Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Patilanggio adalah Puskesmas pemekaran dari Puskesmas
Marisa pada bulan Desember 2006, Puskesmas Patilanggio luas wilayah 298,82
KM2 terleak sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toli –toli, Sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Buntula dan Duhiadaa, Sebelah Selatan
berbatasan dengan Teluk Tomini, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Randangan dengan wilayah kerja 6 (Enam ) desa yakni Desa Balayo, Dudepo,
Iloheluma, Suka Makmur, Dulomo dan Manawa. Dengan jumlah penduduk 9,579
jiwa.
4.1.2 Karakteristik Responden
Dari hasil pengumpulan data berdasarkan karakteristik responden dalam bentuk
tabel adalah sebagai berikut :
a) Pendidikan
Tabel 3 :Distribusi Pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Patilanggio
Kabupaten Pohuwato
Jumlah
Pendidikan
N (%)
SD 39 72.2
SMP 11 20.4
SMA 4 7.4
Jumlah 54 100.0
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 3 frekuensi pendidikan responden tertinggi adalah SD


39 Orang ( 72.2%) dan jumlah umur responden terendah adalah SMA 4 orang
(7.4%).

26
4.1.3 Analisis Univariate
Notoatmodjo, 2012 Ananlisis univariate digunakan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
a) Paritas
Tabel 4 :Distribusi Paritas di wilayah kerja Puskesmas Patilanggio
Kabupaten Pohuwato
Jumlah
Paritas
N (%)
Primipara 22 40.7
Multipara 27 50.0
Grade Multipara 5 9.3
Jumlah 54 100.0
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 4 Distribusi Paritas di wilayah kerja Puskesmas


Patilanggio dengan frekuensi tertinggi paritas multipara sebanyak 27 orang
(50.0%%) , dan frekuensi yang rendah grade multippara sebanyak 5 orang
(9.3%).
b) Jarak Kehamilan
Tabel 5 : Distribusi Jarak Kehamilan di wilayah kerja Puskesmas
Patilanggio Kabupaten Pohuwato
Jumlah
Jarak Kehamilan
N (%)
Beresiko 35 64.8
TidakBeresiko 19 35.2
Jumlah 54 100.0
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5 distribusi jarak kehamilan di wilayah kerja
Puskesmas Patilanggio dengan frekuensi tertinggi beresiko aebanyak 35 orang
beresiko (64.8%), dan frekuensi yang terendah tidak beresiko sebanyak 19
orang tidak beresiko ( 35.2% %).

27
c) Umur Ibu
Tabel 6 : DistribusiUmur Ibu di wilayah kerja Puskesmas Patilanggio
Kabupaten Pohuwato
Jumlah
Umur Ibu
N (%)
Beresiko 43 79.6
TidakBeresiko 11 20.4
Jumlah 54 100.0
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 6 distribusi umur ibu di wilayah kerja
Puskesmas Patilanggio dengan frekuensi tertinggi 43 orang beresiko
(79.6%), dan frekuensi yang terendah 11 orang orang tidak beresiko ( 20.4
%).
d) Kekurangan Energi Kronik
Tabel 7 : Distribusi Kekurangan Energi Kronik di wilayah kerja
Puskesmas Patilanggio Kabupaten Pohuwato
Jumlah
Kekurangan Energi Kronik
N (%)
KEK 31 57.4
Tidak KEK 23 42.6
Jumlah 54 100.0
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 7 distribusi Kek di wilayah kerja Puskesmas
Patilanggio dengan frekuensi tertinggi 31 orang beresiko (57.4%), dan
frekuensi yang tidak Kek 23 orang ( 42.6 %).
e) Anemia
Tabel 8 : Distribusi Anemia di wilayah kerja Puskesmas Patilanggio
Kabupaten Pohuwato
Jumlah
Anemia
N (%)
Anemia 32 59.3
Tidak Anemia 22 40.7
Jumlah 54 100.0
Sumber : Data Primer 2019

28
Berdasarkan tabel 8 distribusi Anemia di wilayah kerja Puskesmas
Patilanggio dengan frekuensi tertinggi 30 orang beresiko (55.6%), dan
frekuensi yang tidak Anemia 24 orang (44.4%).

4.1.4 Analisis Bivariate


a) Hubungan Paritas terhadap Anemia
Tabel 9 : Hubungan Paritas terhadap Anemia di wilayah kerja Puskesmas
Patilanggio Kabupaten Pohuwato

Anemia
paritas anemia % Tidak % total % Pvalue
anemia
Primipara 13 24.1 9 16.7 22 40.7 0.001
Multipara 16 29.6 11 20.4 27 50.0
Grade 3 5.6 2 3.7 5 9.3
multipara
Total 32 59.3 22 40.7 54 100.0
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 9, menunjukkan bahwa paritas dengan grade
multipara yang berhubungan dengan factor terhadap anemia dengan
frekuensi tertinggi sebanyak 3 orang (5.6%) dan yang tidak berpengaruh
dengan paritas tertinggi terhadap yaitu anemia adalah multipara sebanyak
16 orang (29.6%).
b) Hubungan Jarak Kehamilan terhadap Anemia
Tabel 10 : Hubungan Jarak Kehamilan terhadap Anemia di wilayah kerja
Puskesmas Patilanggio Kabupaten Pohuwato
Anemia
Jarak
anemia % Tidak % total % Pvalue
kelahiran
anemia
Beresiko 25 46.3 10 18.5 35 64.8 0.029
Tidak 7 13.0 12 22.2 19 35.2
beresiko
Total 32 59.3 22 40.7 54 100.0
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 10, menunjukkan jarak kehamilan yang
berhubungan dengan faktor kejadian anemia dengan frekuensi beresiko
sebanyak 25 orang (46.3%) dan yang tidak beresiko dan tidak anemia
sebanyak 7 orang (13.0%).

29
30
c) Hubungan Umur Ibu terhadap Anemia
Tabel 11 : Hubungan Umur Ibu terhadap Anemia di wilayah kerja Puskesmas
Patilanggio Kabupaten Pohuwato
Anemia
umur anemia % Tidak % total % Pvalue
anemia
Beresiko 29 53.7 14 25.9 43 79.6 0.038
Tidak 3 5.6 8 14.8 11 20.4
beresiko
Total 32 59.3 22 40.7 54 100.0
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 11, menunjukkan factor umur ibu yang
berhubungan dengan faktor kejadian anemia dengan frekuensi beresiko
sebanyak 29 orang (53.7%) dan yang tidak beresiko sebanyak 3 orang
(5.6%).
d) Hubungan Kekurangan Energi Kronik terhadap Anemia
Tabel 12 : Hubungan Kekurangan Energi Kronik terhadap Anemia di wilayah
kerja Puskesmas Patilanggio Kabupaten Pohuwato
Anemia
KEK Anemia % Tidak % total % Pvalue
anemia
KEK 23 42.6 8 14.8 31 57.4 0.021
Tidak KEK 9 16.7 14 25.9 23 42.6
Total 32 59.3 22 40.7 54 100.0

Sumber : Data Primer 2019


Berdasarkan tabel 11, menunjukkan Faktor kekurangan Energi
Kronik terhadap anemia dengan frekuensi KEK sebanyak 23 orang
(42.6%) dan yang tidak KEK sebanyak 9 orang (16.7%).

31
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Responden
Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok serta usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan formal dari ibu seringkali mempunyai
asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makan dalam
keluarga (Rahayu, 2017).
Berdasarkan penelitian tabel 3 frekuensi pendidikan responden tertinggi
adalah SD jumlah 39 orang dengan frekuensi 72.2% dan pendidikan responden
yang terendah yaitu SMA jumlah 4 orang dengan presentase 7.4%.
4.2.2 Univariat
1) Paritas
Paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu, baik
melahirkan yang lahir hidup ataupun lahir mati.Resiko ibu mengalami
anemia dalam kehamilan salah satu penyebabnya adalah ibu yang sering
melahirkan dan pada kehamilan berikutnya ibu kurang memperhatikan
asupan nutrisi yang baik dalam kehamilan. Hal ini disebabkan karenadalam
masa kehamilan zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janinyang
dikandung. Kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah
kelahiran(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia
(Wasnidar,2010).
Hasil penelitian menunjukkan yang memiliki riwayat paritas terbanyak
yaitu multipara sebanyak 33 orang ( 61.1%), sedangkan yang memiliki
riwayat paritas sedikit 3 orang (5.6%). Ini menunjukkan bahwa paritas
terbanyak adalah grandemultipara dengan demikian a banyaknya bayi yang
dilahirkan seorang ibu, baik melahirkan yang lahir hidup ataupun lahir mati.
Resiko ibu mengalam ianemia dalam kehamilan salah satu penyebabnya
adalah ibu yang sering melahirkan dan pada kehamilan berikutnya ibu kurang
memperhatikanasupan nutrisi yang baik dalam kehamilan. Hal ini disebabkan
karenadalam masa kehamilan zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk
janinyang dikandung. Kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah
kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia
(Wasnidar,2010).

