Anda di halaman 1dari 6

Pencemaran lingkungan laut adalah suatu pencemaran yang disebabkan karena masuknya zat, bahan atau

komponen tertentu ke laut yang dapat menyebabkan potensi yang berbahaya. Pada beberapa kasus pencemaran
yang ada di laut, sebagian terjadi karena bahan kimia yang berbahaya yang berbentuk kecil. Bahan kimia
tersebut dimakan oleh plankton dan binatang lainnya. Karena zat tersebut dimakan oleh plankton, dan plankton
dimakan oleh binatang lainnya hingga akhirnya dimakan oleh manusia, akan membuat manusia yang
memakannya dapat mengalami keracunan. Jika kadar yang ada dalam ikan tinggi, maka potensi keracunan
menjadi lebih besar dan serius.

Penyebabnya diantaranya yaitu karena cairan bahan bakar misalnya oli dan solar dan karena polusi
kebisingan. Kebocoran oli dan solar terjadi karena kurangnya kemampuan dari nelayan ketika melakukan
pengisian solar atau ketika melakukan pembersihan kapal yang membuat cairan solar dan oli tercemar ke laut.

Beberapa dampak yang terjadi karena terjadi pencemaran lingkungan laut diantaranya yaitu:

 Menyebabkan keracunan pada tubuh makhluk hidup yang berhubungan dengan laut misalnya ikan,
burung laut, manusia
 Mengancam kehidupan dan kelangsungan hewan dan tumbuhan yang hidup di laut
 Pencemaran karena polusi kebisingan di laut karena suara tertentu dapat menghalangi komunikasi, radar
yang dimiliki hewan laut misalnya untuk menarik perhatian, melemahkan mangsa, navigasi.

Peraturan dari pemerintah yang mengatur mengenai pencegahan dan penanggulangan pencemaran laut, diatur
dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 1999.

Upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan, pengurangan dari pencemaran laut diantaranya adalah
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya laut bagi kehidupan termasuk manusia, tidak
membuang sampah di laut, ikut menjaga dan melestarikan lingkungan laut.

Sumber Artikel:

http://jokowarino.id/penyebab-dampak-dan-upaya-pencegahan-pencemaran-lingkungan-laut/
Pendahuluan

Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dimilikinya. Sumber daya alam yang meliputi sumber daya alam
hayati maupun non hayati dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam adalah lingkungan alam (environment) yang memiliki nilai untuk
memenuhi kebutuhan manusia (Rita, 2010).
Kekayaan alam di Indonesia terbentuk dari beberapa faktor. Dari segi astronomi, Indonesia berada pada daerah
tropis yang memiliki curah hujan sangat cukup sehingga banyak ragam dan jenis tumbuhan yang tumbuh
secara cepat. Dari segi geologi, Indonesia tepat berada pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga
banyak terbentuk pegunungan yang kayak akan mineral. Dari segi perairan di Indonesia yang kaya akan
sumber daya alam hayati dan hewani, seperti ikan, minyak bumi, dan mineral yang terkandung
didalamnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (selanjutnya disebut PP) No.19/1999 tentang “Pencemaran
Laut” diartikan sebagai masuknya/dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain kedalam
lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu atau fungsinya.

Laut merupakan suatu ekosistem yang kaya akan sumber daya alam termasuk keanekaragaman sumber daya
hayati yang dimanfaatkan untuk manusia. Sebagaimana diketahui bahwa 70% permukaan bumi didominasi
oleh perairan atau lautan. Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, sehingga manusia
harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Berbagai jenis
sumber daya yang terdapat di laut, seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, mangrove, rumput laut,
mineral, minyak bumi, dan berbagai jenis bahan tambang yang terdapat di dalamnya.
Selain untuk keberlangsungan hidup manusia, laut juga merupakan tempat pembuangan sampah dan
pengendapan barang sisa yang diproduksi manusia. Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air
yang mengakibatkan pencemaran itu terjadi, diantaranya dari limbah rumah tangga, sampah, buangan dari
kapal, dan tumpahan minyak dari kapal tanker. Namun, pencemaran yang sering terjadi adalah tumpahan
minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas pantai, maupun akibat kecelakaan kapal.

Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk hidup yang
masuk ke daerah laut. Pencemaran lingkungan laut merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat
bangsa-bangsa. Pengaruhnya dapat menjangkau seluruh aktifitas manusia di laut dan karena sifat laut
yang berbeda dengan darat, maka masalah pencemaran laut dapat mempengaruhi semua negara pantai
baik yang sedang berkembang maupun negara-negara maju, sehingga perlu disadari bahwa semua negara
pantai mempunyai kepentingan terhadap masalah pencemaran laut. Sumber dari pencemaran laut ini
antara lain adalah tumpahan minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan sampah dari transportasi
darat melalui sungai, emisi trasportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian. Namun, sumber utama
pencemaran lebih sering terjadi pada tumpahnya minyak dari kapal tanker. Hasil ekspoitasi minyak bumi
diangkut oleh kapal tanker ke tempat pengolahan minyak bumi (crude oil). Pencemaran minyak bumi
dilepas pantai bisa diakibatkan oleh sistem penampungan yang bocor, atau kapal yang tenggelam yang
menyebabkan lepasnya crude oil ke badan perairan (laut lepas). Dampak dari lepasnya crude oil di
perairan lepas pantai mengakibatkan limbah tersebut dapat tersebar tergantung kepada gelombang air laut.
Penyebaran limbah tersebut dapat berdampak pada beberapa negara. Dampak yang terjadi akibat dari
pencemaran tersebut adalah tertutupnya lapisan permukaan laut yang dapat menyebabkan penetrasi
matahari berkurang, menyebabkan proses fotosintesis terganggu, pengikatan oksigen terganggu, dan
dapat menyebabkan kematian.
Menurut Benny 2002, pencemaran minyak di laut berasal dari:
1. Operasi Kapal Tanker
2. Docking (Perbaikan/Perawatan Kapal)
3. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
4. Tanki Ballast dan Tanki Bahan Bakar
5. Scrapping Kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua)
6. Kecelakaan Tanker (kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan)
7. Sumber di Darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang mengandung hydrocarbon
( perkantoran & industri )
8. Tempat Pembersihan (dari limbah pembuangan Refinery )
Pengaruh minyak pada biota laut
Menurut Furkhon 2010, tumpahan minyak yang tejadi di laut terbagi kedalam dua tipe, minyak yang larut
dalam air dan akan mengapung pada permukaan air dan minyak yang tenggelam dan terakumulasi di
dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Minyak yang mengapung
pada permukaan air tentu dapat menyebabkan air berwarna hitam dan akan menggangu organisme yang
berada pada permukaan perairan, tentu akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang akan digunakan
oleh fitoplankton untuk berfotosintesis, dan dapat memutus rantai makanan pada daerah tersebut, jika hal
demikian terjadi, maka secara langsung akan mengurangi laju produktivitas primer pada daerah tersebut
karena terhambatnya fitoplankton untuk berfotosintesis.
Sementara pada minyak yang tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada
pasir dan batuan-batuan di pantai, akan mengganggu organisme interstitial maupun organime intertidal,
organisme intertidal merupakan organisme yang hidupnya berada pada daerah pasang surut, efeknya
adalah ketika minyak tersebut sampai ke pada bibir pantai, maka organisme yang rentan terhadap minyak
seperti kepiting, amenon, moluska dan lainnya akan mengalami hambatan pertumbuhan, bahkan dapat
mengalami kematian. Namun pada daerah intertidal ini, walaupun dampak awalnya sangat hebat seperti
kematian dan berkurangnya spesies, tumpahan minyak akan cepat mengalami pembersihan secara alami
karena pada daerah pasang surut umumnya dapat pulih dengan cepat ketika gelombang membersihkan
area yang terkontaminasi minyak dengan sangat cepat. Sementara pada organisme interstitial yaitu,
organisme yang mendiami ruang yang sangat sempit di antara butir-butir pasir tentu akan terkena
dampaknya juga, karena minyak-minyak tersebut akan terakumulasi dan terendap pada dasar perairan
seperti pasir dan batu-batuan, dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku, reproduksi, dan pertumbuhan
dan perkembangan hewan yang mendiami daerah tersebut.
Perilaku Minyak di Laut
Senyawa Hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi berupa benzene, touleuna, ethylbenzen, dan
isomer xylena, dikenal sebagai BTEX, merupakan komponen utama dalam minyak bumi, bersifat
mutagenic dan karsinogenik pada manusia. Senyawa ini bersifat rekalsitran, yang artinya sulit mengalami
perombakan di alam, baik di air maupun didarat, sehingga hal ini akan mengalami proses biomagnetion
pada ikan ataupun pada biota laut lain. Bila senyawa aromatic tersebut masuk ke dalam darah, akan
diserap oleh jaringan lemak dan akan mengalami oksidasi dalam hati membentuk phenol, kemudian pada
proses berikutnya terjadi reaksi konjugasi membentuk senyawa glucuride yang larut dalam air, kemudian
masuk ke ginjal (Kompas, 2004).
“Ketika minyak masuk ke lingkungan laut, maka minyak tersebut dengan segera akan mengalami
perubahan secara fisik dan kimia. Diantaran proses tersebut adalah membentuk lapisan ( slick formation ),
menyebar (dissolution), menguap (evaporation), polimerasi (polymerization), emulsifikasi
(emulsification), emulsi air dalam minyak ( water in oil emulsions ), emulsi minyak dalam air (oil in
water emulsions), fotooksida, biodegradasi mikorba, sedimentasi, dicerna oleh planton dan bentukan
gumpalan” (Mukhstasor, 2007).

Hampir semua tumpahan minyak di lingkungan laut dapat dengan segera membentuk sebuah lapisan tipis
di permukaan. Hal ini dikarenakan minyak tersebut digerakkan oleh pergerakan angin, gelombang dan
arus, selain gaya gravitasi dan tegangan permukaan. Beberapa hidrokarbon minyak bersifat mudah
menguap, dan cepat menguap. Proses penyebaran minyak akan menyebarkan lapisan menjadi tipis serta
tingkat penguapan meningkat.
Hilangnya sebagian material yang mudah menguap tersebut membuat minyak lebih padat/ berat dan
membuatnya tenggelam. Komponen hidrokarbon yang terlarut dalam air laut, akan membuat lapisan lebih
tebal dan melekat, dan turbulensi air akan menyebabkan emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
Ketika semua terjadi, reaksi fotokimia dapat mengubah karakter minyak dan akan terjadi biodegradasi
oleh mikroba yang akan mengurangi jumlah minyak.
Proses pembentukan lapisan minyak yang begitu cepat, ditambah dengan penguapan komponen dan
penyebaran komponen hidrokarbon akan mengurangi volume tumpahan sebanyak 50% selama beberapa
hari sejak pertama kali minyak tersebut tumpah. Produk kilang minyak, seperti gasoline atau kerosin
hamper semua lenyap, sebaliknya minyak mentah dengan viskositas yang tinggi hanya mengalami
pengurangan kurang dari 25%.

Dampak dari Pencemaran Minyak di Laut


Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang menyebabkan air laut
berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai
deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik
berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada
plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan. Proses
emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan
embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar (Fakhrudin, 2004). Bahwa dampak-
dampak yang disebabkan oleh pencemaran minyak di laut adalah akibat jangka pendek dan akibat jangka
panjang.
1. Akibat jangka pendek
Molekul hidrokarbon minyak dapat merusak membran sel biota laut, mengakibatkan keluarnya cairan sel
dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan
berbau minyak, sehingga menurun mutunya. Secara langsung minyak menyebabkan kematian pada ikan
karena kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida, dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya.
2. Akibat jangka panjang
Lebih banyak mengancam biota muda. Minyak di dalam laut dapat termakan oleh biota laut. Sebagian
senyawa minyak dapat dikeluarkan bersama-sama makanan, sedang sebagian lagi dapat terakumulasi
dalam senyawa lemak dan protein. Sifat akumulasi ini dapat dipindahkan dari organisma satu ke
organisma lain melalui rantai makanan. Jadi, akumulasi minyak di dalam zooplankton dapat berpindah ke
ikan pemangsanya. Demikian seterusnya bila ikan tersebut dimakan ikan yang lebih besar, hewan-hewan
laut lainnya, dan bahkan manusia. Secara tidak langsung, pencemaran laut akibat minyak mentah dengan
susunannya yang kompleks dapat membinasakan kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di
dasar laut. Ikan yang hidup di sekeliling laut akan tercemar atau mati dan banyak pula yang bermigrasi ke
daerah lain.

