Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terjadinya perubahan tingkah laku yang ditunjukan oleh peserta didik bisa jadi
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang
guru. Dengan kata lain guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan sikap dan
perilaku peserta didik. Tentu kepribadian yang baik dari seorang duru akan memberikan
teladan yang baik kepada peserta didik, sehingga guru akan menjadi seseorang yang
dapat digugu dan ditiru, semua perkataanya bisa diterima dan semua perbuatanya bisa
ditiru atau menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Manusia memang tidak ada yang sempurna, pernah berbuat salah dan dosa.
Begitupun dengan seorang guru, pasti pernah melakukan kesalahan. Namun, ketika
seorang guru melakukan kesalahan maka respon peserta didik atau masyarakat akan
lebih besar dibandingkan dengan yang lain.
Ini bisa terjadi kerena pada dasarnya guru itu merupakan teladan bagi peserta didik
dan juga masyarakat, dengan demikian hendaknya para guru harus berhati-hati dalam
bertindak yang tidak baik. Karena sebagai guru harus bisa memberikan contoh hal-hal
yang baik dan menjadi teladan kepada peserta didik, bukan sebaliknya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu guru teladan ?
2. Bagaimana karakteristik dari guru teladan ?
3. Apa ciri-ciri guru yang baik dan disukai siswa
4. Apa itu analisis fenomena guru teladan ?
5. Apa itu refleksi fenomena guru teladan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu guru teladan.
2. Untuk mengetahui karakteristik guru teladan.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri guru yang baik dan disukai oleh siswa.
4. Untuk mengetahui analisis fenomena guru teladan.
5. Untuk mengetahui refleksi fenomena guru teladan.
BAB 2

PEMBAHASAN
A. Guru teladan dan terpuji
Profesi guru saat ini mulai menarik perhatian masyarakat. Profesi guru
menjadi harapan dalam mengatasi perubahan di masyarakat saat ini.
Banyak pihak yang merasa bahwa bangsa Indonesia telah mengalami
perubahan yang sangat dramatis, baik dalam kepemilikan karakter maupun
budaya sebagai jati diri bangsa. Budimansyah (2009) menyatakan terjadi
perubahan masyarakat terutama “munculnya karakter buruk yang ditandai
kondisi kehidupan sosial budaya penyabar, ramah, penuh sopan santun
dan pandai berbasa-basi berubah menjadi pemarah, suka mencaci,
pendendam, berbuat sadis, kejam, dan biadab”. Guru diharapkan mampu
menanamkan kembali karakter bangsa yang sudah semakin berubah melalui
pendidikan. Profesi guru menjadi harapan semua pihak, ketika perhatian
pendidik informal sedang bergeser pada myopia politik sebagai sebuah
lompatan.

Guru memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses pembelajaran


yang akan mewujudkan kepribadian handal dan terpuji bagi peserta didik.
Berangkat dari hal ini, guru sebagai role model bagi mereka, tentu guru
perlu menunjukan nilai-nilai yang baik untuk dijadikan suri tauladan.

Keteladanan adalah segala sesuatu yang terkait dengan perkataan,


perbuatan, sikap, dan prilaku seseorang yang dapat ditiru atau diteladani
oleh pihak lain. Sedangkan guru atau pendidik adalah pemimpin sejati,
pembimbing dan pengarah yang bijaksana, pencetak para tokoh dan
pemimpin umat (Isa, 1994). Jadi, guru teladan adalah guru yang baik yang
berhubungan dengan sikap, prilaku, tutur kata, mental, maupun yangterkait
dengan akhlak dan dan moral yang patut dijadikan contoh bagi peserta didik.
Hal ini penting dimiliki tenaga pendidik untuk dijadikan dasar dalam
membangun kembali etika, moral, dan akhlak yang sudah sampai pada
tataran yang menyedihkan.

Kegiatan guru di sekolah harus mencerminkan nilai-nilai kebaikan.


Segala informasi dan pengetahuan yang disampaikan oleh guru adalah
kebaikan. Guru sama dengan kebaikan itu sendiri, proses pendidikan,
bimbingan dan pengajaran yang disampaikan oleh guru adalah nilai-nilai
dan pengetahuan untuk kebaikan peserta didiknya. Oleh karena itu profesi
guru sebagai symbol kebaikan, pencerahan dan pencerdasan peserta didik
merupakan suatu keteladanan yang patut ditiru oleh semua pihak, baik
masyarakat maupun peserta didik.
B. Karakteristik Guru Teladan
Untuk bisa menjadi teladan, maka ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan
sebagaimana diungkap oleh Mahmud Samir al-Munir (dalam Rahman &
Sofan:2014:1800) adalah:

Pertama, karakteristik akidah, akhlak dan perilaku, yaitu: guru harus mempunyai
akidh yang bersih dari hal-hal yang bertentangan dengannya. Senantiasa merasa
diawasi oleh Allah SWT, (muraqabah) di mana pun berada, melakukan koreksi diri
(muhasabah) atas kelalaian dan kesalahan. Menanamkan sikap tawadhu’ (rendah hati),
jangan sampai timbul perasaan ujub dan ghurur, karena orang yang tawadhu’ akan
diangkatkan derajatnya oleh Allah Swt. Guru harus berakhlak mulia, berkelakuan baik,
dan menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan hal itu, baik di dalam maupun di luar
kelas. Mampu mengatur waktu dengan baik, sehingga tidak ada waktu yang terlewatkan
tanpa mendatangkan manfaat duniawi dan ukhrawi. Senantiasa melandaskan niat
ibadah kepada Allah ketika mengajarkan ilmu. Tidak semata-mata mengandalkan
kemampuan dan usaha belaka dalam mengajar, tetapi juga berdo’a meminta taufiq serta
pertolongan dari Allah Swt.

Guru harus menjadi teladan siswa-siswa dalam segala perkataan, perbuatan dan
perilaku. Guru harus selalu jujur, adil, berkata yang baik, dan memberi nasihat serta
pengarahan kepada anak didik. Umar bin Utbah, berpesan kepada pendidik anaknya:
“Hendaknya dalam memperbaiki anakku, kamu perbaiki dirimu dahulu. Mata mereka
mengikutimu. Yang baik menurut mereka adalah apa yang kamu perbuat. Dan yang
buruk menurut mereka adalah apa yang kamu tinggalkan.”

Kedua, karakteristik profesional. Profesi guru adalah profesi yang sangat mulia.
Risalah yang diemban guru sangat agung. Seorang guru harus memiliki bekal dan
persiapan agar dapat menjalankan profesi dan risalahnya. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan bagi seorang guru dan dan dibutuhkan dalam proses belajar mengajar,
yakni menguasai materi pelajaran dengan matang melibihi siswa-siswanya dan mampu
memberikan pemahaman kepada mereka secara baik.

Guru harus memiliki kesiapan alami (fitrah) untuk menjalani proses mengajar,
seperti pemikiran yang lurus, bashirah yang jernih, tidak melamun, berpandangan jauh
ke depan, cepat tanggap, dan dapat mengambil tindakan yang tepat pada saat-saat kritis.
Guru harus menguasai cara-cara mengajar dan menjelaskan. Sebelum memasuki
pelajaran, guru harus siap secara mental, fisik, waktu dan ilmu (materi). Maksud
kesiapan mental dan fisik adalah tidak mengisi pelajaran dalam keadaan perasaan yang
kacau, malas ataupun lapar. Kesiapan waktu adalah dia mengisi pelajaran itu dengan
jiwa yang tenang, tidak menghitung tiap detik yang berlalu, tidak menanti-nanti waktu
usainya atau menginginkan para siswa membaca sendiri tanpa diterangkan maksudnya,
atau menghabiskan jam pelajaran dengan hal-hal yang tidak ada gunanya bagi siswa.
Sedangkan maksud kesiapan ilmu adalah dia menyiapkan materi pelajaran sebelum
masuk kelas. Dia menyiapkan apa yang dikatakannya. Sebisa mungkin, dia
menghindari spontanitas dalam mengajar jika tidak menguasai materinya.

3
C. Ciri-Ciri Guru yang Baik dan Disukai Oleh Siswa

Berikut ini adalah ciri-ciri guru yang baik:

a. Memahami dan menghormati peserta didik.

Mengajar merupakan suatu proses kemanusiaan. Anak didik sebagai manusia yang
semestinya diperlakukan sebagai manusia pula, bukan sebagai tong kosong atau sebagai
sebagai makhluk yang lebih rendah dari dirinya. Anak didik adalah manusia penuh hak atas
perlakuan hormat dari guru agar kelak mereka tumbuh sebagai manusia dewasa yang
dihormati dan menghormati orang lain.

b. Menghormati bahan pelajaran yang diberikannya.

Guru dalam mengajar harus menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan. Menguasai
bahan pelajaran tidsk identik dengan meghafalkan akan tetapi lebih bik bila guru yang hafal
bahan pelajaran yang diajarkan serta mampu mengembangkan dan menjelaskannya.

c. Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu.

Siswa sebagai individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Biasanya guru mencoba
menyesuaikan pelajaraan dengan kesanggupan rata-rata di dalam kelas. Bagi anak yang pandi
menganggap pelajaran yamg dijabarkan sangat mudah sementara anak yang lambat dianggap
sangat sulit. Jadi, seorang guru harus meyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individu
peserta didik

d. Menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran.

Bahan pelajaran biasa disampaikan dengan metode tertentu seperti ceramah, tanya jawab,
diskusi, penugasan, karya wista dan lain-lain.

e. Mengaktifkan siswa dalam konteks belajar.

Bukan proses pembelajaran namanya tanpa aktivitas siswa. Agar proses pembelajaran
tidak berkesan pasif, guru harus senantiasa berusaha mengaktifkan siswa, dengan upaya
memunculkan dalam kontek belajar yang lebih luas.

f. Memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka.

Maksudnya anak hanya mengenal kata-kata tetapi tidak memahami artinya serta
maknanya (verbalisme). Siswa dapat menyatakan pelajaran diluar kepalanya (hafal), tetapi
tidak mampu memahami isinya.

Semua guru harus baik dimata siswanya. (Marrie F. Hassett dalam rahman &
Amri:2014:183) mengemukakan bahwa ketika berbicara tentang kualitas mengajar seorang
guru, fokusnya berkaitan dengan masalah-masalah teknik konten dan prestasi, tapi banyak
orang yang tahu bahwa guru yang memiliki pengetahuan yang luar biasa. Guru yang baik
bercirikan sebagai berikut:

4
a) Memiliki kesadaran dan tujuan.
b) Memiliki harapan dan keberhasilan bagi semua siswa.
c) Mentolerir ambiguitas.
d) Melanjutkan kemauan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa.
e) Merasa tidak nyaman jika kurang mengetahui.
f) Mencerminkan kometmen pada pekerjaan mereka.
g) Belajar dari berbagai modal.

Semua guru harus menjadi guru yang baik, guru itu harus memiliki misi untuk
memperoleh pengalaman hidup melalui mengajar orang lain. Dan kita semua tahu guru itu
dikategorikan baik atau buruk ketika melihatnya tampil di kelas dan di luar kelas. Berikut ini
beberapa ungkapan kualitas guru yang baik:

a. Keyakinan diri sendiri. Guru yang baik akan tetap memiliki kepercayaan diri meski sekali
merasakan kemunduran.
b. Kesadaran. Guru yang baik bisa membantu siswa yang mengalami gangguan mental.
c. Memiliki rasa kasih sayang sejati pada siswanya. Guru yang baik, ketika siswa
membutuhkan perhatian ekstra dan memberikannya dengan senang hati, serta guru-guru
lain jika perlu mereka peduli tentang siswanya meski berada diluar kelas.
d. Pemahaman. Guru yang baik memiliki pemahaman benar prima bagaimana mengajar.
Guru harus memberi perlakuan yang berbeda dikalangan siswa. Karena semua siswa dapat
menyerap materi pelajaran yang dapat diajarkan oleh setiap guru itu secara cepat. Guru itu
harus memberi perlakuan yang berbeda untuk siswa yang berbeda, guru yang baik tidak
hanya menggunakan satu buku untuk semua pokok pembahasan yang disajikan tapi guru
yang baik melakukan pembuatan mengajar berdasarkan bagaimana siswa belajar.
e. Dedikasi untuk keunggulan. Seorang guru tidak puas dengan nilai siswanya yang kecil,
melainkan mengabdikan diri untuk secara penuh menuju kemampuan siswa untuk unggul.
Guru-guru yang terbaik mendorong berbagai ide dan menawarkan inisiatif tidak harus
melakukan pekerjaan rumah setiap hari untuk siswa bisa berpikir di luar kotak sekolar.
f. Teguh dalam memberikan dukungan. Guru mendorong siswa yang frustasi untuk
berprestasi dan memberikan keyakinan besar kepada siswanya bahwa ia bisa memahami
materi pelajaran dengan baik. Guru-guru yang terbaik selalu ada disaamping siswa jika dia
memerlukan bantuan dan dorongan exstra.
g. Kesediaan untuk memebantu siswa mencapai prestasi. Guru melaksanakan pekerjaan
secara serius dan tahu bahwa siswa tidak mendapatkan nilai bagus pada ujian tapi rasa
prestasi dengan menguasai materi pelajaran dan mereka bersedia bekerja dengan siswa
untuk mencapai rasa berprestasi itu. Bangga atas prestasi siswa yang mendapatkan nilai
yang baik atau memperoleh kehormatan dari masyarakat. Dan guru terbaik merayakan
keberhasilan untuk siswa terbaik tersebut.

Berikut ini adalah ciri-ciri guru yang disukai oleh siswa :

a. Suka membantu dalam pekerjaan sekolah menerangkan pelajaran dan tugas dengan jelas
serta mendalam menggunakan contoh sewaktu belajar.

5
b. Riyang, gembira mempunyai perasaan humor dan punya lelucon atas dirinya.

c. Bersikap akrap seperti sahabat, merasa seorang anggota dalam kelompok kelas.

d. Menunjukkan perhatian kepada murid dan memahami mereka.

e. Berusaha agar pekerjaan menguasai kelas membangkitkan rasa hormat pada murid.

f. Tegas, sanggup menguasai kelas, membangkitkan rasa hormat pada murid.

g. Tidak pilih kasih, tidak mempunyai anak kesayangan.

h. Tidak suka marah, mencela, mengejek dan menyindir.

i. Betul-betul mengajarkan sesuatu kepada murid, yang berharga bagi mereka.

j. Mempunyai pribadi yang mengenangkan.

Guru merupakan sumber utama bagi siswa dan merupakan harapan juga bagi kedua orang
tua dari anak didik tersebut, karena kecuali orang tua guru sangan berperan aktif dalam
proses kesuksesan seorang anak, dalam proses belajar mengajar guru harus selalu
memeberikan motivasi yang terbaik untuk siswanya.

Guru terbaik adalah mereka yang tidak secara otomatis “berhenti mengajar” ketika
mengadakan sisi tambahan untuk persiapan tes peristiwa siswa (Tps/Sat), dan guru
melaksanakan pekerjaan secara serius dan tahu bahwa siswa tidak mendapatkan nilai bagus
pada ujian tapi rasa prestasi dengan menguasai materi pelajaran dan mereka bersedia bekerja
dengan siswa untuk mencapai rasa berprestasi itu. Dalam hal ini guru merupakan kunci utama
dalam keberhasilan diri siswa.

Sepuluh hal yang harus dihindari agar siswa tetap cinta kepada guru:

a. Tidak menilai hasil kerja siswa.


Apa pun tugas yang kita berikan, sekecil apa pun itu, wajib kita nilai atau setidaknya
kita bahas bersama-sama sehingga siswa minimal tau dan bisa menilai sendiri hasil
pekerjaan mereka. Hal ini sebagai penghargaan atas kerja keras mereka. Jika hal ini
terulang, sudah tentu mereka akan malas mengerjakan tugas dan akan tumbuh
kebencian akan etos kerja kita.
b. Memanggil dengan nama yang tidak disukai.
Kebiasaan guru memanggil nama dengan julukan yang tidak dia sukai akan
menimbulkan kebencian. Meskipun itu dalam bentuk gurauan. Apa lagi jika
memanggilnya di depan teman sekelas atau forum yang lebih besar. Hal ini akan
menyakiti htinya. Jangan sekali-sekali guru memanggil siswa dengan sebutan seperti
item, si gendut, si lemot, dan kata-kata lain yang meyakitinya.

6
c. Jarang tersenyum.
Ada guru yang berfikir gengsi tersenyum di depan siswa. Ada juga yang bernggapan
senyum membuat kita tidak dihormati siswa, karena kita dianggap sebagai teman.
Padahal senyum adalah bahasa wajah dengan sejuta kabar gembira bagi yang
melihatnya. Kami pikir ini adalah cara jitu untuk meluluhkan hati siswa agar mudah
menerima kita dalam rangka keberhasilan tujuan belajar.
d. Berpakaian tidak rapi.
Guru figur teladan. Bukan hanya ilmunya saja, namun hampir keseluruhan aspek
kehidupan guru menjadi kaca perilaku siswa. Termasuk cara berpakaian guru. Siswa
akan cenderung mencemooh serta malu jika memiliki guru yang berpakaian tidak rapi
dan kurang sopan, tambah parah lagi bau badan yang tidak sedap. Jadi, agar siswa suka
pada guru perhatikan kerapian dan bau badan.
e. Suka menghukum fisik.
Tujuan mendidik yang mulia kadang-kadang lepas kontrol menjadi hal yang
menakutkan. Semisal ada siswa yang tidak patuh pada peraturan sekolah. Banyak
diantara kita berpikir hukuman fisiklah solusinya. Padahal cara ini tidak efektif untuk
perbaikan siswa. Di sisi lain akan menimbulkan kebencian pada guru. Jadi, agar siswa
Anda tetap menghormati Anda, ganti hukuman fisik dengan hukuman lain yang lebih
mendidik. Misalkan meminta tanda tangan kepala sekolah, orang tua, dan guru-guru
lainnya, membaca ayat suci Al-Quran, menulis kata-kata motivasi dengan berulang.
f. Meremehkan siswa.
Bagaimanapun kondisi siswa, kita harus tetap menghargainya. Daringolongan orang
miskin, berfisik jelek, berpenyakit, atau terbelakang sekalipun. Guru yang berjiwa besar
akan tetap menghargainya sebagai siswa yang akan berhasil. Bahkan guru-guru yang
luar biasa akan memberikan perilaku yang lebih.
g. Sering mengumpat.
Sangat tidak pantas jika ada guru mengumpat siswa karena kecerobohan atau siswa
tidak menguasai mata pelajaran. Jika anda melakukan hal ini, maka siap-siap siswa
akan membenci.
h. Pilih-pilih siswa.
Pilih-pilih siswa atau dengan kata lain pilih kasih adalah tindakan yang sangat dibenci
siswa. Baik itu dengan alasan karena si siswa lebih pintar, lebih kaya, anak pengurus
yayasan, anak teman guru, atau apa pun alasannya hal ini tidak disukai siswa. Jadi,
miliki hati semua siswa dengan memperhatikan mereka dengan prosentase yang sama.

i. Menyentuh tubuh siswa.


Terkadang kita berpikir karena murid kita, maka sebagai bentuk kasih sayang kita
melakukan hal-hal yang kurang etis. Misalkan memegang, menyentuh, atau memeluk
siswa. Jika siswa kita sudah mulai memasuki masa pubertas atau bahkan di atasnya,
tentunya kita harus menghormati dia dengan menjaga jarak.

7
j. Tidak pernah mendoakan.
Tidak pernah mendoakan siswa merupakan sikap yang kurang terpuji dari guru. Guru-
guru yang sering mendoakan muridnya akan terpancar dari kegigihannya dalam
mengajar dan mendidik. Artinya guru yang jarang mendoakan siswanya akan tampak
dari etos kerjanya yang bermalas-malasan dan tidak bersemangat. Guru adalah orang
tua di sekolag, pasti Allah akan mendengarkan doa orang tua untuk anaknya.

D. Analisis Fenomena Guru Teladan


Menurut Hamalik (2001) dalam buku Bahar (2016). Menyatakan bahwa menjadi guru
adalah suatu pekerjaan profesional, jabatan guru memerlukan keahlian khusus yang menuntut
seorang guru itu harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu
lainnya, supaya dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan secara otomatis akan mampu
menghasilkan output yang baik.
Sebagai teladan untuk peserta didik guru harus memiliki kepribadian yang baik dan dapat
dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga harus selalu melakukan
perbuatan yang positif terutama di depan peserta didiknya agar dapat mengangkat
kewibawaannya dan menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya dalam
kerangka pembangunan pendidikan.
Terlepas dari perencanaan guru terkadang guru secara tidak sadar melakukan kesalahan
dalam melaksanakannya tugas dan fungsinya. Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak
akan terlepas dari kesalahan baik dalam berperilaku maupun dalam melaksanakan tugas
pokoknya mengajar. Namun demikian, bukan berarti kesalahan guru harus dibiarkan dan
tidak dicarikan cara pemecahannya. Guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang
memungkinkan dirinya berbuat salah dan yang paling penting adalah mengendalikan diri
serta menghindari dari kesalahan-kesalahan. Dari berbagai kajian menunjukkan bahwa
sedikitnya terdapat tujuh kesalahan yang sering dilakukan oleh guru dalam pembelajaran,
Mulyasa (2009:20) adalah sebagai berikut :
a. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dalam pengertian menata lingkungan agar
terjadinya kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukan bahwa di antara
para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar denga baik, meskipun tidak
dapat menunjukan alasan yang mendasari asumsi tersebut. Asumsi keliru tersebut seringkali
menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehingga bannyak guru yang suka mengambil jalan
pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
Guru harus menyadari bahwa mengajar memiliki sifat yang sangat kompleks karena
melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis
menunjuk pada kenyataan bahwa mengajar di sekolah berlangsung dalam suatu lingkungan
pendidikan, karena itu guru harus mampu mendampingi peserta didik menuju kesuksesan
belajar atau kedewasaan. Aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa peserta didik
yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan yang
lainnya, sehingga menuntut materi yang berbeda pula. Demikian halnya kondisi peserta didik,
kompetensi dan tujuan yang harus mereka capai juga berbeda. Selain itu, aspek psikologis
menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri sangat bervariasi, seperti belajar
menghafal, keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap. Aspek didaktif menunjuk

8
pada pengaturan belajar peserta didik oleh para guru yang menuntut berbagai prosedur
didaktis, berbagai cara mengelompokan peserta didik dan berbagai ragam media
pembelajaran.
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada
peserta didik. Guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan
berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar.
Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran guru hendaknya
memandang pembelajaran sebagai suatu sistem, yang jika salah satu komponen terganggu
maka akan menganggu seluruh sistem tersebut.
b. Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negatif
Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang
semuanya ingin diperhatiakan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui
perhatian guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat
perkembangan peserta didik, mereka juga menganggap bahwa mengajar adalah memberikan
sejumlah pengetahuan kepada peserta didik. Tidak sedikit guru yang mengabaikan
perkembangan keperibadian, serta lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat baik
dan tidak membuat masalah. Biasanya guru baru memberikan perhatian kepada peserta didik
ketika ribut, tidak memperhatikan, atau mengantuk di kelas, sehingga menunggu peserta
didik berperilaku buruk. Kondisi tersebut seringkali mendapat tanggapan yang salah dari
peserta didik, mereka beranggapan bahwa jika ingin mendapat perhatian dari guru maka
harus berbuat salah. Berbagai penelitian menunjukan bahwa kebanyakan peserta didik tidak
tahu bagaimana cara yang tepat mendapat perhatian dari guru, orang tua dan masyarakat,
tetapi mereka tahu bagaimana cara menganggu teman dan cara membuat keributan serta
perkelahian, dan ini kemudian yang mereka gunakan untuk mendapat perhatian.
c. Menggunakan Destructive Discipline
Akhir-akhir ini banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh para peserta didik, bahkan
melampau batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hukum, melanggar
tata tertib, melanggar norma agama dan telah membawa akibat yang sangat merugikan
masyarakat. Demikian halnya dengan pembelajaran, guru akan menghadapi situasi-situasi
yang menuntut mereka harus melakukan tindakan disiplin.
Seperti alat pendidikan lain jika guru tidak memiliki rencana tindakan yang benar, maka
dapat melakukan kesalahan yang tidak perlu. Seringkali guru memberikan hukuman kepada
peserta didik tanpa melihat latar belakang kesalahan yang dilakukannya, tidak jarang guru
yang memberikan hukuman melampau batas kewajaran pendidikan, dan banyak guru yang
memberikan hukuman kepada peserta didik tanpa melihat latar belakang kesalahan. Selain
itu, guru juga jarang sekali mengoreksi pekerjaan peserta didik dan mengembalikannya
dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk kemajuan peserta didik. Yang sering
dialami oleh peserta didik adalah bahwa guru sering memberi tugas, tetapi tidak pernah
memberikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan.
Kesalahan-kesalahan seperti diuraikan di atas dapat mengakibatkan upaya penegakan
disiplin menjadi kurang efektif, dan merusak keperibadian serta harga diri peserta didik. Agar
kita tidak melakukan kesalahan dalam melakukan disiplin beberapa hal yang perlu
diperhatikan: (1) disiplinkan peserta didik ketika suasana hati guru tenang, (2) gunakan
disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran, (3) hindari menghina dan mengejek peserta

9
didik, (4) pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan secara tepat, (5) gunakan disiplin sebagai
alat pemeblajaran.
d. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik
Kesalahan lain yang sering dilakukan oleh guru adalah mengabaikan perbedaan peserta
didik. Mengakatagorian perbedaan individual ke dalam bidang- bidang sebagai berikut:
1. Perbedaan Kognitif
Menurut Bloom, proses belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah,
menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yaitu kemapuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Kemampuan kognitif mengambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil
belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara
faktor pembawaan dan lingkungan. Faktor dasar yang berpengaruh menonjol pada
kemampuan kognitif dibedakan dalam bentuk lingkungan alamiah dan lingkungan
yang dibuat.Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur
dengan tes hasil belajar.
2. Perbedaan individual dalam kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam
kehidupannya. Kemampuan individu yang sangat penting dalam berbahasa berbeda-
beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan
buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis
dan sistematis.
Apabila latar belakang keluarga kaya dengan kultur, anak akan mendapat
keuntungan dalam hal perbendaharaan bahasa dan seni demikian pada kondisi
sebaliknya. Logis bahwa anak-anak yang masuk sekolah dasar sekitar umur 6 tahun,
tingkat kematangan mental dan kemampuan berbahasa mereka berbeda-beda.
3. Perbedaan dalam Latar Belakang.
Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat amanpun, perbedaan latar belakang
dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat
prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran.
Pengalaman-pengalaman belajar yang dimiliki anak di rumah mempengaruhi
kemauan untuk berprestasi dalam situasi belajar yang disajikan.
Minat dan sikap terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-
kebiasaan kerja sama, kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan-
bahan pelajaran dan kebiasaan-kebiasaan belajar semuanya merupakan faktor
perbedaan di antara para siswa.
4. Perbedaan dalam Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan
tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan
pemupukan secara tepat. Sebaliknya bakat tidak akan berkembang sama sekali,
manakala lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang, dalam arti
tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyetuhnya. Dalam hal inilah makna
pendidikan menjadi penting artinya.
e. Merasa Paling Pandai

10
Kesalahan lain yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah merasa paling
pandai di kelasnya. Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta
didik di sekolah usianya relatif lebih muda dari pada gurunya, sehingga guru merasa bahwa
peserta didik tersebut lebih bodoh dibanding dirinya, peserta didik dipandang sebagai gelas
yang perlu diisi air ke dalamnya. Perasaan ini sangat menyesatkan, karena kondisi seperti
sekarang ini peserta didik dapat belajar melalui internet dan berbagai media masa yang
mungkin guru belum memahaminya. Hal ini terjadi terutama di kota-kota, ketika peserta
didik datang dari keluarga kaya yang di rumahnya memiliki berbagai sarana, dan prasarana
belajar yang lengkap, serta berlangganan koran dan majalah yang mungkin lebih dari satu
edisi, sementara guru belum menikmatinya. Jika ini benar terjadi maka guru harus
demoktratis untuk bersedia belajar kembali, bahkan belajar dari peserta didik sekalipun.
f. Tidak Adil ( Diskriminatif)
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberikan kemudahan belajar
bagi peserta didik secara adil dan merata, sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya
secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan kewajiban guru dalam
pembelajaran, dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Dalam prakteknya banyak guru
yang tidak adil sehingga merugikan perkembangan peserta didik dan ini merupakan
kesalahan yang sering dilakukan oleh guru terutama dalam penilaian. Penilaian merupakan
upaya untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan usaha mereka
dalam pembelajaran. Oleh karena itu dalam memberikan penilaian harus secara adil dan
benar-benar merupakan cermin dari perilaku peserta didik. Namun demikian, dalam
pelaksanaannya tidak sedikit guru yang menyalahguanakan penilaian, misalnya sebagai ajang
untuk menyakurkan kasih sayang di luar tanggungjawabnya sebagai guru.
g. Memaksa Hak Peserta Didik
Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai
akibat dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara
untuk mendapat keuntungan. Guru boleh saja memiliki pekerjaan sampingan, memperoleh
penghasilan itu sudah menjadi haknya tetapi tindakannya memaksa bahkan mewajibkan
peserta didik untuk membeli buku tertentu sangat fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru.
Sebatas menawarkan boleh saja, tetapi kalau memaksa kasihan bagi orang tua yang tidak
mampu.
E. Refleksi Fenomena Guru Teladan
Guru harus bisa merefleksikan diri tentang apa yang dia lakukan pada peserta didik.
Selau menyadari akan kekurangan diri dan siap dikritik merupakan salah satu cara untuk
membangun pendidikan manjadi lebih baik. Menurut Rahmayulis (2012) dalam buku Bahar
(2016).Selain itu kompetensi kepribadian guru memiliki peranan yang sangat penting dalam
membentuk pribadi peserta didik guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia (SDM), mensejahterakan serta memajukan masyarakat, bangsa, dan negara. Guru
dikatakan terpuji atau teladan hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Mengharapkan ridha Allah. Guru dalam menjalankan tugasnya hendaknya melandasi
niatnya dengan tulus dan ikhlas untuk mendapatkan ridha Allah, membangun dan
menanamkan prinsip “berilmu dan beramalikhlas karena Allah” kedalam diri murid.
Guru harus menginternalisasikan nilai-nilai keikhlasan dalam setiap tindakannya
dalam pendidikan

11
b. Jujur dan amanah. Kejujuran adalah mahkota seorang guru dan kunci keberhasilan
tugasnya.
c. Konsisten dalam pekerjaan dan perbuatan. Guru harus berbuat sesuai dengan ilmu
atau ucapannya. Guru tidak mengamalkan ilmunya, maka ia tidak akan mendapat
prtunjuk dan bahkan ia bisa membawa kerusakan bagi msyarakat. Di samping itu,
ketidak sesuaian antara ucapan dengan perbuatan merupakan perilaku tercela bagi
guru.
d. Adil dan egaliter. Keadilan adalah alat yang terhormat dan mulia yand dapat
dipergunakan oleh guru dalam pendidikan. Keadilan dan egaliter mempunyai nilai
guna menumbuhkan rasa cinta dankasih sayang murid dengan guru.
e. Berakhlak mulia. Guru sebagai pembawa akhlak bagi muridnya. Betapa tidak, karena
kalu mengkehendaki murid memiliki akhlak maka terlebih dahulu guru harus
berakhlak.
f. Rendah hati. Rasa rendah hati yang dimiliki guru yang merupakan sifat yang mulia
dan agung.sifat yang seperti ini bukan hanya memberi manfaat untuk guru itu ini
sendiri, tetapi sifat itu dapat memantul kepada murid, sehingga murid merasakan
kesejukan, kedamaian dan keakraban murid dengan guru.
g. Berani. Sifat berani merupakan suatu anjuran yang harus dimiliki oleh guru.
Keberanian di sini adalah melakukan transfaransi (keterbukaan ) dirinya dalam
berbagai aspek, seperti kekurangan dan keunggulan diri kepada murid. Sifat
keterbukaan ini ternyata dapat menimbulkan motivasi dan daya tarik bagi murid.
h. Menciptakan nuansa keakraban. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana akrab
dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Guru dalam hal ini dimungkinkan
membuat humor (bergurau) yang bersifat positif kepada murid.
i. Sabar dan mengekang hawa nafsu. Guru harus berhati sabar dalam melaksanakan
tugasnya dalam pembelajaran. Sabar itu adalah sifat mulia yang merupakan buah dari
mujahadah yang dilakukan guru. Sabar lawan kata dari amarah. Amarah ini pada guru
harus ditekan, karena sifat amarah akan mendatangkan kebencian.
j. Baik dalam tutur kata. Guru sebagai figur teladan, mestinya mampu bertutur kata
dengan baik dan menyenangkan. Guru harus menghindari perkataan yang keji dan
kotor, karena yang keji dan kotor ini dapat membuat murid menjadi tidak senang.
k. Tidak egios. Guru menghadapi persoalan yang tidak dapat diselesaikannya sendiri,
guru hendaknya tidak segan-segan untuk meminta pendapat atau bermusyawarah
dengan orang lain termasuk dengan murid.
Sebagai suatu profesi, jabatan guru menuntut kriteri profesional dan dikategorikan pada
guru teladan dan terpuji sebagai berikut:
a. Fisik
Seorang guru yang profesional seyogjanya mempunyai fisik yang baik seperti halnya;
1) Sehat jasmani.
2) Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan atau cemoohan atau
rasa kasihan dari anak didik.
b. Mental /kepribadian
Kepribadian bagi guru merupakan faktor penting guna memperoleh kepercayaan dari
peserta didik, guru diharapkan mempunyai mental/kepribadian yang baik.

12
Dengan semua kepribadian yang dimiliki itulah yang akan menentukan apakah seorang
guru menjadi pendidik yang baik atau bahkan sebaliknya menjadi perusak bagi masa depan
peserta didiknya.
Berikut hal-hal yang harus dimiliki oleh guru teladan/terpuji;
a) Berkepribadian
Seorang guru yang mempunyai kepribadian yang baik maka akan disenangi oleh
peserta didik.
b) Berbudi pekerti luhur
c) Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal.
d) Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa.
f) Mampu mengembangkan krativitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya.
g) Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi.
h) Bersifat terbuka, peka dan inovatif.
i) Menunjukkan rasa cinta terhadap profesinya.
j) Memiliki sense of humor.

c. Keilmiahan/pengetahuan
a) Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi.
b) Memahami ilmu pendidikan dan keguruan, serta mampu menerapkannya dalam
tugasnya sebagai pendidik.
c) Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan.
d) Memiliki pengetahuan yang cukup dibidang-bidang yang lain.
e) Senang membaca buku-buku ilmiah.
f) Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan
dengan bidang studi.
g) Memahami prinsip kegiatan belajar mengajar.
d. Keterampilan
a) Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner
fungsional, behavior, dan teknologi.
b) Mampu menyusun Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
c) Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam
mencapai tujuan pendidikan.
d) Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan.
e) Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah.
f) Kompetensi profesional guru, selain berdasarkan pada bakat guru, unsur
pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting.
Menurut Hasyim Asy’ri dalam buku Bahar (2016). Dalam mengajar guru perlu
memerhatikan beberapa etika. Hasyim Asy’ri menawakan tentang gagasan tentang etika guru
ketika mengajar sebagai berikut: mensucikan diri dari hadats dan kotoran berpakaian dengan
sopan dan rapi usahakan berbau wangi berniatlah beribadah ketika mengajarkan ilmu kepada
anak didik; sampaikan hal-hal yang diajarkan dari Allah; biasakan membaca untuk
menambah ilmu pengatahuan; berilah salam ketika masuk kedalam kelas; sebelum mengajar
mulailah terlebih dahulu dengan doa untuk para ahli ilmu yang telah lama meninggalkan kita;
berpenampilan yang kalen dan jauhi hal-hal yang tidak pantas dipandang mata; menjauhkan

13
diri dari bergurau dan banyak ketawa; jangan sekali-kali mengajar dalam kodisi lapar, marah,
mengantuk, dan debagainya; pada waktu mengajar mengambil tempat duduk yang strategis;
usahakan tampilanya ramah, lemah lembut, jelas, tegas dan lugas serta tidak sombong; dalam
mengajar mendahuluka materi-materi yang penting dan sesuaikan profesional yang dimiliki;
jangan sekali-kali mengajarkan hal-hal yang bersifat syubhat yang bisa membinasahkan;
perhatika masing-masing kemampuan murid dalam mengajar dan tiadak terlau lama;
menciptakan ketenangan dalam ruang belajar; menasehati dan menegur dengan baik bila
terdapat anak didik yang bandel; bersikaplah terbuka terhadap berbagai macam persoalan-
persoalan yang di temukan; berilah kesempatan kepada peserta didik yang datangnya
ketinggalan dan ulangilah penjelasannya agar tau apa yang dimaksud; dan bila sudah selesai
berilah kesempatan kepada anak didik utuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas atau
kurang dipahami.

14
BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpuan

Sebagai teladan untuk peserta didik guru harus memiliki kepribadian yang baik dan dapat
dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga harus selalu melakukan
perbuatan yang positif terutama di depan peserta didiknya agar dapat mengangkat
kewibawaannya.

Peran guru dalam implementasi/pelasanaan pendidikan budi pekerti tidak mudah.Guru


juga harus mampu memberi motivasi kepada murid untuk belajar keras. Guru juga perlu
untuk memberikan kepercayaan kepada muridnya untuk mempelajari sesuatu sesuai minat
dan kemampuannya. Guru tinggal merestui dan megarahkan saja.Guru hendaknya menjadi
garden (garis depan), memberi cintoh, menjadi motivator, dalam penanaman budi pekerti.
Sering ada pepatah yang menyinggung pribadi guru, yaitu sebagai figur yang harus digugu
(dianut) dan ditiru.