32
2) Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan sangat mempengaruhi status anemia gizi besi pada
wanita hamil, hal ini disebabkan karena pada saat kehamilan cadangan besi
yang ada ditubuh akan terkuras untuk memenuhi kebutuhan zat besi selama
kehamilan terutama pada ibu hamil yang mengalami kekurangan cadangan
besi pada awal kehamilan pada saat persalinan wanita hamil juga banyak
kehilangan zat besi melalui perdarahan.. Dibutuhkan waktu untuk
memulihkan cadangan besi yang ada didalam tubuh, waktu yang paling baik
untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu adalah dua tahun.
Hasil Penelitian menunjukkan yang memiliki jarak kehamilan beresiko
28 orang (51.9%), sedangkan yang tidak beresiko 26 orang (48.1%). Hal ini
menunjukkan jarak kehamilan sangat mempengaruhi status anemia gizi besi
pada wanita hamil, hal ini disebabkan karena pada saat kehamilan cadangan
besi yang ada ditubuh akan terkuras untuk memenuhi kebutuhan zat besi
selama kehamilan terutama pada ibu hamil yang mengalami kekurangan
cadangan besi pada awal kehamilan pada saat persalinan wanita hamil juga
banyak kehilangan zat besi melalui perdarahan.. Dibutuhkan waktu untuk
memulihkan cadangan besi yang ada didalam tubuh, waktu yang paling baik
untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu adalah dua tahun.
3) Umur Ibu
Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu pada kelompok umur 20-
35tahun dan pada umur tersebut kurang beresiko komplikasi kehamilan serta
memiliki reproduksi yang sehat.Hal ini terkait dengan kondisi biologis dan
psikologis dari ibu hamil.Sebaliknya pada kelompok umur < 20 tahun
beresiko anemia sebab pada kelompok umur tersebut perkembangan biologis
yaitu reproduksi belum optimal. Selain itu, kehamilan pada kelompok usia
diatas 35 tahun merupakan kehamilan yang beresiko tinggi.Wanita hamil
dengan umur diatas 35 tahun juga akan rentan anemia. Hal ini menyebabkan
daya tahun tubuh mulai menurun dan mudahterkena berbagai infeksi selama
masa kehamilan (Manuaba, 2010).
Hasil Penelitian menunjukkan yang memiliki umur beresiko dengan
frekuensi tertinggi 35 orang (64.8%), dan frekuensi yang terendah 19 orang
orang tidak beresiko ( 35.2 %). Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu
pada kelompok umur 20-35tahun dan pada umur tersebut kurang beresiko