Minyak yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi masuknya sinar matahari sampai ke
lapisan air dimana ikan berkembang biak. Menurut Fakhrudin (2004), lapisan minyak juga akan
menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob. Lapisan minyak yang tergenang
tersebut juga akan mempengarungi pertumbuhan rumput laut , lamun dan tumbuhan laut lainnya jika
menempel pada permukaan daunnya, karena dapat mengganggu proses metabolisme pada tumbuhan
tersebut seperti respirasi, selain itu juga akan menghambat terjadinya proses fotosintesis karena lapisan
minyak di permukaan laut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam zona euphotik, sehingga
rantai makanan yang berawal pada phytoplankton akan terputus. Jika lapisan minyak tersebut tenggelam
dan menutupi substrat, selain akan mematikan organisme benthos juga akan terjadi perbusukan akar pada
tumbuhan laut yang ada.
Pencemaran minyak di laut juga merusak ekosistem mangrove. Minyak tersebut berpengaruh terhadap
sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2, dimana akar tersebut akan
tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika minyak mengendap dalam waktu
yang cukup lama akan menyebabkan pembusukan pada akar mangrove yang mengakibatkan kematian
pada tumbuhan mangrove tersebut. Tumpahan minyak juga akan menyebabkan kematian fauna-fauna
yang hidup berasosiasi dengan hutan mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan biota lainnya.
Usaha untuk menjaga pencemaran laut
1) Angkat sampah-sampah dan benda-benda bekas dari area laut.
2) Tidak membuang puntung rokok ke laut saat berada di kapal.
3) Menggunakan barang-barang yang bisa di daur ulang.
4) Mengurangi pembelian produk yang menggunakan bahan plastik.
5) Mendaur ulang sampah yang bisa di daur ulang.

Kesimpulan
Pencemaran laut terjadi apabila dimasukkannya oleh manusia, baik secara langsung maupun tidak
langsung, sesuatu benda, zat atau energi ke dalam lingkungan laut, sehingga menimbulkan akibat
sedemikian rupa kepada alam dan membahayakan kesehatan serta kehidupan manusia dan ekosistem serta
merugikan lingkungan yang baik dan fungsi laut sebagaimana mestinya. Tumpahan minyak menjadi
penyebab utama pencemaran laut. Minyak yang tumpah diakibatkan oleh operasi kapal tanker, docking
(perbaikan/perawatan kapal), terminal bongkar muat tengah laut, tanki ballast dan tanki bahan bakar,
scrapping kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua), kecelakaan tanker (kebocoran
lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan), sumber di darat (minyak pelumas bekas, atau cairan
yang mengandung hydrocarbon ( perkantoran & industri ), dan tempat pembersihan (dari limbah
pembuangan Refinery ).
Daftar Pustaka
Fakhruddin.2004.Dampak Tumpahan Minyak Pada Biota Laut. Jakarta : Kompas
Furkhon.2010. Analisis Pencemaran Laut Akibat Tumpahan Minyak di Laut. Bandung : Unpad
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta : C.V. Andi Offset
Hartanto, Benny. 2008. Oil Spill (Tumpahan Minyak) Di Laut Dan Beberapa Kasus di Indonesia.
Yogyakarta : Bahari Jogja
Juarir Sumardi. 1996. Hukum Pencemaran Laut Transnasional. Bandung : Citra Aditya Bakti
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta : PT Pradnya Paramita
Mochtar kusumaatmadja. 1992. Perlindungan dan Pelertarian Lingkungan Laut Dilihat dari Sudut
Hukum Internasional, Regional, dan Nasional. Jakarta : Sinar Grafika dan Pusat Studi Wawasan
Nusantara

Anda mungkin juga menyukai