Syauq Hikmi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
i
Halaman Prasyarat Gelar Magister
TESIS
ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
19 Oktober 2018
Syauq Hikmi
NIM. 011318206303
iii
Lembar Pengesahan
Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hafid Bajamal, dr., Sp.BS(K) Dr.Windhu Purnomo, dr., MS
NIP. 19490408 197603 1 001 NIP. 19540625 198303 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Klinik Jenjang Magister
iv
Halaman Pengesahan Panitia Penguji Tesis
NIM : 011318206303
Panitia Penguji,
v
KATA PENGANTAR
Rasa syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, atas segala
menyelesaikan karya akhir ini, yang berjudul “Hubungan Antara Perubahan Kadar
(GOSE) Pada Penderita Cedera Otak Berat”. Karya akhir ini merupakan tugas
akhir Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf di bagian Ilmu Bedah
Penulis menyadari karya akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
kepada:
vi
4. Dosen pembimbing pertama saya yang telah membimbing dalam
SpBS(K).
5. Dr. Windhu Purnomo, dr., MS, dosen pembimbing kedua yang telah
7. Kedua Orang tua dan keluarga atas dukungan moral, materi, dan doa
9. Serta pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu atas
Akhir kata, kami berharap Alloh SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Alloh SWT senantiasa memberikan
Peneliti,
Syauq Hikmi
vii
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk
Kepentingan Akademis
Sebagai sivitas akademik Universitas Airlangga, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Syauq Hikmi
NIM : 011318206303
Program Studi : Ilmu Kedokteran Klinik Jenjang Magister
Departemen : Ilmu Bedah Saraf
Fakultas : Fakultas Kedokteran
Jenis Karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Surabaya
Pada tanggal 19 November 2018
Yang menyatakan
Syauq Hikmi
viii
ABSTRAK
ABSTRACT
ix
Correlation Between Neuron Spesific Enolase (NSE) Level Changes And
Glasgow Outcome Scale Extended (GOSE) In Severe Traumatic Brain
Injury Patient
x
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul……………………………………………......... i
Kata Pengantar………………………………………………….. vi
Abstrak…………………………………………………………. ix
Abstract…………………………………………………………. x
Bab 1 Pendahuluan
xi
1.4.1 Manfaat Ilmu ………………………………… 5
xii
4.3 Kriteria Penelitian ……………………………………. 32
sampel …........................................................ 36
xiii
4.7.5 Pemeriksaan CT scan kepala..……………… 40
5.3 Hubungan antara delta (Δ) NSE serum hari pertama dan
5.4 Hubungan antara delta (Δ) NSE LCS hari pertama dan
Bab 7 Penutup
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Data Penderita Cedera Otak RSUD dr. Soetomo ....... 6
Tabel 2.5 Penelitian tentang NSE dan Cedera Otak Traumatik ... 21
Tabel 2.7 Hubungan antara NSE dan outcome buruk pada pasien
Tabel 5.2 Distribusi status GOSE subjek penelitian pada saat KRS,
Tabel 5.3 Perbedaan antara kadar NSE Serum dan CSS Hari ke-1
Tabel 5.6 Kadar NSE serum dan NSE CSS pada kelompok GOSE
unfavorable ................................................................. 45
Tabel 5.7 Kadar NSE serum dan NSE CSS pada kelompok GOSE
Favorable ................................................................... 45
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvi
DAFTAR SINGKATAN
CO2 Carbondioxyde
xvii
ICH Intracerebral Hemorrhage
NO Nitric Oxyde
O2 Oxygen
ΔV Delta Volume
ΔP Delta Pressure
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
dan kecacatan pada anak dan dewasa usia produktif (Brain Trauma
memperkirakan bahwa pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas (KLL) akan
komplikasi berupa perubahan pola pikir, sensasi, bahasa atau emosi yang
terhadap cedera otak. (Maas, et al. 2008). Dampak buruk pada seseorang
yang mengalami cedera otak bukan hanya pada dirinya tapi juga keluarga
1,5% pada tahun 1992, 1,9% pada tahun 1995, 3,5% pada tahun 1998 dan
1
2
pertama pada urutan cedera yang dialami oleh korban KLL (Riyadina
dengan 31.195 korban meninggal dan 35.285 mengalami luka berat, serta
55,1% dari data tersebut mengalami cedera otak. (Lumandung, Siwu dan
Mallo 2011).
cedera otak berat pada tahun 2013 sebesar 48,1% (Pedoman Tatalaksana
Cedera Otak 2014). Karena itu diperlukan penanganan yang terpadu dari
trauma yang terjadi pada otak, oleh karena itu diperlukan suatu biomarker
yang dapat memperkirakan cedera yang terjadi pada sel saraf sehingga
cedera otak menarik untuk dipelajari karena biomarker bisa menjadi alat
otak akut yang terdapat di cairan cerebro spinal dan darah, akibat
yang sensitif dari cedera otak akibat hipoksia, iskemik, dan trauma
kerusakan pada sistem saraf pusat. NSE dengan kelebihan masa paruhnya
suatu neuron. Pada banyak pasien cedera otak, terutama COB, nilai NSE
terus tinggi atau nilainya meningkat kembali oleh karena kerusakan otak
sekunder. Selain itu, pada pasien dengan cedera otak yang luas dan cedera
otak sekunder yang lebih parah, kadar NSE terus meningkat. Kadar NSE
tidak hanya bisa mencerminkan tingkat kerusakan otak primer, tetapi juga
2014). NSE bisa diukur pada cairan serebrospinal (CSS) dan darah perifer
lebih awal keluaran cedera otak (Ergun et al. 1998; Ross, et al. 1996).
4
Apakah ada hubungan antara perubahan kadar NSE dalam CSS dan darah
perifer pada pasien cedera otak berat fase akut pada hari ke-1 dan ke-4
darah perifer pada pasien cedera otak berat dengan Glasgow Outcome
Scale Extended(GOSE)
5. Membandingkan kadar NSE dalam CSS antara hari ke-1 dengan hari
ke-4
perifer setelah cedera otak berat dengan tingkat keluaran pasien dinilai
berat selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
tengkorak, tulang wajah atau kerusakan jaringan lunak pada wajah atau
cedera otak didefinisikan sebagai trauma fisik yang mengenai wajah atau
kepala dan mengenai susunan saraf pusat yang mengakibatkan adanya defisit
pada jaringan otak yang bersifat non degeneratif, non kongenital, sebagai
akibat kekuatan mekanis dari luar yang bisa menyebabkan gangguan fungsi
kognitif, fisik dan psikososial yang bersifat menetap ataupun sementara dan
2.2 Epidemiologi
Indonesia, dan merupakan masalah yang banyak dihadapi oleh ahli bedah
saraf. Data kejadian cedera otak di Indonesia belum ada, tetapi diperkirakan
setiap tahun di Indonesia insiden terjadinya cedera otak berkisar antara 200-
300 per 100.000 penduduk. Dari jumlah kejadian cedera otak tersebut,
proporsi penyebab cedera otak terbanyak karena KLL (45%), jatuh dari
ketinggian (35%), kecelakaan kerja (10%), cedera yang terjadi pada saat
6
7
olahraga (5%), dan karena perkelahian atau peperangan (5%) (Djaja, et al.
2002).
serius di RSUD dr. Soetomo. Dari data pasien cedera otak yang datang ke
RSUD dr. Soetomo sejak Januari 2002 hingga Desember 2013 (Tabel 2.1),
didapatkan :
∑ ∑ Total
Total
Tahun Penderita Penderita % Kematian %
Kematian
CO COB COB
2002 2005 455 225 11.22 169 37.14
keparahannya, mortalitas pasien cedera otak berat masih tinggi, berkisar antara
18,85%–77,7%. Angka ini relatif tinggi dibanding dengan literatur yaitu 22%.
Angka operasi berkisar antara 18,87%–25,27% dari seluruh pasien cedera otak
tersering cedera otak adalah trauma tumpul langsung pada tulang kepala
cedera otak ringan, sedang, dan berat (Winn 2011; Popp, et al. 1996).
lesi intrakranial. Patah tulang kepala dapat terjadi dengan atau tanpa
9
kerusakan otak. Patah tulang kepala dibagi menjadi patah tulang tengkorak
dan patah tulang dasar tengkorak. Patah tulang tengkorak bisa berupa
dan difus. Lesi fokal bisa berupa cedera vaskular seperti perdarahan
cedera axonal atau bisa berupa kontusional dan laserasi serebri. Pada lesi
difus, dapat dibedakan menjadi cedera akson difus dan cedera vaskular
berhubungan dengan disfungsi otak yang luas dan biasanya tidak tampak
bisa disebabkan mekanisme yang berbeda bahkan sebabnya bisa lebih dari
satu. Proses patofisiologi cedera otak dibagi menjadi dua bagian, berdasar
pada asumsi bahwa kerusakan otak fase awal disebabkan oleh kekuatan fisik,
lalu segera diikuti suatu proses patologis yang sebagian besar bersifat
1. Cedera otak primer, adalah cedera otak yang diakibatkan langsung dari
efek mekanik dari luar otak yang menimbulkan kontusio dan laserasi
parenkim otak dan kerusakan akson pada substansia alba hemisfer otak
2. Cedera otak sekunder, yaitu cedera otak yang terjadi segera setelah cedera
otak primer. Mekanisme cedera pada tingkat molekuler yang dapat terjadi
langsung pada saat trauma terjadi dan berlanjut sampai dengan beberapa
dan terapi cedera otak primer yang terjadi. Sebab dari cedera otak
sekunder ini terdiri dari dua faktor yaitu faktor ekstrakranial dan
trifospat (ATP). Bila sumber energi tersebut berkurang maka dapat terjadi
11
malfungsi dari pompa membran sel, sehingga sel otak bisa mati atau
terjadi edema. Jika terjadi edema otak maka tekanan intrakranial (ICP)
Padahal CPP ini, bila semakin tinggi, tingkat keluaran dari pasien akan
timbul kerusakan otak iskemik yang bersifat lokal dan terjadi pergeseran
penurunan aliran darah otak dan akhirnya terjadi kerusakan otak iskemik
sehingga sel akan mengalami edema atau kematian. (Bazan, et al. 1995)
Jennet tahun 1974. Kemudian direvisi pada tahun 1976 dengan tambahan
bila pasien dapat mengikuti perintah, atau berupa stimulus nyeri bila
resusitasi hemodinamik dan paru dan tidak dalam kondisi tersedasi atau
2005)
6 - - Menuruti perintah
bingung
perintah dipahami
respon
2.6 Glasgow Outcome Scale (GOS) dan Glasgow Outcome Scale Extended
(GOSE)
13
keluaran setelah cedera otak yang dibagi menjadi lima kategori yaitu
bulan setelah cedera. Keluaran pasien cedera otak merupakan proses yang
kenyataan tingginya pasien yang hilang dari follow up. (Choi, et al. 1983)
Skor Kategori
5 Good Recovery :
Hidup normal dengan defisit minor. Pasien mampu bermasyarakat,
bekerja. Kelainan neurologis minimal
1 Death
14
Skala yang baru yaitu GOS extended (GOSE) (table 2.4) lebih
ke dalam kategori atas (upper) dan bawah (lower) (Valadka dan Andrews
2005)
Tabel 2.4. Glasgow Outcome Scale Extended (GOSE) (Wilson, et al. 1997)
Score Description
1 Dead -
Teasdale 1997)
18
Enolase adalah salah satu enzim dari jalur glikolitik untuk mengubah glukosa
fosfoenolpiruvat. Enolase merupakan dimer dari dua subunit, alfa, beta, atau
penyusun dimer: aa, bb, gg, ab, ag. Enolase otak hanya terdiri atas subunit
alfa dan gamma; neuron hanya terdiri atas enolase gamma- gamma, jaringan
glia hanya terdiri atas enolase alfa-afa, yang hampir identik dengan enolase
hati, juga terdiri atas enolase alfa-alfa. Enolase gamma disebut sebagai
atas dua subunit gamma dalton 39.000 yang identik dan memiliki berat
secara fungsional aktif sebagai heterodimer yang dirakit dari kombinasi tiga
2004).
2013; Molnar 2009). RIA yang tersedia secara komersial merupakan RIA
antibodi ganda yang berdasarkan pada teknik yang digambarkan oleh Molnar
(2009).
cairan cerebro spinal dan darah, akibat pecahnya membran sel neuron
(Kochanek 2013) yang merupakan marker yang sensitif dari cedera otak
akibat hipoksia, iskemik, dan trauma kerusakan pada sistem saraf pusat. NSE
1995).
tinggi didalam cairan biologi, sebagai protein yang larut bebas dalam
sitoplasma, dan dapat dengan mudah menyebar ke ekstraseluler dan CSS saat
membran sel saraf terluka. Oleh karena itu, pengukuran NSE dalam CSS
(cNSE) dapat menjadi penanda kerusakan sel saraf (Lima, et al. 2004). NSE
diasumsikan merupakan suatu enzim yang berasal dari sitoplasma sel yang
estimasi keparahan cedera sel saraf, seperti pada pasien dengan manifestasi
klinis yang serius seperti dalam kasus stroke, cedera kepala, ensefalopati
anoksi, encefalitis, metastasis otak dan status epileptikus. Pada kasus kronis
penyakit.
sel darah merah. Adanya NSE dalam sel darah merah secara klinis
2011).
sebesar 10,8 ng/mL, kisaran, 2-20 ng/mL; batas normal kurang dari
pusat. Cut off point NSE adalah lebih dari 80 ng/mL, NSE
atau pusing atau menjalani mielografi. Nilai CSS NSE kurang dari
2 ng/mL pada 15 subjek kontrol dan 2,4 ng/mL pada satu subjek.
CSS NSE rata-rata untuk 26 kontrol (13 pria dan 13 wanita, usia
rata-rata 38,6 tahun [SD 11,3 tahun]) adalah 10,76 ng/mL ± 3,08
(sel granula serebelum) dan sel glial yang dikultur setelan paparan
NSE pada kultur neuron lebih tinggi dari NSE sel glia. Ini
neuron.
menemukan korelasi yang baik antara CSS NSE dan volume infark
Roine meneliti kadar NSE pada CSS dan serum, dan tingkat CSS
menunjukkan hasil baik dan 6,4 ng/mL pada kontrol normal. Tidak
ada subjek dengan tingkat CSS NSE yang lebih besar dari 24
buruk. Saat kadar NSE serum lebih besar dari 17 ng/mL, serum
NSE dengan tepat memprediksi hasil yang buruk pada 79% subjek.
24
tiga kali lipat, pada 24 jam Menariknya, tikus yang diobati dengan
mungkin menjadi alat penyaring yang sangat baik untuk terapi baru
Tabel 2.6 Hubungan antara kadar NSE dan mortalitas pasien cedera otak
Tabel 2.7 Hubungan antara NSE dan outcome buruk pada pasien cedera
Cedera
Kerusakan Akson Kerusakan
Gangguan Metabolisme langsung pada
dan Neuroglia Sel Neuron Otak Vaskuler
Sel Neuron
Otak
Iskemia Otak
Kerusakan membran
sel neuron otak Proses Neuroinflamasi
NSE serum
Outcome
GOSE Faktor Eksternal
Yang diteliti
28
29
Cedera otak bisa menyebabkan perubahan pada struktur dan biokimia dari
otak yang terdiri dari sel neuron, akson, sel neuroglia dan vaskular. Cedera otak
juga mengakibatkan kerusakan pada sel saraf otak (neuron) baik secara langsung
atau secara tidak langsung. Gangguan langsung pada neuron akibat benturan linier
maupun rotasional, sehingga terjadi kerusakan sel otak. Gangguan tidak langsung
akibat perubahan sirkulasi pembuluh darah otak, sehingga bisa terjadi iskhemia.
vasospasme pembuluh darah. Neuron yang telah mati tidak akan pulih kembali
dan menjadi area infark menetap. Semakin luas area infark yang terjadi secara
klinis dikaitkan dengan tingkat kesadaran dan akan mempengaruhi luaran dari
penderita.
ekstraselular yang bisa diukur kadarnya di CSS dan aliran darah. Semakin banyak
sel neuron yang rusak, semakin tinggi kadar biokimiawi tersebut ditemukan dalam
cairan serebrospinal dan aliran darah. Penanda biokimia yang spesifik ditemukan
pada kerusakan sel neuron otak adalah Neuron Spesific Enolase (NSE). Semakin
banyak sel neuron yang rusak, semakin banyak NSE keluar ke cairan
serebrospinal dan darah, yang tentunya ini berkaitan dengan luaran penderita,
Sehingga diduga ada hubungan antara kadar NSE pada penderita cedera otak berat
dengan keluaran penderita. Dimana semakin besar kadar NSE yang terukur berarti
semakin besar kerusakan neuron yang terjadi, dan semakin jelek kesadaran
30
penderita dan secara lansung akan mempengaruhi luaran penderita cedera otak
berat.
pada neuron, akson dan vaskuler. Proses inflamasi ini mengakibatkan perubahan
kadar glukosa darah jumlah sel darah putih. Akumulasi NSE dalam CSS dan
darah mulai terjadi 12 jam pasca trauma terjadi (hari ke-1). Peningkatan sekunder
terjadi akibat secondary brain insult yang dipengaruhi faktor inflamasi yang
dengan cara mempengaruhi blood brain barier. Sehingga kerusakan sel akan terus
berlanjut yang terjadi sekitar 3-5 hari setelah trauma (hari ke-4).
Sehingga pada penelitian ini akan diukur perubahan kadar NSE dalam
CSS dan darah perifer hari ke-1 dan hari ke-4 dihubungkan dengan Glasgow
Outcome Scale Extended pada penderita cedera otak berat pada saat keluar RS,
bulan 3 dan 6.
3.2. Hipotesis
perifer pada hari ke-1 dan hari ke-4 penderita cedera otak berat
METODE PENELITIAN
prospektif (oleh karena diamati pada hari pertama dan hari ke-empat, saat keluar
Rumah Sakit, 3 dan 6 bulan pasca cedera otak berat). Bila dilihat dari tujuannya
4.2.1. Populasi
yang dirawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD), IRNA Bedah, dan Poli
IRNA Bedah, dan Poli Bedah Saraf RSUD dr. Soetomo yang memenuhi
hipotesis ada / tidak ada hubungan antara perubahan kadar NSE pada hari
31
32
Dimana :
koreksi 0,2, artinya perkiraan jumlah penderita drop out 20%, maka
cedera servikal.
Soetomo.
Variabel bebas :
wajah atau kepala dan mengenai susunan saraf pusat yang mengakibatkan
1,2,3,4,5,6,7, dan 8 pada saat keluar Rumah Sakit, bulan ke-3, dan ke-6
dari hasil pengukuran terhadap sampel CSS dan darah perifer yang telah
gelombang 450 nm. Hasil dinyatakan dalam satuan ng/mL Sampel darah
eritrosit dieksklusi. Sampel CSS hari ke-4 diambil dari selang ICP monitor
di ruang perawatan dan sampel darah perifer hari ke-4 diambil saat di
ruang perawatan juga, selanjutnya di proses juga seperti pada sampel hari
pertama.
4.6.8. Umur
4.6.10. Stabilisasi
35 ±2 mmHg
Hari I :
Populasi : Sampel CSS dan darah perifer
COB yang memenuhi kriteria diambil.
inklusi dan eksklusi Pemeriksaan CT scan kepala,
GCS dan status neurologis
dilakukan
Hari IV :
GOSE: Sampel CSS dan darah perifer
Luaran penderita saat keluar RS, diambil.
bulan 3, dan 6 Pemeriksaan GCS dan status
neurologis dilakukan
urin.
aspirasi
hipotensi
GCS, obat yang diberikan, hasil laboratorium (Hb, GDA, BGA, Na),
3. Head up 300
8. Pemberian manitol bila TIK tetap meningkat lebih dari 5 menit. Dosis
mOsm/L.
menetap.
40
2. Kejang
4. Lateralisasi neurologis
6. Cushing’s response
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan CT scan kepala pada hari ke-1,
Normal 0
Tidak terlihat 2
≤ 5 mm 0
Midline Shift
>5 mm 1
Tidak ada 1
Tidak ada 0
IVH atau SAH
Ada 1
Subarachnoid hemorrhage
simpangan baku.
otak berat.
42
Score Description
1 Dead -
2 Vegetative State (VS) Condition of unawareness with only
reflex response but with periods of
spontaneous eye opening
3 Low Severe Disability (SD-) Patient who is dependent for daily
support for mental or physical disability,
4 Upper Severe Disability (SD+)
usually a combination of both. If the
patient can be left alone for more than 8
hours at home it is upper level of SD, if
not then it is low level of SD.
5 Low Moderate Disability (MD- Patients have some disability such as
) aphasia, hemiparesis or epilepsy and/or
6 Upper Moderate Disability (MD+) deficits of memory or personality but are
able to look after themselves. They are
independent at home but dependent
outside.
If they are able to return to work even
with special arrangement it is upper level
of MD, if not then it is low level of MD.
7 Low Good Recovery (GR-) Resumption of normal life with the
capacity to work even if pre-injury status
8 Upper Good Recovery (GR+)
has not been achieved. Some patients
have minor neurological or psychological
deficit. If these deficits are not disabling
then it is upper level of GR, if disabling
then it is lower level of GR.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
laki dan 7 perempuan. Usia rerata subjek pada penelitian ini adalah 34,13
tahun. Kadar NSE hari ke-1 baik dalam serum dan CSS ditemukan lebih
rendah jika dibandingkan dengan kadar NSE hari ke-4. Hal tersebut dapat
dilihat dengan kadar rerata NSE serum pada hari ke-1 dan ke-4 yaitu 84,7
(31,5 – 150,2) pg/ml dan 113,4 (33,3 – 192) pg/ml dan 35,1 (7,9-63,5)
pg/ml dan 96,3 (20,1 151,7) pg/ml untuk rerata kadar NSE pada CSS di
Sedangakan rerata perubahan kadar NSE pada hari ke-1 dan ke-4
yang dinyatakan dalam delta (Δ) adalah 48,2 (13,9 – 70,2) pg/ml untuk
serum dan 61, 1 (12,1 – 121,8) pg/ml untuk CSS (tabel 5.1).
43
44
Tabel 5.2 Distribusi status GOSE subjek penelitian pada saat KRS, bulan ke-3
dan bulan ke-6
GOSE 1 2 3 4 5 6 7 8
KRS 10 1 7 4 1
Bulan 3 10 1 6 2 4
Bulan 6 10 1 5 2 5
yang pertama adalah saat keluar dari rumah sakit (KRS), kemudian saat 3
bulan dan 6 bulan pasca kejadian. Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa
jenis kelamin.
7 (30.4%)
16 (69.6%)
Laki-laki Perempuan
5.2. Perbedaan antara kadar NSE serum dan CSS hari pertama dan
Pada tabel 5.3 rerata delta (Δ) menunjukan rerata selisih kadar NSE
hari ke-1 dan ke-4 pada serum, dimana nilai tersebut adalah -28,6 ± 36,2
pg/ml dengan selisih terkecil yaitu 13 pg/ml dan terbesar adalah 44,4
pg/ml. Rerata kadar NSE pada hari ke-1 lebih kecil dibandingkan dengan
45
rerata kadar NSE pada hari ke-4. Hal ini menunjukan bahwa terjadi
peningkatan kadar NSE serum pada pasien dengan cedera otak berat pada
hari ke-4 pasca trauma dibandingkan pada hari ke-1. Peningkatan ini
Tabel 5.3 Perbedaan antara kadar NSE Serum dan CSS Hari ke-1 dan ke-4 pasca trauma
Rerata Δ NSE
NSE Rerata (pg/ml) IK 95% pβ
(pg/ml)
Kadar NSE serum hari ke-1 84,7 ± 38,4 28,6 ± 36,2 13 – 44,4 .001
Kadar NSE serum hari ke-4 113 ± 32,2
Kadar NSE CSS hari ke-1 35,1 ± 20,3 61,1 ± 36,3 23,1-99,2 .009
Kadar NSE CSS hari ke-4 96,3 ± 42,7
β
paired T-test
Sedangkan rerata kadar NSE CSS pada hari ke-4 didapatkan lebih
besar (96,3 ± 42,7 pg/ml) dibandingkan dengan rerata kadar CSS pada hari
ke-1 (35,1 ± 20,3 pg/ml). Perbedaan rerata kadar NSE CSS antara hari ke-
1 daan ke-4 adalah 61,1 ± 36,3 pg/ml. Perbedaan ini menunjukan bahwa
terjadi peningkatan kadar NSE pada CSS pada hari ke-4 pasca trauma
pada pasien cedera otak berat dimana peningkatan ini bermakna signifikan
5.3. Hubungan antara delta (Δ) NSE serum hari pertama dan keempat
dengan GOSE saat KRS, bulan ketiga dan bulan keenam pasca
Pada tabel 5.4 menunjukan hasil uji korelasi antara ΔNSE serum
dengan GOSE saat KRS, bulan ke-3 dan ke-6 pasca trauma. Dari hasil
ΔNSE serum dengan GOSE bulan ke-3 (p=0,032). Korelasi tersebut bersifat
korelasi yang berkekuatan sedang dan negatif, dengan makna semakin besar
46
peningkatan ΔNSE pada serum maka skor GOSE yang didapatkan pada bulan
ke-3 akan semakin kecil (buruk). Adapun korelasi antara ΔNSE serum dan
GOSE bulan ke-3 dan ke-6 tidak didapatkan kemaknaan yang signifikan
Tabel 5.4 Hubungan antara ΔNSE serum (selisih kadar NSE serum hari ke-1 dan ke-
4) dengan GOSE KRS, GOSE bulan ke-3 dan GOSE bulan ke-6
n rs p$
ΔNSE serum – GOSE KRS 23 -.413 .050
ΔNSE serum – GOSE bulan ke-3 23 -.448 .032
ΔNSE serum – GOSE bulan ke-6 23 -.379 .075
$
Spearman test
5.4. Hubungan antara delta (Δ) NSE CSS hari pertama dan keempat
dengan GOSE saat KRS, bulan ketiga dan bulan keenam pasca
trauma
Pada uji korelasi yang dianalisis antara ΔNSE dengan GOSE tidak
Tabel 5.5 Hubungan antara ΔNSE CSS (selisih kadar NSE CSS hari ke-1 dan ke-4)
dengan GOSE KRS, GOSE bulan ke-3 dan GOSE bulan ke-6
n rs p$
ΔNSE CSS – GOSE KRS 6 -.000 >0,05
ΔNSE CSS – GOSE bulan ke-3 6 -.000 >0,05
ΔNSE CSS – GOSE bulan ke-6 6 -.000 >0,05
$
Spearman test
5.5. Perbandingan kadar NSE serum dan NSE CSS dengan GOSE bulan
kelompok GOSE unfavorable (skor GOSE 1-4) dan favorable (skor GOSE
47
5-8). Pada tabel 5.6 dan 5.7 menunjukan bahwa pada umumnya kadar NSE
Rerata kadar NSE pada serum di hari ke-1 dan ke 4 pada kelompok
dam 84,4 : 97 (pg/ml). Untuk kadar NSE pada CSS di hari ke-1 dan ke 4
82,1 : 23,3 (pg/ml) dam 109,2 : 91,3 (pg/ml). Sedangkan pada kadar Δ S-
NSE 1-4 dan Δ LS-NSE 1-4, yaitu selisih perubahan kadar NSE pada
serum dan CSS dari hari ke-1 ke hari ke-4 menunjukan hal yang
kadar NSE yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok luaran
Tabel 5.6 Kadar NSE serum dan NSE CSS hari ke-1 dan ke-4 pada kelompok
GOSE unfavorable
Kadar NSE (pg/ml) A (pg/ml) B (pg/ml) Rerata (pg/ml)
S-NSE hari 1 96,3 52,6 74,5
S-NSE hari 4 52,6 116,2 84,4
C-NSE hari 1 110,2 53,9 82,1
C-NSE hari 4 116,2 102,2 109,2
Δ S-NSE 1-4 -13,9 -46,7 -30,3
Δ C-NSE 1-4 -63,6 -48,2 -55,9
S-NSE: Kadar NSE serum; C-NSE: Kadar NSE CSS; A, B: Inisial sampel
Tabel 5.7 Kadar NSE serum dan NSE CSS hari ke-1 dan ke-4 pada kelompok
GOSE favorable
Kadar NSE W X Y Z Rerata
(pg/ml) (pg/ml) (pg/ml) (pg/ml) (pg/ml) (pg/ml)
S-NSE hari 1 55,2 43 43,8 34,2 44
S-NSE hari 4 89,9 100,8 92,7 104,5 97
L-NSE hari 1 29,9 31 24,4 7,9 23,3
L-NSE hari 4 151,7 100,7 92,7 20,1 91,3
Δ S-NSE 1-4 -34,7 -57,7 -48,9 -70,2 -52,9
Δ L-NSE 1-4 -121,8 -69,7 -68,3 -12,1 -68
S-NSE: Kadar NSE serum; C-NSE: Kadar NSE CSS; W, X, Y, Z: Inisial sampel
BAB 6
PEMBAHASAN
15 tahun terakhir untuk menentukan makna praktis dari NSE sebagai prediktor
luaran (outcome) pada pasien-pasien yang mengalami cedera otak (Cheng, et al.
2014; Meric 2010). Namun, hingga saat ini, di senter kami belum ada penelitian
yang menilai makna praktis NSE tersebut dan hubungannya dengan prognosis
observasional pada pasien cedera otak berat dimana kami menganalisis apakah
terdapat perbedaan kadar NSE pada pasien cedera otak berat antara hari pertama
dan keempat pasca trauma baik pada serum dan CSS serta mencari apakah
terdapat hubungan dengan luaran pasien tersebut yang dievaluasi dengan skor
GOSE.
namun terdapat lima pasien yang drop out. Lima dari pasien yang ter drop out
diakibatkan oleh infeksi paru pada tiga subjek penelitian dan dua subjek tidak bisa
dihubungi untuk dilakukan evaluasi. Oleh karena demikian, data subjek yang
laki-laki dan 7 sisanya adalah perempuan. Usia rerata subjek pada penelitian ini
Kadar rerata NSE serum pada hari ke-1 adalah 84,7 pg/ml, dengan rentang
nilai 31,5-150,2 pg/ml. Sedangkan pada hari ke-4 pasca trauma rerata kadar NSE
serum adalah 113,4 pg/ml dengan rentang nilai 33,3-192 pg/ml. Dari hasil tersebut
48
49
didapatkan perbedaan yang signifikan antara kadar NSE serum pada hari pertama
NSE serum pada hari ke-4 ini berlawanan dengan pernyataan bahwa kadar NSE
serum akan menurun setelah beberapa jam dan hari pada pasien cedera otak.
(Bharosay, et al. 2011) Namun, peningkatan NSE serum ini dapat diakibatkan
karena peningkatan sekunder yang terjadi pada pasien yang kondisinya memburuk
(Cheng, et al. 2014). Berdasarkan studi yang dilakukan Vos dkk., kadar NSE
serum pada pasien cedera otak akan meningkat dua kali lipat jika dibandingkan
dengan kadar NSE serum pada individu normal yang memiliki rentang normal 5-
12 pg/ml (Vos, et al. 2004). Hal yang serupa juga ditemukan pada studi lain yang
dilakukan Lin dkk., dimana kadar NSE serum meningkat spesifik pada kelompok
Pada CSS, kadar NSE juga ditemukan meningkat pada hari ke-1 dan ke-4
pada pasien dengan cedera otak berat. Rerata kadar NSE CSS pada hari pertama
adalah 35,1 pg/ml dengan rentang 7,9-63,5 pg/ml, sedangkan pada hari keempat
adalah 96,3 pg/ml dengan rentang 20,1-151,7 pg/ml. Perbedaan peningkatan kadar
NSE CSS pada hari pertama dan keempat tersebut memilki nilai yang bermakna
signifikan (p=0,009).
Jumlah subjek penelitian berdasarkan skala GOSE saat KRS, bulan ke-3
dan bulan ke-6 pasca trauma yang ditunjukkan dari tabel 5.2 dimana jumlah
pasien dengan skor GOSE 1 (meninggal) adalah yang terbanyak. Hal ini
Pada tabel 5.5 menunjukan hasil uji korelasi antara ΔNSE serum dengan
GOSE saat KRS, bulan ke-3 dan ke-6 pasca trauma. Dari hasil tersebut didapatkan
adanya korelasi yang bermakna secara signifikan antara ΔNSE serum dengan
GOSE bulan ke-3 (p=0,032). Korelasi yang ditunjukkan adalah korelasi negatif
yang bermakna semakin besar peningkatan NSE pada serum, maka skor GOSE
pada bulan ke-3 yang didapat semakin kecil (buruk). Hal ini mendukung hipotesa
bahwa NSE serum dapat digunakan sebagai penanda evaluasi prognosis dari
pasien cedera otak (Cheng, et al. 2014). Tingginya peningkatan NSE memprediksi
prognosis yang buruk (Zandbergen, 2001). Adapun korelasi antara ΔNSE serum
dan GOSE saat KRS dan bulan ke-6 tidak didapatkan kemaknaan yang signifikan
secara statistik (p>0,05). NSE serum dapat berguna untuk memprediksi luaran
pasca cedera otak berat walaupun kadar serum S-100 lebih superior dibandingkan
NSE dalam memprediksi luaran tersebut (Lin, et al. 2004). Kadar NSE serum
mortalitas. Kadar NSE serum yang tinggi pada pasien pasca cedera otak memilki
biomarker lain seperti S-100 (Cheng, et al. 2014; Vos, et al. 2004).
Pada uji korelasi yang dianalisis antara ΔNSE LCS dengan GOSE tidak
menunjukan adanya kemaknaan baik saat KRS, bulan ke-3, maupun bulan ke -6
pasca trauma (p>0,05) (table 5.6). Hal ini dimungkinkan akibat karena sedikitnya
Dari 6 sampel yang didapatkan kadar NSE baik dalam serum maupun LCS
dilakukan erbandingan secara deksriptif untuk melihat pola antara kadar tersebut
(skor GOSE 1-4) dan favorable (skor GOSE 5-8). Pada tabel 5.7 dan 5.8
menunjukan bahwa pada umumnya kadar NSE didapatkan lebih tinggi pada
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Terdapat peningkatan kadar NSE serum pada hari ke-4 pasca trauma
dibandingkan pada hari ke-1 pada penderita cedera otak berat yang
2. Terdapat peningkatan kadar NSE CSS pada hari ke-4 pasca trauma
dibandingkan pada hari ke-1 pada penderita cedera otak berat yang
bulan ke-3 pada pasien cedera otak berat yang dirawat di RSUD dr.
7.2 Saran
dan biomarker lain yang terkait luaran penderita cedera otak berat, seperti
52
DAFTAR PUSTAKA
Bazan, NG, Rodriguez de Turco, EB, & Allan, G, 1995, ‘Mediators of injury in
neurotrauma: intracellular signal transduction and gene expression’, J
Neurotrauma, vol.12, p791-814.
Bohmer, AE, Oses, JP, Schmidt, AP, Peron, CS, Krebs, CL, Oppitz, PP, et al
2011, ‘Neuron-Specific Enolase, S100B, and Glial Fibrillary Acidic Protein
Levels as Outcome Predictors in Patients With Severe Traumatic Brain
Injury’, Neurosurgery, vol.68, p1624-1631.
Cheng, F, Yuan, Q, Yang, J, Wang, W, & Liu, H 2014, ‘The prognostic value of
serum neuron-specific enolase in traumatic brain injury: systematic review
and meta-analysis’, Plos One, vol.9, p9.
Correale, J, Rabinowicz, AL, Heck, CN, Smith, TD, Loskota, WJ, & DeGiorgio,
CM 1998, ‘Status epilepticus increases csf levels of neuron-specific enolase
and alters the blood-brain barrier’, Neurology, vol.50, p1388-1391.
53
54
Hemphill, JC, & Phan, N 2013, Management of acute severe traumatic brain
injury.
http://www.uptodate.com/contents/managementofacuteseveretraumaticbraininjury
?topicKey=NEURO%2F4826&elapsedTimeMs=1&source=search_result&s
earch
Jennet, B, & Bond, M 1975, ‘Assessment of outcome after severe brain damage: a
practical scale, The Lancet, vol.1, p480-484
Kittaka, M, Giannotta, SL, Zelman, V, Correale, JD, DeGiorgio, CM, Weiss, MH,
& Zlokovic 1997, BV, ‘Attenuation of brain injury and reduction of neuron-
55
Kochanek, PM, Berger, RP, Fink, EL, Au, AK, Bayır, H, Bell, MJ, Dixon, CE, &
Clark, RSB 2013, ‘The potential for bio-mediators and biomarkers in
pediatric traumatic brain injury and neurocritical care, Front Neurol, vol.4,
p1-9.
Lima, JE, Takayanagui, OM, Garcia, LV, & danLeite, JP 2004, ‘Use of neuron-
specific enolase for assessing the severity and outcome in patients with
neurological disorders’, Brazilian Journal of Medical and Biological
Research, vol.37, p19-26.
Lumandung, FT, Siwu, JF, & Mallo, JF 2014, ‘Gambaran korban meninggal
dengan cedera kepala pada kecelakaan lalu lintas di bagian forensik blu rsup
prof. dr. r. d. kandou manado periode tahun 2011-2012’, Jurnal E-Clinic,
vol.2, p1.
Maas, AI, Stocchetti, N, & Bullock, R 2008, ‘Moderate and severe traumatic brain
injury in adults’, Lancet Neurol, vol.7, no.8, p728-741.
Murthy, TVSP 2008, ‘Prehospital care of traumatic brain injury’, Indian Journal
56
Prior, PF, Scott, DF 1973, ‘Outcome After Severe Brain Damage’, The Lancet,
p770.
Raabe, A, Grolms, C, & Seifert, V 1999, ‘Serum markers of brain damage and
outcome prediction in patients after severe head injury’, British Journal of
Neurosurgery, vol.13, p56-59.
Rabinowicz, AL, Correale, JD, Bracht, KA, Smith, TD, & DeGiorgio, CM 1995,
‘Neuron- specific enolase is increased after nonconvulsive status
epilepticus’, Epilepsia, vol.36, p475-479.
Ross, SA, Cunningham, RT, Johnston, CF, & Rowlands, BJ 1996, ‘Neuron-
specific enolase as an aid to outcome prediction in head injury’, British
Journal of Neurosurgery, vol.10, p471-476.
Shore, PM, Berger, RP, Varma, S, Janesko, KL, Wisniewski, SR, Clark, RSB, et
al 2007, ‘Cerebrospinal Fluid Biomarkers versus Glasgow Coma Scale and
Glasgow Outcome Scale in Pediatric Traumatic Brain Injury: The Role of
Young Age and Inflicted Injury’, Journal of Neurotrauma, vol.24, p75-86.
Stein, DM, Lindell, AL, Murdock, KR, Kufera, JA, Menaker, J, Bochicchio, GV,
et al 2012, ‘Use of Serum Biomarkers To Predict Cerebral Hypoxia after
Severe Traumatic Brain Injury’, Journal of Neurotrauma, vol.29, p1140-
1149.
Teasdale, G, & Jannet, B 1976, ‘Assessment and prognosis of coma after head
injury’, ActaNeurochirurgica, vol.34, p45-55.
Tim Neurotrauma RSUD Dr. Soetomo 2014, Pedoman tatalaksana cedera otak
(guideline in management of traumatic brain injury), Departemen Bedah
Saraf RSU Dr. Soetomo – FK Universitas Airlangga, Surabaya.
Vos, PE, Lamers, KJ, Hendriks, JC, van Haaren, M, Beems, T 2004, 'Glial and
neuronal proteins in serum predict outcome after severe traumatic brain
injury', Neurology, vol. 62, pp. 1303–1310.
Wilson, JTL, Pettigrew, LEL, Teasdale, GM 1997, ‘Structured interviews for the
Glasgow Outcome Scale and the Extended Glasgow Outcome Scale:
Guidelines for Their Use’, J Neurotrauma, vol. 15, no. 8, pp. 573-585.