PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan
yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia adalah timbulnya
atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi
penyempitan pembuluh darah yang unik, yang tidak terjadi pada setiap orang selama
kehamilan (Indiarti, 2009 & Cuningham, 2010). Perdarahan, infeksi, dan eklampsia,
merupakan komplikasi yang tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin
saja terjadi pada ibu hamil yang telah diidentifikasikan normal (Senewe &
Sulistiawati, 2016).
10% dari kehamilan. Insiden dari preeklampsia awal bervariasi di seluruh dunia.
2006). Pada sisi lain insiden dari eklampsia pada negara berkembang sekitar 1 kasus
per 100 kehamilan sampai 1 kasus per 1700 kehamilan. Pada negara Afrika seperti
Afrika Selatan, Mesir, Tanzania dam Etiopia bervariasi sekitar 1,8% sampai dengan
Ige, 2011).
lainnya. Kematian ibu akibat komplikasi dari kehamilan dan persalinan tersebut
terjadi pada wanita usia 15-49 tahun diseluruh dunia (Widyawati, 2010). Indonesia
merupakan negara yang mempunyai AKI tertinggi di ASEAN. Pada tahun 2010,
Kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh multifaktor, baik faktor secara langsung
maupun faktor tidak langsung, 90% kematian ibu disebabkan oleh faktor langsung
yaitu terjadlnya komplikasi pada saat kehamilan dan segera setelah bersalin dengan
rincian 28% akibat pendarahan, 24% akibat eklampsia dan 11% akibat infeksi.
Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain ibu hamil yang kurang asupan energi
atau kekurangan energi protein sebesar 37%, dan adanya kejadian anemia sebesar
40% (Depkes RI, 2001). Salah satu penyebab kematian terbanyak adalah
berkembang dibanding pada negara maju. Hal ini disebabkan oleh karena di negara
paritas, ras, faktor genetik dan lingkungan. Kehamilan dengan preeklampsia lebih
penyakit hipertensi kronis, diabetes melitus dan penyakit ginjal (Baktiyani, 2005).
eklampsia di negara berkembang masih tinggi. Preeklampsia salah satu sindrom yang
dijumpai pada ibu hamil di atas 20 minggu terdiri dari hipertensi dan proteinuria
jumlah kematian ibu masih sangat tinggi yaitu 228 kematian pada setiap 100.000
kasus dimana penyebab kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal,
seperti pendarahan yang mencapai 28%, eklampsia atau keracunan saat kehamilan
infus dan transfusi dan peranan antibiotik yang semakin meningkat, maka penyebab
kematian ibu karena perdarahan dan infeksi dapat diturunkan dengan nyata. Namun
tuanya kehamilan, umumnya pada Primigravida Triwulan III, umur diatas 35 tahun,
bisa dijadikan penyebab pada kejadian preeklampsia dan eklampsia (Mochtar, 2006).
pencegahan pada kondisi yang lebih berat (preeklampsia berat) (Rejeki dan Hayati,
2005).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 dilaporkan bahwa pemeriksaan
kehamilan oleh tenaga kesehatan sudah lebih baik, yaitu 84%. Akan tetapi masih ada
kehamilan ke dukun. Selain itu diketahui akses (K1) adalah 92,8% ibu hamil
menggeser Perdarahan dan Infeksi. Fakta ini terungkap dalam Simposium Pelantikan
Dokter Periode 163 Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta (Kompas, 2008).
Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan
normal selama kehamilan. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh
wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan
kehamilan serta dapat mengancam jiwanya. Tujuan utama dari asuhan antenatal
adalah untuk mempersiapkan ibu dan bayinya dalam keadaan sehat dengan cara
membangun hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi tanda bahaya yang
kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas,
terlatih dan terdidik dalam bidang kesehatan. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap trimester dan trimester
terakhir sebanyak 2 kali (Kartika, 2010). Dengan kunjungan ANC yang teratur dan
rutin dapat diketahui tanda-tanda preeklampsia, yang sangat penting dalam usaha
pembengkakan paru-paru, kolaps pada sistem pembuluh darah dan eklampsia. Risiko
preeklampsia pada janin antara lain plasenta tidak mendapat asupan darah yang
cukup, sehingga janin bisa kekurangan oksigen dan makanan Hal ini dapat
menimbulkan rendahnya bobot tubuh bayi ketika lahir dan juga menimbulkan
masalah lain pada bayi seperti kelahiran prematur sampai dengan kematian pada saat
Keluarga Harapan (PKH) adalah antenatal care, gizi ibu hamil (tablet zat besi) dan
(2004) menyatakan bahwa ibu hamil mempunyai risiko 1,5 kali lebih besar untuk
Menurut hasil penelitian Langelo (2012) di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah
bayi sehingga semuanya berjalan lancar dengan nilai OR 2,72 (95% CI). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rozanna (2009) menunjukkan bahwa ibu yang tidak
diperlukan agar setiap keluhan dapat ditangani sedini mungkin dan informasi yang
penting bagi ibu hamil dapat tersampaikan sehingga angka kematian ibu dapat
faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan
penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri (Kandrawilko,
2009).
20015 tentang kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Pirngadi Medan dan Rumah
Sakit Haji Adam Malik tahun 2014 bahwa masalah yang sering dihadapi pada
antenatal secara teratur dan sering datang terlambat ke rumah sakit. Sekitar 40%
serangan kejang pada penderita eklampsia biasanya terjadi sebelum penderita masuk
ke rumah sakit.
Konseling yang diberikan petugas kesehatan dapat membantu ibu untuk
kehamilannya. Selain itu penyebab kematian ibu dan perinatal dapat dicegah dengan
cakupan kesehatan ibu yang dicapai pada tahun 2009 masing-masing sebesar 94%
untuk akses pelayanan antenatal (cakupan ibu hamil K1), 84% untuk cakupan
trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III. Namun jika terdapat
teratur jika pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan dan tidak teratur jika ibu
hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan kurang dari 2 kali kunjungan (WHO,
2006).
kasus (5,1%) dari 1431 persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31
kasus (0,9%) serta di RSU kabupaten tangerang terdapat kasus PEB sebanyak 982.
preeklampsia berat/eklampsia per 531 (8,1%) kehamilan. Pada tahun 2011 ditemukan
73 kasus per 644 (11,3%) kehamilan. Berdasarkan data tersebut terjadi peningkatan
antenatal care yang pernah dilakukan ibu hamil sehingga tidak dapat mendeteksi dini
secara dini gangguan kesehatan yang dialami selama kehamilan dan kunjungan
dengan preeklampsia dapat terjadi pada wanita yang sebelumnya mempunyai tekanan
darah yang normal. Kehamilan dengan preeklampsia dapat dicegah, jika sebelumnya
ibu patuh dalam melakukan antenatal care. Sebab tidak semua ibu hamil dapat dan
mau melaksanakan perawatan kehamilan secara teratur dan patuh terhadap nasehat
eklampsia setiap tahun. Pada tahun 2011 terdapat 32 kasus preeklampsia dan pada
baik pada ibu hamil. Pengetahuan yang diberikan berupa tentang manfaat diet dan
istirahat yang berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring,
dalam hal ini yaitu dengan mengurangi pekerjaan sehari-hari dan dianjurkan lebih
banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat,
garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan sangat dianjurkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. apa yang dimaksud PEB?
2. apa penyebab PEB ?
3. bagaimana perjalanan penyakit PEB?
4. bagaimana tanda dan gejalan yang mencul pada penderita PEB?
5. bagaimana penatalaksanan pada PEB ?
6. bagaimana konsep dasar keperawatan pada klien dengan PEB ?
C. TUJUAN PENULISAN
Memahami tentang penyakit PEB yang ditinjaudari konsep dasar medik meliputi
definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan serta konsep dasar asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa serta
implementasi dan evaluasi keperawatan pada klien dengan preeklamsi berat.