33
komplikasi kehamilan sertamemiliki reproduksi yang sehat.Hal ini terkait
dengan kondisi biologis danpsikologis dari ibu hamil. ( Manuaba 2010).
4) Kekurangan Energi Kronik
Kekurangan energy kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil yang
menderita kurang makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Klasifikasi status
kekurangan energi kronis pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan
terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan bayi lahir
rendah,keguguran, kelahiran premature dan kematian pada ibu dan bayi baru
lahir (firianingsih, 2014).
Hasil Penelitian menunjukkan yang memiliki kekurangan energi
kronik sebanyak 32 orang (59.3%) dan yang tidak kekurangan energy kronik 22
orang ( 40.7%), Hal ini menunjukkan sebagain besar ibu hamil di puskesmas
patilanggio kurang memahami nutrisi selama masa kehamilan, ibu hamil dengan
KEK akan berpeluang menderita anemia, karena kebutuhan energy dan zat gizi
lainnya selama hamil meningkat. Maka pentingnya kunjungan ANC untuk
memberikan informasi bertujuan untuk dapatmengidentifikasi dan mengatahui
masalah yang timbul selama masakehamilan sehingga kesehatan ibu dan bayi
yang dikandung akan sehat sampai persalinan.
5) Anemia
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah
atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya
berbeda pada laki –laki dan perempuan. Untuk pria anemia biasa didefiniskan
sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita
sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100ml.Defini ini mungkin sedikit
berbeda pada sumber dan referensi laboratorium yang digunakan(Atikah
proverawati, 2016).
Hasil Penelitian menunjukkan yang memiliki anemia sebanyak 30
orang (55.6%) dan yang tidak anemia 24 orang (44.4%). Hal ini
menunjukkan sebagain besar ibu hamil di puskesmas patilanggio mengalami
kejadian anemia oleh karena itu pentingnya petugas kesehatan menganjurkan
ibu hamil untuk mengkonsumsi paling sedikit 90 tabelt besi selama masa
kehamilan zat besi yang berasal dari makanan belum bisa mencukupi
kebutuhan selama hamil karena zat besi tidak oleh ibu saja tetapi juga untuk
janin yang ada di dalam kandungannya (Hidayah dan Anasari, 2012).
34
4.2.3 Bivariat
4.2.3.1 Hubungan paritas dengan anemia
Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dilakukan oleh
seorang wanita. Paritas dibagi dalam beberapa klasifikasi yaitu primapara
yang berarti melahirkan hanya pernah satu kali, multipara yang berarti pernah
melahirkan lebih dari satu kali tapi kurang dari lima kali, dan grandemultipara
yang berarti pernah melahirkan lebih dari lima kali (Firdausi, 2013).
Paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu, baik
melahirkan yang lahir hidup ataupun lahir mati.Resiko ibu mengalami anemia
dalam kehamilan salah satu penyebabnya adalah ibu yang sering melahirkan
dan pada kehamilan berikutnya ibu kurang memperhatikan asupan nutrisi yang
baik dalam kehamilan. Hal ini disebabkan karenadalam masa kehamilan zat
gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janinyang dikandung. Kecenderungan
bahwa semakin banyak jumlah kelahiran(paritas), maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia (Wasnidar,2010).
Hubungan paritas terhadap anemia pada ibu hamil di puskesmas
Patilanggio kabupaten Pohuwato dari 54 responden terdapat ibu hamil paritas
dengan Multipara yang berhubungan dengan factor terhadap anemia dengan
frekuensi tertinggi sebanyak 23 orang (69.7%) dan yang tidak berpengaruh
dengan paritas tertinggi terhadap yaitu anemia adalah primipara sebanyak 13
orang (72.2%). Berdasarkan hasil penelitian peneliti banyak ibu hamil yang
sudah memiliki anak lebih dari 1 orang , oleh karena itu Resiko ibu mengalami
anemia dalam kehamilan bisa terjadi di akibatkan ibu yang sering melahirkan
dan pada kehamilan berikutnya ibu kurang memperhatikanasupan nutrisi yang
baik dalam kehamilan. Hal ini disebabkan karenadalam masa kehamilan zat
gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandung. Kecenderungan
bahwa semakin banyak jumlah kelahiran(paritas), maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia (Wasnidar,2010). Paritas 1-2 merupakan paritas paling
aman di tinjau dari sudut kematian maternal . Paritas paritas tinggi lebih dari 3
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi . Karena lebih tinggi paritas
lebih tinggi keamtian maternal , Resiko dengan paritas 1 dapat di tangani
dengan asuhan obstetric lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat

35
di cegah dengan keluarga bencana, sebagian kehamilan pada paritas tinggi
adalah tidak di rencanakan. (wiwin 2017).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Firdausi (2013) dengan
judul hubungan usia dan paritas dengan kejadian persalinan sungsang di rsud
ulin Banjarmasin, dengan hasil p-value 0,032 < 0,05 yang berrti terdapat
hubungan antara paritas dengan kejadian anemia.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Willy (2012) dengan
judul kejadian anemia pada ibu hamil ditinjau dari paritas dan usia dengan
nilai p- value 0,023 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara paritas
dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Menurut asumsi peneliti ibu yang paritasnya lebih dari 2 kali beresiko
mengalami anemia, karena semakin sering seorang wanita melahirkan maka
semakin besar resiko kehilangan darah dan berdampak pada penurunan kadar
hemoglobin.
4.2.3.2 Hubungan Jarak Kehamilan mempengaruhi anemia
Jarak kehamilan sangat mempengaruhi status anemia gizi besi pada
wanita hamil, hal ini disebabkan karena pada saat kehamilan cadangan besi
yang ada ditubuh akan terkuras untuk memenuhi kebutuhan zat besi selama
kehamilan terutama pada ibu hamil yang mengalami kekurangan cadangan
besi pada awal kehamilan pada saat persalinan wanita hamil juga banyak
kehilangan zat besi melalui perdarahan.. Dibutuhkan waktu untuk memulihkan
cadangan besi yang ada didalam tubuh, waktu yang paling baik untuk
memulihkan kondisi fisiologis ibu adalah dua tahun.
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada
wanita adalah jarak kelahiran pendek. Setiap kehamilan menyebabkan
cadangan zat besi berkurang, karenanya dibutuhkan waktu lebih kurang dua
tahun untuk mengembalikan cadangan zat besi yang hilang selam kehamilan
sebelumnya dengan syarat kondisi kesehatan ibu dan gizi makanan yang
dikonsumsi cukup baik. Jarak persalinan yang baik menurut BKKBN yang
tidak mempunyai resiko antara kelahiran terdahulu dengan kehamilan
berikutnya adalah 24 bulan (Buana, 2004). Persalinan dengan interval kurang
dari 2 tahun dapat menyebabkan terjadinya komplikasi selama kehamilan,
diantaranya anemia. Hal ini berhubungan dengan belum siapnya kondisi
kesehatan ibu untuk mengalami kehamilan kembali (Riyanto, 2012).
36
Hubungan Jarak Kehamilan terhadap anemia pada ibu hamil di
puskesmas Patilanggio kabupaten Pohuwato dari 54 responden terdapat ibu
hamil dengan jarak kehamilan frekuensi beresiko sebanyak 11 orang (39.3%)
dan yang tidak beresiko sebanyak 17 orang (60.7%). Jarak kehamilan sangat
mempengaruhi status anemia gizi besi pada wanita hamil, hal ini disebabkan
karena pada saat kehamilan cadangan besi yang ada ditubuh akan terkuras
untuk memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan terutama pada ibu
hamil yang mengalami kekurangan cadangan besi pada awal kehamilan pada
saat persalinan wanita hamil juga banyak kehilangan zat besi melalui
perdarahan.. Dibutuhkan waktu untuk memulihkan cadangan besi yang ada
didalam tubuh, waktu yang paling baik untuk memulihkan kondisi fisiologis
ibu adalah dua tahun. Pengaturan jarak kehamilan juga merupakan salah satu
usaha agar pasangan dapat lebih menerima dan siap memiliki anak .
Perencanaan pasangan untuk kapan memiliki anak kembali , menjadi hal yang
penting untuk di komunikasikan karena jarak kehamilan sangat berpengaruh
terhadap kejadian anemia pada saat kehamilan yang berulang dalam waktu
yang singkat akan menguras cadangan zat besi (Nurhaeni 2010).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Devi angga (2014) dengan
judul hubungan jarak kehamilan dengan dengan kejadian anemia dengan hasil
penelitian p value 0.004 < 0.005 yang berarti terdapat hubungan antara jarak
kelahiran dengan kejadian anemia.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil Riyanto (2012) dengan
judul factor-faktor yang berhubungan dengan anemia ibu hamil dengan hasil
penelitian p value 0.282 > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara
jarak kehamilan dengan kejadian anemia.
Menurut asumsi peneliti bahwa jarak kehamilan yang terlalu dekat
dapat menyebabkan terjadinya anemia, hal ini disebabkan kondisi ibu masih
belum pulih dan pemenuhan zat gizi belum optimal tetapi sudah harus
memnuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung.
4.2.3.3 Hubungan Umur ibu terhadap anemia
Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu pada kelompok umur 20-
35tahun dan pada umur tersebut kurang beresiko komplikasi kehamilan serta
memiliki reproduksi yang sehat.Hal ini terkait dengan kondisi biologis dan
psikologis dari ibu hamil.Sebaliknya pada kelompok umur < 20 tahun beresiko
37
anemia sebab pada kelompok umur tersebut perkembangan biologis yaitu
reproduksi belum optimal. Selain itu, kehamilan pada kelompok usia diatas 35
tahun merupakan kehamilan yang beresiko tinggi.Wanita hamil dengan umur
diatas 35 tahun juga akan rentan anemia. Hal ini menyebabkan daya tahun
tubuh mulai menurun dan mudahterkena berbagai infeksi selama masa
kehamilan (Manuaba, 2010).
Pada ibu hamil usia <20 tahun secara biologis belum optimal, emosi
yang masih labil sehingga mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan zat zat gizi selama kehamilan. Pada usia >35 tahun
terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh (Riyanto, 2012).
Hubungan Umur ibu terhadap anemia pada ibu hamil di puskesmas
Patilanggio kabupaten Pohuwato dari 54 responden terdapat umur ibu yang
frekuensi beresiko sebanyak 20 orang (57.1%) dan yang tidak beresiko
sebanyak 15 orang (42.9%) Karena . Umur ibu yang ideal dalam kehamilan
yaitu pada kelompok umur 20-35 tahun dan pada umur tersebut kurang
beresiko komplikasi kehamilan serta memiliki reproduksi yang sehat. Hal ini
terkait dengan kondisi biologis dan psikologis dari ibu hamil. Sebaliknya pada
kelompok umur < 20 tahun beresiko anemia sebab pada kelompok umur
tersebut perkembanganbiologis yaitu reproduksi belum optimal. Selain itu,
kehamilan padakelompok usia diatas 35 tahun merupakan kehamilan yang
beresiko tinggi.Wanita hamil dengan umur diatas 35 tahun juga akan rentan
anemia. Hal ini menyebabkan daya tahun tubuh mulai menurun dan
mudahterkena berbagai infeksi selama masa kehamilan (Manuaba, 2010).
Dengan demikian di ketahui bahwa umur ibu pada saat kehamilan turut
berpengaruh terhadap anemia.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Firdausi (2013) dengan judul
hubungan usia dan paritas dengan hasil p value 0.040 < 0,05 yang berarti
terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian anemia.
Hasil penelitian ini sejalan juga dengan penelitian Indah (2016) dengan
judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil
dengan hasil penelitian p value 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan
antara usia ibu dengan kejadian anemia.
Menurut asumsi peneliti bahwa usia seorang ibu berkaitan dengan
perkembangan alat-alat reproduksi. Usia reproduksi yang sehat dan aman
38
adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan < 20 tahun secara biologis belum
optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga
mengalami kegoncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan zat zat gizi selama kehamilanya. Sedangkan kehamilan
pada usia > 35 tahun mengalami kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh
serta berbagai penyakit.
4.2.3.4 Hubungan kejadian KEK dengan anemia
Kekurangan energy kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil yang
menderita kurang makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Klasifikasi status
kekurangan energi kronis pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan
terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan bayi lahir
rendah,keguguran, kelahiran premature dan kematian pada ibu dan bayi baru
lahir (firianingsih, 2014).
Hubungan kejadian KEK dengan anemia di puskesmas patilango
kabupaten pohuwato dari 54 responden terdapat frekuensi kekurangan energy
kronis sebanyak 12 orang (37,5 %) dengan dan yang tidak KEK sebanyak 2
orang (37.5%) dan yang tidak Kekurangan energy kronik sebanyak 20
orang(62.5%). Ibu yang hamil dengan status gizi yang buruk dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan energy kronik Menurut penelitian
wijiyanto dkk, ada hubungan yang bermakna antara resiko KEK dengan
kejadian anemia pada ibu hamil . Ibu hamil yang beresiko kekurangan energy
kronis (KEK) berpeluang menderita anemia 2,76 kali lebih besar di
bandingkan trimester 1 dan 11 (Rahmaniar 2013). Kebutuhan ibu hamil akan
meningkat dari biasanya di mana pertukaran dari hamper semua bahan itu
terjadi sangat aktif terutama pada trimester 111. Karena peningktan jumlah
konsumsi, makanan perlu di tambah terutama konsumsi pangan sumber energy
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Maka kurang mengkonsumsi kalori
akan menyebabkan malnutrisi atau bias di sebut kekurangan energy kronik
(KEK ). Kontribusi dan terjadinya KEK pada ibu hamil akan mempengaruhi
anemia dan tumbuh kembang janin terhambat dapat meningktkan terjadinya
bayi berat lahir rendah (BBLR).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Fidyah aminin (2014)
dengan judul pengaruh kejadian kek terhadap anemia, yang menyatakan
39
bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian anemia dengan nilai
p-value 0,002 < 0,05.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Fidyah (2014) dengan judul
pengaruh kekurangan energy kronis dengan kejadian anemia dengan hasil
penelitian p value 0.001 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara kejadian
kek dengan anemia pada ibu hamil.
Menurut asumsi peneliti bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami
kurang asupan nutrisi yang mengandung gizi seimbang, pada trimester satu
biasanya ibu hamil mengalami mual muntah yang menyebabkan ibu kurang
mengkonsumsi maknan yang mengandung gizi seimbang sehingga absorbs
makanan di dalam tubuh tidak berlangsung dengan baik yang dapat
mempengaruhi dampak kesehatan ibu, pada awal trimester satu hendaknya ibu
hamil mengkonsumsi makanan dengan porsi sedikit tapi sering dengan banyak
mengkonsumsi buah-buahan atau sayur-sayuran dan menghindari makanan
yang dapat merangsang mual muntah agar absorbsi makanan yang dikonsumsi
di serap dengan baik oleh tubuh.

40
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Patilanggio di
peroleh kesimpulan sebgai berikut :
A. Faktor paritas terhadap anemia pada ibu hamil di puskesmas Patilanggio kabupaten
Pohuwato dari 54 responden terdapat ibu hamil paritas dengan Multipara yang
berhubungan dengan factor terhadap anemia dengan frekuensi tertinggi sebanyak
23 orang (69.7%) dan yang tidak berpengaruh dengan paritas tertinggi terhadap
yaitu anemia adalah primipara sebanyak 13 orang (72.2%).
B. Faktor Jarak Kehamilan terhadap anemia pada ibu hamil di puskesmas Patilanggio
kabupaten Pohuwato dari 54 responden terdapat ibu hamil dengan jarak kehamilan
frekuensi beresiko sebanyak 11 orang (39.3%) dan yang tidak beresiko sebanyak
17 orang (60.7%).
C. Faktor Umur ibu terhadap anemia pada ibu hamil di puskesmas Patilanggio
kabupaten Pohuwato dari 54 responden terdapat umur ibu yang frekuensi beresiko
sebanyak 20 orang (57.1%) dan yang tidak beresiko sebanyak 15 orang (42.9%).
D. Faktor Kekurangan energy kronik ibu hamil terhadap anemia
dipuskesmas Patilanggio kabupaten Pohuwato dari 54 responden terdapat frekuensi
Kekurangan energy kronik sebanyak 12 orang (37.5%) dan yang tidak Kekurangan
energy kronik sebanyak 20 orang (62.5%).

5.2 Saran
A. Bagi Bidan
Menambah informasi dan pengetahuan tentang cara mencegah terjadinya anemia pada
ibu hamil, menambah informasi tentang pentingnya pemberian tabelt Fe bagi ibu
hamil, menambah informasi pentingnya asupan makanan yang bergizi pada ibu hamil
B. Bagi Ibu Hamil
Sebagai informasi tambahan agar ibu hamil menetahui faktor –faktor yang
berhubungan dengan kejadian anemia agar mereka mencegah terjadinya anemia di
wilayah kerja Puskesmas Patilanggio
C. Bagi Puskesmas

41
Sebagai evaluasi program Kesehatan Ibu untuk menentukan langkah-langkah
penanggulangan anemia pada ibu hamil di Puskesmas Patilanggio.
D. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya
dibidang keperawatan maternitas terutama mengenai anemia.
E. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan dalam proses kegiatan belajar
mengajar serta referensi dan bahan pembandingan bagi peneliti selanjutnya.

42

Anda mungkin juga menyukai