Anda di halaman 1dari 17

Selamat Datang di Sumber Materi Keperawatan

SENIN, 09 DESEMBER 2013

Askep Pre/Post Op CABG

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PRE DAN POST OPERASI CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT ( CABG )

Oleh : Marlisa, M.Kep

1. PENGERTIAN

Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan salah satu penanganan intervensi dari penyakit Jantung
Koroner (PJK), dengan cara membuat saluran baru melewati arteri koroner yang mengalami penyempitan
atau penyumbatan (Feriyawati, 2005).

Coronary artery bypass grafting (CABG) merupakan tandur alih pintas arteri koroner ( Graf, H. Huon.
2005. Lecture Notes Kardiologi. Jakarta: Erlangga ).

Coronary Artery Bypass Grafting, atau Operasi CABG, adalah teknik yang menggunakan pembuluh darah
dari bagian tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi pemasokan
darah ke jantung. CABG bertujuan untuk membuat rute dan saluran baru pada arteri yang terbendung
sehingga oksigen dan nutrisi dapat mencapai otot jantung.

Yang di maksud pra bedah adalah periode sejak di ambilnya keputusan bedah sampai dengan
pengiriman pasieen ke ruang bedah.

2. ETIOLOGI

Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam
pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses
seperti penimbunan jarinrangan ikat, perkapuran, pembekuan darah, yang kesemuanya akan
mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di
daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang
cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal
dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Beberapa faktor resiko terpenting penyakit jantung koroner :

Kadar kolesterol total dan LDL tinggi.

Kadar kolesterol ADL rendah

Hipertensi

Merokok

Diabetes mellitus

Kegemukan

Riwayat penyakit jantung dalam keluarga

Stress

3. PATOFISIOLOGI

Pada keadaan normal terdapat keseimbangan antara aliran darah arteri koronaria dengan kebutuhan
miokard. Pada CAD menunjukkan ketidakseimbangan antar aliran darah arterial dan kebutuhan
miokardium.

Keseimbangan ini dipengaruhi oleh :

· Aliran darah koroner

· Kepekaan miokardium terhadap iskhemik

· Kadar oksigen dalam darah

Aliran darah arterial yang berkurang hampir selalu disebabkan oleh arteriosklerosis.

Arteriosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteria koronaria sehingga
secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka resistensi
terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium. Bila penyakit ini
semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan diikuti perubahaan vaskuler yang mengurangi
kemampuan pembuluh untuk melebar.Dengan demikian keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen genting, membahayakan myokardium distal dan daerah lesi. Lesi yang bermakna secara klinis,
yang dapat menyebabkan iskemi dan disfungsi miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75 % lumen
pembuluh darah. Langkah akhir proses patologis yang menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi
dengan cara berikut :

1. Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plak


2. Perdarahan pada plak ateroma

3. Pembentukan trombus yang diawali agregrasi trombosit

4. Embolisasi trombus / fragmen plak

5. Spasme arteria koronaria

Lesi-lesi arteroskleosis biasanya berkembang pada segmen epikardial proksimal dari arteria koronaria
yaitu pada temapat lengkungan yang tajam, percabangan atau perlekatan. Pada tahap lebih lanjut lesi-
lesi yang tersebar difus menjadi menonjol

4. MANIFESTASI KLINIK

a) Sesak nafas mulai dengan nafas yang terasa pendek sewaktu melakukan aktifitas yang cukup berat
yang biasanya tak menimbulkan keluhan. Makin lama sesak makin bertambah, sekalipun melakukan
aktifitas ringan

b) Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan keram di ekstremitas bawah, terjadi selama atau
setelah olahraga peka terhadap rasa dingin.

c) Perubahan warna kulit

d) Nyeri dada kiri seperti di tusuk-tusuk atau di iris-iris menjalar ke lengan kiri

e) Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih intensif dan lama serta tidak sepenuhnya hilang
dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin

f) Dada rasa tertekan seperti di tindih benda berat, rasa tercekik

g) Rasa nyeri kadang di daerah epigastrium dan bisa menjalar ke punggung

h) Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin dan lemas.

5. KOMPLIKASI

a) Pada Pre Operasi

1. Angina (atau yang sesuai dengan angina)

2. Kecemasan berat yang memerlukan obat antiolitik (pengurang kecemasan)

3. Henti jantung

b) Pada Post Operasi


1. Komplikasi jantung, yaitu gagal jantung kongesif, infark miokardium, henti jantung, disritmia.

2. Komplikasi paru, yaitu edema paru, emboli paru, efusi pleura, pneumo atau hematotoraks, gagal
napas, sindrom distress napas dewasa.

3. Perdarahan

4. Komplikasi neurologis, yaitu cedera serebrovaskuler, emboli udara.

5. Nyeri

6. Gagal ginjal, akut atau kronis

7. Ketidakseimbangan elektrolit

8. Gagal hati

9. Koagulopati

10. Infeksi, sepsis

6. PENATALAKSANAAN

a) Pre Operasi

Tujuan utama mencakup:

1. Pengurangan ketakutan

2. Mempelajari mengenai prosedur pembedahan

3. Tidak adanya komplikasi

Persiapan penderita Pre Operasi

1. Persiapan Mental

Menyiapkan pasien secara mental siap menjalani operasi, menghilangkan kegelisahan menghadapi
operasi, yaitu melalui cara wawancara dengan dokter bedah dan kardialog tentang indikasi operasi,
keuntungan operasi, komplikasi operasi dan resiko operasi. Diterangkan juga hal-hal yang akan dialami
atau akan dikerjakan dikamar operasi dan ICU maupun alat yang akan dipasang, juga termasuk puasa,
rasa sakit pada daerah operasi dan kapan drain dicabut.

2. Persiapan Medikal
a. Obat-obatan

§ Semua obat-obatan antikoagulan harus dihentikan 1 minggu sebelum operasi ( minimal 3 hari sebelum
operasi ).

§ Aspirin dan obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum operasi.

§ Digitalis dan diuretic dihentikan 1 hari sebelum operasi.

§ Antidiabetik diteruskan dan bila perlu dikonversi dengan insulin injeksi selama operasi.

§ Obat-obatan jantung diteruskan sampai hari operasi.

§ Antibiotika hanya diberikan untuk propilaksis dan diberikan waktu induksi anestesi dikamar operasi,
hanya diperlukan test kulit sebelum operasi untuk mengetahui apakah ada alergi atau tidak.

b. Laboratorium 1 hari sebelum operasi antara lain :

§ Hematologi lengkap + hemostasis

§ LFT

§ Ureum, creatinin

§ Gula darah

§ Urine lengkap

§ Enzime CK dan CKMB untuk CABG

§ Hb S Ag

§ Gas darah

Bila ada kelainan hemostasis atau factor pembekuan harus diselidiki penyebabnya dan bila perlu operasi
ditunda sampai ada kepastian bahwa kelainan tersebut tidak akan menyebabkan perdarahan pasca
bedah.

c. Persiapan Darah untuk Operasi

Permintaan darah ke PMI terdiri dari:

Packad cell : 750 cc

Frash Frozen Plasma : 1000 cc

Trombosit : 3 unit

Permintaan darah ke PMI minimal 1 hari sebelum melakukan operasi.


d. Mencari Infeksi Fokal

Dicari gigi berlobang atau tonsillitis kronis dan dikonsultasikan ke bagian THT dan gigi. Kelainan kulit
seperti dermatitis dan furunkolosis atau bisul harus diobati terlebih dahulu dan tidak dalam masa
inkubasi atau infeksi penyakit menular.

e. Fisioterapi Dada

Berguna untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk mengajarkan bagaimana
caranya mengeluarkan sputum. Bila menderita asthma dan penyakit paru obstruktif menahun (PPOM)
maka fisioterapi harus lebih intensif dikerjakan dan kadang-kadang spirometri juga membantu untuk
melihat kelainan yang dihadapi. Jika diperlukan, konsultasikan ke dokter mengenai problem tersebut.

f. Perawatan sebelum operasi

Perawatan sebelum operasi ini merupakan persiapan yang matang dari poliklinik maka perawatan
sebelum operasi dapat diperpendek misalnya 1-2 hari sebelum operasi. Bertujuan untuk mempersiapkan
mental pasien dan menghindari kebosanan di Rumah Sakit.

b) Post Operasi

Tujuan utama meliputi restorasi curah jantung, pertukaran gas yang adekuat, pemeliharaan
keseimbangan cairan dan elektrolit, berkurangnya gejala penginderaan yang berlebihan, penghilangan
nyeri, usaha untuk beristirahat, pemeliharaan perfusi jaringan yang memadai, pemeliharaan perfusi
ginjal yang memadai, pemeliharaan suhu tubuh normal, mempelajari aktivitas perawatan diri dan tidak
adanya komplikasi.

Perawatan ini dimulai pada saat pasien di ruang ICU. Perawatan pada post Operasi meliputi:

1.Perawatan di ICU

a. Monitoring Hermodinamik

Setiap pasien dianjurkan 1 perawat yang bertanggungjawab menangani selama 24 jam. Pemantantauan
yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah:

§ CVP, RAP, LAP

§ Denyut Jantung

§ “Wedge pressure” dan PAP

§ Tekanan Darah

§ Curah jantung
§ Obat-obatan inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosis, rute dan lain-lain.

§ Alat lain seperti IABP, pach jantung untuk membantu.

b. EKG

Pemantauan ini harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung
seperti AV, VES, blok atrioventrikel. Pencatatan EKGini harus lengkap minimal 1 kali sehari dan
tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar jantung yang
membahayakan.

c. Sistem Pernapasan

Biasanya pasien dari kamar operasi masih belum sadar. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan
dilihat:

§ Tube dan ukuran yang dipakai, melalui mulut atau hidung

§ Tidak volume dan minut volume, RR, Fi O 2, PEEP.

§ Dilihat aspirat yang keluar dari bronchus atau tube, apakah lendirnya normal, kehijauan, kental, atau
berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru.

d. Sistem Neurologis

Kesadaran dilihat dari atau waktu pasien mulai bangun atau masih diberikan obat-obatan sedative
pelumpuh obat. Bila pasien mulai bangun maka disarankan untuk menggerakan ke 4 ekstremitasnya.

e. Sistem Ginjal

Dilihat produksi urin tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat hemolisis dan lain-lain.

f. Gula Darah

Bila pasien diabet maka kadar gula darah harus di kerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin
memerlukan infuse insulin.

g. Laboratorium

Setelah di ICU perlu diperiksa:

§ HB, HT, trombosit


§ ACT

§ Analisa gas darah

§ LFT/ Albumin

§ Ureum, kretinin, gula darah

§ Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner

h. Drain

Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah
drain tiap waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi dikerjakan tiap ½ jam atau
¼ jam.

i. Foto Thoraks

Pemeriksaan ini segera setelah di ICU untuk melihat ke CVP, kateter swan ganz. Bila jantung normal,
penyapihan terhadap respirator segera di mulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca
bedah.

j. Fisioterapi

Harus segera dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting
untuk mencegah retensi sputup (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).

2.Perawatan setelah di ICU (di ruangan)

Setelah keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ terus dilanjutkan. Pemeriksaan
hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB. Hari
berikutnya periksa dan lihat keadaanya antara lain:

§ Elektrolit thrombosis

§ Ureum

§ Gula darah

§ Thorak foto

§ EKG 12 lead

Hari ke 4 : Lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi

Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thorak tegak.

Hari ke 6 sampai 10 pemeriksaan atas indikasi, misalnya thrombosis.


Diberikan obat-obatan seperti analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan mengganggu
pernapasan pasien. Obat-obatan lain seperti hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus sudah dimulai,
expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke
7 atau sampai pasien pulang.

Pada perawatan luka, bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkok pada luka apalagi
dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya sehingga nanah yang ada bisa
keluar. Dan dikompres dengan antiseptik.

7. PENGKAJIAN FOKUS

a. DEMOGRAFI

Biodata pasien yang meliputi :

1) Identitas pasien

a) Nama

b) Umur

c) Jenis Kelamin

d) Agama

e) Status perkawinan

f) Pendidikan

g) Pekerjaan

h) Tanggal Masuk

i) No. Register

j) Diagnosa medis

2) Penanggung jawab

a) Nama

b) Umur

c) Jenis Kelamin

d) Pendidikan
e) Pekerjaan

f) Hubungan dengan pasien

b. RIWAYAT KESEHATAN

Pengkajian harus lengkap dan didokumentasikan dengan baik karena merupakan landasan sebagai
pembanding post operasi. Melakukan anamnesa mengenai riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan lalu dan riwayat kesehatan keluarga. Serta mengamati simtomatologi pasien tentang adanya
nyeri dada, hipertensi, berdebar-debar, sianosis, dispneu, nyeri tungkai, edema dan mengeksplorasi
mengenai terapi obat-obatan, penggunaan obat, alkohol dan tembakau.

c. DATA FOKUS TERKAIT PERUBAHAN FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1) Pre Operasi

Dilakukan pemeriksaan fisik lengkap yang meliputi:

a) Keadaan umum dan tingkah laku

b) Tanda-tanda vital.

c) Status nutrisi dan cairan, berat dan tinggi badan.

d) Inspeksi dan palpasi jantung, menentukan titik impuls maksimal (PMI = poit of maximal impulse),
pulsasi abnormal, thrill.

e) Auskultasi jantung, mencatat frekuensi nadi, irama, dan kualitasnya, snap, klik, murmur, friction rub

f) Tekanan vena jugularis.

g) Denyut nadi perifer.

h) Edema perifer.

2) Post Operasi

a) Status neurologi: tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, reflex, gerakan
ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.

b) Status jantung: frekuensi dan irama jantung, CVP, curah jantung, tekanan arteri paru, PAWP, saturasi
oksigen arteri paru, drainase rongga dada, status serta fungsi pacu jantung.
c) Status respirasi: gerakan dada, suara nafas, setting ventilator (frekuensi, volume tidal, konsentrasi
oksigen, mode)

d) Status pembuluh darah perifer:denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, bibir dan cuping
telinga, suhu, edema, kondisi balutan dan pipa invasive.

e) Fungsi ginjal: haluaran urine, berat jenis urin dan osmolaritas

f) Status cairan dan elektrolit: intake dan output, nilai laboratorium untuk kalium, natrium, calcium

g) Nyeri: sifat, jenis, lokasi, durasi, respon terhadap analgesic. Pasien yang menjalani CABG dengan
arteri mamaria interna dapat mengalami parestesis sementara atau menetap nervus ulnarispada sisi
yang sama dengan graf yang diambil. Pasien yang menjalani CABG dengan arteri gastroepiploik juga
dapat mengalami ileus selama beberapa waktu dan akan mengalami nyeri abdomen pada tempat insisi
selain nyeri da

d. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pre Operasi

a) Kateterisasi Jantung

2) Post Operasi

a) Hemoglobin/ hematrokit

b) Pemeriksaan koagulasi

c) Elektrolit

d) GDA

e) Nadi Oksimetri

f) BUN/ kreatinin

g) Amilase

h) Glukosa

i) Enzim jantung/ isoenzim

j) Foto dada

k) EKG

l) Angiografi jantung
m) Pemeriksaan nuklir

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Pre Operasi

1) Takut sehubungan dengan prosedur pembedahan , hasil pembedahan yang belum jelas, dan takut
akan kehilangan keadaan sehat.

