktor yang mempengaruhi emosi remaja
adalah sebagai berikut :
a) Perubahan jasmani, perubahan jasmani yang ditunjukan dengan adanya
perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf-taraf permulaan
pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang
mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang,
b) Perubahan pola interaksi dengan orangtua, pola asuh orang tua dapat
berpengaruh tehadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Pemberontakan
terhadap orang tua menunjukkan bahwa mereka berada dalam konflik dan
ingin melepaskan diri dari pengawasan orangtua. Mereka tidak merasa puas
kalau tidak pernah sama sekali menunjukka seberapa jauh dirinya telah
berhasil menjadi orang yang lebih dewasa. Jika mereka berhasil dalam
perelawanan terhadap orang tua sehingga menjadi marah, mereka pun belum
merasa puas karena orang tua tidak menunjukkan pengertian yang mereka
inginkan. Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadadap perkembangan
emosi remaja.
c) Perubahan interaksi dengan teman sebaya, gangguan emosional yang
mendalam dapat terjadi ketika cinta remaja tidak terjawab atu karena
pemutusan hubungan cinta dari satu pihak sehingga dapat menimbulkan
kecemasan bagi orang tua dan bagi remaja itu sendiri.
d) Faktor pandangan luar yakni,* Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak
konsisten. *Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang
berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan.*Seringkali kekosongan remaja
dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab.
e) Perubahan interaksi dengan sekolah, pada masa anak-anak, sebelum
menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikaan yang
diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting
dalam kehidupan mereka karena selain toko intelektual¸guru juga merupakan
tokoh otoritas bagi para peserta didiknya.
f) Kematangan emosi, untuk mencapai kematangangan emosi, remaja harus
belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan
reaksi emosional, dengan cara membicarakan berbagai masalah pribadinya
dengan oranglain.
d) PERKEMBANGAN BAHASA
A. TEORI KEBUTUHAN
1. Kebutuhan Fisiologis
4. Kebutuhan penghargaan
6. Kebutuhan estetik
7. Kebutuhan Pertumbuhan
6. Counteraction
7. Defendance Needs
11. Harmavoidance
12. Infavoidance
15. Play
16. Rejection
17. Sentience
18. Sex
20. Understanding
BAB VI
Konsep diri didefenisikan secara berbeda oleh para ahli. Santrock (1996)
menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari diri sendiri.
Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, Keyakinan dan Nilai-Nilai yang
berhubungan dengan dirinya.
Dari beberapa Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah gagasan
Tentang diri kita sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri.
Konsep diri dapat digambarkan sebagai sistem operasi yang menjalankan computer
mental yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Setelah terinstall, konsep diri
akan masuk kepikiran bahwa sadar dan akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran
seseorang pada suatu waktu.
Para ahli psikologi juga berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi konsep
diri. Namun, secara umum sejumlah ahli menyebutkan 3 dimensi konsep diri, meskipun
dengan menggunakan istilah yang berbeda-berbeda. Calhoun dan Acocella (1990) misalnya,
menyebutkan 3 dimensi utama dari konsep diri, yaitu : Dimensi, pengetahuan, Dimensi
Pengharapan,dan Dimensi Penilaian, Paul J.Centi (1993) menyebutkan ketiga dimensi
konsep diri dengan istilah : Dimensi gambaran diri (self-Image), dimensi penilaian diri (Self
evaluation), dan dimensi cita-cita diri (self-Ideal). Sebagai ahli lain menyebutnya dengan
istilah : Citra diri, Harga Diri, Dari diri ideal.
Pengatuhuan , dimensi Pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang
diri sendiri atau penjelasan dari “Siapa Saya” yang akan memberi gambaran tentang diri saya.
Harapan, Dimensi kedua dari konsep dari konsep diri adalah harapan atau diri yang
dicita-citakan dimasa depan.
Penilaian, Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI
Konsep diri adalah inti dari pola kepribadian atau gambaran yang dimiliki orang
tentang dirinya (Hurlock, 1995). Defenisi lain yang dikemukakan oleh Mead (dalam Burns,
1993) adalah menjelaskan Pandangan, Penilaian, Dan perasaan Individu mengenai dirinya
yang timbul Sebagai hasil dari suatu interaksi sosial sebagai konsep diri.
Konsep diri mempunyai Pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu
individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki banyak kondisi dalam
Kehidupan remaja yang turut membentuk pola kepribadian melalui Pengaruhnya pada konsep
diri seperti Perubahan Fisik dan psrikologis Masa Remaja.
a. Usia Kematangan
b. Penampilan Diri
c. Nama Dan Julukan
d. Hubungan Keluarga
e. Teman-Teman Sebaya
f. Kreatifitas
g. Cita-Cita
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir.Kita tidak dilahirkan dengan
konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep diri.
BAB VIII
A.PENGERTIAN REMAJA
Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai
tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa
atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1990) bahwa masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan, karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Borring E.G. ( dalam
Hurlock, 1990 ) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode atau masa
tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi
semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
Sedangkan Monks, dkk ( dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja suatu masa
disaat individu berkembang dari pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi
peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan
dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat
cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau
personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga
sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai
bentuk konfornitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan
(mastery). Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation) ,
padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik,
fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah
dingin harus beradaptasi dengan iklim yang terjadi di daerah dingin tersebut.
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah
prilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan
lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan
manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia
dengan lingkungannya.
1) Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga
tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari
sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak
obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
2) Penyesuaian Sosial
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan
berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara
umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi
komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara
komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (life long), dan manusia
terus-menerus berupaya menemukan dan mengatsi tekanan dan tantangan hidup guna
mencapai pribadi yang sehat.Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat
dipandang sebagai suatu upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan
untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar. Penyesuaian adalah
sebagai suatu proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan
eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi,
membebaskan diri dari ketegangan.
D. KARAKTERISTIK PENYESUAIAN DIRI REMAJA
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam
berbagai bentuk, antara lain:
Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah, yaitu:
1. Kondisi Jasmaniah
Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer yang penting bagi proses penyesuaian
diri (sistem saraf, kelenjar otot). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-
gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot menimbulkan gejala-gejala gangguan
mental, perilaku dan kepribadian. Kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya
dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula.
Keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama
diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan
dikembangkan di masyarakat.
Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan berpengaruh terhadap
proses penyesuaian diri anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat dipengaruhi
adaptor diri antara lain:
1) Menerima ( acceptance ),
4) Penolakan.
c. Masyarakat
d. Sekolah
Diantara persoalan yang terpenting yang dihadapai remaja dalam penyesuaian diri yaitu:
Disini sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam
keluarga (kondisi lingkunan keluarga).
Orang tua yang otoriter akan menghambat perkembangan penyesuaian diri remaja, begitu
juga perlindungan orang tua yang berlebihan juga berakibat tidak baik. Perpindahan tempat
juga memiliki pengaruh yang kuat.
2) Sekolah juga memiliki peran / pengaruh yang kuat dalam dalam perkembangan jiwa
remaja
Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak / remaja yang
dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik / disharmoni keluarga, maka
resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial
berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak / remaja yang dibesarkan
dalam keluarga sehat / harmonis (sakinah).
Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain:
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik yang
pada gilirannya dapat memberikan "peluang" pada anak didik untuk menyimpang. Kondisi
sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain;
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau "rawan", dapat merupakan faktor yang
kondusif bagi anak / remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini
dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor
daerah rawan (gangguan kamtibmas ).
Masa remaja adalah masa dimana seorang remaja mencari jati dirinya. Masa remaja
juga disebut masa emas (golden age). Namun, para remaja pada masa perkembangan
dihadapkan dengan berbagai masalah, baik eksternal maupun internal. Masalah-masalah yang
timbul pada masa remaja harus bisa di pahami oleh seorang pendidik, agar remaja tidak
mengalami keterbelakangan mental. Karena remaja yang tidak mendapatkan bimbingan pada
masa remaja, mereka akan cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar
norma-norma kehidupan. Pemecahan masalah tersebut bisa di selesaikan dengan mengaitkan
masalah-masalah tersebut dengan pena -didikan, baik pendidikan formal atau non-formal.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proeses penyesuaian diri remaja
khususnya di sekolah adalah:
a) Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa "betah" (at home) bagi
anak-anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
b) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
c) Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial,
maupun seluruh aspek pribadinya.
d) Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
e) Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
f) Ruang kelas yang memenuhi persyaratan kesehatan.
g) Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami oleh siswa.
h) Teladan dari para guru dalam hal pendidikan.
i) Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan di sekolah.
j) Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang sbaik-baiknya.
BAB VIII
D. Masalah yang Timbul Bertalinan dengan perkembangan Prilaku Efektif, Konatif, dan
Kepribadian
1. Mudah sekali digerakkan untuk melakukan gerakan atau kegiatan diskrutif
yang spontan untuk melampiaskan ketegangan emosionalnya meskinpin ia
tidak mengetahui maksud yang sebenarnya dari tindakan-tindakan yang itu.
2. Ketidakmampuan menegakkan kata hatinya membawa akibat sukar
terintegrasikan dan sistensis fungsi psiko-fisisnyayang berlanjut akan sukar
pula menemukan identitas pribadinya.
Tanda-tanda bahaya dari individu yang tidak mampu menyesuaikan diri yang umum
dalam masa remaja adalah sebagai berikut:
Oleh karena itu perhatian dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk memberikan
bantuan kepada mereka mutlak diperlukan. Di sekolah layanan Bimbingan Konseling perlu di
identifsikan pelaksanaannya dengan melengkapi semua sarana yang diperlukan,
meningkatkan keterampilan koselornya dan meningkatkan keikutsertaan orangtua dalam
membantu anak yang bermasalah tersebut. Demikian juga kerjasama sekolah dengan semua
lembaga yang terkait agar dapat memberi perhatian yang lebih besar kepada anak-anak pad
ausia remajanya.
Tawuran atau tubir adalah istilah yang sering digunakan masyarakat Indonesia,
khususnya dikota-kota besaar sebagai perkelahian atau tindak kekerasan.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan
sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile delinquency). Dalam kenakalan remaja,
dalam hal perkelahian, dapat digolongkan dalam dua jenis delikuensi yaitu:
Tawuran remaja yang pernah terjadi di beberapa wilayah tawuran antar remaja
warnai hari guru di Medan.
Ingin berdamai pelajar SMA beda sekolah di Medan malah taawuran lagi.
Siswa SMP hadang dan bacok murid sekolah lain hingga tewas.
Bak gadis gangster, siswi SMA ikut tawuran barang siswa di Depok.
Dalam aspek pemahaman moral, usia remaja adalah usia yang kritis untuk menguji
kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari orang dewasa. Anak usia sekolah menengah berupaya mengidentifikasikan
dirirnya dangan tokoh-tokoh idola. Perkembangan ini seiring dengan perkembangan cara
berpikir dan sikap usisa sekolah menengah yang memasuki masa kritis.
Implikasi dari perkembangan perilaku sosial, moral, dan keagamaan anak usia sekolah
menengah adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok
belaja, atau perkumpulan remaja yang positif.
Masa usia sekoalh menengah ini merupakan masa krisis identitas. Sekiranya kondisi
psiko sosialnya menunjang maka akan tampak identitas yang positif, sebaliknya jika tidak
menunjang akan tampak identitas yang negatife.
Konsep diri sangat menentukan dalam proses pendidikan dan prestasi belajar pesrta
didik, oleh sebab itu guru perlu melakukan berbagai usaha untuk mengembangkan dan
meningkatkan konsep diri anak. Ada beberapa hal yang harus dilakukan guru, diantaranya
adalah:
Membuat siswa mendapat dukungan dari guru, dapat ditunjukkan dalam bentuk
dukungan emosional seperti ungkapan simpati, penghargaan, atau persetujuan.
Membuat siswa merasa bertanggung jawan.
Membuat siswa merasa mampu.
Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis.
Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis.
Mendorong siswa agar dapat bangga terhedap dirinya secara realistis.
Tugas-tugas perkembangan remaja harus dapat diselesikan dengan baik, karena akan
membawa implikais penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam rangka membantu
remaja tersebut, yaitu sebagai berikut:
Mencspai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita.
Mencapai peran sosial pria dan wanita.
Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
Mencapai jaminan kebebasan ekonomis.
Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan.
Persiapan untuk memasuki lapangan pekerjaan.
Persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga.
Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk
kompetensi kewarganegaraan.
Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan system etika sebagai pedoman
tingkah laku.