Abstrak
Abstract
Congenital abnormalities are one of the causes of neonatal death. Neonatal death is
related to genetic inheritance that is inherited or not derived, for example hygroma colli. In
order to find out about these abnormalities, you should have a self-awareness from the
mothers to come to see their pregnancy (Antenatal Care). Examination is done so that you
can find out more quickly about the abnormalities and follow-up examinations of what will be
done, so that you can decide whether to keep the pregnancy or not.
Pendahuluan
Angka kejadia kelainan bawaan mayor sekitar 2-3% dan sangat mempengaruhi
tingginya angka kematian neonatal. Di Negara-negara maju pertanyaan mengenai kondisi
janin sudah dapat diketahui karena makin majunya teknologi ultrasonografi dan pemeriksaan
labolatorium, sedangkan untuk mengetahu kondisi ibu dapat dilakukan dengan melaksanakan
pelayanan kebidanan yang lebih baik. Pemeriksan diagnosis prenatal merupakan salah satu
pemeriksaan yang dilakukan selama proses kehamilan untuk mengetahui apakah terdapat
abnormalitas struktur dan fungsi organ pada janin yang sedang tumbuh. Skrining prenatal
dilakukan untung mengetahui apakah ada resiko kelainan genetic atau congenital tertentu
sedangkan diagnosis prenatal bertujuan untuk mengetahui pasti apakah janin tersebut benar-
benar mengalami kelainan genetic atau kelainan bawaan tertentu.
Skenario 1
Seorang ibu A, berusia 38 tahun, G2P1A0, hamil 16 minggu, datang untuk Ante Natal
Care rutin di Unit Rawat Jalan Kebidanan. Pada USG didapatkan janin tunggal hidup, gestasi
18 minggu, dengan kelainan pada USG berupa Hygroma Colli. Jika anda bertugas di Unit
tersebut, apa yang anda rekomendasikan kepada ibu A ini, untuk menindaklanjuti kehamilan
yang sekarang ini.
Anamnesis
Anamnesis merupakan langkah pertama yang akan diambil oleh seorang dokter
apabila bertemu dengan pasien. Anamnesis adalah wawancara antara dokter, penderita atau
keluarga penderita yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mengenai semua data
tentang penyakit. Dalam anamnesis, harus diketahui adalah identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang dan dulu, riwayat kesihatan keluarga, riwayat peribadi dan riwayat
ekonomi. Dalam rekam medik, perlu ada anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, diagnosis kerja, penatalaksanaan dan prognosis. Pertanyaan yang harus
ditanyakan adalah: (1) identitas pasien, (2) keluhan utama, keluhan penyerta, dan lamanya
sakit, (3) riwayat penyakit sekarang, (4) riwayat penyakit dahulu, (5) riwayat pribadi seperti
kebiasaan makan, kebiasaan merokok, alkohol, dan penggunaan narkoba, serta riwayat
imunisasi, (6) riwayat sosial ekonomi seperti lingkungan tempat tinggal dan hygiene, (7)
riwayat kesehatan keluarga, dan (8) riwayat penyakit menahun keluarga seperti alergi, asma,
hipertensi, kencing manis dan penyakit menahun lainnya.1 Pada scenario ini anamnesis
dilakukan secara autoanamnesis.
Pemeriksaan Fisik
Pada saat melakukan pemeriksaan fisik hal pertama yang dilakukan ialah menilai
keadaan umum serta kesadaran pasien, serta dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan
TTV (tanda-tanda vital),2 setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan head to toe.1 Pada
skenario didapatkan beberapa data pemeriksaan fisik, sebagai berikut:
o Keadaan umum
o Kesadaran
o TTV: - Tekanan darah
- Frekuensi nadi
- Frekuensi nafas
- Suhu
o Pemeriksaan :
Pemeriksaan Ginekologi3
Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva
Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah terbuka, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
kavum Douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaan Bimanual3
Melakukan colok vagina dengan jari tangan, untuk memeriksa keadaan dinding
vagina, fornix, cervix uteri, uterus, parametrium, rongga panggul dan juga genital
luar.
Manuver Leopold untuk menentukan posisi dan letak janin3,4
Pemeriksaan Leopold I, bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan
bagian lain yang terdapat pada bagian fundus uteri, dengan cara:
-Wajah pemeriksa menghadap kearah ibu
-Palpasi fundus uterus
-Tentukan bagian janin yang ada pada fundus
Pemeriksaan Leopold II, bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian
kecil janin di sepanjang sisi maternal, dengan cara:
-Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
-Palpasi dengan satu tangan pada tiap sisi abdomen.
-Palpasi janin di antara dua tangan.
-Temukan mana punggung dan bagian ekstremitas.
Pemeriksaan Leopold III, bertujuan untuk membedakan bagian persentasi dari
janin dan sudah masuk dalam pintu panggul, dengan cara:
-Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
-Palpasi di atas simfisis pubis. Beri tekanan pada area uterus.
-Palpasi bagian presentasi janin di antara ibu jari dan keempat jari
dengan menggerakkan pergelangan tangan. Tentukan presentasi janin.
-Jika ada tahanan berarti ada penurunan kepala.
Pemeriksaan Leopold IV, bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan
pada pemeriksaan Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian
presentasi sudah masuk pintu atas panggul. Memberikan informasi tentang bagian
presentasi : bokong atau kepala, sikap/attitude (fleksi atau ekstensi), dan station
(penurunan bagian presentasi), dengan cara:
-Wajah pemeriksa menghadap ke arah ekstremitas ibu.
-Palpasi janin di antara dua tangan.
-Evaluasi penurunan bagian presentasi.
Pemeriksaan Penunjang
Selama 20 tahun terakhir, teknologi baru telah meningkatkan metode deteksi kelainan
janin, termasuk Down syndrome. Dalam deteksi Down syndrome dapat dilakukan deteksi
dini sejak dalam kehamilan. Dapat dilakukan tes skrining dan tes diagnostik. Dalam
tesdiagnostik, hasil positif berarti kemungkinan besar pasien menderita penyakit atau kondisi
yang memprihatinkan. skrining, tujuannya adalah untuk memperkirakan risiko pasien yang
memiliki penyakit atau kondisi. Tes diagnostik cenderung lebih mahal dan memerlukan
prosedur yang rumit; tes skrining cepat dan mudah dilakukan. Namun, tes skrining memiliki
lebih banyak peluang untuk salah: ada “false-positif” (test menyatakan kondisi pasien ketika
pasien benar-benar tidak) dan “false-negatif” (pasien memiliki kondisi tapi tes menyatakan
dia / dia tidak).5,6,7
Hygroma Colli disebut juga sebagai cystic hygroma atau cystic lymphangioma,
merupakan tumor basah yang menyumbat system limfatik karena terjadinya defek
perkembangan system limfatik.10 Hygroma kistik dapat ditemukan sebelum lahir atau saat
periode neonatal, kadang dapat ditemukan pada pasien lebih tua.
Kelainan karyotypic terjadi pada 35-70% anak dengan hygroma colli. Hal ini telah diketahui
lebih umum pada orang dengan sindrom Turner, Sindrom down, sindrom Klinifilter dan
trisomi 18,13, meski hal ini tidak dianggap sebai penyebab. Selain itu beberapa gangguan
nonkromosomal termasuk sindrom noonan, sindrom fryns, sindrom pterigium multiple dan
acondroplasia, berhubungan dengan peningkatan hygroma colli. Paparan alcohol intrauterine
telah dikaitka dengan perkembangan hygroma colli. Pembubaran tulang disebabkab oleh
hygroma colli tau hemangioma disebut sebagai sindrom Gorham-Stout
Pembentukan limfatik janin mulai berkembang pada usia enam minggu masa gestasi.
Terbentuknya enam bentuk sakus limfatic, yaitu dua diantaranya letaknya di vena jugular,
dua di iliaka, satu di retroperitoneal dan satu terakhir di cisterna chyli. Sakus limfatik
akhirnya terhubung dengan system vena. Duktus torasic kanan dan kiri bergabung dengan
jugular sakus di cistern chyli. Kegagalan penggabungan sakus tersebut mengakibatkan
adanya akumulsi cairan limfa di jugular limfatik sakus dan jaringan, sehingga menampilan
gambaran khas dari cystic hygroma. Penggabungan ini terjadi pada usia 40 hari gestasi.
Dilatasi sakus lymphatic jugular mengarah ke struktur kistik pada daerah cervical.
Pemebesaran dari jugular limfatik sakus yang berlokasi di kedua sisi leher, merupakan
struktur kistik yang terdiri dari jaringan fibrosa sesuai dengan nuchal ligament. Dalam
struktur kistik, septa tipis terlihat dan jaringan fibrous lain berasal dari struktur leher atau
deposit dari fibrin. Resolusi dari cystic hygroma dapat mengakibatkan kulit berlebih dan
gambaran klinik disebut sebagai webbed neck (pterygum colli). Ini merupakan salah satu ciri
umum dari Sindrom Turner dan kondisi genetic serta nongenetik lainnya.
Differential Diagnosis
Hydrops fetalis12
Merupakan akumulasi cairan abnormal dalam rongga tubuh (pleura,
pericardial, peritoneal) dan jaringan lunak dengan ketebalan dinding lebh dari 5mm.
Selain itu Hydrops Fetalis juga dikaitkan dengan polihidroamnion dan plasenta yang
menebal (>6cm) pada 30-75% pasien.
Penyebabnya ialah ketidakseimbangan homeostasis cairan sehingga lebih
banyak cairan yang terakumulasi dari pada yang diserap kembali. Ketidakseimbanga
dapat terjadi dari dua kategori patologi yaitu immune dan non immune. Immune yaitu
Immun-related hydrops fetalis (IHF) karena penyakit hemolitik aulloimun atau
isoimunization Rh. Sedangkan yang tidak berhubungan imun (NIHF) ialah akibat
kegagalan miokardial primer, high-output heart failure, penurunan plasma onkotik
koloid, peningkatan permeabilitas kapiler atau obstruksi aliran vena atau limfatik.
Anomali jantung merupakan penyebab pertama dari NIHF. Anomali
kromosom adalah penyebab kedua. Hal ini dicurigai karena adanya riwayat keluarga
sebelumnya atau karena ultrasonografi yang dilakukan untuk mengevaluasi
polihidramnion.
Down Syndrom13
Merupakan gangguan kromosom yang paling umum terjadi dan penyebab
tersering kecatatan intelektual, akibat trisomi kromosom 21, tetapi terdapat berbagai
variasi fenotipik
Turner Syndrom14
Merupakan kelainan kromosom akibat tidak adanya satu set gen darisalah satu lengan
pendek kromosom X.
Paling umum terjadi sekitar 1 dari 2000 bayi perempuan yang lahir hidup. Banyak
ditemukan pada embrio yang mengalami abortus spontan dan sedikit pada kelahiran
hidup. Jika monosomik embrio bertahan hingga trimester ke dua maka akan terdeksi
pada USG berupa Cystic Hygroma atau penumpukan cairan dalam tubuhnya seperti
hydrops fetalis, dapat disertai preductal coarctation dan horseshoe kidney.
Gambar 6: kelainan kromosom pada lengan kromosom x
Gejala klinis Turner Syndrom, saat lahir perempuan dengan sindrom turner mungkin
memiliki tangan dan kaki bengkak akibat liymphedema. Pada bayi terjadi kombinasi
hipoplastik dan displastik dan limfaedema sehingga karakteristik seperti sausage like
appearance pada jari kaki dan tangan. Bayi juga memiliki insiden dislokasi congenital
panggul yang lebih tinggi. Anak-anak dengan sindrom Turner akan memiliki
perawakan pendek. Pada masa remaja, percepatan pertumbuhan tidak ada dan saat
masa pubertas terjadi adrenarche, dan kegagalan perkembangan payudara serta
kegagalan ovarium. Saat dewasa, gejala yang sering muncul biasanya melibatkan
masalah pubertas dan kesuburan serta perawakan pendek.
Gambar 8: Webbed neck pada bayi Gambar 9: lympha edema pada kaki
‘sausage appereance’
Trisomi 1815
Merupakan trisomi autosomal kedua terbanyak setelah trisomi 21. Gangguan
ini ditandai dengan ganggan psikomotor berat dan retardasi pertumbuhan, mikrosefali,
microphthalamia, telinga cacat, micrognathia atau retrognathia, mikrostonia, jari-jari
tertentu dikepal dan malformasi kongental lainnya.
a. b.
c.
Penatalaksanaan
1. Bickley LS. Bates buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Jakarta: EGC;
2009.
2. Lauralee S., Fisiologi Manusia dari sel ke system. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011. h.
221-230.
3. Erol RN, John O. Schorge. At a Glance Obstetrik dan Ginekologi. Anamnesis dan
pemeriksaan fisik. 2nd ed. Jakarta: Erlangga dan Pembukuan Depdiknas; 2007.p.8-9.
4. Rossiter J, Blakemore K. Clinical Maternal-fetal Medicine.Fetal genetic disorders. 1st
ed. New York: Parthenon Publishing Group; 2000.p.783-98.
5. Rex AP, Preus M. J Pediatr.A diagnostic index for down syndrome. Jun
1982;100(6):903-6.
6. Roizen NJ. Down Syndrome. Progress in research. Ment Retard Dev Disabil Res Rev.
2001;7(1):38-44.
7. Vintzileos AM, Egan JF. Am J Obstet Gynecol.Adjusting the risk for trisomy 21 on
the basis of second-trimester ultrasonography. Mar 1995;172(3):837-44.
8. Jenkins T, Wapner R. Maternal Fetal Medicine.Prenatal diagnosis of congenital
disorders. 5th ed. Philadelphia: WB. Saunders; 2004.p.235-73.
9. Soothill P. Fetal Blood Sampling Before Labor.High risk pregnancy management
option. 2nd ed. New York: W.B Saunders; 2000.p.225-33.
10. Lymphatic malformation (Cystic Hygroma). Acevendo JL, dkk.
https://emedicine.medscape.com/article/994055-overview. Diakses pada 26
September 2018.
11. Shabih D, dkk. Cystic hygroma imaging.
https://emedicine.medscape.com/article/402757-overview#showall.
https://emedicine.medscape.com/article/949681-overview#showall
12. Sabih D. Hydrops Fetalis. https://emedicine.medscape.com/article/403962-
overview#showall. Diakses pada 26 September 2018.
13. Mundakel GT. Down syndrome. https://emedicine.medscape.com/article/943216-
overview#showall. Diakses pada 26 September 2018
14. Daniel MS, dkk. Turner Syndrome. https://emedicine.medscape.com/article/949681-
overview#showall. Diakses pada 26 September 2018
15. Trisomi 13: Background, epidemiology, patophysiology.
https://emedicine.medscape.com/article/943463-overview#showall. Diakses pada 26
September 2018.
16. Best RG, dkk. Patau Syndrome Clinical Presentation.
https://emedicine.medscape.com/article/947706-clinical