Adapun pembagian dari karakteristik guru teladan menurut (Mahmud Samir al-Munir
dalam Rahman & sofan:2014:1800) adalah:Pertama, karakteristik akidah, akhlak dan perilaku
dan yang Kedua, karakteristik profesional.

Istilah “baik” dalam kontek ini sebenarnya relatif. Karena hal itu amat bergantung kepada
orang atau siapa yang menilainya, adakalanya kebaikan guru dinilai karena ia tidak pernah
marah, sabar, berwibawa, dan sayang kepada anak-anak didiknya dan karena ia tidak pernah
menghukum siswa, walhasil orang bisa menilai kebaikan guru dari berbagai sudut pandang.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masaih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan
makalah dimasa yang akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Herwina, (2016), Etika dan Profesi Keguruan, Tangerang selatan, FIP UMJ
Rahman, Muhammad & Sofan Amri, (2015), Kode Etik Profesi Guru (Legalitas, Realita dan
Harapan), Jakarta, Prestasi Pustakaraya.

Uno, Hamzah.B, (2011), Profesi Kependidikan(Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan


di Indonesia), Jakarta, PT. Bumi Aksara.

16
PERTANYAAN

1. Anelda Sandestri
Menurut kelompik anda, kata teladan itu mencerminkan seperti apa ? Dalam ciri-ciri
guru yang baik yang tim penyaji jelaskan pada nyatanya banyak siswa yang menyalah
artikan kebaikan guru tersebut. Bagaimana pendapat anda ?
Jawaban:
Menurut kami guru teladan adalah guru yang dapat dicontoh dan dapat ditiru, baik
moral, akhlak, dan etikanya. Menurut hasil diskusi kami supaya siswa tidak menyalah
artikan kebaikan guru sebaiknya guru dapat menempatkan diri dimana ia berada.
Misalnya guru wajib melakukan kebaikan-kebaikan sebagai guru tersebut di dalam
kelas. Sedangkan di luar kelas guru haruslah mampu menjaga jarak dengan peserta
didik supaya ada jarak antara guru dan peserta didik. Guru juga harus menjaga
wibawanya sebagai pendidik agar peserta didik tidak menganggap bahwa guru adalah
temannya.
2. Resky Ayu Siregar
Bertorerir ambiguitas. Ambiguitas seperti apa yang dapat ditolerir oleh guru ?
Jawaban:
Misalnya guru membacakan sebuah wacana, Kami berharap agar hadirin
menyukseskan kegiatan yang telah memakan dana ratusan ribu ini. Pastinya siswa
ambigu dengan kata-kata ratusan ribu, karena kata tersebut memiliki dua makna
yaitu seratus lembar ribuan dan satu lembar uang seratus ribu. Untuk menghindari
keambiguan siswa atau salah penafsiran, sebaiknya guru melengkapi kalimat tersebut
dengan tanda penghubung (-). Fungsi tanda hubung dalam penulisan kata-kata untuk
menandai pembacaan frasa agar tidak menimbulkam keambiguan.
3. Desi Anti Rahayu
Misalnya dalam rapat guru tidak sependapat dengan kepala sekolah dan
mengakibatkan keterbatasan dalam ketunjangan guru tersebut. Dari anlisis dan
refleksi, berani seperti apa yang dimaksud berdasarkan kasus diatas ?
Jawaban:
Kata berani itu sendiri berarti guru dapat melakukan transfaransi (keterbukaan) dalam
berbagai aspek, seperti kekurangan dan keunggulan. Yang dapat menimbulkan
motivasi. Jika dalam kasus diatas, sikap berani guru berarti guru sebelum menentang
pendapat kepala sekolah guru mampu menunjukkan bukti mengenai kelemahan
ataupun keunggulan pendapat kepala sekolah. Apabila pendapat guru tidak diterima
oleh kepala sekolah dan mengakibatkan keterbatasan ketunjangan guru tersebut, guru
bisa meminta alasan kepada kepala sekolah mengenai pendapat yang ia berikan.

17
Kepala sekolah tidak berhak memberikan keterbatasan dalam ketunjangan guru,
karena pada tahun 2013 Pemerintah mengambil kebijakan tentang ketunjangan guru,
bahwa anggaran tunjangan profesi bagi guru PNS jenjang pendidikan dasar di bawah
binaan provinsi dan guru bukan PNS jenjang pendidikan dasar serta pengawas satuan
pendidikan dasar dibawah binaan Provinsi dianggarkan pada dana APBN.

4. Fanny Rahmawati
Dalam 10 hal yang dihindari guru supaya siswa cinta terhadap guru, kenapa guru
tidak boleh menyentuh tubuh siswa ? Apa landasan atau referensi dari anggapan
tersebut ?
Jawaban:
Penjelasan tentang tidak menyentuh tubuh siswa ada pada buku Rahman dan Amri
(2014:183) bahwa memegang, menyentuh, atau memeluk siswa tidaklah dianjurkan.
Karena jika siswa kita sudah mulai memasuki masa pubertas atau bahkan di atasnya,
tentunya kita harus menghormati dia dengan menjaga jarak. Hal ini juga telah
dijelaskan dalam Hadits Riwayat Thabrani dalam al-Kabir 486 dan Ar-Ruyani al-
Musnad (2/227) yang berbunyi:
“sungguh jika kepala laki-laki ditusuk dengan jarum besi lebih baik baginya dari
pada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya”

18

Anda mungkin juga menyukai