2) Kurangnya pengetahuan mengenai prosedur pembedahan dan perjalanan post operasi.

b) Post Operasi

Berdasarkan pada data pengkajian dan jenis prosedur bedah yang dilakukan, diagnosis utama
keperawatan mencakup berikut:

1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan gangguan fungsi miokardium.

2) Risiko gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan gangguan
volume darah.

3) Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan iritasi pleura akibat selang dada.

4) Risiko gangguan perfusi ginjal berhubungan dengan berkurangnya curah jantung, hemolisis, atau
terapi obat vasopresor.

5) Risiko terjadi hipertermia berhubungan dengan terjadinya infeksi atau sindrom panca perikardium.

6) Kurang pengetahuan mengenai aktivitas asuhan diri.

9. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL

a) Pre Operasi

Dx: Takut sehubungan dengan prosedur pembedahan , hasil pembedahan yang belum jelas, dan takut
akan kehilangan keadaan sehat

Intervensi Keperawatan

Rasional

Mengurangi Ketakutan
1. Pasien dan keluarga diberi kesempatan untuk mengekspresikan ketakutannya.

2. Diskusi ketakutan pasien

Dx: Kurangnya pengetahuan mengenai prosedur pembedahan dan perjalanan post operasi.

Intervensi Keperawatan

Rasional

Penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah

1. Penyuluhan didasarkan pada kebutuhan yang telah dikaji

2. Menginformasikan mengenai persiapan fisik

3. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pasien

b) Post Operasi

Dx: Penurunan curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan gangguan fungsi miokardium.

Intervensi Keperawatan

Rasional

1. Pantau kasus kardiovaskuler, pembacaan perkala tekanan darah arteri, etrium kiri, arteri pulmonalis,
tekanan baji arteri pulmonalis, tekanan vena sentral, curah jantung, tekanan vaskuler sistemik dan
pulmonal, irama frekuensi jantung dicatat dan dihubungkan dengan kondisi pasien.

1. Efektivitas curah jantung ditentukan oleh pemantauan hermodinamika.

2. Observasi adanya perdarahan persisten drainase darah yang terus menerus dan menetap, hipotensi,
CVP rendah, takikardi, persiapkan pemberian produk darah, larutan intravena.

2. Perdarahan dapat terjadi akibat insisi jantung, kerapuhan jaringan, trauma jaringan, gangguan
pembekuan.

3. Observasi gagal jantung, hipotensi, peninggian PAWP, PAD, CVP dan tekanan atrium kiri, takikardi,
gelisah, agitasi, sianosis, distensi vena, dispnu, asites. Persiapkan pemberian diuretik dan digitalis.

3. Gagal jantung yang terjadi akibat penurunan aksi pemompaan jantung dapat mengakibatkan
berkurangnya perfusi kejaringan organ.
4. Melalukan observasi adanya infark miokardium. Lakukan pemeriksaan EKG dan isoenzim berkala.
Membedakan nyeri miokardium dengan bekas irisan bedah.

4. Gejala bisa ditutup oleh tingkat kesadaran pasien dan obat anti nyeri

Dx: Risiko gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan gangguan volume
darah.

Intervensi Keperawatan

Rasional

1. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

1. Volume sirkulasi darah yang adekuat penting untuk aktivitas seluler yang optimal, asidosis metabolic
dan ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi setelah pemakaian pintasan jantung paru.

2. Waspada terhadap perubahan kadar elektrolit serum

2. Konsentrasi elektrolit tertentu sangat penting baik dalam cairan tubuh intrasesuler dan ekstraseluler
untuk mempertahankan kehidupan.

Dx: Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan iritasi pleura akibat selang dada

Intervensi Keperawatan

Rasional

1. Catat sifat, jenis, lokasi dan durasi nyeri.

1. Nyeri dan kecemasan meningkatkan kecepatan denyut, konsumsi oksigen dan beban kerja jantung.

2. Bantu pasien membedakan antara nyeri bedah dengan nyeri angina

2. Nyeri angina memerlukan penanganan segera

3. Anjurkan penggunaaan obat nyeri rutin selama 24 jam sampai 72 jam pertama dan observasi efek
samping letergi hipotensi takikardi, depresi pernapasan

3. Analgesik akan memperbaiki istirahat, mengurangi konsumsi oksigen akibat nyeri, dan membantu
pasien melakukan latihan tarik napas dalam dan batuk efektif
Dx: Risiko gangguan perfusi ginjal berhubungan dengan berkurangnya curah jantung, hemolisis, atau
terapi obat vasopresor.

Intervensi Keperawatan

Rasional

1. Lakukan pengkajian fungsi ginjal

1. Cedera ginjal dapat disebabkan oleh berkurangnya perfusi, hemolisis, curah jantung rendah, dan
penggunaan bahan vasopresor untuk meningkatkan tekanan darah.

2. Persiapkan pemberian diuretic kerja cepat atau obat inotropika

2. Memperbaiki fungsi ginjal dan peningkatan curah jantung dan aliran darah ginjal

3. Persiapkan dealisis peritoneal atau homodialisis bila ada indikasi

Dx: Risiko terjadi hipertermia berhubungan dengan terjadinya infeksi atau sindrom panca perikardium.

Intervensi Keperawatan

Rasional

1. Lakukan pengkajian suhu setiap jam

1. Demam dapat menunjukan adanya proses infeksi atau adanya sindrom pasca perikardiotomi

2. Gunakan tehnik steril saat mengganti balutan, hisap selang endotrakeal, jaga system tertutup untuk
semua jalur intravena dan intraarterial dan untuk kateter urine.

2. Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi

3. Observasi adanya gejala sindrom pasca perikardiotomi, demam, malese, efusi pericardium, friction-
rub perikardial, nyeri sendi

3. Terjadi pada 10% sampai 40% pasien setelah bedah jantung

4. Berikan bahan anti radang sesuai petunjuk

4. Hilangnya gejala peradangan

Dx: Kurang pengetahuan mengenai aktivitas asuhan diri.


Intervensi Keperawatan

Rasional

1. Kembangkan rencana penyuluhan untuk pasien dan keluarganya

1. Tiap pasien mempunyai kebutuhan belajar yang unik

2. Berikan beberapa kali pertemuan pengajaran untuk penekanan dan menjawab pertanyaan

2. Pengulangan akan menguatkan dengan memungkinkan penjelasan kesalahan informasi.

3. Libatkan keluarga pada semua pertemuan penyuluhan

3. Anggota keluarga yang bertanggung jawab akan perawatan di rumah biasanya cemas dan
memerlukan waktu yang cukup untuk mempelajari

4. Memberikan informasi mengenai hubungan telepon follow up dengan ahli bedah atau kardiologis
dan perawat pengawas resmi dan buat rujukan bila perlu

4. Pengaturan hubungan telepon dengan personil asuhan kesehatan dapat membantu mengurangi
kecemasan

Daftar Pustaka

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Smeltzer, SC & Bare, BG. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta. EGC

Ruhyanudin, Faqih.2007.Asuhan Keperawatan pada klien dangan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.


Jakarta:Salemba Medika

Graf, H. Huon. 2005. Lecture Notes Kardiologi. Jakarta: Erlangga

Feriyawati, L. 2005. CABG dengan Menggunakan Vena Saphenous, Arteri Mammaria Interna dan Arteri
Radialis. FK USU, diperoleh dari library.usu.ac.id/ download/ fk/ 06001193.pdf di unduh tanggal, 12
Pebruari 2010

Marlisa icha di 18.26

Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

MENGENAI SAYA

Foto saya

Marlisa icha

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai