Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang

sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu

penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. (World

Health Organization (WHO, 2009 ). Penyakit diare adalah penyakit yang

sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan

bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki – laki maupun perempuan,

tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian

paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita, menurut data badan

Kesehatan Dunia (WHO—World Healt Organitation ) Penyakit mencret atau

diare adalah penyebab nomor satu kematian balita diseluruh dunia. Yang

membunuh lebih dari 1,5 juta orang pertahun (Depkes RI, 2010).

Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan

buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses memiliki kandungan

air yang berlebihan. Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya.

Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare salah satunya akibat

infeksi oleh bakteri atau virus dan juga bisa disebabkan oleh faktor

kebersihan lingkungan tempat tinggal. Lingkungan yang kumuh dan kotor

menjadi tempat berkembang bakteri (E.coli), virus dan parasit (jamur, cacing,

protozoa), dan juga lalat yang turut berperan dalam membantu penyebaran

kuman penyakit diare (Hannifatunisa, 2013).


Diare jarang membahayakan, namun dapat menimbulkan

ketidaknyamanan dan nyeri kejang pada bagian perut. Meskipun tidak

membutuhkan perawatan khusus, penyakit diare perlu mendapatkan perhatian

serius, karena dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).

Dehidrasi dapat ditengarai dengan gejala fisik seperti bibir terasa kering, kulit

menjadi keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung, serta menyebabkan

syok. Untuk mencegah dehidrasi dengan meminum larutan oralit. Karena itu,

penderita diare harus banyak minum air dan diberi obat anti diare

(Hannifatunisa, 2013).

Anti diare adalah obat yg digunakan untuk mengobati penyakit yang

disebabkan oleh bakteri, kuman, virus, cacing, atau keracunan makanan.

Gejala diare adalah BAB berulang kali disertai banyaknya cairanyg keluar

kadang-kadang dengan mulas dan berlendir atau berdarah. Diare terjadi

karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga

menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus (blogspot.com).

Absorbents adalah senyawa-senyawa yang menyerap (absorb) air.

Absorbents yang diminum secara oral mengikat air dalam usus kecil dan usus

besar dan membuat feces-feces diare kurang berair. Mereka mungkin juga

mengikat kimia-kimia beracun yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri yang

menyebabkan usus kecil mensekresikan cairan. Salah satu absorbenst utama

adalah attapulgit (Anonim, 2013). New Diatab merupaka obat paten yang

mengandung zat aktif atapulgit 600 mg dengan indikasi sebagai pengobatan

simptomatik pada diare yang tidak diketahui penyebabnya. Atapulgit bekerja


dengan cara mengikat bakteri dan toksin dalam jumlah besar sekaligus

mengurangi pengeluaran air. atapulgit mengurangi pergerakan usus,

memperbaiki konsistensi tinja yang terlalu keras atau terlalu lembek, dan

meredakan kram perut yang berkaitan dengan diare. Aman untuk ibu hamil

dan menyusui (Medica.com, 2013). Dari uraian diatas, akan dilakukan

pengujian tentang efek new diatab sebagai antidiare yang di ujikan pada

hewan uji mencit (Mus musculus).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI UMUM

1. Pengertian Diare

Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200

mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi

BAB, tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau

tanpa inkontinensia fekal (Daldiyono, 1990).

Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar

yang terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan,

atau memiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya

diare menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa

juga bisa terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik

penyakitnya (Anne, 2011).

Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit

perut. Ada lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:

a. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang

tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare

akut, penderita akan mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan

jika tidak diberika makan dam minum.

b. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang

disebabkan oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.


c. Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar

meningkat, diare ini dapat menyebabkan kerusakan usus halus,spesis

yaitu infeksi bakteri dalam darah, malnutrisi atau kurang gizi dan

dehidrasi.

d. Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari.

Dengan bahaya utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak

hanya dalam usus tetapi menyebar hingga keluar usus.

e. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang

lainnya, karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau

menyeluruh yang berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral.

Bahkan bisa mengakibatkan gagal jantung.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National

Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007) :

a. Infeksi bakteri

Beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau

minuman,contohnya Campylobacter,Salmonella, Shigella,dan Escherichia

coli (E. coli).

b. Infeksi virus

Beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk

virus, cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.

c. Intoleransi makanan

beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan, misalnya

pemanis buatan dan laktosa.


d. Parasit

Parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan

menetap di dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare

misalnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, and Cryptosporidium.

e. Reaksi atau efek samping pengobatan

Antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida mengandung

magnesium yang mampu memicu diare.

f. Gangguan intestinal

g. Kelainan fungsi usus besar

Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat berbahaya. Bila

penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka

bisa berakibat fatal. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan,

kekurangan kalium (hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi

asam), yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini

sangat berbahaya terutama bagi bayi dan anak-anak kecil, karena mereka

memiliki cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan

ekstra-selnya lebih mudah lepas daripada orang dewasa (Adnyana, 2008).

2. Mekanisme timbulnya diare

Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan kapang bisa

menyebabkan diare dan muntah. Keracunan pangan yang menyebabkan diare

dan muntah, disebabkan oleh pangan dan air yang terkontaminasi oleh

mikroba. Pada tulisan ini akan dijelaskan mekanisme diare dan muntah yang

disebabkan oleh mikroba melalui pangan terkontaminasi. Secara klinis, istilah


diare digunakan untuk menjelaskan terjadinya peningkatan likuiditas tinja

yang dihubungkan dengan peningkatan berat atau volume tinja dan

frekuensinya. Seseorang dikatakan diare jika secara kuantitatif berat tinja per-

24 jam lebih dari 200 gram atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi lebih dari

tiga kali sehari (Putri, 2010).

Diare yang disebabkan oleh patogen enterik terjadi dengan beberapa

mekanisme. Beberapa patogen menstimulasi sekresi dari fluida dan elektrolit,

seringkali dengan melibatkan enterotoksin yang akan menurunkan absorpsi

garam dan air dan/atau meningkatkan sekresi anion aktif. Pada kondisi diare

ini tidak terjadi gap osmotic dan diarenya tidak berhubungan dengan isi usus

sehingga tidak bisa dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini dikenal sebagai

diare sekretory. Contoh dari diare sekretori adalah kolera dan diare yang

disebabkan oleh enterotoxigenic E coli (Putri, 2010).

Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya

dorong pada kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara

permukaan absorpsi usus dan cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini

mungkin secara langsung distimu-lasi oleh proses patofisiologis yang

diaktivasi oleh patogen, atau oleh peningkatan tekanan luminal karena adanya

akumulasi fluida. Pada umumnya, peningkatan daya dorong tidak dianggap

sebagai penyebab utama diare tetapi lebih kepada faktor tambahan yang

kadang-kadang menyertai akibat-akibat patofisiologis dari diare yang

diinduksi oleh patogen (Putri, 2010).


Pada beberapa diare karena infeksi, patogen menginduksi kerusakan

mukosa dan menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa. Sebaran,

karakteristik dan daerah yang terinfeksi akan bervariasi antar organisme.

Kerusakan mukosa yang terjadi bisa berupa difusi nanah oleh

pseudomembran sampai dengan luka halus yang hanya bisa dideteksi secara

mikroskopik. Kerusakan mukosa atau peningkatan permeabilitas tidak hanya

menyebabkan pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi juga mengganggu

kemampuan mukosa usus untuk melakukan proses absorbsi yang efisien

karena terjadinya difusi balik dari fluida dan elektrolit yang diserap. Diare

jenis ini dikenal sebagai diare eksudatif. Penyebabnya adalah bakteri patogen

penyebab infeksi yang bersifat invasive (Shigella, Salmonella) (Putri, 2010).

Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali menyertai

kerusakan mucosal yang diinduksi oleh patogen. Kegagalan pencernaan dan

penyerapan karbohidrat (CHO) akan meningkat dengan hilangnya hidrolase

pada permukaan membrane mikrovillus (misalnya lactase, sukrase-

isomaltase) atau kerusakan membran microvillus dari enterosit. Peningkatan

solut didalam luminal karena malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas

luminal meningkat dan terjadi difusi air ke luminal. Diare jenis ini dikenal

sebagai diare osmotik dan bisa dihambat dengan berpuasa (Putri, 2010).

Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen

meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan

mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu


bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat

mengatasi pertahanan mukosa usus (Putri, 2010).

a. Adhesi.

Mekanisme adhesi yang pertama terjadi dengan ikatan antara

struktur polimer fimbria atau pili dengan reseptor atau ligan spesifik pada

permukaan sel epitel. Fimbria terdiri atas lebih dari 7 jenis, disebut juga

sebagai colonization factor antigen (CFA) yang lebih sering ditemukan

pada enteropatogen seperti Enterotoxic E. Coli (ETEC).

Mekanisme adhesi yang kedua terlihat pada

infeksi Enteropatogenic E.coli (EPEC), yang melibatkan gen EPEC

adherence factor (EAF), menyebabkan perubahan konsentrasi kalsium

intraselluler dan arsitektur sitoskleton di bawah membran mikrovilus.

Invasi intraselluler yang ekstensif tidak terlihat pada infeksi EPEC ini

dan diare terjadi akibat shiga like toksin.

Mekanisme adhesi yang ketiga adalah dengan pola agregasi yang

terlihat pada jenis kuman enteropatogenik yang berbeda

dari ETEC atau EHEC (Putri, 2010).

b. Invasi.

Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran basolateral sel

epitel usus. Di dalam sel terjadi multiplikasi di dalam fagosom dan

menyebar ke sel epitel sekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraselluler

menimbulkan reaksi inflamasi serta kematian sel epitel. Reaksi inflamasi

terjadi akibat dilepaskannya mediator seperti leukotrien, interleukin,


kinin, dan zat vasoaktif lain. Kuman Shigella juga memproduksi toksin

shiga yang menimbulkan kerusakan sel. Proses patologis ini akan

menimbulkan gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, rasa lemah, dan

gejala disentri. Bakteri lain bersifat invasif misalnya Salmonella.

Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan

oleh Shigella dysentrie yang bersifat sitotoksik. Kuman lain yang

menghasilkan sitotoksin adalah Enterohemorrhagic E. Coli

(EHEC) serogroup 0157 yang dapat menyebabkan kolitis hemoragik dan

sindroma uremik hemolitik, kuman EPEC serta V.

Parahemolyticus (Putri, 2010).

c. Enterotoksin.

Prototipe klasik enterotoksin adalah toksin kolera atau Cholera

toxin (CT) yang secara biologis sangat aktif meningkatkan sekresi epitel

usus halus. Toksin kolera terdiri dari satu subunit A dan 5 subunit B.

Subunit A1 akan merangsang aktivitas adenil siklase, meningkatkan

konsentrasi cAMP intraseluler sehingga terjadi inhibisi absorbsi Na dan

klorida pada sel vilus serta peningkatan sekresi klorida dan HCO3 pada

sel kripta mukosa usus.

ETEC menghasilkan heat labile toxin (LT) yang mekanisme

kerjanya sama dengan CT serta heatStabile toxin (ST).ST akan

meningkatkan kadar GMP selular, mengaktifkan protein kinase,

fosforilasi protein membran mikrovili, membuka kanal dan mengaktifkan

sekresi klorida (Putri, 2010).


3. Penggolongan obat diare :

a. Kemoterapeutika

Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada

beberapa pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare

yag disebabkan oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian

antimikroba dapat mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin

mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi

kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika

(tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida, furazolidin,

dan kuinolon) (Schanack, 1980).

b. Zat penekan peristaltik usus

Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna

dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh:

Candu dan alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan

antikolinergik (atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi

dan Terapi UI, 2007).

c. Adsorbensia

Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini

adalah mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme

serta melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme

tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang

termasuk kedalam golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin,


garam-garam bismut, dan garam-garam alumunium ) (Departemen

Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau

gabungan antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben

mengikat bakteri dan toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan

dikeluarkan bersama tinja. Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare

antara lain attapulgit aktif, karbon aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin

(Harkness, 1984).

B. Uraian Bahan

1. Oleum Ricini

Nama Resmi : OLEUM RICINI

Nama Lain : Minyak Jarak

Pemerian : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampit tidak

berwarna, bau lemah, rasa manis, kemudian agak pedas,

umumnya memualkan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Laksativa

2. Na. CMC

Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYL CELLULOSUM

Nama Lain : Natrium Karboksimetilselulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau kuning gading, tidak

berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Khasiat : Zat Tambahan

3. Loperamide

a. Komposisi:

Imodium tablet mengandung 2 mg loperamide hydrochloride per

tablet.

b. Farmakodinamik

Loperamide terikat pada reseptor opiat dinding usus sehingga

menghambat pelepasan asetilkolin dan prostaglandin yang

mengakibatkan berkurangnya peristaltic propulsif dan meningkatkan

waktu transit usus.

Loperamide meningkatkan tonus sfingter anus sehingga dapat

mengurangi inkontinensia dan “urgency”.

Loperamide sulit mencapai sirkulasi sitemik karena mempunyai

afinitas yang tinggi terhadap dinding usus dan mengalami metabolisme

lintas pertama yang tinggi.

c. Farmakokinetik

Loperamide mudah diabsorpsi tetapi hampir sempurna diekstraksi oleh

hati, pada waktu dimetabolisme terkonjugasi dan diekskresi melalui

empedu.

Waktu paruh loperamide pada manusia adalah 11 jam dengan kisaran

9-14 jam. Uji distribusi pada tikus menunjukkan afinitas yang tinggi

terhadap dinding usus dan terikat pada reseptor yang terdapat pada

lapisan otot longitudinal. Eliminasi terutama melalui oxidative N-


demethylation yang merupakan jalur metabolik utama loperamide.

Ekskresi loperamide dan metabolitnya terutama melalui feses.

d. Indikasi:

Imodium diindikasikan untuk pasien (usia ≥18 tahun) dengan diare

akut yang nonspesifik dan diare kronik sehubungan

dengan inflammatory bowel disease yang refrakter. Imodium juga

diindikasikan pada pasien dengan ileostomi.

Pasien harus mendapatkan rehidrasi cairan dan elektrolit sesuai

kebutuhan.

Hanya untuk dewasa (≥18 tahun).

e. Efek Samping:

Efek samping yang telah dilaporkan adalah kelainan kulit dan jaringan

subkutan, kelainan sistem imun,kelainan, kelainan ginjal dan urinaria,

kelainan sistem syaraf, Kelainan umum

4. LODIA

a. Komposisi:

Tiap tablet salut selaputm mengandung Loperamida Hidroklorida 2 mg

b. Farmakologi

Loperamida adalah suatu antispasmodik, meskipun mekanisme

kerjanya yang pasti belum dapat dijelaskan. Pada hewan percobaan,

Loperamida menghambat motolitas/peristaltik usus dengan

mempengaruhi secara langsung pada otot sirkular dan longitudinal


dinding usus. pemberian loperamida secara oral sebagian besar tidak

diabsorpsi dan tidak menembus jaringan otak dengan baik.

c. Indikasi

Lodia diindikasikan untuk diare non spesifik akut dan kronik.

d. Efek samping

Umum :

 Kembung, sukar buang air besar, mual, muntah, nyeri perut.

 Reaksi hipersensitif termasuk ruam kulit

 Letih, rasa kantuk, pusing, toksik megakolon.


BAB III

METODE KERJA

A. Alat yang Digunakan

1. Spuit Oral

2. Timbangan

3. Gelas Ukur

4. Tissue

5. Wadah (Baskom)

6. Stopwatch

B. Bahan yang Digunakan

1. Ol. Ricini

2. Na. CMC

3. Lodia

4. Loperamide

C. Prosedur Kerja

1. Timbang BB mencit

2. Mencit yang telah ditimbang kemudian dihitung dosis pemerian obat

3. Lalu mencit tersebut di induksi dengan ol. Ricini

4. Lalu setelah keluar fesesnya, lalu diberikan obat yang sesuai dengan

dosis yang telah dihitung

5. Masukkan kedalam mulut hewan uji dengan spuit oral, dimasukkan

secara perlahan-lahan pastikan obat masuk di saluran pencernaan, setelah

obat sudah masuk tarik secara perlahan-lahan


6. Hewan uji diletakkan di telah diberikan tissue di bagian alasnya agar

dapat menempel feses yang keluar

7. Hitung waktu keluarnya feses yang keluar


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan

BB Waktu Pengamatan Konsis tensi


Hewan Perlakuan
Dosis pengeluara Frekuensi/ 30 menit
Uji
n feses
1 2 3 4
0,13 12’14”
I 20 4 3 1 - Encer
ml
0,19 Encer,
II Lodia 30 12’30” 8 6 3 1
ml lunak
0,18 Encer,
III 29 1’49” 3 2 2 1
ml lunak
20 0,13
I 3’40” 7 - - - Encer
ml
0,15
II Loperamide 24 5’32” 7 - - - Encer
ml
30 0,19
III 3’53” 3 2 1 - Encer
ml
30 0,78 13’9”
I 2 2 2 1 Encer
ml
22 0,57
II Na. CMC 4’13” 9 6 2 1 Encer
ml
29 0,75
III - - - - - -
ml

B. Pembahasan
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa:

B. Saran

Bimbingan dan arahan dari pengawas lebih ditingkatkan demi

kelancaran dan keamanan dalam melakukan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, Ketut. 2004. Sekilas Tentang Diare.http://www.blogdokter.net


/2008/10/30/sekilas-tentang-diare/. [Diakses tanggal 10 April 2011]

Anne, Ahira. 2011. Penyakit Diare Akut. http://www.anneahira.com/diare-


akut.htm. [Diakses tanggal 10 April 2011]

Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika. Hal :


14-4.

Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5.


Jakarta : Penerbit UI Press.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI.

Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat. Bandung : Penerbit ITB.

National Digestive Diseases Information Clearinghouse. 2007. Diarrhea. Available


online at www.digestive.niddk.nih.gov . [Diakses tanggal 10 April 2011]
Putri, Titian.2010.Diare. http://titianputri.blogspot.com/2010/02/diare-
adalah.html . [Diakses tanggal 10 April 2011]
Schanack, W., et al. 1980. Senyawa Obat, Edisi kedua. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
LAMPIRAN

Gambar 1. Hewan Uji (mencit)


Gambar 2. Bahan Obat yang digunakan

Gambar 3. Pemberian Bahan Penginduksi Dan Obat Anti Diare Pada

Hewan Uji Menggunakan Spoit Oral


Gambar 4. Proses pengamatan

Anda mungkin juga menyukai