Anda di halaman 1dari 81

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO DERMATITIS ATOPIK

PADA ANAK YANG BERKUNJUNG KE PUKESMAS DARUSSALAM


KABUPATEN ACEH BESAR

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Diploma III Kebidanan dan Memperoleh Gelar
Ahli Madya Kebidanan

Disusun Oleh:

MUNA MUKHIRAH
NIM : 1206220023

AKADEMI KEBIDANAN NADHIRAH


BANDA ACEH
2015
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini sepanjang

pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacuan dalam naskah ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Banda Aceh, Juli 2015

MUNA MUKHIRAH
Terima kasih Ya Allah, EngKau terus menemaniku di setiap langkahku untuk
menuntut ilmu atas keridhaanMu, tanpa Mu, aku merasa tak akan mampu
berjalan sejauh ini, dan mampu melewati segala hambatan Yang Engkau
berikan....
Hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya, dari Abu
Darda radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
“Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah
akan tunjukkan baginya salah satu jalan dari jalan-jalan menuju ke surga.
Sesungguhnya malaikat meletakan sayap-sayap mereka sebagai bentuk keridhaan
terhadap penuntut ilmu.Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi
meminta ampun untuk seorang yang berilmu sampai ikan yang ada di air.
Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah
sebagaimana keutamaan bulan purnama terhadap semua bintang. Dan
sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya mereka
tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu.
Barangsiapa yang mengambil bagian ilmu maka sungguh dia telah mengambil
bagian yang berharga.”
Syukur Alhamdulillah Keberhasilan yang telah kucapai,tak sirna dari
pengorbanan.
Almarhum Ayahanda Sjamsul Bahri....
Tak pernah sedikitpun kudengar kau mengeluh
Padahal aku nakal dengan semua perbuatanku
Kumerajuk dengan semua keinginanku....
Dan kumarah jika tak terpenuhi apa yang kumau
Keberhasilan ini aku persembahkan dengan penuh cinta untukmu....
bunda Nusyidah, Spdi....
Luar biasa kesabaran dan cintamu padaku
Luar biasa pengorbanan dan pengampunanmu padaku
Betapa beruntungnya aku lahir darimu....
Dibesarkan dan dijaga olehmu....
Jika bukan karenamu tak akan bisa aku seperti ini
Berdiri tegar sampai hari ini
Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini Kepada kedua orang tuaku tercinta,dan
serta kepada saudara laki-lakiku yang ku sayangi Nurfarizal, S.T., Khairil Anwar,
S.H., Fajrul Munir , S.P., Mahadhir Muhammad yang telah memberikan bantuan
dan keluarga besar atas dorongan serta doa, sehingga dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Tak lupa juga tuk semua teman-teman seperjuangan dan
seangkatan tanpa keberadaan kalian semua mustahil saya menjalani lika-liku
kehidupan ini.

Banda Aceh, 22 Agustus


2015
By : Muna Mukhirah,
Amd.Keb

ABSTRAK
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO DERMATITIS ATOPIK
PADA ANAK YANG BERKUNJUNG KE PUKESMAS DARUSSALAM
KABUPATEN ACEH BESAR
TAHUN 2015
MUNA MUKHIRAH
NIM :1206220023

Penyakit atopik merupakan penyakit kulit yang paling sering terjadi pada anak,
dengan prevalensi 10-20%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Provinsi Aceh pada tahun 2013 jumlah kasus dermatitis atopik sebanyak 567 kasus,
jumlah kasus ini meningkat menjadi 681 kasus pada tahun 20147. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar pada awal bulan April
2015, diperoleh hasil bahwa kejadian dermatitis atopik menempati penyakit urutan ke 5
dari 10 jumlah penyakit terbesar, dan dari 251 orang pasien datang berkunjung dengan
diagnosa dermatitis atopik terdapat sebanyak 185 orang anak 0-5 tahun mengalami
dermatitis atopik pada tahun 2013, pada tahun 2014 kejadian dermatitis atopik cenderung
meningkat mencapai 190 orang. Tujuan Penelitian adalah Untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan resiko dermatitis atopik pada anak yang berkunjung ke Pukesmas
Darussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2015.
Penelitian ini bersifat survey analitik dengan pendekatan cross sectional,
menggunakan kuesioner dimana penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 s/d 15 Juli 2015,
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak yang dicurigai dermatitis atopik dan
datang berkunjung ke Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar pada bulan Juli
2015,dimana teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
accidental berjumlah 68 orang,data diolah dan dianalisa menggunakan uji Chi-Square Tes
(x 2 ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan riwayat
keturunan/genetik dengan resiko dermatitis atopik pada anak \ dengan p=0,002
(p<0,05), ada hubungan pemberian susu formula dengan resiko dermatitis atopik
pada anak dengan p=0,018 (p<0,05), ada hubungan lingkungan dengan resiko
dermatitis atopik pada anak dengan p=0,039 (p<0,05).
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat
keturunan/genetik,pemberian susu formula dan lingkungan dengan resiko
dermatitis atopik pada anak,
diharapkan kepada bidan agar dapat menyerbarluaskan informasi melalui
penyuluhan tentang penyebab, pencegahan dan resiko kejadian dermatitis atopik
sehingga dapat menurunkan angka kesakitan akibat faktor pemicu dermatitis
atopik.

Kata Kunci : Riwayat Keturunan/genetik, Pemberian susu foermula,


Lingkungan,
Dermatitis Atopik
Kepustakaan : 18 Buku (2006 – 2014 )
Jumlah Halaman : xi, 50 halamam, V BAB , 11 Tabel, 15 Lampiran

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peeliti panjatkan kehadirat Allah SWT dengan berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan judul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Resiko Dermatitis Atopik
Pada Anak Di Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015”
telah dapat penulis selesaikan. Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu dr. Hanifah, M.Kes, selaku ketua Yayasan Nadhirah Iman.
2. Ibu Lisa Tanzil, SST, M.Kes selaku direktur Akademi Kebidanan Nadhirah
Banda Aceh, sekaligus dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan
banyak bimbingan dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
3. Ibu Pasyamei Rembune Kala, S.SiT selaku Koordinator Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Nadhirah.
4. Bapak Ismail SKM, M.Pd MM selaku pembimbing 1 yang telah banyak
memberikan banyak bimbingan dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah.
5. Bapak Drs H. Syafie Ishak, SKM, M.Kes selaku penguji I yang telah banyak
memberikan banyak bimbingan dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah.
6. Staf pengajar Akademi Kebidanan Nadhirah Banda Aceh yang ikut membantu
dalam kelancaran penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Kepala Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar yang telah memberikan
izin tempat penelitian dalam penelitian ini.
8. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
9. Teman-teman seperjuangan yang memberikan dukungan penuh selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Akhirnya peneliti mengharapkan saran yang bersifat membangun dari


semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini, semoga berguna dan bermanfaat
bagi kita semua.
Banda Aceh, Juli 2015

Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iii
KATA-KATA MUTIARA ....................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ......................................................... 7


2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ....................................................... 7
2.2 Konsep Dermatitis Atopik.......................................................... 8
2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penyebab Kejadian
Dermatitis Atopik ....................................................................... 17
2.4 Hipotesis Penelitian.................................................................... 24

BAB III METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 26


3.1 Desain Penelitian ....................................................................... 26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 26
3.3 Populasi dan sampel .................................................................. 26
3.4 Kerangka Konsep ....................................................................... 27
3.5 Definisi Operasional................................................................... 29
3.6 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 30
3.7 Instrumen Penelitian .................................................................. 31
3.8 Pengolahan Data......................................................................... 32
3.9 Uji validitas dan Reabilitas ........................................................ 33
3.10 Teknik Analisa Data................................................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 37


4.1 Desktiptif Lokasi Penelitian .......................................................... 37
4.2 Hasil Penelitian ............................................................................. 37
4.3 Pembahasan ................................................................................... 44

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 49


5.1 Kesimpulan ................................................................................... 49
5.2 Saran .............................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jenis Makanan yang Berkaitan dengan Alergi ........................ 22

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................ 29

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur, Pekerjaan dan Pendidikan


Responden di Puskemas Darussalam Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2015 .............................................................................. 38

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Anak dan Jenis Kelamin Anak
Responden di Puskemas Darussalam Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2015 .............................................................................. 39

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Dermatitis Atopik


Pada Anak yang Datang Berkunjung ke
Puskemas Darussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015 .... 39

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Faktor Keturunan Pada Anak


yang Datang Berkunjung ke Puskemas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015 ......................................... 40

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pemberian Susu Formula Pada


Anak yang Datang Berkunjung ke Puskemas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015 ......................................... 40

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Lingkungan Tempat Tinggal Anak


yang Datang Berkunjung ke Puskemas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015 ......................................... 41

Tabel 4.7 Hubungan Riwayat Keturunan/Genetik Dengan Resiko


Dermatitis Atopik Pada Anak di Pukesmas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015 ........................................ 41
Tabel 4.8 Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan Resiko
Dermatitis Atopik Pada Anak di Pukesmas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015 ........................................ 42

Tabel 4.9 Hubungan Lingkungan Dengan Resiko Dermatitis


Atopik Pada Anak di Pukesmas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015 ........................................ 43

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 26


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengambilan Data

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Izin Permohonan Responden

Lampiran 4 Surat Izin Bersedia Menjadi Responden

Lampiran 5 Kuesioner

Lampiran 6 Tabel Skor

Lampiran 7 Surat Selesai Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 8 Master Tabel Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 9 Hasil Ouptput Uji Validiatas dan Reabilitas

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian

Lampiran 11 Surat Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 12 Tabel pengolahan Data (Master Tabel)

Lampiran 13 Tabel SPSS

Lampiran 14 Lembar Konsul

Lampiran 15 Biodata
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prevalensi penyakit alergi meningkat dalam dekade terakhir, baik di

negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit alergi ini merupakan

gejala alergi yang terjadi pada individu yang atopik. Atopik adalah

kecenderungan personal dan/atau familial. Penyakit dermatitis atopik ditandai

dengan reaksi inflamasi (peradangan) pada kulit1. Karakteristiknya adalah

adanya rasa gatal, eritema dengan perubahan histologik dengan sel radang

yang bulat, dan edema epidermal spongiotik. Dermatitis atopik ditemukan

pada 70% penderita dengan faktor predisposisi seperti asma, kongjungtivitis

alergika, rhinitis alergika, urtikaria, dan alergi makanan2.

Penyakit atopik merupakan penyakit kulit yang paling sering terjadi

pada anak, dengan prevalensi 10-20% dan prevalensi pada orang dewasa

mencapai 1-3%, yang termasuk penyakit alergi diantaranya adalah dermatitis

atopik. Penyakit dermatitis menjadi masalah kesehatan terutama pada balita.

dikarenakan sifatnya yang cenderung residif yaitu mengalami kekambuhan

jika terpapar faktor risiko yang dapat memicu munculnya dermatitis atopik

dan menjadi kronis sehingga mempengaruhi kualitas hidup penderita3.

Sebagian besar kasus penderita dermatitis atopik anak mencapai 70%,

dimana anak akan mengalami remisi spontan sebelum dewasa. Namun

penyakit ini juga dapat terjadi pada saat dewasa (late onset dermatitis atopic),
dan pasien ini dalam jumlah yang besar tidak ada tanda-tanda sensitisasi yang

dimediasi oleh IgE1.

Dermatitis atopik sering dimulai pada awal masa pertumbuhan (early-

onset dermatitis atopic). 45% kasus dermatitis atopik pada anak pertama kali

muncul dalam usia 6 bulan pertama, 60% muncul pada usia satu tahun

pertama dan 85% kasus muncul pertama kali sebelum anak berusia 5 tahun.

Lebih dari 50% anak-anak yang terkena dermatitis atopik pada 2 tahun

pertama tidak memiliki tanda-tanda sensitisasi IgE, tetapi mereka menjadi

jauh lebih peka selama masa dermatitis atopik4.

Prevalensi dermatitis atopik di Amerika Serikat, Eropa, Jepang,

Australia, dan negara industri lain mencapai 10-20% pada anak dan 1-3%

terjadi pada orang dewasa. Sedangkan di Negara Agraris misalnya China,

Eropa Timur, Asia Tengah memiliki prevalensi dermatitis atopik lebih

rendah3. Berdasarkan data gambaran kasus penyakit kulit dan subkutan

lainnya merupakan peringkat ketiga dari sepuluh penyakit utama dengan 86%

adalah dermatitis diantara 192.414 kasus penyakit kulit di beberapa Rumah

Sakit Umum di Indonesia tahun 20115.

Data mengenai penderita dermatitis atopik pada anak di Indonesia

belum diketahui secara pasti. Berdasarkan data di Unit Rawat Jalan penyakit

kulit pada anak RSUD Dr. Soetomo didapatkan jumlah pasien dermatitis

atopik mengalami peningkatan setiap tahunnya, dari jumlah pasein sebanyak

230 pasien (17,65%) diperoleh bahwa 25,5% anak mengalami alergi dengan

perincian rinitis alergika 9,0%, dermatitis atopik 4,9%5.


Dermatitis atopik erat kaitannya dengan faktor genetik yang

merupakan faktor predisposisi terhadap terjadinya dermatitis pada anak.

Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis atopik pada balita

disebabkan oleh penyebab kejadian yang multifaktor, diantaranya riwayat

alergi orang tua (atopik), status pemberian ASI Ekslusif, pemberian susu

formula, dan paparan asap rokok3.

Orang tua yang memilki riwayat atopik lebih berisiko terhadap

terjadinya dermatitis atopik pada anak. Selain itu terjadi perbedaan antara

anak yang mendapat pemberian air susu ibu (ASI) dengan anak yang tidak

memperoleh ASI eksklusif, makin panjang waktu pemberian ASI maka makin

kecil pula kemungkinan untuk terkena dermatitis atopik6.

Gejala alergi umumnya timbul saat pemberian susu formula pada saat

bayi berusia enam bulan dan 28% muncul setelah 3 hari minum susu formula,

41% setelah tujuh hari, dan 68% setelah satu bulan mengkonsumsi susu

formula. Prevalensi dermatitis atopik meningkat seiring dengan peningkatan

alergi susu formula setiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan oleh Yuniati

pada tahun 2011 di Yogjakarta menunjukkan bahwa pemberian ASI disertai

pemberian susu formula non-prebiotik berpengaruh terhadap kejadian

dermatitis atopik pada balita. Selain itu alergi pada anak dapat muncul dari

hirupan asap rokok yang akan memicu terjadinya peningkatan IgE3.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh

pada tahun 2012, kasus dermatitis atopik yang dialami masyarakat adalah

sebanyak 1.098 kasus sedangkan pada tahun 2013 jumlah kasus dermatitis
atopik cenderung meningkat menjadi 1.452 orang. Sedangkan berdasarkan

data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar tahun 2013

jumlah kasus dermatitis atopik sebanyak 567 kasus, jumlah kasus ini

meningkat menjadi 681 kasus pada tahun 20147.

Berdasarkan studi pendahuluan awal yang peneliti lakukan di

Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar pada awal bulan April 2015,

diperoleh hasil bahwa dari 10 penyakit terbesar di Puskesmas Darussalam

Kabupaten Aceh Besar, kejadian dermatitis atopik menempati penyakit urutan

ke 5 dari 10 jumlah penyakit terbesar yaitu ISPA, CC, diare, Hipertensi dan

rhematoid athritis, dan dari 251 orang pasien datang berkunjung dengan

diagnosa dermatitis atopik terdapat sebanyak 185 orang anak 0-5 tahun

mengalami dermatitis atopik pada tahun 2013, dan pada tahun 2014 kejadian

dermatitis atopik cenderung meningkat mencapai 190 orang.

Melalui wawancara dengan 10 orang ibu dengan anak mengalami

dermatitis atopik, diperoleh hasil bahwa 3 dari 10 ibu menyusui

mengemukakan kurang paham tentang penyakit yang dialami anaknya, ibu

juga kurang mengetahui bagaimana penatalaksanaan penanganan anak dengan

dermatitis atopik8. Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk

melihat lebih jauh “Faktor Yang Berhubungan Dengan Resiko Dermatitis

Atopik Pada Anak Yang Berkunjung Ke Pukesmas Darussalam

Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015”.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “faktor apa sajakah yang berhubungan

dengan resiko dermatitis atopik pada anak yang berkunjung ke Pukesmas

Darussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2015”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan resiko

dermatitis atopik pada anak yang berkunjung ke Pukesmas Darussalam

Kabupaten Aceh Besar tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan riwayat keturunan/genetik dengan resiko

dermatitis atopik pada anak yang berkunjung ke Pukesmas Darussalam

Kabupaten Aceh Besar tahun 2015.

b. Untuk mengetahui hubungan pemberian susu formula dengan resiko

dermatitis atopik pada anak yang berkunjung ke Pukesmas Darussalam

Kabupaten Aceh Besar tahun 2015.

c. Untuk mengetahui hubungan lingkungan dengan resiko dermatitis

atopik pada anak yang berkunjung ke Pukesmas Darussalam

Kabupaten Aceh Besar tahun 2015.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan,

keterampilan peneliti dalam menerapkan penanganan dermatitis atopik

pada anak.

b. Bagi Institusi pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi kepustakaan

Akademi Kebidanan Nadhirah Banda Aceh dan referensi bagi peneliti

lain yang ingin meneliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan dermatitis atopik pada anak.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan tambah dalam

memberikan informasi dan pengetahuan kepada tenaga kesehatan

khususnya bidan agar dapat memberikan informasi kepada orang tua

tentang pencegahan, penanganan dermatitis atopik yang terjadi pada

anak.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pedoman bagi peneliti

lain dalam melanjutkan penelitian tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan dermatitis atopik dengan variabel berbeda untuk

hasil yang lebih baik dimasa yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Sejauh penelusuran kepustakaan penelitian sebelumnya, penelitian

tentang status gizi balita sudah pernah diteliti oleh :

1. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Pada Anak Balita

Di Wilayah Kerja Puskesmas Pattopakang Kecamatan Mangarabombang

Kabupaten Takalar”. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional

analitik dengan desain cross sectional study. Populasi penelitian ini adalah

seluruh balita yang berusia 7-60 bulan dengan jumlah sampel sebanyak

187 balita yang diambil secara proporsional stratified random sampling.

Analisis data dilakukansecara univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa proporsi balita dermatitis sebesar 61%. Penelitian ini

menunjukkan bahwa riwayat alergi (atopi) orangtua (p=0.000), status

pemberian ASI Ekslusif (p= 0.003) merupakan faktor yang berhubungan

dan pemeberian susu formula (p=0.282) paparan asap rokok (p=0,121)

tidak berhubungan dengan kejadian dermatitis9

2. Hubungan Antara Atopi Dengan Riwayat Penyakit Alergi Dalam Keluarga

Dan Manifestasi Penyakit Alergi Pada Balita”. Penelitian menggunakan

rancangan cross sectional. Subjek yang telah mempunyai data hasil uji

tusuk kulit (UTK) dan ada tidaknya riwayat penyakit alergi dalam

keluarga dilakukan pengisian kuesioner standar The International Study of

Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC). Jumlah subjek sebanyak 260

anak (92%), terdiri dari 130 anak dengan riwayat penyakit alergi dalam

keluarga dan 130 anak tanpa riwayat penyakit alergi dalam keluarga.
Berdasarkan UTK didapat 70 anak atopi dan 190 anak nonatopi.

Manifestasi penyakit alergi terdapat pada 86 anak (33,08%). Manifestasi

terbanyak adalah rinitis alergika 41 anak (15,77%), kemudian dermatitis

atopik 18 anak (6,92%), dan asma 5 anak (1,92%). Kejadian manifestasi

penyakit alergi terdapat pada 57,1% anak atopi dan 24,2% anak nonatopi.

Kejadian manifestasi penyakit alergi terdapat pada 41,5% anak dengan

riwayat penyakit alergi dalam keluarga dan 24,6% anak tanpa riwayat

penyakit alergi dalam keluarga. Atopi mempunyai hubungan yang lebih

kuat dengan manifestasi penyakit alergi pada balita, namun riwayat

penyakit alergi dalam keluarga juga mempunyai hubungan sehingga

merupakan hal yang penting untuk ditanyakan kepada orang tua10.

