Anda di halaman 1dari 14

2.

1 Pengendalian Infeksi Dasar


A. Mikroorganisme
Mikroorganisme terdapat di berbagai habitat. Mereka terdapat pada
tubuh kita, di dalam tubuh kita, dan di sekeliling kita. Mikroorganisme juga
dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang berupa bahan
pangan, tanaman dan hewan (Ferdiaz, 1992). Mereka merupakan komponen
penting dalam ekosistem. Pada habitat alaminya, mereka hidup dalam suatu
komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, bersama spesies-
spesies biologi lainnya. Pada komunitas ini, satu spesies mikroba dapat
mempengaruhi spesies lain, beberapa spesies dapat bersifat menguntungkan dan
beberapa spesies dapat bersifat merugikan (Pelczar et al., 1988).
Mikroorganisme adalah sumber yang potensial sebagai bahan baku
untuk produksi enzim. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu:
ekonomis, karena dapat dihasilkan dalam waktu yang cukup pendek dan media
yang cukup murah, kondisi reaksi seperti pH dan temperatur mudah diatur, dan
peningkatan produksi enzimnya dapat dikondisikan dengan cara penambahan
induser tertentu (Wang et al., 1979).
 Tipe Mikroorganisme Penyebab Infeksi
1. Bakteri
Bakteri adalah organisme bersel satu yang terlalu kecil untuk
dapat dilihat kecuali dengan bantuan mikroskop, dengan struktur sel
yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, sitoskeleton, dan organel
lain seperti mitokondria dan kloroplas. Mereka berukuran micron
(1/1000 mm). Seperti juga makhluk hidup lain, bakteri membutuhkan
makanan, air dan suhu yang sesuai untuk hidup dan berkembang biak.
Untuk mendapatkan bakteri yang potensial dilakukan dengan penapisan
mikroorganisme dari lingkungan (Dwijoseputro, 1986).
Umumnya isolat bakteri diperoleh sesuai dengan lingkungan
tempat hidupnya. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan tersebut
biasanya digunakan bakteri sebagai substrat utamanya.
2. Protozoa
Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang
merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista. Seluruh kegiatan
hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organel-
organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria. Ciri-
ciri umum : Organisme uniseluler (bersel tunggal) Eukariotik (memiliki
membran nukleus) Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof) Hidup
bebas, saprofit atau parasit Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup
Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela Ciri-ciri prozoa sebagai
hewan adalah gerakannya yang aktif dengan silia atau flagen, memili
membrane sel dari zat lipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada yang bisa
berubah-ubah. Adapun yang bercirikan sebagai tumbuhan adalah ada
jenis protozoa yang hidup autotrof. Ada yang bisa berubag-ubah. Adapun
yang mencirikan sebagai sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa
yang hidup autotrof. Contoh dari protozoa adalah Entamoeba coli yang
menyebabkan diare.

3. Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel
organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material
hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena
virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya
menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam
nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang
diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid,
glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk
memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang
menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis
organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan
untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan
organisme lain yang tidak berinti sel). Virus sering diperdebatkan
statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan
fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus
selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya
virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau
tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).

4. Algae
Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang
tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan
dapat dianggap tidak memiliki "organ" seperti yang dimiliki tumbuhan
(akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah
digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus. Istilah ganggang pernah
dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di
air lainnya, seperti Hydrilla. Dalam taksonomi yang banyak didukung
para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan dalam satu kelompok
divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-
fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu
kelompok takson tersendiri. Dalam pustaka-pustaka lama, alga selalu
gagal diusahakan masuk dalam satu kelompok, baik yang bersel satu
maupun yang bersel banyak. Salah satu contohnya adalah pemisahan alga
bersel satu (misalnya Euglena ke dalam Protozoa) dari alga bersel banyak
(ke dalam Thallophyta). Belakangan disadari sepenuhnya bahwa
pengelompokan sebagai satu klad tidak memungkinkan bagi semua alga,
bahkan setelah dipisahkan berdasarkan organisasi selnya, karena
sebagian alga bersel satu lebih dekat berkerabat dengan alga bersel
banyak tertentu. Saat ini, alga hijau dimasukkan ke dalam kelompok
(klad) yang lebih berdekatan dengan semua tumbuhan fotosintetik
(membentuk klad Viridiplantae). Alga merah merupakan kelompok
tersendiri (Rhodophycophyta atau Rhodophyceae); demikian juga alga
pirang (Phaeophycophyta atau Phaeophyceae) dan alga keemasan
(Chrysophyceae).

5. Cendawan/Fungi/Jamur
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk
hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh
lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Awam mengenal
sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi,
meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak,
bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit
banyak disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki
penampilan yang sama sekali berbeda (ingat metamorfosis pada serangga
atau katak). Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual.
Perbanyakan seksual dengan cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur
lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan
perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau
fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium.
Di dalam sporangium terdapat spora. Contoh jamur yang membentuk
spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang membentuk tunas adalah
Saccharomyces. Hifa jamur dapat terpurus dan setiap fragmen dapat
tumbuh menjadi tubuh buah. Fungi dulu dikelompokkan sebagai
tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan
karena banyak hal yang berbeda. Fungi bukan autotrof seperti tumbuhan
melainkan heterotrof sehingga lebih dekat ke hewan Usaha menyatukan
fungi dengan hewan pada golongan yang sama juga gagal karena fungi
mencerna makanannya di luar tubuh (eksternal), tidak seperti hewan
yang mencerna secara internal. Selain itu, sel-sel fungi berdinding sel
yang tersusun dari kitin, tidak seperti sel hewan.
 Cara Penularan Mikroorganisme
Proses penyebaran mikroorganisme kedalam tubuh, baik pada manusia
maupun hewan dapat melalui berbagai cara di antaranya :
1. Kontak Tubuh
Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara
langsung maupun tidak langsung. Penyebaran secara langsung
melalui sentuhan dengan kulit, sedangkan secara tidak langsung dapat
melalui benda yang terkontaminasi kuman.

2. Makanan dan Minuman


Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman
yang telah terkontaminasi, seperti pada penyakit tifus abdominalis
penyakit infeksi cacing, dan lain-lain.

3. Serangga
Contoh proses penyebaran kuman melalui serangga adalah
penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk aedes
dan beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat
ditularkan melalui lalat.

4. Udara
Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada
penyebaran penyakit sistem pernapasan (penyebaran kuman
tuberkolosis) atau sejenisnya.

B. Rantai Infeksi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila
mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau
jaringan. Penyakit akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan
perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry : 2005)
Infeksi merupakan pembiakan mikroorganisme pada jaringan
tubuh,terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi
metabolisme, toksin, replikasi intra selular, atau respon antigen-antibodi.
(Kamus Saku Kedokteran Dorland: 1998).

1. Rantai Infeksi
Adalah sebuah model yang digunakan untuk memahami proses
infeksi. Rantai Infeksi terdiri atas : agen infeksi, reservoir, portalkeluar dari
reservoir, cara penularan, dan portal masuk ke dalam host.Pemahaman
karakteristik setiap poin dalam mata rantai dapat membuat perawat
merawat pasien yang rentan dengan infeksi lebih baik lagi. Sebuah
kesadaran siklus ini juga menjadikan perawat lebih berpengetahuan tentang
metode perlindungan diri.

a. Agen Infeksi
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain
bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa
merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient
normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan
berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang
kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal.
Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci
tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan
melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila
gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat
menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme,
virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk
masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari
host/penjamu.

b. Reservoar (Sumber Mikroorganisme)


Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup
baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai
reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda
lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit,
mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen
dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya.
Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme
patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman
akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik
reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu
oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan

c. Portal Of Exit (Jalan Keluar)


Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus
menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host
dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi,
mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika
reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran
pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane
mukosa yang rusak serta darah.

d. Cara Penularan (Transmission)


Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan
berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral,
fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau
balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan
yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.
e. Portal Masuk (Port de Entry)
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk
dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap
masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit
dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh
melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor
yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan
patogen masuk ke dalam tubuh.

f. Daya Tahan Hospes (Manusia)


Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan
terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat
ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang
secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang
besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap
kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia,
keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis,
pemberian obat dan penyakit penyerta.

2. Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien
tergantung dari tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan
kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan
meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan
infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Berbagai komponen dari sistem imun memberikan jaringan
kompleks mekanisme yang sangat baik, yang jika utuh, berfungsi
mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas.
Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik maupun
nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan
pertahanan hospes. Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan
oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes yang
melemah. Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang
berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang
terimunosupres.
Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan
pertahanan hospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak.
Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi
berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan
meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu.
Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode/ Masa Inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya
gejala pertama. Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu,
mumps/gondongan 18 hari.
b. Tahap Prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam
ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini,
mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu
menyebarkan penyakit ke orang lain.
c. Tahap Sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis
infeksi. Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan,
mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi,
pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
d. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi.

3. Tipe Infeksi
a. Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora
yang menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan
berkembang biak tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi
terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses
menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem
pertahanannya tidak efektif dan patogen menyebabkan kerusakan
jaringan.
b. Infeksi lokal
Spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme
tinggal.
c. Infeksi sistemik
Terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan
menimbulkan kerusakan.
d. Bakterimia
Terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
e. Septikemia
Multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik
f. Infeksi akut
Infeksi yang muncul dalam waktu singkat
g. Infeksi kronik
Infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam
hitungan bulan sampai tahun)

C. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau pengahncuran semua
bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik
maupun kimiawi. Strelisisasi juga dapat dikatakan sebagai tindakan untuk
membunuh kuman pathogen atau apatogen beserta spora yang terdapat pada alat
perawatan atau kedokteran dengan cara merembus, menggunakan panas tinggi,
atau bahan kimia. Sterilisasai adalah tahap awal yang penting dari proses
pengujian mikrobiologi. Ada 5 metode umum sterilisasi yaitu :
1. Sterilisasi Uap
Sterilisasi uap dilakukan dengan autoklaf menggunakan uap air dalam
tekanan sebagai pensterilnya. Bila ada kelembapan (uap air) bakteri akan
terkoagulasi dan dirusak pada temperature yang lebih rendah
dibandingkan bila tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran
bakteri oleh uap air panas adalah karena terjadinya denaturasi dan
koagulasi beberapa protein esensial dari organism tersebut :
Prinsip cara kerja autoklaf yaitu untuk mensterilkan berbagai macam
alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 121° C.
Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu
dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi
memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding
dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu
121° C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan
digunakan suhu 121° C atau 249,8° F adalah karena air mendidih pada
suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada
ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 100° C,
sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama,
menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 121° C.
Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium
terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting
ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka
tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121° C untuk
mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada
suhu 121° C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan
akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi
autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup
uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat
tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai
dantimer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi
selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan
hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan
mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat
digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki
endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini
tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini
dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu
ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan
autoklaf telah bekerja dengan baik.

2. Sterilisasi Panas Kering


Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan menggunakan
oven pensteril karena panas kering kurang efektif untuk membunuh
mikroba dibandingkan dengan uap air panas maka metode ini memerlukan
temperature yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang. Sterilisasi
panas kering biasanya ditetapkan pada temperature 160-1700C dengan
waktu 1-2 jam.
Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa
yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air panas, karena sifatnya
yang tidak dapat ditembus atau tidak tahan dengan uap air.Senyawa-
senyawa tersebut meliputi minyak lemak, gliserin (berbagai jenis minyak),
dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air.Metode ini juga efektif untuk
mensterilkan alat-alat gelas dan bedah.
Karena suhunya sterilisasi yang tinggi sterilisasi panas kering tidak
dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan
(contoh:alat ukur) dan penutup karet atau plastik.

3. Sterilisasi dengan penyaringan


Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan
yang mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile).
Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan
gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang
cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan
metode ini.
4. Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk
membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat
berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat. Sterilisasi adalah fenomena
permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi
gas biasanya digunakan untuk bahan yang tidak bisa difiltrasi, tidak tahan
panas dan tidak tahan radiasi atau cahaya.

5. Sterilisasi dengan radiasi


Radiasi sinar gama atau partikel elektron dapat digunakan untuk
mensterilkan jaringan yang telah diawetkan maupun jaringan segar. Untuk
jaringan yang dikeringkan secara liofilisasi, sterilisasi radiasi dilakukan
pada temperatur kamar (proses dingin) dan tidak mengubah struktur
jaringan, tidak meninggalkan residu dan sangat efektif untuk membunuh
mikroba dan virus sampai batas tertentu. Sterilisasi jaringan beku
dilakukan pada suhu -40o Celsius. Teknologi ini sangat aman untuk
diaplikasikan pada jaringan biologi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sterilisasi, di antaranya:
a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih dan masih
berfungsi.
b. Peralatan yang akan disterilisasi harus dibungkus dan diberi label
yang jelas dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah, tanggal
pelaksanaan steril.
c. Penataan alat harus berprinsip semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu
mensteril selesai.
e. Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril.
f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya,
bila terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK).


Jakarta : Cv. Trans Info Media
Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Alih Bahasa: Yusmin Asih, dkk.
Jakarta: EGC.
Azis, Alimul H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai