Anda di halaman 1dari 3

B.

SEL VOLTA
Peralatan percobaan untuk menghasilkan listrik dengan memanfaatkan energy redoks
spontan disebut sel galvanic atau sel volta, diambil dari nama ilmuwan Italia Luigi Galvani dan
Alessandro Volta yang membuat versi awal dari alat ini (Chang, 2005 : 197).
Sel volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang memberikan aliran
electron lewat rangkaian luar dari suatu zat kimia yang teroksidasi ke zat kimia yang direduksi
(Keenan, 1980).
Suatu sel galvani menghasilkan listrik karena adanya perbedaan daya tarik dua elektroda
terhadap electron, sehingga electron mengalir dari yang lemah ke yang kuat daya tariknya. Jika
daya tarik itu disebut potensial elektroda, maka perbedaan potensial kedua elektroda disebut
potensial sel atau daya gerak listrik (DGL) sel dalam satuan volt (V) (Syukri, 1999 : 527).
Prinsip kerja dari sel volta adalah pemisahan reaksi redoks menjadi 2 bagian, yaitu setengah
reaksi oksidasi di anode dan setengah reaksi reduksi di katode. Ketika anode dan katode yang
dicelupkan dalam suatu elektrolitdihubungkan melaluirangkaian luar berupa kawat, maka elektron
akan mengalir dari anode ke katode. Aliran elektron ini tak lain adalah arus listrik, ini dapat
dibuktikan dari nyala lampu apabila lampu pijar dihubungkan dengan kawat rangakaianluar. Arus
listrik ini disebabkan oleh adanya beda potensial antara anode dan katode yang dapat ditunjukkan
melalui pengukuran dengan menggunakan voltmeter.
Secara umum, sel volta terdiri dari : Anode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi
oksidasi. Karena reaksi oksidasi di anode menghasilkan elektron, maka anode bermuatan negatif
(-). Katode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi. Karena reaksi reduksi menangkap
elektron dari katode, maka katode menjadi bermuatan positif (+). Elektrolit, yaitu zat yang terurai
menjadi ion-ionnya sehingga dapat menghantarkan listrik. Rangkaian luar, yaitu kawat yang
menghubungkan anode dan katodeagar terjadi aliran elektron dari anoda ke katoda.-Jembatan
garam, yaitu rangkaian dalam yang berfungsi untuk menjaga kenetralan muatan lisrik pada larutan
elektrolit.
C. ELEKTRODA (ANODA DAN KATODA)
Mengikuti apa yang dikatakan Michael Faraday, para ahli kimia menyebut sisi
berlangsungnya oksidasi dalam sel elektrokimia sebagai anoda dan sisi berlangsungnya reduksi
sebagai katoda (Oxtoby, 1999 : 378).
Hubungan listrik antara dua setengah – sel harus dilakukan dengan cara tertentu. Kedua
electrode logam dan larutannya harus berhubungan, dengan demikian lingkar arus yang sinambung
terbentuk dan merupakan jalan agar partikel bermuatan mengalir. Secara sederhana electrode
saling dihubungkan dengan kawat logam yang memungkinkan aliran electron. Sel terdiri dari dua
setengah – sel yang elektrodanya dihubungkan dengan kawat dan larutannya dengan jembatan
garam. (Ujung jembatan garam disumbat dengan bahan berpori yang memungkinkan ion
bermigrasi, tetapi mencegah aliran cairan dalam jumlah besar). Potensiometer mengukur
perbedaan potensial antara dua electrode yaitu sebesar 0.463 Volt (V) (Petrucci, 1985).

E. POTENSIAL SEL
Potensial elektroda merupakan ukuran besarnya kecenderungan suatu unsur untuk melepas
atau menyerap elektron. Untuk membandingkan kecenderungan oksidasi atau reduksi dari suatu
elektroda pembanding yaitu elektroda hidrogen. Potensial yang dihasilkan oleh suatu elektroda
yang dihubungkan dengan elektroda hidrogen disebut potensial elektroda.
Ada dua kemungkinan:

 Jika potensial electrode bertanda (+) maka electrode lebih mudah mengalami reduksi.
 Jika potensial electrode bertanda (-) maka electrode lebih mudah mengalami oksidasi.
Harga potensial sel tergantung pada jenis elektroda, suhu, konsentrasi ion dalam larutan, dan
jenis ion dalam larutan. Potensial sel (E˚sel) adalah potensial listrik yang dihasilkan oleh suatu sel
volta. Besarnya potensial sel dari suatu reaksi redoks dalam sel volta dapat ditentukan melalui:

1. Percobaan dengan menggunakan voltmeter atau potensiometer.


2. Perhitungan berdasarkan data potensial elektroda unsur-unsur sesuai dengan reaksinya.
Dua aturan yang cocok untuk menghitung daya gerak listrik suatu sel penentuan reaksi sel,
dan untuk menentukan apakah reaksi sel seperti tertulis berlangsung spontan daya gerak listrik sel
E0 adalah daya gerak listrik bila semua konstituen terdapat pada keaktifan satu.
1) Daya gerak listrik suatu sel sama dengan potensial elektroda standar elektroda katode dikurangi
potensial elektroda anode.
E0 sel = E0 katode - E0anode
Hasil E0 sel > 0 menyatakan reaksi berlangsung spontan, dan E0 sel < 0 maka menyatakan reaksi
berlangsung tidak spontan.
2) Reaksi yang berlangsung pada anode ditulis sebagai reaksi oksidasi dan reaksi yang berlangsung
pada anode ditulis sebagai reaksi oksidasi dan reaksi yang berlangsung pada katode adalah reaksi
reduksi. Reaksi sel adalah jumlah dari kedua reaksi ini.

F. REAKSI
Syarat reaksi redoks berlangsung spontan, yaitu logam untuk anoda terletak sebelah kiri
logam untuk katoda dalam deret volta.
Deret Volta merupakan urutan logam-logam (ditambah hidrogen) berdasarkan kenaikan
potensial elektroda standarnya.
Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb H Cu Hg Ag Pt Au
Semakin ke kiri letak suatu logam dalam deret volta, maka logam tersebut semakin mudah
teroksidasi. Sebaliknya, semakin ke kanan suatu logam dalam deret volta, maka logam tersebut
semakin mudah tereduksi. Oleh karena itu, untuk melindungi suatu logam dari reaksi oksidasi
(perkaratan) maka logam tersebut perlu dihubungkan dengan logam yang letaknya lebih kiri dari
logam tersebut dalam deret volta atau disebut sebagai perlindungan katodik. (Oxtoby, 1999)

G. ELEKTROLIT

Gambar 1. Uji nyala pada larutan elektrolit


Elektrolit adalah senyawa kimia yang akan terpisah menjadi ion-ion jika dilarutkan dalam
sebuah pelarut atau zat cair, hasil dari pemisahan ini berupa ion-ionakan menghasilkan larutan
yang dapat menghantarkan listrik. Fungsi larutan elektrolit adalah sebagai penghantar arus dan
penambah ion logam pelapis. Elektrolit diklasifikasikan berdasarkan kandungan ion H+. Di dalam
larutan terdapat ion positif (+) dan ion negatif (-). Dengan adanya ion tersebut dalam larutan
menimbulkan beda potensial listrik (tegangan listrik), karenaadanya beda potensial, arus listrik
dapat mengalir sehingga larutan dapat menghantar listrik. Elektrolit diklasifikasikan berdasarkan
kemampuan dalam menghantarkan arus listrik. Elektrolityang dapat mengahantarkanarus listrik
dengan baik digolongkan ke elektolik kuat,contohnya seperti asam klorida (HCL), asam nitrat
(HNO3), dan asam sulfat (H2SO4).Sedangkan golongan elektrolit lemah seperti aluminium
hidroksida Al(OH)3, asam (cuka) encer (CH3COOH), dan kalium karbonat (KaCO3).Perbedaan
dari larutan elektrolit kuat dan lemah terletak pada jumlah partikel ion (mol ion) dari tiap 1 mol
zat. (Petrucci, 1985).

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Keenan, Charles W.1980.Ilmu Kimia Untuk Universitas Edisi Keenam Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Oxtoby, David W.1999. Kimia Modern Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph H.1985.Kimia Dasar Prinsip Dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta :
Erlangga.
Syukri, S. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai