Makalah ColitisUlseratif - Abdomen & Pelvis - IsroBangun - 1810505050
Makalah ColitisUlseratif - Abdomen & Pelvis - IsroBangun - 1810505050
DAFTAR ISI
Cover
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit colitis ulseratif?
2. Apa sajakah penyebab yang dialami pasien penderita colitis ulseratif?
3. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan terhadap penderita colitis
ulseratif?
4. Bagaimana solusi untuk menangani penyakit colitis ulseratif?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu penyakit colitis ulseratif lebih jelas dan lengkap.
2. Mengetahui apa saja penyebab penyakit colitis ulseratif
3. Mengetahui pemeriksaan apa saja yang dilakukan oleh penderita colitis
ulseratif
4. Memberikan solusi yang tepat dalam penanganan penyakit colitis
ulseratif.
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
BAB II
ISI
B. Penyebab Penyakit
Sementara penyebab kolitis ulseratif tetap belum diketahui, gambaran
tertentu penyakit ini telah menunjukan beberapa kemungkinan penting.
Hal ini meliputi faktor familial atau genetik, infeksi, imunologik dan
psikogenik. (Glickman RM, 2000)
Faktor familial/ genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih dibandingkan
orang kulit hitam atau cina, dan insidensinya meningkat (3 sampai 6 kali
lipat) pada orang Yahudi dibandingkan dengan non Yahudi. Hal ini
menunjukan bahwa dapat ada predisposisi genetik terhadap perkembangan
penyakit ini. (Glickman RM, 2000)
Faktor infeksi
Sifat radang kronik penyakit ini telah mendukung suatu pencarian terus
menerus untuk kemungkinan penyebab infeksi. Disamping banyak usaha
untuk menemukan agen bakteri, jamur, virus, belum ada yang sedemikian
jauh diisolasi. Laporan awal isolat varian dinding sel Pseudomonas atau
agen lain yang dapat ditularkan yang dapat menghadirkan efek sitopatik
pada kultur jaringan masih harus dikonfirmasi. (Glickman RM, 2000)
Faktor imunologik
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
C. Patogenesis
Ada bukti aktivasi imun pada IBD, dengan infiltrasi lamina propria
oleh limfosit, makrofag, dan sel-sel lain, meskipun antigen
pencetusnya belum jelas. Virus dan bakteri telah diperkirakan sebagai
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
D. Klasifikasi
Klasifikasi kolitis ulseratif (Tabel 1) adalah:
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
E. Gambaran Klinis
Gejala klinis yang paling dominan pada penderita kolitis ulseratf
adalah sakit pada perut dan diarrhea yang disertai pendarahan. Di samping
itu dapat juga dijumpai anemia, kelelahan (mudah lelah), kehilangan berat
badan, pendarahan pada rektum, kehilangan nafsu makan, kehilangan
cairan tubuh dan gizi, lesi pada kulit dan radang sendi, pertumbuhan yang
terganggu, terutama anak-anak. Hanya sebagian pasien yang terdiagnosa
dengan kolitis ulseratf yang mempunyai gejala, yang lain kadang-kadang
menderita demam, diarrhea dengan perdarahan, nausea, rasa nyeri pada
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
perut yang hebat. Kolitis ulseratf juga dapat menimbulkan gejala seperti
arthritis, radang pada mata (uveitis), hati (sclerossing cholangitis) dan
osteoporosis. Hal ini tidak dapat diketahui bagaimana bisa terjadi di luar
dari kolon, tetapi para ahli berfikir komplikasi ini dapat terjadi akibat
pencetus dari peradangan yaitu sistem immune. Sebagian problem seperti
ini tidak jadi masalah jika kolitis dapat diobati. Ada pun organ yang
terlibat pada kolitis ulseratif seperti pada gambar 1 dibawah ini. (Judge
TA, 2009)
f. Pemeriksaan Penunjang
Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare berdarah dan nyeri
abdomen, seringkali dengan demam dan penurunan berat badan pada
kasus berat. Pada penyakit yang ringan, bisa terdapat satu atau dua feses
yang setengah berbentuk yang mengandung sedikit darah dan tanpa
manifestasi sistemik. (Marc D, 2011) Pemeriksaan Penunjang
Derajat klinik kolitis ulseratif dapat dibagi atas berat, sedang dan
ringan, berdasarkan frekuensi diare, ada/tidaknya demam, derajat beratnya
anemia yang terjadi dan laju endap darah (klasifikasi Truelove) ( tabel 3).
Perjalanan penyakit kolitis ulseratif dapat dimulai dengan serangan
pertama yang berat ataupun dimulai ringan yang bertambah berat secara
gradual setiap minggu. Berat ringannya serangan pertama sesuai dengan
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
panjangnya kolon yang terlibat. Lesi mukosa bersifat difus dan terutama
hanya melibatkan lapisan mukosa. Secara endoskopik penilaian aktifitas
penyakit kolitis ulseratif relatif mudah dengan menilai gradasi berat
ringannya lesi mukosa dan luasnya bagian usus yang terlibat. Pada kolitis
ulseratif, terdapat reaksi radang yang secara primer mengenai mukosa
kolon. Secara makroskopik, kolon tampak berulserasi, hiperemik, dan
biasanya hemoragik. Gambaran mencolok dari radang adalah bahwa
sifatnya seragam dan kontinu dengan tidak ada daerah tersisa mukosa yang
normal. (Djojoningrat, 2007)
Gambaran Laboratorium
Temuan laboratorium seringkali nonspesifik dan
mencerminkan derajat dan beratnya perdarahan dan inflamasi. Bisa
terdapat anemia yang mencerminkan penyakit kronik serta defisiensi
besi akibat kehilangan darah kronik. Leukositosis dengan pergeseran
ke kiri dan peningkatan laju endap darah seringkali terlihat pada
pasien demam yang sakit berat. Kelainan elektrolit, terutama
hipokalemia, mencerminkan derajat diare. Hipoalbuminemia umum
terjadi dengan penyakit yang ekstensif dan biasanya mewakili
hilangnya protein lumen melalui mukosa yang berulserasi.
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
Gambaran Radiologi
Foto polos abdomen
Pada foto polos abdomen umumnya perhatian kita cenderung
terfokus pada kolon. Tetapi kelainan lain yang sering
menyertai penyakit ini adalah batu ginjal, sakroilitis,
spondilitis ankilosing dan nekrosis avaskular kaput femur.
Gambaran kolon sendiri terlihat memendek dan struktur
haustra menghilang. Sisa feses pada daerah inflamasi tidak
ada, sehingga, apabila seluruh kolon terkena maka materi feses
tidak akan terlihat di dalam abdomen yang disebut dengan
empty abdomen. Kadangkala usus dapat mengalami dilatasi
yang berat (toxic megacolon) yang sering menyebabkan
kematian apabila tidak dilakukan tindakan emergensi. Apabila
terjadi perforasi usus maka dengan foto polos dapat dideteksi
adanya pneumoperitoneum, terutama pada foto abdomen posisi
tegak atau left lateral decubitus (LLD) maupun pada foto
toraks tegak. (Adam, 2010)
Foto polos abdomen juga merupakan pemeriksaan awal untuk
melakukan pemeriksaan barium enema. Apabila pada
pemeriksaan foto polos abdomen ditemukan tanda-tanda
perforasi maka pemeriksaan barium enema merupakan kontra
indikasi. (Marc D, 2011)
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
Tidak Terpenuhi
Identitas dari pasien tidak tercantum pada hasil
radiograf berupa nama pasien, umur, jenis
ID Requirements
kelamin, nomor film , tanggal pembuatan, nama
rumah sakit/instansi, serta asal ruangan pasien,
baik pasien rawat jalan maupun pasien poli.
Terpenuhi
Terdapat marker “R” terbaca terletak dibagian
MARKER
kiri bawah dan tidak memotong objek pada
radiograf.
Terpenuhi
Sudah menampakkan large intestinum
ANATOMI (ascendens,transversum,descendens,sig
moid,rectum), ilium, costae, vertb thorakal &
lumbal.
ANATOMI YANG Terpenuhi
TAMPAK Seluruh bagian anatomi yang dibutuhkan tidak
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
Terpenuhi
OUTCOME
Radiograf sudah sesuai yang dikehendaki serta
dapat memperlihatkan nilai diagnostik.
Ditolak/Rejected
DITERIMA/
Dengan catatan pada radiograf harus tercantum
ACCEPTED
identitas pasien untuk memudahkan penanganan
DITOLAK/REJECTED
agar tidak miss diagnosa dan pengulangan foto.
Barium enema
Barium enema merupakan pemeriksaan rutin yang
dilakukan apabila ada kelainan pada kolon. Sebelum dilakukan
pemeriksaan barium enema maka persiapan saluran cerna
merupakan pendahuluan yang sangat penting. Persiapan
dilakukan selama 2 hari berturut-turut dengan memakan
makanan rendah serat atau rendah residu, tetapi minum air
putih yang banyak. Apabila diperlukan maka dapat diberikan
laksatif peroral. (Marc D, 2011)
Pemeriksaan barium enema dapat dilakukan dengan teknik
kontras tunggal (single contrast) maupun dengan kontras
ganda (double contrast) yaitu barium sulfat dan udara. Teknik
double contrast sangat baik untuk menilai mukosa kolon
dibandingkan dengan teknik single contrast, walaupun
prosedur pelaksanaan teknik double contrast cukup sulit.
Barium enema juga merupakan kelengkapan pemeriksaan
endoskopi atas dugaan pasien dengan kolitis ulseratif.
Gambaran foto barium enema pada kasus dengan kolitis
ulseratif adalah mukosa kolon yang granuler dan
menghilangnya kontur haustra serta kolon tampak menjadi
kaku seperti tabung. Perubahan mukosa terjadi secara difus
dan simetris pada seluruh kolon. Lumen kolon menjadi lebih
sempit akibat spasme. Dapat ditemukan keterlibatan seluruh
kolon. Tetapi apabila ditemukan lesi yang segmental maka
rektum dan kolon kiri (desendens) selalu terlibat, karena
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
Gambaran Endoskopi
Pada dasarnya kolitis ulseratif merupakan penyakit yang
melibatkan mukosa kolon secara difus dan kontinu, dimulai dari
rektum dan menyebar/progresif ke proksimal. Data dari beberapa
rumah sakit di Jakarta didapatkan bahwa lokalisasi kolitis ulseratif
adalah 80% pada rektum dan rektosigmoid, 12% kolon sebelah kiri
(left side colitis), dan 8% melibatkan seluruh kolon (pan-kolitis).
(Anonim, 2011)
Pada kolitis ulseratif, ditemukan hilangnya vaskularitas mukosa,
eritema difus, kerapuhan mukosa, dan seringkali eksudat yang terdiri
atas mukus, darah dan nanah. Kerapuhan mukosa dan keterlibatan
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
Gambaran Histopatologi
Yang termasuk kriteria histopatologik adalah perubahan arsitektur
mukosa, perubahan epitel dan perubahan lamina propria. Perubahan
arsitektur mukosa meliputi perubahan permukaan, berkurangnya
densitas kripta, gambaran abnormal arsitektur kripta (distorsi,
bercabang, memendek). Perubahan epitel seperti berkurangnya musin
dan metaplasia sel Paneth serta permukaan villiform juga
diperhatikan. Perubahan lamina propria meliputi penambahan dan
perubahan distribusi sel radang. Granuloma dan sel-sel berinti banyak
biasanya ditemukan. Gambaran mikroskopik ini berhubungan dengan
stadium penyakit, apakah stadium akut, resolving atau
kronik/menyembuh. Pada kolon normal, permukaan datar, kripta
tegak, sejajar, bentuknya sama, jarak antar kripta sama, dan dasar
dekat muskularis mukosa. Sel-sel inflamasi, predominan terletak di
bagian atas lamina propria. Tsang dan Rotterdam (1999), membagi
gambaran histologik penyakit kolitis ulseratif menjadi kriteria mayor
dan minor. Sekurang-kurangnya dua kriteria mayor harus dipenuhi
untuk diagnosis kolitis ulseratif. (Marc D, 2011)
Kriteria mayor kolitis ulseratif:
Infitrasi sel radang yang difus pada mukosa
Basal plasmositosis
Netrofil pada seluruh ketebalan mukosa
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
Abses kripta
Kriptitis
Distorsi kripta
Permukaan viliformis
Kriteria minor kolitis ulseratif:
Jumlah sel goblet berkurang
Metaplasia sel Paneth
Tetapi pada kolitis ulseratif stadium dini, gambarannya tidak dapat
dibedakan dari kolitis infektif. Dan kolitis ulseratif mempunyai tiga
stadium yang gambaran mikroskopiknya berbeda-beda. Perlu diingat
bahwa pada seorang penderita dapat ditemukan gambaran ketiga
stadium dalam satu sediaan. (Marc D, 2011)
G. Pengobatan
Tujuan pengobatan yang dilakukan adalah untuk meringankan gejala,
khususnya saat serangan terjadi. Penanganan penyakit ini juga berfungsi
untuk mencegah kambuhnya gejala. Pengobatan kolitis ulseratif memiliki
tujuan adalah untuk:
1) menginduksi remisi,
2) mempertahankan remisi,
3) meminimalkan efek samping pengobatan,
4) meningkatkan kualitas hidup, dan
5) meminimalkan risiko kanker
Langkah-langkah penanganan tersebut biasanya meliputi:
Obat antiinflamasi
Imunosupresan
Obat ini akan menekan respons sistem kekebalan tubuh yang memicu
peradangan. Beberapa jenis imunosupresan yang biasanya dianjurkan
meliputi azathioprine, ciclosporin,dan infliximab.
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
Operasi
BAB III
KESIMPULAN
Kolitis Ulserativa merupakan suatu penyakit menahun, dimana usus besar
mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut
dan demam. Kolitis ulserativa bisa dimulai pada umur berapapun, tapi biasanya
dimulai antara umur 15-30 tahun.Tidak seperti penyakit Crohn, kolitis ulserativa
tidak selalu memperngaruhi seluruh ketebalan dari usus dan tidak pernah
mengenai usus halus. Penyakit ini biasanya dimulai di rektum atau kolon
sigmoid (ujung bawah dari usus besar) dan akhirnya menyebar ke sebagian atau
seluruh usus besar.
Pengobatan kolitis ulseratif memiliki tujuan adalah untuk
1) menginduksi remisi,
2) mempertahankan remisi,
3) meminimalkan efek samping pengobatan,
4) meningkatkan kualitas hidup, dan
5) meminimalkan risiko kanker
Prognosis dipengaruhi oleh ada tidaknya komplikasi atau tingkat respon
terhadap pengobatan konservatif
PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/10981612/Askep_Pre_and_Post_Operasi_Kolitis_Ulse
ratif
https://www.academia.edu/17998670/114212909-Kolitis-Ulseratif
https://www.halodoc.com/kesehatan/kolitis-ulseratif
https://www.academia.edu/37986295/Dlscrib.com_crohn_dan_colitis_ulseratif_fi
x
Bontrager, Kenneth L. textbook of RADIOGRAPHIC Positioning and Related
Anatomy, 4th edition. USA : Mosby, 2001.
ocw.usu.ac.id/course/.../128...ANATOMI/patologi_anatomi_slide_colitis_ulseratif.pdf
https://www.slideshare.net/Snala26/askep-kolitis-ulseratif