2.2 Konsep Dermatitis Atopik

2.2.1 Pengertian dermatitis atopik

Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan

hilang timbul kembali, disertai gatal, yang umumnya sering terjaadi

selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan riwayat

atopik pada keluarga.Kelainan kulit berupa tonjolan yang membuat

gatal,yang kemudian mengalami distribusinya di lipatan1.

Dermatitis atopik adalah suatu dermatitis yang bersifat kronik

residif yang dapat terjadi pada bayi, anak dan dewasa dengan riwayat

atopik pada penderita atau keluarganya2.

Dermatitis atopik adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,

umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi,
yang kambuh-kambuhan. Kelainan biasanya bersifat familial, dengan

riwayat atopi pada diri sendiri ataupun keluarganya6. Istilah atopi berasal

dari kata atopos (out of place). Atopi ialah kelainan dengan dasar genetik

yang ditandai oleh kecenderungan individu untuk membentuk antibodi

berupa imunoglobulin E (IgE) spesifik bila berhadapan dengan alergen

yang umum dijumpai, serta kecenderungan untuk mendapatkan penyakit-

penyakit asma, rhinitis alergika dan DA, serta beberapa 8 bentuk

urtikaria11.

2.2.2 Gejala dermatitis atopik

Gejala dermatitis atopik dapat bervariasi pada setiap orang. Gejala

yang paling umum adalah12:

a. Kulit tampak kering dan gatal.

Gatal merupakan gejala yang paling penting pada dermatitis

atopik. Garukan atau gosokan sebagai reaksi terhadap rasa gatal

menyebabkan iritasi pada kulit, menambah peradangan, dan juga akan

meningkatkan rasa gatal. Gatal merupakan masalah utama selama

tidur, pada waktu kontrol kesadaran terhadap garukan menjadi hilang.

Gambaran kulit atopik bergantung pada parahnya garukan yang

dialami dan adanya infeksi sekunder pada kulit.

b. Kulit dapat menjadi merah

Kulit dapat menjadi merah bersisik, tebal dan kasar, beruntusan

atau terdapat cairan yang keluar dan menjadi keropeng (krusta) dan

terinfeksi11. Kulit yang merah dan basah (eksim) disebabkan


peningkatan peredaran darah di kulit akibat rangsangan alergen, stress,

atau bahan pencetus lain.

Peningkatan aliran darah diikuti dengan perembesan cairan ke

kulit melalui dinding pembuluh darah. Kulit kering dan bersisik

membuat kulit lebih sensitif sehingga lebih mudah terangsang. Bila

sangat kering kulit akan pecah sehingga menimbulkan rasa nyeri.

Penebalan kulit (likenifikasi) terutama di daerah yang sering

mengalami garukan, disertai dengan perubahan warna menjadi lebih

gelap akibat peningkatan jumlah pigmen kulit. Daerah yang lebih

sering mengalami likenifikasi ialah leher bagian belakang, lengan

bawah, daerah pusar, di atas tulang kering, dan daerah genital.

Dermatitis atopik dapat juga mengenai kulit sekitar mata, kelopak

mata dan alis mata. Garukan dan gosokan sekitar mata menyebabkan

mata menjadi merah dan bengkak.

2.2.3 Klasifikasi dermatitis atopik

Gejala dermatitis atopik dibedakan menjadi 3 kelompok usia

yaitu3:

a. Dermatitis atopik pada masa bayi (0-2 tahun)

Dermatitis atopik yang terjadi pada masa bayi dan anak

mempunyai gejala yang berbeda-beda, baik dalam usia saat mulai

timbul gejala maupun derajat beratnya penyakit. Pada masa bayi,

umumnya gejala mulai terlihat sekitar usia 6-12 minggu. Pertama kali

timbul di pipi dan dagu sebagai bercak-bercak kemerahan, bersisik dan

basah. Kulit pun kemudian mudah terinfeksi. Kelainan kulit pada bayi
umumnya di kedua pipi sehingga oleh masyarakat sering dianggap

akibat terkena air susu ibu ketika disusui ibunya, sehingga dikenal

istilah eksim susu.

Sebenarnya, pendapat tersebut tidak benar, pipi bayi yang

mengalami gangguan bukan akibat terkena air susu ibu. Bahkan bayi

yang pada beberapa bulan pertama diberi air susu ibu (ASI) secara

eksklusif (hanya ASI saja) akan lebih jarang terkena penyakit ini

dibandingkan bayi yang mendapat susu formula9. Selain itu, sisik tebal

bewarna kuning ‘kerak’ juga sering ditemui pada bayi di kepala

(cradle cap), yang dapat meluas ke daerah muka12.

Bersamaan dengan proses tumbuh kembang bayi, saat bayi lebih

banyak bergerak dan mulai merangkak, maka daerah yang terkena

dapat meluas ke lengan dan tungkai. Lesi kulit muncul sebagai bintil-

bintil merah kecil yang terasa gatal yang dapat bergabung membentuk

bercak yang berukuran besar. Pada umumnya lesinya polimorfik

cenderung eksudatif, kadang-kadang disertai dengan infeksi sekunder

atau pioderma. Bayi dengan dermatitis atopik sering tampak gelisah

dan rewel karena rasa gatal dan rasa tak nyaman oleh penyakitnya.

Ketika mencapai usia sekitar 18 bulan kulit bayi mulai meperlihatkan

tanda-tanda perbaikan. Walaupun demikian bayi tersebut mempunyai

risiko yang lebih tinggi untuk mempunyai kulit yang kering dan

dermatitis atopik di kemudian hari11,13.

b. Dermatitis atopik pada masa anak (2-12 tahun)


Pada masa anak, pola distribusi lesi kulit mengalami perubahan.

Awitan lesi muncul sebelum umur 5 tahun. Sebagian besar merupakan

kelanjutan fase bayi. Tempat predileksi cenderung di daerah lipat lutut,

lipat siku dan sangat jarang di daerah wajah, selain itu juga dapat

mengenai sisi leher (bagian anterior dan lateral), sekitar mulut,

pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan kedua tangan2,11. Distribusi

lesi biasanya simetris. Manifestasi dermatitis sub akut dan cenderung

kronis. Pada kondisi kronis tampak lesi hiperpigmentasi,

hiperkeratosis dan likenifikasi. Biasanya kelainan kulit dimulai dengan

beruntusan yang menjadi keras dan bersisik bila digaruk. Kulit di

sekitar bibir dapat juga terkena dan upaya menjilat terus-menerus di

daerah tersebut dapat menyebabkan kulit sekitar mulut pecah-pecah

dan terasa nyeri, demikian pula bagian sudut lobus telinga sering

mengalami fisura.

Lesi dermatitis atopik pada anak juga dapat ditemukan di paha

dan bokong. Pada sebagian anak penyakit akan menyembuh untuk

jangka waktu yang lama. Pada anak usia sekolah sering terjadi ruam

kulit di kedua paha atas bagian belakang menyerupai ½ lingkaran

tempat duduk (toilet seat eczema). Terdapat bentuk lain yang

mengenai kaki, disebut sebagai eksim kaos kaki (sweaty sock

dermatitis), menyerupai infeksi jamur tetapi sela jari kaki terbebas dari

ruam13.

c. Dermatitis atopik pada saat dewasa (>12 tahun).


Pada awal masa pubertas oleh karena pengaruh hormon, stress,

dan penggunaan produk atau kosmetik perawatan kulit yang bersifat

iritasi penyakit dapat timbul kembali4. Sebagian orang yang

mengalami dermatitis atopik pada masa anak juga mengalami gejala

pada masa dewasanya, namun penyakit ini dapat juga pertama kali

timbul pada saat telah dewasa.

Gambaran penyakit saat dewasa serupa dengan yang terlihat pada

fase akhir anak. Pada umumnya ditemukan adanya penebalan kulit di

daerah belakang lutut dan fleksural siku serta tengkuk leher. Akibat

adanya garukan secara berulang dan perjalanan penyakit yang kronis,

lesi ditandai dengan adanya hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan

likenifikasi.

Distribusi lesi biasanya simetris. Lokasi lesi menjadi lebih luas,

selain fosa kubiti dan poplitea, juga dapat ditemukan bagian lateral

leher, tengkuk, badan bagian atas dan dorsum pedis. Namun, dapat

pula terbatas hanya pada beberapa bagian tubuh, misalnya hanya

tangan atau kaki. Pada fase remaja, area di sekitar puting susu juga

dapat terkena13.

2.2.4 Pencegahan dermatitis atopik

Pencegahan dermatitis atopik dapat dilakuakan dengan cara11 :

a. Ibu disarankan untuk memberikan ASI eksklusif (hanya ASI saja)

hingga bayi berusia 4-6 bulan,karena ASI telah terbukti mampu

meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah alergi.


b. Ibu disarankan untuk menunda memberikan makanan padat pada

bayi,paling cepat usia 6 bulan.

c. Ibu disarankan untuk memperkenalkan makanan padat secara

perlahan-lahan, misalnya satu jenis makanan setiap 1-2 minggu.

d. Ibu disarankan untuk menunda memberikan makanan tertentu yang

mudah menimbulkan alergi,misalnya telur,kacang,ikan,dan lain-lain.

e. Ibu menyusui sebaikanya menghindari mengkonsumsi makanan

tertentu yang mudah menimbulkan alergi,misalnya telur,kacang,ikan,

susu sapi dan lain-lain

f. Dalam pemakaian susu rendah alergi,ibu disarankan agar memeinta

saran dokter atau bidan.

g. Ibu disarankan untuk menciptakan lingkungan bebeas alergi,yaitu :

1) Selalu memestikan lingkungan bayi/balita bersih dan bebas dari

debu.

2) Menghindari pakaian atau perangkat rumah tangga yang terbuat

dari bulu atau wol.

3) Menghindari bayi atau balita dari asap rokok atau binatang

peliharaan, seperti kucing dan anjing.

2.2.5 Penalaksanaan anak dengan dermatitis atopik yaitu

Penalaksanaan anak dengan dermatitis atopik yaitu 1 :

a. Penatalaksaan dermatitis atopik seharusnya meliputi : pencegahan,

perawatan kulit, mengurangi kolonisasi bakteri di kulit,dan kontrol

terhadap inflamasi yang terjadi


b. Perawatan kulit dasar yang optimal merupakan penalaksanaan

dermatitis atopik yang ditujukan untuk memperbaiki keadaan kulit

dengan pelembabdan hidrasi kulit, mengatasi rasa gatal serta

menghindari faktor pencetus pemicu alergi dan iritan (sabun dan air

panas yang digunakan saat mandi.

