Anda di halaman 1dari 17

AKRUAL 6 (2) (2015): 127-143 e-ISSN: 2502-6380

AKRUAL
Jurnal Akuntansi
http://fe.unesa.ac.id/ojs/index.php/akrl

PENGARUH PEMBIAYAAN JUAL BELI, PEMBIAYAAN BAGI HASIL DAN


INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH

Achmad Syaiful Nizar


MahasiswaJurusanAkuntansi Fakultas EkonomiUniversitas Negeri Surabaya
Email: nizar.syaiful27@gmail.com

Moch. Khoirul Anwar


JurusanEkonomi IslamFakultas EkonomiUniversitasNegeri Surabaya
Email: khoirulanwar@unesa.ac.id

Abstract
This research aims to examine the effect of trade financing, profit sharing financing and
intellectual capital as measured with islamic Bank-Value Added Intellectual Coeficient (iB-
VAIC) towards financial performance as measured with Return On Asset (ROA) of islamic
bank. The population in this study is an Islamic commercial bank during the period 2011-
2014, of all populations there are 9 Islamic commercial bank that have meet the criteria for
the research samples. Data used in this research are annual financial statements published
on official website of Islamic commercial bank. The analysis technique used in this research
is multiple linear regression analysis. These result shows that trade financing don’t affect of
financial performance, profit sharing financing don’t affect of financial performance and
intellectual capital affect of financial performance.

Keywords: Financing, Intellectual Capital, Financial Performance and Islamic Bank

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil
dan intellectual capital yang diukur dengan islamic Bank-Value Added Intellectual Coeficient
(iB-VAIC) terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Asset (ROA) di bank
syariah. Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum syariah selama periode 2011-2014,
dari semua populasi ada 9 bank umum syariah yang mempunyai kriteria sampel penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan yang diterbitkan
di website resmi bank umum syariah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linier berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa pembiayaan jual beli
tidak mempengaruhi kinerja keuangan, pembiayaan bagi hasil tidak mempengaruhi kinerja
keuangan dan modal intelektual mempengaruhi kinerja keuangan.

Kata kunci : Pembiayaan, Intellectual capital, Kinerja keuangan, dan Bank syariah

127
PENDAHULUAN
Lahirnya undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan perkembangan perbankan syariah di Indonesia semakin
pesat. Bertambah banyaknya jumlah bank dengan berbagai macam bentuk pelayanan dan
produk yang diberikan dapat menciptakan permasalahan pada bank syariah itu sendiri.
Menurut Ibrahim et al (2003) permasalahan yang paling pokok yaitu bagaimana kualitas dari
kinerja bank syariah. Menurut Dendawijaya (2009:20) sebagai lembaga yang penting dalam
perekonomian, bank syariah membutuhkan adanya pengawasan kinerja keuangan yang baik
oleh regulator perbankan. Indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah
melihat tingkat profitabilitasnya. Profitabilitas dapat diukur dengan rasio keuangan yaitu
Return on Asset (ROA).
Tabel 1 memaparkan bahwa total return on asset pada Bank Umum Syariah (BUS)
dan Unit Usaha Syariah (UUS) selama dua tahun terakhir yaitu tahun 2013 dan 2014
mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan dari bank syariah
mengalami penurunan. Menurut Purwoko dan Sudiyatno (2013) salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja keuangan bank yaitu bagaiamana suatu bank mengelola asetnya.
Pengelolaan aset pada bank syariah dilakukan melalui penyaluran pembiayaan.

Tabel 1.Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan Dan Rasio Keuangan Bank Umum
Syariah Dan Unit Usaha Syariah

Jual Beli Bagi Hasil Sewa Qard


Tahun (Dalam Miliar (Dalam Miliar (Dalam Miliar (Dalam Miliar
ROA Rupiah) Rupiah) Rupiah) Rupiah)
(%)
2010 1,67 37.855 23.255 2.341 4.731
2011 1,79 56.691 29.189 3.839 12.937
2012 2,14 88.380 39.690 7.345 12.090
2013 2 111.147 53.196 10.481 8.995
2014 0,85 118.004 63.741 11.620 5.965
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, 2015, diolah

Perkembangan pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi hasil selama tahun 2010
sampai tahun 2014 mengalami peningkatan seperti yang dijelaskan pada tabel 1. Namun,
peningkatan pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi hasil seharusnya memberikan
pendapatan yang besar pula sehingga laba yang diperoleh juga akan meningkat, kenyataannya
tingkat laba yang ditunjukkan oleh ROA tahun 2013 dan tahun 2014 justru menurun.
Selain mengelola aset yang berupa pembiayaan, bank syariah juga harus
memanfaatkan aset lain seperti intellectual capital. Intellectual capital adalah aset tidak
berwujud yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk menghasilkan manfaat dan
meningkatkan kesejahteraan (Suhendah, 2012). Menurut Ifada dan Hapsari (2012) secara
umum intellectual capital dibagi menjadi tiga komponen diantaranya human capital,
structural capital, dan customer capital.

128
Tabel 2.Kinerja Intellectual Capital Bank Umum Syariah
Tahun 2011 2012 2013 2014
Rata-Rata 2,45 3,04 2,48 2,23
Sumber :Laporan Keuangan Bank Syariah2011-2014, diolah

Tabel 2 menunjukkan rata-rata kinerja intellectual capital bank umum syariah tahun
2011 sampai 2014 mengalami fluktuatif. Namun, jika dilihat rata-rata kinerja intellectual
capital bank syariah tahun 2011 sampai 2014 tidak ada yang mendapatkan skor dibawah 1,5.
Hal ini menunjukkan bahwa kinerja dan pengelolaan intellectual capital di bank syariah
masih baik. Melihat kinerja intellectual capital yang baik pada bank syariah, seharusnya bank
syariah juga memiliki kinerja keuangan yang baik. Kenyataannya justru kinerja keuangan
bank syariah mengalami penurunan pada tahun 2013 dan 2014, kenyaataan tersebut tidak
sesuai dengan teori dan data. Bedasarkan latar belakang di atas dan adanya perbedaan teori
dengan data maka penulis membuat sebuah rumusan masalah yaitu apakah pembiayaan jual
beli, pembiayaan bagi hasil dan intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan
bank syariah.

KAJIAN PUSTAKA
Stewardship Theory
Teori stewardship adalah teori yang dicetuskan oleh Donaldson dan Davis tahun
1989. Teori stewardship menjelaskan situasi dimana manajer sebagai steward tidaklah
termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan untuk kepentingan principal
atau kepentingan bersama. Teori ini juga memiliki asumsi bahwa kepentingan personal antara
steward dan principal dapat diselaraskan melalui pencapaian tujuan bersama, ketika
kepentingan steward dan principal tidak sama, steward akan menjunjung tinggi nilai
kebersamaan sehingga tujuan bersama dapat dicapai (Raharjo, 2007). Stewardship teori dapat
dipahami dalam pembiayaan lembaga perbankan syariah. Bank syariah sebagai principal
mempercayakan nasabah sebagai steward untuk mengelola dana akan mengembalikan dana
yang telah diberikan oleh bank syariah (Riyadi dan Yulianto, 2014). Kepercayaan yang
diberikan oleh bank syariah kepada nasabah, mempunyai harapan agar nasabah bertindak
sesuai dengan tujuan bersama yang dibuat diawal akad pembiayaan sehingga bank syariah
ataupun nasabah dapat memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh dari
pembiayaan yang diberikan akan menjadi pendapatan dan akan meningkatkan laba bank
syariah sehingga kinerja keuangan dari bank syariah akan meningkat.
Resource Based Theory (RBT)
Resource based theory dipelopori oleh Penrose (1959), yang mengemukakan bahwa
sumber daya perusahaan bersifat heterogen dan memiliki karakter khusus dan unik bagi
setiap perusahaan (Astuti dan Sabeni, 2005). Resource based theory menyatakan bahwa
perusahaan memiliki sumber daya yang dapat menjadikan perusahaan memiliki keungulan
yang bersaing dan mampu mengarahkan perusahaan untuk memiliki kinerja jangka panjang
yang baik. Resources yang berharga dan langka dapat diarahkan untuk menciptakan
keunggulan bersaing, sehingga resource yang dimiliki mampu bertahan lama dan tidak
mudah ditiru, ditransfer atau digantikan (Ulum, 2015: 20).
Kondisi sumber daya yang unggul dalam suatu perusahaan dapat membuat penerapan
berbagai strategi bisnis berjalan dengan baik. Pengelolaan sumber daya yang baik dalam hal
ini berupa intellectual capital yaitu human capital, structural capital, dan customer capital
dapat menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan yang nantinya dapat menciptakan
value added yang berguna untuk perusahaan sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja
keuangan, pertumbuhan perusahaan dan nilai pasar pada perusahaan tersebut (Herdayanto
dan Nasir, 2013).

129
Bank Syariah
Menurut undang-undang nomor 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 7 bank syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah. Bank Syariah dalam
operasionalnya mempunyai beragam produk-produk yang ditawarkan kepada nasabah atau
masyarkat, tentunya produk-produk yang ditawarkan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah,
antara lain GiroiB, TabunganiB, DepositoiB, Jasa iB dan Pembiayaan iB.
Pembiayaan Bedasarkan Prinsip Jual Beli
Menurut Muhamad (2006:93)pembiayaan jual beli adalah transaksi jual beli antara
bank dan nasabah dimana harga, jumlah, dan waktu penyerahan barang sudah ditentukan
diawal akad. Pembiayaan jual beli terdiri dari akad murabahah, akad salam dan akad istihna’.
Pembiayaan jual beli dapat diukur dengan cara sebagai berikut Rachman dan Rochmanika
(2012):

Ln (pembiayaan murabahah + pembiayaan istihna’ + pembiayaan salam)

Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil


Pembiayaan bagi hasil adalah akad kerjasama antara bank sebagai pemilik modal
dengan nasabah sebagai pengelola modal untuk memperoleh keuntungan dan membagi
keuntungan yang diperoleh berdasarkan kesepakatan atau nisbah yang disepakati (Nurhayati,
2009:198). Pembiayaan bagi hasil terdiri dari akad musyarakah dan akad mudharabah.
Pembiayaan jual beli dapat diukur dengan cara sebagai berikut Rachman dan Rochmanika
(2012):
Ln (pembiayaan musyarakah + pembiayaan mudharabah)

Intellectual Capital
Menurut Ifada dan Hapsari (2012) modal intelektual merupakan modal jangka
panjang yang terdiri dari human capital, structural capital, dan customer capital. Human
capital (HC) merupakan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. Structural
capital (SC) meliputi teknologi informasi, struktur organisasi, strategi, budaya kerja yang
baik, serta kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh rutinitas perusahaan. Customer
capital (CC) adalah hubungan yang baik dan berkelanjutan antara perusahaan dengan para
mitranya, seperti distributor, pemasok, pelanggan, karyawan, masyarakat, pemerintah, dan
sebagainya.
Islamic Banking-ValueAdded Intellectual Coefficient(iB-VAIC)
VAIC dikonstruksikan oleh Pulic (1998) untuk menilai kinerja intellectual capital
pada perusahaan konvensional (non syariah). Akun-akun yang digunakan dalam menghitung
intellectual capital dengan VAIC adalah akun-akun yang lazim pada perusahaan
konvensional. Sejauh ini, belum ada indikator (sejenis VAIC) yang dapat digunakan menilai
kinerja intellectual capital perbankan syariah (Ulum 2015: 117). iB-VAIC yang
dikonstruksikan oleh ulum (2013) merupakan alat ukur yang cocok untuk menilai kinerja
intellectual capital karena bedasarkan pada akun-akun keuangan bank syariah di Indonesia.
Langkah pertama untuk memperoleh nilai iB-VAIC adalah menghitung iB-Value Added (iB-
VA) yaitu selisih antara nilai OUT dan nilai IN, dimana OUT diperoleh dari total pendapatan
bersih kegiatan syariah (pendapatan operasi utama + total pendapatan operasional lainya)
dikurangi hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer kemudian ditambah total
pendapatan non operasional. Setelah nilai OUT didapatkan, kemudian menghitung nilai IN,
yaitu beban usaha atau operasional dan beban non operasional kecuali beban personalia atau
karyawan. Tahap kedua dalam mengitung iB-VAIC yaitu dengan menghitung Value Added
Capital Employed (iB-VACA). iB-VACA adalah indikator untuk iB-value added yang

130
diciptakan oleh satu unit dari dana yang tersedia. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang
dibuat oleh setiap unit dari capital employment (CE) atau dana yang tersedia terhadap iB-
value added (iB-VA) perusahaan.
Langkah selanjutnya yaitu menghitung iB-Value Added Human Capital (iB-VAHU).
iB-VAHU menunjukkan berapa banyak iB-Value Added (iB-VA) dapat dihasilkan dengan
dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat
oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam human capital terhadap iB-value added
organisasi. Langkah keempat yaitu menghitung iB-Structural Capital Value Added (iB-
STVA). Rasio ini mengukur jumlah Structural Capital (SC) yang dibutuhkan untuk
menghasilkan satu rupiah dari iB-VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan
structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. Structural capital (SC) adalah selisih antara
iB-Value Added (iB-VA) dengan Human Capital (HC). Tahap terakhir dalam perhitungan
Islamic Bank Value Added Intellectual Coefficient (iB-VAIC) yaitu dengan menjumlahkan iB-
VACA, iB-VAHU, dan iB-STVA.
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan bank adalah gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode
tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan atau penyaluran dana yang biasanya diukur
dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas (Jumingan, 2005:239).
Profitabilitas menunjukkan tingkat keberhasilan perusahaan mengeloala aset yang dimiliki
untuk memperoleh laba. Alat analisis yang sering digunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas adalah mengunakan rasio keuangan yaitu return on asset.

Laba sebelum pajak


Return OnAssets = x 100%
Total Aset

Bedasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka yang sudah diuraikan, maka
dapat dirumuskana hipotesis sebagai berikut:
𝐻1 : Pembiayaan jual beli berpengaruh terhadap kinerja keuangan
𝐻2 : Pembiayaan bagi hasil berpengaruh terhadap kinerja keuangan
𝐻3 : Intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan

METODE PENELITIAN
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum syariah yang
terdaftar dalam Bank Indonesia selama periode penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Berdasarkan kriteria penentuan sampel yang telah ditentukan, terdapat
sembilan bank umum syariah yang menjadi sampel penelitian. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan tahunan yang
dipublikasikan oleh bank umum syariah di Indonesia periode 2011-2014. Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan dan variabel independen yaitu
pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan intellectual capital. Teknik analisis data
yang digunakan yaitu statistik deskriptif, analisis regresi berganda dan uji asumsi klasik.

131
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif

Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PJB 36 26.54 31.15 28.8953 1.35785
PBH 36 0 30.69 25.6153 8.02147
iB-VAIC 36 1.35 4.51 2.5517 0.90966
ROA 36 0.08 3.81 1.4497 1.05041
Valid N (listwise) 36
Sumber: Data olah SPSS

Tabel 3 menampilkan bahwa rata–rata nilai PJB adalah 28.8953. Nilai PJB terendah
adalah 26.54 yaitu dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Syariah pada 2011. Sedangkan nilai
PJB tertinggi adalah 31.15 yaitu dimiliki oleh PT. Bank Syariah Mandiri pada 2014.
Variabel independen PBH memiliki nilai rata–rata sebesar 25.6153. Nilai PBH terendah
adalah 0.00 yaitu dimiliki oleh PT. May bank Syariah tahun 2013, 2012 dan 2011. Sedangkan
nilai PBH tertinggi adalah 30.69 yaitu dimiliki oleh PT. Bank Muamalat Indonesia pada
2014. Nilai rata–rata iB-VAIC seluruh perusahaan perbankan yang menjadi sampel yaitu
sebesar 2.5517. Nilai iB-VAIC terendah adalah 1.35 yaitu dimiliki oleh PT. Bank Rakyat
Indonesia Syariah pada 2014. Sedangkan nilai iB-VAIC tertinggi yaitu dimiliki oleh May
Bank Syariah tahun 2014 sebesar 4.51.
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu ROA yang memiliki nilai rata–rata
sebesar 1.4497. Untuk nilai ROA terendah yaitu sebesar 0.08 dimiliki oleh PT. Bank Rakyat
Indonesia Syariah pada 2014. Sedangkan untuk nilai ROA tertinggi yaitu sebesar 3.81
dimiliki oleh PT. Bank Mega Syariah pada 2012.
Uji Normalitas
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4 menunjukkan nilai signifikansi Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0.996 artinya nilai signifikansi di atas 0,05 maka variabel pengganggu
atau residual berdistribusi secara normal.

Tabel 4. Hasil Uji Kolmogorov – Smirnov


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 36
Normal Mean 0
Parametersa,b Std. Deviation 0.40476801
Absolute 0.068
Most Extreme Positive 0.068
Differences Negative -0.053
Kolmogorov-Smirnov Z 0.407
0.996
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber: Data olah SPSS

132
Uji Mutikolinieritas
Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF juga menunjukan tidak ada yang lebih
dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen
dalam model regresi.

Tabel 5. Hasil Uji Multikolinieritas


Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) .200 1.587 .126 .900
PJB -.059 .056 -.076 -1.040 .306 .878 1.140
1
PBH .007 .012 .052 .580 .566 .582 1.717
iB-VAIC 1.084 .098 .939 11.073 .000 .645 1.550
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: Data olah SPSS

Uji Autokorelasi
Hasil pengujian uji autokorelasi pada tabel 6 dapat dilihat besarnya nilai Durbin-
Watson adalah 1.959 maka setelah melihat tabel Durbin-Watson didapatkan dL= 1.2953 dan
dU= 1.6539. Hasil analisis menunjukkan nilai Durbin-Watson telah berada diantara 1.6539
(dU) dan 2.3461 (4-1.6539), sehingga dapat disimpulkan model regresi terbebas dari masalah
autokorelasi.

Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson


Model Summaryb
Model R R Adjusted R Std. Error of the Durbin-
Square Square Estimate Watson
1 .923a .852 .838 .42332 1.959
a. Predictors: (Constant), iB-VAIC, PJB, PBH
b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Data olah SPSS

Uji Heterokedastisitas

Tabel 7. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser


Coefficientsa
Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
.212 .943 .225 .823
-.001 .033 -.007 -.038 .970
-7.664E-005 .007 -.002 -.011 .991
.056 .058 .208 .964 .342
a. Dependent Variable: ABS_RES1
Sumber: data diolah SPSS

133
Hasil output Uji Glejser dengan jelas menunjukkan bahwa model regeresi tidak
mengandung heterokedastisitas. Hal ini terlihat dari probabilitas semua variabel independen
menunjukkan nilai probabilitas signifikansinya diatas 0,05 atau 5%.
Koefisien Determinasi
Berdasarkan uji asumsi klasik yang sudah dilakukan, bisa disimpulkan bahwa secara
umum data layak untuk dilanjutkan ke tahap pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh
dan tingkat signifikan dengan Uji t dan Uji F. Sebelum masuk ke tahap uji hipotesis
dilakukan pengukuran ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual yang
dapat diukur dari nilai koefisien determinasi. Berikut adalah hasil uji koefisien determinasi
yang sudah dilakukan:

Tabel 8. Hasil Koefisien Determinasi


Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 .923 0.852 0.838 0.42332
Sumber: data diolah SPSS

Tabel 8 memaparkan seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi


variabel dependen dengan melihat nilai Adjusted R square. Nilai Adjusted R Square adalah
83,8%, artinya variasi nilai ROA dapat dijelaskan oleh variasi dari ke tiga variabel
independen yaitu PJB, PBH dan iB-VAIC. Sedangkan sisanya (100% - 83,8% = 16,2%)
dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Tabel 9. Hasil Uji Satatistik F


ANOVAa
Model Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 32.883 3 10.961 61.167 .000b
1 Residual 5.734 32 .179
Total 38.617 35
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant),iB-VAIC, PJB, PBH
Sumber: data diolah SPSS

Hasil uji ANOVA atau uji F menunjukkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar
0,000, nilai probabilitas tersebut jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi nilai ROA dan dapat dikatakan bahwa PJB, PBH dan iB-
VAIC secara bersama–sama berpengaruh terhadap nilai ROA.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Bedasarkan hasil output uji statistik t menunjukkan bahwa dari ketiga variabel
independen yang dimasukan ke dalam model regresi, variabel PJB dan PBH tidak signifikan.
Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk PJB sebesar 0.306 dan PBH sebesar
0.566, dimana keduanya jauh di atas 0.05. Sedangkan variabel iB-VAIC signifikan, dengan
nilai probabilitas signifikansi sebesar 0.000

134
Tabel 10. Hasil Uji Satatistik t
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .200 1.587 .126 .900
1 PJB -.059 .056 -.076 -1.040 .306
PBH .007 .012 .052 .580 .566
iB-VAIC 1.084 .098 .939 11.073 .000
Sumber: data diolah SPSS

Pembahasan
H1: Pengaruh pembiayaan jual beli terhadap kinerja keuangan bank syariah
Hipotesis penelitian yang pertama diuji untuk mengetahui pengaruh pembiayaan jual
beli terhadap kinerja keuangan bank syariah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pembiayaan jual beli terbukti tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan keuangan yang
diukur dengan return on asset (ROA) bank syariah. Hasil analisis dengan menggunakan uji t,
nilai signifikan t hitung untuk pembiayaan jual beli sebesar 0,306 dengan koefisien regresi
variabel ini sebesar -1,040 sehingga dapat disimpulkan bahwa pembiayaan jual beli secara
parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan return on asset
(0,306>0,05).
Bedasarkan teori stewardship, bank syariah yang mempercayakan dananya melalui
penyaluran pembiayaan untuk dikelola dan akan dikembalikan oleh nasabah sesuai dengan
kesepakatan yang dibuat. Namun bisa saja nasabah menyalahgunakan kepercayaan yang
diberikan oleh bank syariah, sehingga belum tentu pembiayaan jual beli yang disalurkan oleh
bank pada nasabah akan dikembalikan sesuai perjanjian yang telah disepakati bersama antara
bank dengan nasabah. Hal ini menyebabkan pembiayaan jual beli tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan return on asset (ROA), ini terbukti dari bank
umum syariah yang memiliki tingkat penyaluran pembiayaan jual beli tertinggi yaitu Bank
Syariah Mandiri pada 2014 sebesar 33 triliun. Laporan tahunan Bank Syariah Mandiri tahun
2014 menyatakan bahwa pembiayaan yang disalurkan masih didominasi oleh akad
murabahah yaitu mencapai 68,62%dan jumlah pembiayaan jual beli meningkat dari 33,2
triliun pada 2013 menjadi 33,7 triliun pada 2014. Kenaikan jumlah pembiayaan murabahah
ini seharusnya akan memberikan kenaikan pendapatan dan juga laba Bank Syariah Mandiri.
Namun, di sisi lain beban usaha dari Bank Syariah Mandiri juga mengalami peningkatan
sebesar 9,87% dan kenaikan risiko pembiayaan (NPF) yang pada 2013 sebesar 2,29%
menjadi 4,29% pada 2014 mendekati tingkat maksimum persyaratan Bank Indonesia yaitu
sebesar 5% (NPF-net), kondisi tersebut menyebabkan laba Syariah Mandiri tidak mengalami
peningkatan. Hal ini terbukti nilai ROA Bank Syariah Mandiri sebesar 0,17% masih setara
dengan bank lain yang menjadi sampel, meskipun Bank Syariah Mandiri memiliki nilai
pembiayaan jual beli tertinggi. Inilah yang menyebabkan tingginya pembiayaan jual beli
yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri tidak memengaruhi nilai ROA yang diperoleh.
Kondisi sebaliknya juga berlaku untuk bank umum syariah yang memiliki
pembiayaan jual beli terendah yakni Bank Central Asia Syariah pada 2011 yang
menunjukkan nilai sebesar 336 miliar. Pembiayaan jual beli dengan akad murabahah
sebenarnya adalah pembiayaan yang mendominasi bagi Bank Central Asia Syariah tahun
2011 yaitu sebesar 54,9%. Namun, jika dibandingkan dengan tingkat pembiayaan jual beli
bank umum syariah yang menjadi sampel, Bank Central Asia Syariah menempati posisi
terendah seperti yang diungkapkan dalam laporan tahunan Bank Central Asia Syariah tahun

135
2011. Rendahnya tingkat pembiayaan jual beli disebabkan Bank Central Asia Syariah baru
beroperasi pada bulan April 2010 sehingga belum semua masyarakat mengenal Bank Central
Asia Syariah, khususnya pada produk pembiayaan jual beli. Meskipun memiliki nilai
pembiayaan jual beli terendah, Bank Central Asia Syariah memiliki nilai ROA sebesar
0,90%, dimana nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan nilai ROA bank yang menjadi sampel
yang memiliki tingkat pembiayaan jual beli lebih tinggi. Hal ini dikarenakan pada tahun
2011 Bank Central Asia Syariah mampu mengelola pembiayaan jual beli secara efektif
sehingga tingkat risiko pembiayaan (NPF) hanya sebesar 0,2%, angka tersebut masih jauh
dibawah tingkat maksimum persyaratan Bank Indonesia yaitu sebesar 5% (NPF-net).
H2: Pengaruh pembiayaan bagi hasil terhadap kinerja keuangan
Hipotesis penelitian yang kedua diuji untuk mengetahui pengaruh pembiayaan bagi
hasil terhadap kinerja keuangan keuangan yang diukur dengan return on asset (ROA) bank
syariah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembiayaan bagi hasil terbukti tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank syariah. Ini dibuktikan dengan hasil statistik
pembiayaan bagi hasil yang memberikan koefisien parameter 0,007 dengan tingkat
signifikansi 0,566 yang berarti tidak berpengaruh (0,556>0,05).
Hasil penelitian ini terbukti sama bahwa pembiayaan bagi hasil yang disalurkan oleh
bank syariah tidak berpengaruh terhadap nilai ROA bank syariah yang terjadi pada fenomena
2013-2014. Tahun 2012-2013, nilai ROA bank syariah mengalami penurunan dari 2,14%
pada 2013 menjadi 2% pada 2014, sedangkan nilai pembiayaan bagi hasil yang disalurkan
mengalami peningkatan dari 39 triliun pada 2013 menjadi 53 triliun pada 2014. Kondisi
yang sama juga terjadi pada 2013 ke 2014 dimana nilai ROA bank syariah mengalami
penurunan dari 2% pada 2013 menjadi 0,85% pada 2014. Namun di sisi lain, penyaluran
pembiayaan bagi hasil mengalami peningkatan dari 53 triliun pada 2013 menjadi 63 Triliun
pada 2014 triliun. Tinggi rendahnya pembiayaan bagi hasil yang disalurkan dianggap tidak
memengaruhi nilai ROA bank syariah.
Tidak berpengaruhnya pembiayaan bagi hasil terhadap kinerja keuangan yang diukur
dengan return on asset dapat disebabkan oleh kepercayaan yang disalahgunakan oleh
nasabah. Berdasarkan teori stewardship, bank syariah mempercayakan dananya kepada
nasabah melalui penyaluran pembiayaan untuk dikelola dan nantinya akan dikembalikan
sesuai kesepakatan yang dibuat. Namun, terdapat kemungkinan jika nasabah akan
menyalahgunakan kepercayaan dari pihak bank syariah, sehingga belum tentu pembiayaan
bagi hasil yang disalurkan oleh bank pada nasabah akan dikembalikan sesuai perjanjian yang
telah disepakati bersama antara bank dengan nasabah.
Return on asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam mendapatkan laba. Laba bank syariah diperoleh dari total pendapatan
dikurangi dengan hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer dan total beban.
Bank syariah yang memiliki penyaluran pembiayaan jual beli berpotensi memiliki laba yang
tinggi, dikarenakan pendapatan dari margin keuntungan pembiayaan jual beli juga akan
tinggi sehingga return on asset (ROA) juga akan meningkat. Namun, pendapatan yang tinggi
tersebut tidak akan berpengaruh terhadap laba bank syariah apabila hak pihak ketiga atas
bagi hasil dana syirkah temporer dan total beban juga meningkat sehingga nilai return on
asset (ROA) juga tidak akan terpengaruh.
Pembiayaan bagi hasil adalah akad kerjasama antara pihak bank sebagai pemilik
modal dengan nasabah sebagai pengelola modal untuk mendapatkan keuntungan dan
membagi keuntungan yang diperoleh berdasarkan kesepakatan atau nisbah yang telah
disepakati. Apabila terdapat kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian
itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Namun, bila kerugiaan disebabkan karena
kesengajaan pengelola maka pengelola wajib menanggungnya. Menurut Reinissa (2015)
keuntungan atau pendapatan bagi hasil dari pembiayaan mudharabah bersifat tidak pasti

136
dikarenakan pendapatan bagi hasil ditentukan sesuai dengan omset usaha yang diperoleh.
Oleh sebab itu, perhitungan pendapatan senantiasa berubah sesuai dengan pencapaian omset
usaha, sehingga menyebabkan pembiayaan bagi hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap
ROA (return on assets).
Rahman dan Rochmanika (2012) menambahkan bahwa pengelolaan pembiayaan bagi
hasil lebih sulit dibandingkan dengan pengeloaan jual beli sebab bank syariah sebagai
pemilik modal harus mengawasi dan mengevaluasi usaha yang telah diberikan pembiayaan
agar pihak pengelola menjalankan usahanya dengan baik karena apabila terjadi terjadi
kerugian pihak bank juga ikut menanggungnya. Hal ini menyebabkan biaya yang
dikeluarkan dalam pengelolaan pembiayaan bagi hasil juga lebih tinggi dari pada jenis
pembiayaan lainnya. Pendapatan bagi hasil bank umum syariah yang diperoleh dari
penyaluran pembiayaan bagi hasil kemungkinan masih belum secara optimal diperoleh
sehingga belum mampu mengimbangi biaya-biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu,
sumbangan pendapatan bagi hasil yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan bagi hasil
masih belum mampu mengoptimalkan kemampuan bank syariah dalam menghasilkan laba.
Nilai pembiayaan bagi hasil yang paling tinggi di antara perusahaan sampel yaitu
Bank Muamalat Indonesia pada 2014 yang mencapai 21 Triliun. Pembiayaan bagi hasil ini
merupakan pembiayaan yang mendominasi bagi Bank Muamalat Indonesia. Laporan tahunan
2014 Bank Muamalat Indonesia menyampaikan bahwa terjadi kenaikan pendapatan yang
berasal dari pembiayaan bagi hasil sebesar 435,20 miliar atau 22,27% dari tahun sebelumya.
Walaupun terjadi kenaikan pendapatan dari pembiayaan bagi hasil, namun laba usaha dari
Bank Muamalat Indonesia justru mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan karena
beban margin dan juga beban usaha meningkat sebesar 54,97% dan 16,18% dari tahun
sebelumnya.Sedangkan untuk nilai ROA dari Bank Muamalat Indonesia memliki nilai yang
sama dengan nilai ROA dari bank lain yang menjadi sampel yaitu 0,17%, meskipun Bank
Muamalat Indonesia memiliki tingkat pembiayaan bagi hasil tertingi pada bank yang menjadi
sampel. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pembiayaan bagi hasil tidak
memengaruhi nilai ROA bank tersebut.
Salah satu bank yang memiliki nilai pembiayaan bagi hasil terkecil yakni Maybank
Syariah yaitu sebesar 0 pada tahun 2013, 2012 dan 2011. Laporan tahunan Maybank Syariah
menunjukkan pada 2011 sampai 2013 produk yang ditawarkan khususnya produk
pembiayaan hanya terdapat produk dengan akad jual beli maka pada periode tersebut tidak
ada pembiayaan bagi hasil yang disalurkan, maka pendapatan dari pembiayaan bagi hasil
juga tidak ada. Di sisi lain nilai ROA pada tahun 2011-2013 tidaklah sama pada periode
tersebut, bahkan nilai ROA Maybank Syariah pada 2011-2013 merupakan nilai ROA
tertinggi pada tahun tersebut pada bank yang menjadi sampel, walaupun Maybank Syariah
tidak memiliki pendapatan dari pembiayaan bagi hasil.
Jadi secara garis besar yang memengaruhi kinerja keuangan bank syariah adalah
kualitas dari pembiayaan yang diberikan atau pembiayaan bermasalah (non performing
financing). Walaupun jumlah pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi hasil yang
disalurkan tinggi, jika tingkat non performing financing dari pembiayaan tersebut juga tinggi
maka pendapatan dari bank syariah akan turun sehingga kinerja keuangan juga tidak akan
terpengaruh. Selain itu, biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank syariah juga
memengaruhi kinerja keuangan. Jumlah pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi hasil
yang tinggi akan menghasilkan pendapatan yang tinggi, namun bila jumlah biaya
operasional juga ikut meningkat maka pendapatan tersebut tidak akan memengaruhi kinerja
keuangan sebab pendapatan tersebut akan digunakan untuk menutupi jumlah biaya yang
meningkat.
H3: Pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan bank syariah

137
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t, niIai signifikansi t hitung untuk
intellectual capital sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 sedangkan koefisien regresi
variabel ini sebesar 11,073 sehingga dapat disimpukan bahwa intellectual capital secara
parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa intellectual
capital dapat memengaruhi kinerja keuangan perusahaan, karena intellectual capital mampu
menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan sehingga perusahaan mampu
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dilingkungan bisnisnya, dengan demikian kinerja
keuangan perusahaan dapat terjaga dengan baik (Yunita, 2012).
Berpengaruhnya intellectual capital terhadap kinerja keuangan bank syariah dalam
penelitian ini mendukung konsep resources based theory (RBT) yang menjelaskan bahwa
perusahaan memiliki sumber daya yang dapat menjadikan perusahaan memiliki keunggulan
yang bersaing dan mampu mengarahkan perusahaan untuk memiliki kinerja jangka panjang
yang baik. Perusahaan yang memiliki sumber daya dalam hal ini intellectual capital yang
baik akan memiliki kinerja keuangan yang baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin efisien perusahaan mengelola aset
dalam hal ini intellectual capital (human capital, structural capital dan customer capital)
yang dimiliki perusahaan akan memberikan hasil yang meningkat yang ditunjukkan dari
peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Pengelolaan komponen dari intellectual capital
sangat penting bagi perusahaan karena intellectual capital dapat berperan penting dalam
menciptakan nilai tambah dan berkontribusi dalam peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Wijaya (2012) human capital menjadi salah satu komponen dari intellectual
capital yang sangat menentukan tingkat efisiensi dari intellectual capital. Human capital
merupakan kekuatan intellectual yang bersumber dari sumber daya manusia yang dimiliki
perusahaan yaitu pengetahuan, kompetensi dan ketrampilan dari karyawan. Human capital
dapat menciptakan nilai tambah yang akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan jika
perusahaan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu
memanfaatkannya dengan baik.
Sebagai contoh, Bank Mega Syariah menyadari bahwa sumber daya manusia
merupakan ujung tombak kemajuan dan pertumbuhan bisnis perusahaaan, untuk itulah Bank
Mega Syariah berkomitmen meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya
melalui beberapa program strategis. Pertama, melalui Management Develompment Program
yaitu program pendidikan yang didesain khusus untuk menghasilkan calon-calon pemimpin
junior yang potensial yang dimiliki perusahaan selama delapan bulan dengan model
pendidikan komprehensif mengenai perbankan seperti in class training, simulasi dan praktek
lapangan, on the job training dan project assignment. Kedua, melalui Talent Pool dan
Succession Planyang bertujuan untuk mempertahankan pegawai-pegawai terbaik dan
mempersiapkan para kader yang berkualitas dan memiliki kapabilitas kepemimpinan yang
baik untuk menduduki posisi penting diperusahaan. Selain itu, bagi pegawai baru diberikan
program induction training, yang meliputi pendidikan dasar utama mengenai perbankan
syariah, nilai-nilai syariah, pengenalan akuntansi dasar, compliance, risk dan good corporate
governance.
Contoh lain, Bank Muamalat Indonesia berupaya meningkatkan profesionalisme dan
kinerja usaha sumber daya manusia yang mereka miliki melalui pemakaian Human Capital
Information System (HCIS) atau yang dikenal sebagai Muamalat Human Power (MHP).
Muamalat Human Power menjadi penting kerena dalam aplikasi tersebut terdapat fungsi
administrasi kepegawaian, online training, media sosialisasi terkait peraturan perusahaan
yang dapat diakses secara langsung di komputer kerja karyawan masing-masing. Muamalat
Human Power juga terbukti dapat meningkatkan efektifitas sistem promosi, pelatihan,
pendidikan dan penilaian kinerja kerja karyawan serta terbukti efektif khususnya dalam

138
meningkatkan kualitas proses-proses administrasi kepegawaian pada Bank Muamalat
Indonesia.
Komponen intellectual capital lainnya yaitu structural capital juga tidak kalah
pentingnya bagi perusahaan, menurut Saryanti (2011) structural capital dapat mendukung
human capital untuk menghasilkan kinerja yang baik dan dapat mempermudah operasional
usaha perusahaan. Sebagai contoh, Bank Syariah Mandiri yaitu mengembangkan program
management information system, dengan sistem tersebut dapat menjembatani informasi dan
pengawasan di kantor pusat, regional, area dan cabang. Selain mengembangkan management
information system, Bank Syariah Mandiri juga mengembangkan core banking dan sistem
pembayaran melalui EDC, hal ini betujuan untuk menambah dan mempermudah transaksi
yang dilakukan oleh nasabah. Manfaat lain dari structural capital, tercermin dari inovasi
produk yang dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri yakni BSM e-money.
Contoh lain dari upaya optimalisasi structural capital ditunjukkan oleh Bank
Muamalat Indonesia yang dilakukan lewat e-Chanel, dengan e-Chanel Bank Muamalat
Indonesia memiliki layanan Payment Point Online Bank (PPOB). Layanan ini
memungkinkan masyarakat untuk melakukan pembayaran berbagai jenis tagihan seperti
listrik, air, premi asuransi, dan telekomunikasi secara tunai melalui agen-agen Muamalat
terdekat tanpa harus datang ke loket pembayaran resmi penyedia jasa. Layanan e-Chanel
yang dimiliki Bank Muamalat Indonesia juga dapat digunakan untuk pembayaran zakat, infaq
dan shadaqah sehingga memudahkan nasabah dalam menyalurkan kewajiban sosialnya.
Selain itu untuk mempermudah perusahaan dalam rangka mendistribusikan produk dan
layanan yang dimiliki. Bank Muamalat Indonesia terus berinvestasi pada penambahan unit
Mobile Branch Muamalat (MBM). MBM berfungsi sebagai outlet pelayanan yang berpindah-
pindah (mobile) yang dapat menangani kebutuhan nasabah untuk pembukaan rekening,
penyetoran uang tunai dan pelayanan transaksi perbankan lainya. MBM juga dilengkapi
dengan ATM Muamalat yang terhubung online melalui koneksi jaringan GPRS sehingga
dapat menjangkau lokasi dengan akses terbatas dan dapat dioperasikan di luar jam kerja
kantor cabang. Upaya lain juga dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia untuk
mempermudah menjual produk dan menambah transaksi yang dilakukan oleh nasabah.
Pertama melalui Internet Banking (IB Muamalat), dimana Bank Muamalat Indonesia
menambah fitur belanja online pada Internet Banking (IB Muamalat). Fitur belanja online ini
berkerja sama dengan sejumlah merchant online yang sudah dikenal oleh konsumen di
Indonesia dan dengan Debit Online nasabah penguna IB Muamalat dapat dengan mudah dan
aman melakukan transaksi pembelian dan pembayaran di merchant-merchanttersebut. Kedua,
Bank Muamalat juga melakukan pengembangan layanan Mobile Banking (MB Muamalat)
lewat platform Android, iOS dan BlackBerry, dengan Mobile Bankingnasabah dapat
melakukan transaksi dengan mudah sesuai dengan keperluan.
Customer capital merupakan hubungan baik perusahaan dengan para mitranya seperti
nasabah.Menurut Soetedjo dan Mursida (2014) perusahaan yang memberikan pelayanan
kepada customer dan merespon kritik dan saran yang diberikan oleh customer dengan baik
dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan sehingga dapat menjadikan kinerja keuangan
perusahaan menjadi baik. Sebagai contoh, Bank Syariah Mandiri melalui laporan tahunannya
meyakini bahwa pelanggan merupakan salah satu pemangku kepentingan yang mempunyai
peran sentral dalam menjamin keberlangsungan usaha, sehingga merupakan partner utama
dalam mengembangkan usaha. Oleh karenanya bagi Bank Syariah Mandiri, pemenuhan
segala kebutuhan terhadap produk layanan dilakukan dengan memprioritaskan pemenuhan
terhadap harapan para pelanggan. Upaya untuk menunjukkan komitmen tersebut, Bank
Syariah Mandiri memiliki beberapa langkah layanan strategis. Pertama, memberikan jaminan
perlindungan simpanan nasabah.Bank Syariah Mandiri tidak hanya menjual produk
perbankan yang aman namun juga memberikan perlindungan maksimal kepada nasabah,

139
melalui jaminan perlindungan atas uang yang disimpan oleh nasabah lewat lembaga penjamin
simpanan. Kedua, peningkatan kualitas layanan nasabah. Demi memenuhi kepuasan nasabah
terhadap jasa perbankan, Bank Syariah Mandiri tidak henti-hentinya melakukan berbagai
upaya meningkatkan kualitas layanan mulai dari SDM frontliner, tata ruang kantor
cabang/pembantu/kas, pengembangan aplikasi pencatatan pengaduan nasabah (complaint
management system), program pelibatan nasabah seperti sahabat BSM, BSM fantasi (hadiah
langsung), gebyar (berkumpul bersama nasabah dengan berbagai macam kegiatan),
iBvaganza (program edukasi perbankan syaiah kepada nasabah) dan priority gathering
(silaturahim nasabah). Ketiga, memberikan kemudahan akses informasi dan jaringan layanan
perbankan.Usaha yang dilakukan Bank Syariah Mandiri untuk memberikan kemudahan akses
informasi yaitu dengan menyediakan informasi lewat situs internet dan jejaring sosial
(facebook dan twitter). Sedangkan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada nasabah, Bank
Syariah Mandiri memberikan kemudahan fasilitas dengan menambah jumlah jaringan kantor
dan jaringan ATM. Keempat, menyediakan pusat pengaduan nasabah. Bank Syariah Mandiri
memiliki kebijakan bahwa penyelesaian setiap keluhan nasabah yang disampaikan menjadi
prioritas utama yang harus segera ditindaklanjuti. Hal ini karena ada keterkaitan keluhan
dengan loyalitas nasabah terhadap produk layanan yang digunakan. Oleh karena itu Bank
Syariah Mandiri membentuk bagian service quality management & customercare dengan
tujuan memberikan respon yang cepat atas pengaduan yang masuk, memonitoring pengaduan
nasabah dan memberikan penyelesaian secara bijak.
Contoh lain dari bank syariah yang fokus terhadap customer capital yaitu Bank
Muamalat Indonesia. Bank Muamalat Indonesia mempunyai pandangan bahwa dalam
industri perbankan saat ini, dengan pilihan produk dan layanan yang dapat dikatakan sama
atau mirip, kualitas pelayanan kepada nasabah menjadi salah satu faktor pembeda yang
sangat penting guna memenangkan persaingan. Untuk itu Bank Muamalat Indonesia
melakukan upaya-upaya yang terarah dan bekesinambungan untuk meningkatkan kompetensi
personil teller, customers service, dan satpam sebagai ujung tombak pelayanan yang paling
banyak berinteraksi langsung dengan nasabah melalui pemberian pembekalan dan pelatihan.
Setiap personil customers service pada kantor pelayanan sudah dilengkapi dengan fasilitas e-
sales kit yang menggantikan materi cetak/brosur produk dan layanan. Fasilitas e-sales kit
memudahkan nasabah atau calon nasabah dalam menerima penjelasan mengenai fitur,
manfaat dan keunggulan dari berbagai produk layanan Bank Muamalat melalui layar monitor
PC yang ada di meja personil customers service. Peningkatan kualitas pelayanan juga
diupayakan melalui program tahunan Service Champion, melalui program ini Bank
Muamalat memberikan penghargaan untuk personil teller, customers service dan satpam
yang dinilai memperlihatkan kinerja terbaik selama satu tahun dari sisi pelayanan dengan
harapan dapat memotivasi seluruh personil yang terlibat langsung dalam aktivitas pelayanan
nasabah untuk terus meningkatkan kualitas kerjanya masing-masing. Strategi yang dijalankan
Bank Muamalat untuk memberikan kenyamanan layanan dan kemudahan fasilitas bagi
nasabah yaitu dengan menambah jaringan kantor dan jaringan ATM. Selain memberikan
kemudahan bagi nasabah, strategi menambah jaringan ATM juga mempunyai dampak positif
bagi perusahaan yakni meningkatnya pendapatan imbal jasa dari transaksi nasabah di ATM
yaitu sebesar 34,61 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 25,68 miliar.
Bank yang memiliki nilai Islamic Bank-Value Added Intellectual Coefficient (iB-
VAIC) tinggi juga diikuti dengan nilai return on asset (ROA) yang tinggi yaitu dimiliki oleh
Maybank Syariah pada 2014. Sebaliknya, Bank Rakyat Indonesia Syariah yang memiliki
nilai islamic Bank-Value Added Intellectual Coefficient (iB-VAIC) terendah pada 2014 juga
memiliki nilai return on asset (ROA) paling rendah diantara bank yang menjadi sampel.’

140
SIMPULAN DAN SARAN
Pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi hasil tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan bank syariah karena pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi hasil yang
disalurkan tinggi, namun jika manajemen tidak bisa mengelola pembiayaan dan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional dengan baik maka tingginya pembiayaan yang
disalurkan tidak akan mempengaruhi kinerja keuangan. Intellectual capital berpengaruh
terhadap kinerja keuangan bank syariah. Berpengaruhnya intellectual capital terhadap kinerja
keuangan dikarenakan intellectual capital mampu menciptakan keunggulan kompetitif bagi
bank syariah sehingga bank syariah mampu bersaing dan beradaptasi terhadap perubahan
yang terjadi dilingkungan bisnisnya, dengan demikian kinerja keuangan bank syariah dapat
meningkat dan terjaga dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa saran
untuk perbaikan dan evaluasi bagi peneliti selanjutnya dengan topik yang sama, yaitu
penelitian selanjutnya lebih fokus terhadap intellectual capital dengan menggunakan alat
ukur iB-VAIC, khususnya pada penelitian yang mengunakan objek berprinsip syariah.
Peneliti selanjutnya bisa menganalisis pengaruh komponen iB-VAIC terhadap kinerja
keuangan. Mengingat penelitian pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi
hasilmembuktikan tidak berpengaruh pada kinerja keuangan yang diukur dari aspek earning,
maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan aspek lain untuk mengukur
kinerja bank syariah sesuai metode RGEC yakni dari aspek risiko (risk profile), aspek tata
kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dan aspek permodalan (capital).

141
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, P.D. dan A. Sabeni. 2005. “Hubungan Intellectual Capital dan
BusinessPerformance”. Proceeding SNA VII. Solo. pp. 694-707
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Davis, James dan Donalson, Lex. 1997. “Toward a Stewardship Theory of
Management.” Academy of Management Review”. Vol. 22, No. 1, page 22-47,
1997.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
Herdayanto, I dan Nasir, M. 2013.“ Pengaruh Intellectual Capitalpada financial performance
perusahaan studi empiris pada perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi yang
terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2009-2011”. Journal Of Accounting, Vol. 2 (3),
Hal. 1-10.
Ibrahimetal.(2003).“AlternativeDisclosureandPerformanceMeasuresforIslamic
Bank”.www.iium.edu.my.diakses tanggal 21 November 2014.
Ifada, Luluk Muhimatul dan Hapsari, Harida. 2012. “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan Publik (Non Keuangan) di Indonesia”. Jurnal Reviw
Akuntansi dan Keuangan. Vol.2 No. 1, Pp 181-194.
Jumingan. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Muhamad. 2005. Teknik Perhitungan Bagi Hasil Dan Profit Margin Pada Bank Syariah.
Yogyakarta : UII Press
Nurhayati, Sri Dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah Di Indonesia, Edisi 2. Jakarta :
Salemba Empat
Otoritas JasaKeuangan (OJK). 2015. Laporan Statistik Perbankan Syariah. Outlook
OJK.Diperolehtanggal 30 September 2015 dari www.ojk.co.id.
Pulic,A.1998.“Measuring theperformanceofintellectualpotentialin knowledge
economy”.Diperolehtanggal 30 September 2015 dari www.vaic-on.net.
Purwoko, Didik dan Sudiyatno, Bambang. 2013. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Bank (Studi Empirik Pada Industri Perbankan Di Bursa Efek
Indonesia)”.Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 20, Hal. 25 – 39.
Raharjo, Eko. 2007. “Teori Agensi dan Teori Stewardship dalam Perspektif Akuntansi”.
Jurnal Fokus Ekonomi, Vol. 2, No. 1, Hal: 37-46
Rahman,F.Auliadan Rochmanika,Ridha.2011. “ PengaruhPembiayaanJualBeli, Pembiayaan
Bagi Hasil, dan Rasio NonPerforming Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum
SyariahdiIndonesia”.Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Vol. 2 : hal: 1-14
Reinissa. 2015. “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Dan
MurabahahTerhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri, Tbk”. Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan. Vol. 2 : hal: 1-16
Riyadi, Slamet dan Yulianto, Agung. 2014. ”Pengaruh Pembiayaan bagi Hasil, Pembiayaan
Jual Beli, Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF)
terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”. Accounting Analysis
Journal. Vol. 3 (4), Hal: 466-474
Saryanti, E. 2011. “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 ” Jurnal
Ekonomi Bisnis dan Perbankan. Vol.19
Soetedjo, Soegeng dan Mursida, Safrina, 2014, “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan”, Prosiding Simposium Nasional
Akuntansi, Lombok.
Sugiyono.2007. MetodePenelitian Bisnis.Bandung: Alfabeta

142
Suhendah, Rousilita. 2012. “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas,
Produktivitas, Dan Penilaina Pasar Pada Perusahaan Yang Go Public Di Indonesia Pada
Tahun Tahun 2005-2007”. Simposium Naisonal Akuntansi XV, September 2012.
Sunarsih, N. M. dan Mendra, N. P. Y. 2012.“Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi XV.
Banjarmasin.
Ulum, Ihyaul. 2013. “ iB-VAIC: Model PengukuranKinerja Intellectual Capital Perbankan”.
Journal Inferensi. Vol. 7:1.
Ulum,Ihyaul. 2015.IntellectualCapital. Malang: UMM press.
Wijaya, Novia. 2012. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai
Pasar Perusahaan Perbankan dengan Metode Value Added Intellectual Capital.Jurnal
Bisnis Dan Akuntansi. Vol. 14.No. 3. Hlm. 157-180.
Zuliyati. 2011. “Intellectual CapitalDan Kinerja Keuangan Perusahaan”. Dinamika Keuangan
dan Perbankan. Vol. 3, No. 1, Hal: 113 – 125

143

Anda mungkin juga menyukai