2.2.6 Pengobatan Topikal

Kulit dermatitis atopik kering dan fungsi sawarnya berkurang,

mudah retak sehingga mempermudah masuknya mikroorganisme patogen,

bahan iritan dan alergi.Pada kulit demikian perlu diberi pelembab.Setelah

mandi kulit dikeringkan,kemudian memakai emolien (pelembab) agar

kulit lembab. Emolien (pelembab) dipakai beberapa kali sehari, karena

lama kerja maksimum 6 jam.

Sebaiknya emolien diberikan setelah mandi, oleh karena pada saat

ini kadar air pada lapisan korneum tingi hingga bila diberikan emolien

maka selaput berminyak emolien tersebut dapat mencegah penguapan air

yang kadarnya meningkat setelah mandi. Emolien paling sedikit diberikan

2 kali sehari, bila diberikan ke seluruh tubuh biasanya pada anak-anak

membutuhkan kurang lebih 250 – 500 gram emolien perminggu13.

Tujuan pengobatan topikal adalah untuk mengatasi kekeringan

kulit dan peradangan. Mengatasi kekeringan kulit atau memelihara hidrasi

kulit dapat dilakukan dengan mandi memakai sabun lunak tanpa pewangi.

Meskipun mandi dikatakan dapat memperburuk kekeringan kulit, namun

berguna untuk mencegah terjadi infeksi sekunder. Jangan menggunakan

sabun yang bersifat alkalis dan sebaliknya pakailah sabun atau pembersih
yang mempunyai pH 7,0. Pemberian pelembab kulit penting untuk

menjaga hidrasi antara lain dengan dasar lanolin, krim air dalam minyak,

atau urea 10% dalam krim. Untuk mengatasi peradangan dapat diberikan

krim kortikosteroid.

Penggunaan kortikosteroid topikal golongan kuat sebaiknya

berhati-hati dan tidak digunakan di daerah muka. Apabila dermatitis telah

teratasi maka secepatnya pengobatan dialihkan pada penggunaan

kortikosteroid golongan lemah atau krim pelembab. Untuk daerah muka

sebaiknya digunakan krim hidrokortison 1%13.

2.2.7 Pengobatan Sistemik

Pengobatan dermatitis atopik ssecara sistemik dapat dilakukan

dengan cara13 :

a. Kortikosteroid

Kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk mengendalikan

eksaserbasi akut,dalam jangka pendek, dan dosis rendah,diberikan

berselang-seling, kemudian segera diganti dengan kortikosteroid

topikal. Pemakaian panjang menimbulkan berbagai efek samping, dan

bila dihentikan, lesi yang lebih berat akan muncul kembali.

b. Antihistamin

Antihistamin digunakan untuk menguragi rasa gatal yang

hebat, terutama pada malam hari, sehingga menggangu tidur. Oleh

karena itu antihistamin yang dipakai yang mempunyai efek sedatif,

misalnya hidroksisin.
2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penyebab Kejadian Dermatitis

Atopik

Penyebab dari peningkatan prevalensi dermatitis atopik belum

sepenuhnya dimengerti. Riwayat keluarga yang positif mempunyai peran yang

penting dalam kerentanan terhadap dermatitis atopik, namun faktor genetik

saja tidak dapat menjelaskan peningkatan prevalensi yang demikian besar.

Dari hasil observasi yang dilakukan pada negara-negara yang memiliki ethnis

grup yang sama didapatkan bahwa faktor lingkungan berhubungan dengan

peningkatan risiko dermatitis atopik14.

Faktor endogen lebih berperan sebagai faktor predisposisi sedangkan

faktor eksogen cenderung menjadi faktor pencetus terdapat beberapa faktor

penyabab dermatitis atopik15 :

1. Faktor endogen

a. Faktor genetik

Jumlah penderita dermatitis atopik di keluarga meningkat 50%

apabila salah satu orang tuanya dermatitis atopik, 75% bila kedua

orang tuanya menderita dermatitis atopik. Risiko terjadi dermatitis

atopik pada kembar monozigot sebesar 77% sedangkan kembar dizigot

sebesar 25%. Dari berbagai penelitian terungkap tentang polimorfisme

gen dihubungkan dengan dermatitis atopik. Selain itu pada penderita

dermatitis atopik atau keluarga sering terdapat riwayat rinitis alergik

dan alergi pada saluran napas.

Dermatitis atopik cenderung diturunkan. Lebih ¼ anak dari

seorang ibu yang menderita atopik akan mengalami dermatitis atopik


pada masa kehidupan 3 bulan pertama. Bila salah satu orang anak

menderita dermatitis atopik, lebih separuh jumlah anak akan

mengalami gejala alergi sampai usia 2 tahun, dan meningkatkan

sampai 79% bila kedua orang tua menderita dermatitis atopik. Resiko

mewarisi dermatitis atopik lebih tinggi bila ibu yang menderita

dermatitis atopik dibandingkan dengan ayah. Tetapi, bila dermatitis

atopik dialami berlanjut hingga dewasa, maka risiko untuk mewariskan

kepada anaknya yaitu kira-kira 50%.

b. Kondisi kulit yang relatif kering (disfungsi sawar kulit)

Penderita dermatitis atopik pada umumnya memiliki kulit yang

relatif kering baik di daerah lesi maupun non lesi, dengan mekanisme

yang kompleks dan terkait erat dengan kerusakan sawar kulit.

Hilangnya ceramide di kulit, yang berfungsi sebagai molekul utama

pengikat air di ruang ekstra selular stratum korneum, dianggap sebagai

penyebab kelainan fungsi sawar kulit. Variasi pH kulit dapat

menyebabkan kelainan metabolisme lipid di kulit.

Kelainan fungsi sawar kulit mengakibatkan peningkatan

Transepidermal Water Loss (TEWL) 2-5 kali normal, kulit akan makin

kering dan merupakan port d’entry untuk terjadinya penetrasi allergen,

iritasi, bakteri dan virus. Bakteri pada pasien dermatitis atopik

mensekresi ceramidase yang menyebabkan metabolisme ceramide

menjadi sphingosine dan asam lemak, selanjutnya semakin

mengurangi ceramide di stratum korneum, sehingga menyebabkan

kulit makin kering.


Selain itu, faktor luar (eksogen) yang dapat memperberat

keringnya kulit adalah suhu panas, kelembaban yang tinggi, serta

keringat berlebih. Demikian pula penggunaan sabun yang bersifat lebih

alkalis dapat mengakibatkan gangguan sawar kulit. Gangguan sawar

kulit tersebut meningkatkan rasa gatal, terjadilah garukan berulang

(siklus gatal-garuk-gatal) yang menyebabkan kerusakan sawar kulit.

Dengan demikian penetrasi alergen, iritasi, dan infeksi menjadi lebih

mudah.

c. Hipersensitivitas akibat peningkatan kadar immunoglobulin (Ig)E total

dan spesifik

Berbagai hasil penelitian terdahulu membuktikan adanya

peningkatan kadar IgE dalam serum dan IgE di permukaan sel

langerhans epidermis. Pasien dermatitis atopik bereaksi positif

terhadap berbagai alergen, misalnya terhadap alergen makanan 40-

96% dermatitis atopik bereaksi positif (pada food challenge test).

c. Gangguan psikis.

Berdasarkan laporan orang tua, antara 22-80% penderita

dermatitis atopik menyatakan lesi dermatitis atopik bertambah buruk

akibat stres emosi.

2. Faktor eksogen

Faktor eksogen antara lain adalah trauma fisik-kimia-panas, bahan

iritan, allergen debu, tungau debu rumah, makanan (susu sapi, telur),

infeksi mikroba, perubahan iklim (peningkatan suhu dan kelembaban),

serta hygiene lingkungan15.


a. Iritan

Kulit penderita dermatitis atopik ternyata lebih rentan terhadap

bahan iritan, antara lain sabun alkalis, bahan kimia yang terkandung

pada berbagai obat gosok untuk bayi dan anak, sinar matahari, dan

pakaian wol.

Iritan adalah substansi yang akan menginduksi dermatitis pada

setiap orang jika terpapar pada kulit dalam konsentrasi yang cukup,

pada waktu yang sufisien dengan frekuensi yang sufisien. Masing-

masing individu memiliki predisposisi yang berbeda terhadap berbagai

iritan, tetapi jumlah yang rendah dari iritan menurunkan dan secara

bertahap mencegah kecenderungan untuk menginduksi dermatitis.

Fungsi pertahanan dari kulit akan rusak baik dengan peningkatan

hidrasi dari stratum korneum (suhu dan kelembaban tinggi, bilasan air

yang sering dan lama) dan penurunan hidrasi (suhu dan kelembaban

rendah). Efek dari iritan merupakan concentration-dependent,

sehingga hanya mengenai tempat primer kontak.

b. Alergen

Penderita dermatitis atopik mudah mengalami alergi terutama

terhadap beberapa alergen, antara lain:

1) Alergen hirup, yaitu debu rumah dan tungau debu rumah. Hal

tersebut dibuktikan dengan peningkatan kadar IgE RAST (IgE

spesifik).

2) Alergen makanan, khususnya pada bayi dan anak usia kurang dari

1 tahun (mungkin karena sawar usus belum bekerja sempurna).


Berbagai faktor dapat memicu dermatitis atopik, antara lain

alergen makanan, alergen hirup, berbagai bahan iritan, dan stres. Besar

peran alergen makanan dan alergen hirup ini masih kontroversial.

Meski pada pasien dermatitis atopik kerap dijumpai peningkatan IgE

spesifik terhadap kedua jenis alergen ini, tidak selalu dijumpai korelasi

dengan kondisi klinisnya.

Hasil tes positif terhadap suatu alergen, tidak selalu menyatakan

alergen tersebut sebagai pemicu dermatitis atopik, tetapi lebih

menggambarkan bahwa pasien telah tersensitasi terhadapnya. Secara

umum, alergen makanan lebih berperan pada dermatitis atopik usia

dini. Seiring dengan penambahan usia, maka peran alergen makanan

akan digantikan oleh alergen hirup. Selain itu, memang terdapat sekitar

20% penderita dermatitis atopik tanpa peningkatan IgE spesifik, yang

dikenal sebagai dermatitis atopik tipe intrinsik.

c. Makanan

Makanan yang paling sering menyebabkan dematitis atopik

adalah telur, susu, gandum, kedele dan kacang tanah. Beberapa

makanan yang berbeda kandang menimbulkan gejala elergi yang

berbeda pula, misalnya pada elergi ikan laut menimbulkan gangguan

kulit berupa urtikaria, kacang tanah menimbulkan gangguan kulit

berupa bintik kecil seperti gigitan serangga (papula) atau bisul

(furenkel). Sedangkan buah-buahan menimbulkan ganguan batuk atau

pencernaan. Hal ini juga tergantung dengan organ yang sensitif pada

individu. Meskipun demikian ada beberapa pakar alergi makanan yang


berpendapat bahwa jenis makanan memungkinkan menimbulkan

gejala tertentu9. Jenis Makanan yang Berkaitan Dengan Elergi

Tabel 2.1 Jenis Makanan yang Berkaitan dengan Alergi


Jenis Ikan Laut Jenis Makanan Jenis Buah
Cumi- Cumi Kacang Tanah Melon
Udang Kacang Hijau Mangga
Kepiting dan lainya Keju Rambutan
Susu Sapi Duku
Telor Ayam Kelengkeng

d. Pemberian susu

Susu sapi sedikitnya merupakan 20% komponen yang dapat

menimbulkan produksi antibodi. Kumpulan protein susu utama adalah

kasein (76%) dan whey. Whey menengandung beta-laktoglobulin, alfa-

laktaalbumin, immunoglubulin sapid dan albumin serum sapi. Alergi

dilaporkan dapat terjadi terhadap semua komponen tersebut.

Ditemukan reaksi silang antara susu sapi dengan susu domba, sehingga

tidak dapat digunakan sebagai pengganti pada anak dengan alergi susu

sapi. Secara kasat mata membuktikan alergi susu sapi lebih lama

menetap pada anak-anak11.

Gejala alergi susu sapi yang paling sering dijumpai pada masa

adalah alergi terhadap protein susu sapi, dengan tanda-tandanya antara

lain11 :

1) Bengkak dan gatal di bibir sampai lidah dan teggorokan

2) Memuntahkan kembali susu yang telah diminumnya.

3) Sakit perut dan diare/mencret, bisa juga disertai dengan veses/tinja

berdarah.

4) Biduran,kulit kemerahan dan gatal.


5) Batuk,pilek

6) Syok (kadang-kadang).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar gejala dermatitis

atopik ini tidak meluas, antara lain11 :

1) Hindari bahan yang keras (sabun, pewangi, bahan antibakterial,

minyak kayu putih atau minyak telon berlebihan,dan sebagainya).

2) Kurangi kontak dengan bahan iritan (urine dan feses, sisa diterjen)

3) Pemakaian pelembab sesui kebutuhan.

4) Mempertahankan kondisi lingkungan, seperti suhu, kebersihan dan

kelembaban udara.

5) Gunakan produk perawatan kulit yang sesuai.

6) Hindari gesekan atau tekanan misalnya pakaian yang ketat.

7) Hindari sengatan matahari.

e. Infeksi

Infeksi Staphylococcus aureus ditemukan pada > 90% lesi

dermatitis atopik dan hanya pada 5% populasi normal. Hal tersebut

mempengaruhi derajat keparahan dermatitis atopik, pada kulit yang


7
mengalami inflamasi ditemukan 10 unit koloni setiap sentimeter

persegi. Salah satu cara S.aureus menyebabkan eksaserbasi atau

mempertahankan inflamasi ialah dengan mensekresi sejumlah toksin

(Staphylococcal enterotoin) yang berperan sebagai superantigen,

menyebabkan rangsangan pada sel T dan makrofag.


f. Lingkungan

Faktor lingkungan yang kurang bersih berpengaruh pada

kekambuhan dermatitis atopik, misalnya asap rokok, polusi udara

(nitrogen dioksida, sufur dioksida), walaupun secara pasti belum

terbukti. Suhu yang panas, kelembaban, dan keringat yang banyak

akan memicu rasa gatal dan kekambuhan dermatitis atopik.

Di negara 4 musim, musim dingin memperberat lesi dermatitis

atopik, mungkin karena penggunaan heater (pemanas ruangan). Pada

beberapa kasus dermatitis atopik terjadi eksaserbasi akibat reaksi

fotosensitivitas terhadap sinar UVA dan UVB.

Faktor lingkungan juga berpengaruh pada dermatitis kontak

iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat

menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak dibawah umur 8

tahun lebih muda teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit

putih), jenis kelamin (insidensi dermatitis kontak alergi lebih tinggi

pada wanita), penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang

rangsang terhadap bahan iritan turun), misalnya dermatitis atopik.

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Ada hubungan riwayat keturunan dengan resiko dermatitis atopik pada

anak yang berkunjung ke Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar

tahun 2015?.
2.4.2 Ada hubungan pemberian susu formula dengan resiko dermatitis atopik

pada anak yang berkunjung ke Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh

Besar tahun 2015?.

2.4.3 Ada hubungan lingkungan dengan resiko dermatitis atopik pada anak yang

berkunjung ke Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2015?.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat survey analitik yaitu untuk mencari hubungan

keadaan objek yang diteliti didalam satu komunitas, dengan pendekatan cross

sectional dimana data yang menyangkut variabel dependen dan variabel

independen dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan13, untuk mengetahui

faktor yang berhubungan dengan risiko dermatitis atopik pada anak yang

berkunjung ke Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Darussalam Kabupaten

Aceh Besar.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 s/d 15 Juli 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak yang dicurigai

dermatitis atopik dan datang berkunjung ke Pukesmas Darussalam

Kabupaten Aceh Besar, dengan penetapan jumlah populasi minimum

menggunakan rumus Lameshow sebagai berikut13 :


Z 2 P(1  P)
n
d2

Ket :

n : Jumlah sampel

z2 : Standar skor pada tingkat konfiden tertentu (SD pada tabel Z pada

derajat konfiden tertentu) yaitu 90% adalah 1,645

P : Dugaan Proporsi (presentasi kasusnya) 50%

d : Derajat akuransi (presisi) yang diinginkan sebesar 90% (0,1)

Z 2 P(1  P)
n
d2

(1,645) 2 (0,5)(0,5)
n = 68 orang
(0,1) 2

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah anak yang dicurigai dermatitis

atopik dan datang berkunjung ke Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh

Besar, sebanyak 68 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik accidental sampling, yaitu kasus yang kebetulan ada

pada saat dilakukannya penelitian.

3.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini mengacu pada teori yang

dikemukakan oleh bahwa, terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan

dermatitis atopik, yaitu faktor endogen (faktor genetik, kulit yang relatif

kering, hipersensitivitas akibat peningkatan kadar immunoglobulin (Ig)E total

dan spesifik, dan gangguan psikologi), sedangkan faktor eksogen (iritan,


alergen, makanan, pemberian susu, infeksi dan lingkungan14, karena

keterbatasan waktu peneliti hanya meneliti tentang faktor genetik, pemberian

susu, dan lingkungan. Berdasarkan berbagai tinjauan tersebut, maka kerangka

konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Riwayat
keturunan/genetik

Pemberian susu
formula Dermatitis Atopik

Lingkungan

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


N Definisi Alat Skala
Variabel Cara Ukur Hasil Ukur
O Operasional Ukur Ukur
Variabel Dependen
1 Dermatitis Suatu keadaan Melihat Rekam Nominal - Ya bila hasil
atopik peradangan Rekam medik diagnosis anak
kulit kronis medik mengalami
dan hilang dermatitis atopik
timbul - Tidak bila hasil
kembali dan diagnosis anak
disertai gatal tidak mengalami
yang dialami dermatitis atopik
anak

Variabel Independen
1 Riwayat Riwayat masa Penyebaran Kuesioner Ordinal - Ada bila
keturunan lalu yang Kuesioner x  1,69
dimiliki orang - Tidak bila
tua yang x  1,69
berhubungan
dengan
dermatitis
atopik
2 Pemberian Suatu tindakan Penyebaran Kuesioner Ordinal - Ya bila
. susu formula yang kuesioner x  6,4
dilakukan ibu - Tidak
untuk bila x  6,4
memberikan
susu formula
kepada anak

3 Lingkungan Keadaan Penyebaran Kuesioner Ordinal - Mendukung bila


disekitar ada kuesioner x  2,24
yang memicu - Kurang
terjadinya mendukung
dermatitis bila x  2,24
atopik
3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari :

1. Data Primer

Data yang langsung diperoleh dari lapangan dengan penyebaran

kuesioner kepada responden, dengan adanya persetujuan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Aceh Besar, untuk melakukan penelitian di

Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten

Aceh Besar, Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar, dan tinjauan

kepustakaan dan berbagai informasi yang ada kaitannya dengan penelitian

ini.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

yang dilakukan bertahap, yaitu terdiri atas :

1. Tahap Persiapan Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi

dengan cara mendapatkan izin dari Ketua Akademi Kebidanan Nadhirah

Kota Banda Aceh. Setelah mendapatkan surat izin, selanjutnya peneliti

menemui Kepala Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar untuk

meminta izin, kemudian peneliti melakukan mengumpulkan data

karakteristik ibu, variabel dependen dan independen.

2. Tahap Pengumpulan Data

Adapun tahap melakukan pengumpulan data adalah :


a. Setelah mendapat izin dari Ketua Akademi Kebidanan Nadhirah Kota

Banda Aceh peneliti selanjutnya menemui Kepala Puskesmas

Darussalam Kabupaten Aceh Besar untuk meminta izin mengambil

data penelitian.

b. Responden dipilih dengan dengan cara kebetulan, yaitu anak yang

mengalami dermatitis atopik di Puskesmas Darussalam Kabupaten

Aceh Besar.

c. Setiap responden diberi kuesioner, dan peneliti menjelaskan tentang

tata cara pengisian kuesioner serta meminta responden untuk

mengisinya.

d. Peneliti melakukan pengecekan setiap kuesioner meliputi kelengkapan

dan kesesuaian isi kuesioner sesuai harapan.

e. Setelah data terkumpul peneliti melapor kepada Kepala Puskesmas

Darussalam Kabupaten Aceh Besar untuk mendapatkan surat

keterangan selesai melakukan penelitian.

3.7 Instrument Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan kuesioner, yaitu suatu cara pengumpulan data mengenai

penelitian atau suatu masalah yang berbentuk formulir, yang berbentuk

pilihan dhychotomi choise untuk mengukur faktor yang berhubungan dengan

risiko dermatitis atopik pada anak yang berkunjung ke Pukesmas Darussalam

Kabupaten Aceh Besar tahun 2015, dimana kuesioner terdiri dari :


a. 5 soal untuk faktor keturunan/genetik, responden hanya memberikan

jawabannya dengan cara memberikan tanda cheklist (v) pada salah satu

pilihan jawaban yang dianggap benar .

b. 10 soal tentang pemberian susu formula, responden hanya memberikan

jawabannya dengan cara memberikan tanda cheklist (v) pada salah satu

pilihan jawaban yang dianggap benar.

c. 5 soal tentang lingkungan, responden hanya memberikan jawabannya

dengan cara memberikan tanda cheklist (v) pada salah satu pilihan

jawaban yang dianggap benar.

Untuk jawaban benar diberi nilai benar (1) sedangkan jawabab yang salah

diberi nilai (0)15.

3.8 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan langkah sebagai

berikut :

1. Editing, peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap hasil pengisian

kuesioner yang dilakukan oleh responden, untuk menghindari terjadinya

kekosongan item yang tercantum dalam kuesioner yang meliputi

kelengkapan identitas dan jawaban yang diberikan responden. Bila

responden tidak lengkap mengisi kuesioner, peneliti mengembalikan

langsung kepada responden untuk dilengkapi kembali.

2. Coding, peneliti memberikan kode berupa nomor pada setiap kuesioner

yang di isi oleh responden pda saat penelitian, mulai dari kode nomor

responden 1 s/d 68 orang dan kode jawaban responden.


3. Transfering, setelah peneliti melakukan editing dan coding peneliti

kemudian melakukan pemindahan data yang terdapat dari kuesioner ke

dalam master tabel yang telah dipersiapkan, secara berurutan sesuai

dengan variabel penelitian

4. Tabulating, peneliti melakukan pengelompokan responden berdasarkan

katagori yang telah dibuat untuk tiap-tiap variabel yang diukur dan

selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan di Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh

Besar, uji validitas ini dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu alat

ukur itu benar-benar mengukur apa yang ingin diukur, dan untuk

mengetahui kuesioner yang telah disusun mampu mengukur apa yang

hendak diukur, maka perlu diuji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item

dengan skor total kuesioner tersebut16. Teknik korelasi yang dipakai

adalah teknik korelasi “product moment”. Berdasarkan tabel validitas,

maka taraf signifikansi 5% dengan 10 responden (anak) angka kritis

0,632. Bila hasilnya sama atau lebih besar dari angka kritis pada derajat

kemaknaan yaitu 0,632 maka kuesioner tersebut adalah valid. Jika nilai

dari pertanyaan dalam kuesioner kurang dari 0,632 maka pertanyaan

dalam kuesioner tersebut tidak valid, oleh karena itu pertanyaan yang

tidak valid akan diperbaiki atau dibuang. Berdasarkan hasil uji validitas
diperoleh bahwa nilai alpha cronbach’s alpha if item deleted > 0,632

maka pertanyaan dinyatakan valid.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan, hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengumpulan itu tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap masalah yang sama

dengan alat ukur yang sama (Notoatmodjo 2010). Suatu item pengukuran

dapat dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien alfa lebih besar dari

0,632, sedangkan angka koefisien alfa tertinggi pada penelitian ini yaitu

0,978 dan terendah yaitu 0,972, maka nilai tersebut dikatakan reliabel, dan

ke-20 soal tersebut dapat digunakan dalam penelitian ini.

3.10 Teknik Analisa Data

3.10.1 Analisa data univariat

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik

sederhana dalam bentuk univariat. Untuk variabel pengetahuan kriteria ini

dilakukan dengan menggunakan rumus17 :

x
x
n
Keterangan:

x : Nilai rata-rata

∑x : Hasil penjumlahan observasi

n : Jumlah responden menjadi sampel


Selanjutnya data dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-

masing variabel dengan rumus sebagai berikut16 :

f1
P  100%
n

Keterangan :

p : Persentase

fi : Frekuensi teramati

n : Jumlah responden yang menjadi sampel

3.10.2 Analisis data bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis, yang diolah dengan

komputer menggunakan SPSS, untuk menentukan hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen melalui uji Chi-Square Tes

(x 2 ), Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik antara 2

variabel digunakan derajat kepercayaan 95% (CI) 0,05, (p< 0,05) 15.

 O  E 
2

Rumus : X 2

E

Keterangan :

χ² : Chi-Square Tes

O : frekuensi observasi
e : frekuensi harapan
dengan ketentuan bila nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang

menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan

variabel bebas. Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistik ini adalah :

a. Ho diterima, jika χ² hitung < χ² tabel artinya tidak ada hubungan


b. Ho ditolak, jika χ² hitung ≥ χ² tabel artinya ada hubungan.

Nilai p-value pada uji chi square (x2) tabel memiliki ketentuan sebagai

berikut18:

a. Bila chi square test (x2) tabel 2x2, dijumpai nilai ekspektasi (E) <5

maka nilai p value yang dilakukan adalah nilai yang terdapat pada

Fisher’s Exact Test

b. Bila chi square test (x2) tabel 2x2, tidak dijumpai nilai ekspektasi (E) <5

maka nilai p value yang dilakukan adalah nilai yang terdapat pada

Continuity Correction.

c. Bila chi square test (x2) tabel 2x2, terdiri dari tabel lebih dari 2x2,

contohnya 3x2, 2x3, 3x3 dan sebagainya maka nilai p value yang

digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Pearson Chi Square.

d. Bila pada tabel kontingensi 3x2 dan sel dengan nilai frekuensi harapan

<5, maka akan dilakukan dengan merger sehingga menjadi tabel

kontingensi 2x2.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Dekripsi Lokasi Penelitian

Pukesmas Darussalam merupakan salah satu pukesmas yang ada

dikabupaten Aceh Besar,yang terletak di seelah timur kota Banda

Aceh,dengan jarak ke pusat kota propinsi Aceh ± 15 km dan jarak ke ibukota

kabupaten ± 60,2 km. Pukesmas Darussalam terletak pada 5,20˚– 5,03˚

Lintang Utara dan 95,02˚ Bujur Timur.Dengan luas wilayah 76,42km².

Luas wilayah kerja Pukesmas Darussalam mencakup 76,42km² yang

dibagi atas 3 mukim dan 29 Gampong.Desa terluas adalah Desa Krueng Kalee

luas wilayah 1,842 Ha atau sekitar 10% dari luas wilayah kecamatan

sedangkan desa yang paling kecil adalah Desa Lamgawe Dan Desa Lampuuk

seluas 40 Ha atau 0,1% km² terhadap luas kecamatan.Adapun batas- batas

Pukesmas Darussalam adalah:

1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Wilayah Kerja Pukesmas Baitussalam.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah Kerja Pukesmas Mesjid Raya.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Syiah Kuala.

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 4 s/d

15 Juli 2015 di Puskemas Darussalam Kabupaten Aceh Besar, dengan jumlah


responden sebanyak 68 orang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh

selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur, Pekerjaan dan Pendidikan Responden di
Puskemas Darussalam Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2015

No Kategori Frekuensi %
1 Umur :
a. < 20 tahun 0 0
b. 20-35 tahun 68 100
c. > 35 tahun 0 0
Jumlah 68 100
2 Pekerjaan :
a. Bekerja 29 42,6
b. Tidak kerja 39 57,4
Jumlah 68 100
3 Pendidikan :
a. Tinggi 16 23,5
b. Menengah 39 57,4
c. Dasar 13 19,1
Jumlah 68 100

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 68 responden

yang diteliti, keseluruhan responden berumur 20-35 tahun sebanyak 68

responden (100%), sebagian besar respnden tidak bekerja sebanyak 39

responden (57,4%) dan sebagian besar responden berpendidikan

menengah sebanyak 39 responden (57,4%).


Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Umur Anak dan Jenis Kelamin Anak
Responden di Puskemas Darussalam

Kabupaten Aceh Besar


Tahun 2015

No Kategori Frekuensi %
1 Umur Anak :
a. 2-3 tahun 17 25
b. 3-4 tahun 28 41,2
c. 4-5 tahun 23 33,8
Jumlah 68 100
2 Jenis Kelamin Anak
a. Laki-laki 39 57,4
b. Perempuan 29 42,6
Jumlah 68 100

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 68 responden

yang diteliti, sebagian besar anak respnden berumur 3-4 tahun sebanyak 28

responden (41,2%) dan sebagian besar anak responden berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 39 responden (57,4%).

2. Analisa Univariat
a. Kejadian dermatitis atopik

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kejadian Dermatitis Atopik Pada Anak yang
Datang Berkunjung ke Puskemas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2015

No Dermatitis Atopik Frekuensi %


1 Ya 37 54,4
2 Tidak 31 45,6
Jumlah 68 100
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 68 responden,

sebagian besar anak mengalami dermatitis atopik sebanyak 37

responden (54,4%).

b. Riwayat keturunan

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Riwayat Keturunan Pada Anak yang
Datang Berkunjung ke Puskemas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2015

No Riwayat keturunan Frekuensi %


1 Ada 37 54,4
2 Tidak 31 45,6
Jumlah 68 100

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 68 responden,

sebagian besar anak memiliki faktor keturunan sebanyak 37 responden

(54,4%).

c. Pemberian Susu Formula

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pemberian Susu Formula Pada Anak yang
Datang Berkunjung ke Puskemas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2015

No Pemberian Susu Formula Frekuensi %


1 Ya 30 44,1
2 Tidak 38 55,9
Jumlah 68 100

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 68 responden,

sebagian besar pemberian susu formula pada anak berada pada

kategori tidak sebanyak 38 responden (55,9%).


d. Lingkungan

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Lingkungan Tempat Tinggal Anak yang
Datang Berkunjung ke Puskemas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2015

No Lingkungan Frekuensi %
1 Mendukung 23 44,1
2 Kurang mendukung 45 66,2
Jumlah 68 100

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 68 responden,

sebagian besar lingkungan tempat tinggal anak berada pada kategori

kurang mendukung sebanyak 38 responden (66,2%).

3. Analisa Bivariat
a. Hubungan riwayat keturunan/genetik dengan resiko dermatitis atopik
pada anak di Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Tabel 4.7
Hubungan Riwayat Keturunan/Genetik Dengan Resiko Dermatitis
Atopik Pada Anak di Pukesmas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2015

Dermatitis Atopik Total p- 


Riwayat
No Ya Tidak Value
keturunan
f % f % f %
1 Ada 27 73 10 27 37 100 0,002 0,05
2 Tidak 10 32,3 21 67,7 31 100

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh hasil bahwa dari 37 responden

yang memiliki riwayat keturunan lebih tinggi persentasenya

mengalami dermatitis atopik sebanyak 27 orang (73%) dibandingkan


dari 31 responden yang tidak memiliki riwayat keturunan hanya

sebanyak 10 orang (32,3%) anak yang mengalami dermatitis atopik.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Chi-Square

dengan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,003 (p<0,05),

menunjukkan bahwa ada hubungan riwayat keturunan/genetik dengan

resiko dermatitis atopik pada anak di Pukesmas Darussalam

Kabupaten Aceh Besar.

b. Hubungan pemberian susu formula dengan resiko dermatitis atopik


pada anak di Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Tabel 4.8
Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan Resiko Dermatitis
Atopik Pada Anak di Pukesmas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2015

Pemberian Dermatitis Atopik Total p- 


No susu Ya Tidak Value
formula f % f % f %
1 Ya 11 36,7 19 63,3 30 100 0,018 0,05
2 Tidak 26 68,4 12 31,6 38 100

Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh hasil bahwa dari 38 responden

yang pemberian susu formula berada pada kategori tidak lebih tinggi

persentasenya mengalami dermatitis atopik sebanyak 26 orang

(68,4%) dibandingkan dari 30 responden yang pemberian susu formula

berada pada kategori positif hanya sebanyak 11 orang (36,7%) anak

yang mengalami dermatitis atopik. Setelah dilakukan uji statistik

dengan menggunakan Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%,

diperoleh nilai p=0,018 (p<0,05), menunjukkan bahwa ada hubungan

pemberian susu formula dengan resiko dermatitis atopik pada anak di

Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar.


c. Hubungan lingkungan dengan resiko dermatitis atopik pada anak di
Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Tabel 4.9
Hubungan Lingkungan Dengan Resiko Dermatitis Atopik
Pada Anak di Pukesmas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2015

Dermatitis Atopik Total p- 


No Lingkungan Ya Tidak Value
f % f % f %
1 Mendukung 8 34,8 15 65,2 23 100 0,039 0,05
2 Kurang 29 64,4 16 35,6 45 100
mendukung

Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh hasil bahwa dari 45 responden

yang berada di lingkungan yang kurang mendukung lebih tinggi

persentasenya mengalami dermatitis atopik sebanyak 29 orang

(64,4%) dibandingkan dari 23 responden yang berada di lingkungan

yang mendukung hanya sebanyak 8 orang (34,8%) anak yang

mengalami dermatitis atopik. Setelah dilakukan uji statistik dengan

menggunakan Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh

nilai p=0,039 (p<0,05), menunjukkan bahwa ada hubungan pemberian

susu formula dengan resiko dermatitis atopik pada anak di Pukesmas

Darussalam Kabupaten Aceh Besar.


4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan riwayat keturunan/genetik dengan resiko dermatitis atopik pada

anak di Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh hasil bahwa dari 37 responden

yang memiliki riwayat keturunan lebih tinggi persentasenya mengalami

dermatitis atopik sebanyak 27 orang (73%) dibandingkan dari 31

responden yang tidak memiliki riwayat keturunan hanya sebanyak 10

orang (32,3%) anak yang mengalami dermatitis atopik. Setelah dilakukan

uji statistik dengan menggunakan Chi-Square dengan tingkat kepercayaan

95%, diperoleh nilai p=0,003 (p<0,05), menunjukkan bahwa ada

hubungan riwayat keturunan/genetik dengan resiko dermatitis atopik pada

anak di Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah

dilakukan oleh Syarif (2010) di Wilayah Kerja Puskesmas Pattopakang

Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar, hasil uji Chi-Square

dengan CI 95%, p value < 0,05 dengan df =1, diperoleh hasil bahwa ada

hubungan antara kejadian dermatitis atopik dengan riwayat alergi (atopi)

orangtua (p=0.000).

Dermatitis atopik cenderung diturunkan. Lebih ¼ anak dari seorang ibu

yang menderita atopik akan mengalami dermatitis atopik pada masa kehidupan 3

bulan pertama. Bila salah satu orang anak menderita dermatitis atopik, lebih

separuh jumlah anak akan mengalami gejala alergi sampai usia 2 tahun, dan
meningkatkan sampai 79% bila kedua orang tua menderita dermatitis atopik.

Resiko mewarisi dermatitis atopik lebih tinggi bila ibu yang menderita dermatitis

atopik dibandingkan dengan ayah. Tetapi, bila dermatitis atopik dialami berlanjut

hingga dewasa, maka risiko untuk mewariskan kepada anaknya yaitu kira-kira

50%15.

Jumlah penderita dermatitis atopik di keluarga meningkat 50% apabila

salah satu orang tuanya dermatitis atopik, 75% bila kedua orang tuanya menderita

dermatitis atopik. Risiko terjadi dermatitis atopik pada kembar monozigot sebesar

77% sedangkan kembar dizigot sebesar 25%. Dari berbagai penelitian terungkap

tentang polimorfisme gen dihubungkan dengan dermatitis atopik. Selain itu pada

penderita dermatitis atopik atau keluarga sering terdapat riwayat rinitis alergik

dan alergi pada saluran napas15.

Peneliti berasumsi bahwa riwayat keturunan berhubungan dengan

resiko dermatitis atopik pada anak, dimana dari hasil penelitian diperoleh

bahwa anak yang memiliki riwayat keturuan mengalami dermatitis atopik,

hal ini disebabkan karena dermatitis atopik cenderung diturunkan ¼ anak

dari seorang ibu yang menderita atopik, sehingga anak mengalami

dermatitis atopik

4.3.2 Hubungan pemberian susu formula dengan resiko dermatitis atopik pada

anak di Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh hasil bahwa dari 38 responden

yang pemberian susu formula berada pada kategori tidak lebih tinggi

persentasenya mengalami dermatitis atopik sebanyak 26 orang (68,4%)

dibandingkan dari 30 responden yang pemberian susu formula berada

pada kategori positif hanya sebanyak 11 orang (36,7%) anak yang


mengalami dermatitis atopik. Setelah dilakukan uji statistik dengan

menggunakan Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh

nilai p=0,018 (p<0,05), menunjukkan bahwa ada hubungan pemberian

susu formula dengan resiko dermatitis atopik pada anak di Pukesmas

Darussalam Kabupaten Aceh Besar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah

dilakukan oleh Syarif (2010) di Wilayah Kerja Puskesmas Pattopakang

Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar, hasil uji Chi-Square

dengan CI 95%, p value < 0,05 dengan df =1, diperoleh hasil bahwa ada

hubungan antara kejadian dermatitis atopik dengan pemberian ASI

Ekslusif (p= 0.003).

Susu sapi sedikitnya merupakan 20% komponen yang dapat menimbulkan

produksi antibodi. Kumpulan protein susu utama adalah kasein (76%) dan whey.

Whey menengandung beta-laktoglobulin, alfa-laktaalbumin, immunoglubulin

sapid dan albumin serum sapi. Alergi dilaporkan dapat terjadi terhadap semua

komponen tersebut. Ditemukan reaksi silang antara susu sapi dengan susu domba,

sehingga tidak dapat digunakan sebagai pengganti pada anak dengan alergi susu

sapi. Secara kasat mata membuktikan alergi susu sapi lebih lama menetap pada

anak-anak11.

Peneliti berasumsi bahwa pemberian susu formula berhubungan

dengan resiko dermatitis atopik pada anak, dimana dari hasil penelitian

diperoleh bahwa anak yang pemberian susu formulanya berada pada

kategori negatif lebih banyak mengalami dermatitis atopik, hal ini

disebabkan karena tindakan ibu yang kurang tepat dalam pelaksanaan

pemberian susu formula seperti ibu tidak melaksanakan pemberian sesuai


dengan ketentuan yang tertera di kemasan, tidak melakukan pencucian

botol terlebih dahulu sebelum di suguhkan, tidak menggunakan air yang

mendidih, hal ini menyebabkan anak mudah terpapar dermatitis atopik.

4.3.3 Hubungan lingkungan dengan resiko dermatitis atopik pada anak di

Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh hasil bahwa dari 45 responden

yang berada di lingkungan yang kurang mendukung lebih tinggi

persentasenya mengalami dermatitis atopik sebanyak 29 orang (64,4%)

dibandingkan dari 23 responden yang berada di lingkungan yang

mendukung hanya sebanyak 8 orang (34,8%) anak yang mengalami

dermatitis atopik. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan

Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,039

(p<0,05), menunjukkan bahwa ada hubungan pemberian susu formula

dengan resiko dermatitis atopik pada anak di Pukesmas Darussalam

Kabupaten Aceh Besar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah

dilakukan oleh Syarif (2010) di Wilayah Kerja Puskesmas Pattopakang

Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar, hasil uji Chi-Square

dengan CI 95%, p value < 0,05 dengan df =1, diperoleh hasil bahwa ada

hubungan antara kejadian dermatitis atopik dengan paparan asap rokok

(p=0,121) tidak berhubungan dengan kejadian dermatitis.

Faktor lingkungan yang kurang bersih berpengaruh pada kekambuhan

dermatitis atopik, misalnya asap rokok, polusi udara (nitrogen dioksida, sufur

dioksida), walaupun secara pasti belum terbukti. Suhu yang panas, kelembaban,
dan keringat yang banyak akan memicu rasa gatal dan kekambuhan dermatitis

atopik15.

Faktor lingkungan juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan,

misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan

permeabilitas; usia (anak dibawah umur 8 tahun lebih muda teriritasi); ras (kulit

hitam lebih tahan daripada kulit putih), jenis kelamin (insidensi dermatitis kontak

alergi lebih tinggi pada wanita), penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami

(ambang rangsang terhadap bahan iritan turun), misalnya dermatitis atopik15

Peneliti berasumsi bahwa lingkungan berhubungan dengan resiko

dermatitis atopik pada anak, dimana dari hasil penelitian diperoleh bahwa

lingkungan tempat tinggal anak yang kurang mendukung memicu anak

mengalami dermatitis atopik, hal ini disebabkan karena lingkungan yang

berdebu, panas, adanya polusi asap roko, memicu kekambuhan dermatitis

atopik pada anak sehingga anak mengalami dermatitis atopik.

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

5.1.1 Ada hubungan riwayat keturunan/genetik dengan resiko dermatitis atopik

pada anak di Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan

p=0,002 (p<0,05).

5.1.2 Ada hubungan pemberian susu formula dengan resiko dermatitis atopik

pada anak di Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan

p=0,018 (p<0,05).

5.1.3 Ada hubungan lingkungan dengan resiko dermatitis atopik pada anak di

Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan p=0,039 (p<0,05).

5.2 Saran

5.2.1 Kepada ibu-ibu yang memiliki riwayat keturunan dengan dermatitis

atopik, agar melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan

pengaturan hidup dan pola makan, sehingga mengurangi timbulkan faktor

pencetus dermatitis atopik pada bayi.

5.2.2 Kepada ibu yang memiliki bayi dengan riwayat dermatitis atopik dan

mengkonsumsi susu formula, agar melakukan tindakan penatalaksanaan

pemberian susu formula dengan benar dan tepat, sehingga dapat

menghindari timbulnya dermatitis atopik pada bayi.

5.2.3 Kepada ibu-ibu yang memiliki bayi, agar menciptakan lingkungan yang

aman dan nyaman untuk mencegah terjadinya dermatitis atopik pada bayi.

5.2.4 Kepada kepala Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar, agar dapat

menyerbarluaskan informasi melalui penyuluhan tentang penyebab,


pencegahan dan resiko kejadian dermatitis atopik sehingga dapat

menurunkan angka kesakitan akibat faktor pemicu dermatitis atopik

5.2.5 Kepada peneliti lain, agar dapat melakukan penelitian yang berhubungan

dengan dermatitis atopik, dengan pendekatan yang berbeda untuk hasil

yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Beiber, T. 2008. Atopic Dermatitis. The New England Journal of Medicine

2. Dharmadji, H.T., 2006. Berbagai Dermatitis yang Sering Terjadi pada Bayi dan
Anak. Dalam: Djajakusumah T.S., ed. Antiinflamasi Topikal pada Pengobatan
Dermatitis Bayi dan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 1-10.

3. Djuanda, dkk, 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelami.Edisi Kelima. Jakarta : FKUI.
4. Brown, Robin Graham dan Tony Burn. 2008. Dermatologi (Lecture Notes on
Dermatology). Erlangga, Jakarta.

5. Kemkes RI, 2011. Profil Dasar Kesehatan. Jakarta : Kemenkes, RI.

6. Oh, S-Y. et al. 2010. ‘Antioxidant Nutrient Intakes and Corresponding Biomarkers
Associated With The Risk Of Atopic Dermatitis In Young Children’.Etropean
Journal of Clinical Nutrition. Vol.64

7. Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar, 2015. Laporan 10 Penyakit


Terbesar. Kabupaten Aceh Besar.

8. Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2013. Laporan 20 Penyakit. Kota Banda Aceh.

9. Syarif, 2010. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Pada Anak
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pattopakang Kecamatan Mangarabombang
Kabupaten Takalar. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin.

10. Weninggalis, 2011. Hubungan Antara Atopi Dengan Riwayat Penyakit Alergi Dalam
Keluarga Dan Manifestasi Penyakit Alergi Pada Balita. Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung

11. Dewi, R.W.N., 2008. Eksim Susu pada Bayi dan Anak . Dalam: Boediardja, S.A, ed.
Eksim Pada Bayi dan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FK UI..

12. Soebaryo, R. 2004. Etiologi dan Patogenesis Dermatitis Atopik. Dalam: Boediardja,
S.A., Sugito, T.L, Rihatmadja, R. Dermatitis Pada Bayi dan Anak. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

13. Zulkarnain, I. 2009. Manifestasi Klinis dan Diagnosis Dermatitis. Dalam:


Boediardja, S.A., Sugito, T.L, Indriatmi, W. Dermatitis Atopik. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

14. Leung, D.Y.M. 2007. Atopic Dermatitis. Dalam: Leung, D.Y.M. & Sampson, H.A.,
(eds) Pediatric Allergy, Principles and Practice, Philadelphia: Mosby

15. Boediardja, S.A. 2006. Faktor Genetik pada Dermatitis Atopik. Dalam: Boediardja,
S.A., Sugito, T.L, Rihatmadja, R. Dermatitis Pada Bayi dan Anak. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI

16. Notoatmodjo, 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

17. Sudjana, 2007. Metoda Statistika. Edisi VII. Tarsito. Bandung.

18. Hastono S.P, 2007. Analisis Data Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Universitas Indonesia.
Lampiran 5

KUESIONER

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO DERMATITIS ATOPIK


PADA ANAK YANG BERKUNJUNG KE PUKESMAS DARUSSALAM
KABUPATEN ACEH BESAR
TAHUN 2015

I. IDENTITAS RESPONDEN
1. No Responden :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan :

II. IDENTITAS ANAK


1. Umur Anak :
2. Jenis Kelamin :

III. PERTANYAAN

A. Dermatitis Atopik
(di isi penelitian dengan melihat rekam medik diagnosa pasien)
1. Apakah anak anda mengalami gatal-gatal di kulit
a. Ya
b. Tidak

2. Apakah gatal-gatal muncul karena makanan yang di makan


a. Ya
b. Tidak

3. Apakah gatal-gatal muncul diseluruh bagian tubuh


a. Ya
b. Tidak

B. Faktor Keturunan

1. Apakah orang tua ibu memiliki riwayat gatal-gatal akibat alergi ?


a. Ada
b. Tidak

2. Apakah kakek/nenek dari orang tua ibu memiliki riwayat gatal-gatal akibat
alergi?
a. Ada
b. Tidak

3. Apakah saudara kandung dari ayah memiliki riwayat gatal-gatal akibat


alergi?
a. Ada
b. Tidak

4. Apakah saudara kandung dari ibu memiliki riwayat gatal-gatal akibat


alergi?
a. Ada
b. Tidak

5. Apakah saudara ibu ada yang meninggal akibat gatal-gatal akibat alergi?
a. Ada
b. Tidak

C. Pemberia Susu Formula


1. Apakah ibu memberikan susu formula kepada bayi ?
a. Ya
b. Tidak
2. Sejak kapan ibu memberikan susu formula?
a. > 6 bulan
b. < 6 bulan
3. Apakah ibu memberikan susu formula sesuai ketentuan yang tertera di
kemasan ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah ibu memberikan susu formula sesuai dengan jadwal ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah ibu melakukan pencucian botol sebelum menyuguhkan susu
formula kepada bayi ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah ibu membuat susu formula dengan air yang mendidih ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah dodot susu yang ibu gunakan ibu cuci dulu sebelum membuat
susu formula ?
a. Ya
b. Tidak

8. Apakah ibu menutup dodot susu yang telah diminum ?


a. Ya
b. Tidak
9. Apakah ibu membersihkan langsung dodot susu yang telah di gunakan?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah ibu membuat susu formula dengan dosis yang tepat?
a. Ya
b. Tidak
D. Lingkungan
Petunjuk :
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda chek list (√) pada
salah satu jawaban yang dianggap paling benar pada jawaban alternative
dibawah ini :

No. Pernyataan Ya Tidak


1. Di sekitar tempat tinggal mudah berdebu karena dekat
dengan pembangunan

2 Di sekitar tempat tinggal terdapat orang yang merokok

3 Disekitar tempat tinggal terdapat polusi udara pabrik

4 Ditempat tinggal memiliki suhu yang panas

5 Disekitar tempat tinggal memiliki udara yang panas

Lampiran 6
TABEL SKOR

Bobot Skor
No Urut
No Variabel Rentang
Pertanyaan Ya/Ada Tidak
1 Kejadian Dermatitis Atopik 1 1 0
2 1 0
3 1 0
2 Riwayat Keturunan 1 1 0
2 1 0
3 1 0
4 1 0
5 1 0
3 Pemberian Susu Formulan 1 1 0
2 1 0
3 1 0
4 1 0
5 1 0
6 1 0
7 1 0
8 1 0
9 1 0
10 1 0
4 Lingkungan 1 1 0
2 1 0
3 1 0
4 1 0
5 1 0

Lampiran 8
Master Tabel Uji Validitas
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Risiko Dermatitis Atopik Pada A
Ke Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun

No Urut Umur Pddk Pkrj Pendptn Jlh Umur


Responden Ibu Ibu Ibu Anak Anak
(thn) 1 2 3 4 5 6 7 8
> Rp
1 20 SMA PNS 1.900.000 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1
2 31 SMP Guru > Rp 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1
1.900.000
< Rp
3 29 SMA Peternak 1.900.000 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1
Tidak < Rp
4 34 SD Kerja 1.900.000 5 3 1 1 1 1 1 1 0 1
> Rp
5 25 SMA PNS 1.900.000 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
6 35 SD Swasta 1.900.000 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1
> Rp
7 29 SMA Pedagang 1.900.000 1 3 0 0 0 1 0 0 1 0
< Rp
8 28 SMA Swasta 1.900.000 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
9 32 SMA Swasta 1.900.000 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
10 29 S1 Swasta 1.900.000 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
11 20 SMA IRT 1.900.000 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
12 31 DIII IRT 1.900.000 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
13 29 SMA IRT 1.900.000 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1
> Rp
14 34 SMA IRT 1.900.000 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
15 25 SMA IRT 1.900.000 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
16 35 DIII IRT 1.900.000 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
17 29 SMA IRT 1.900.000 2 3 1 1 1 1 1 1 0 1
> Rp
18 28 DIII IRT 1.900.000 3 3 1 1 1 0 1 1 0 1
< Rp
19 32 SMA IRT 1.900.000 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
20 29 SMA IRT 1.900.000 2 5 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
21 38 SMP IRT 1.900.000 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
22 35 SMA IRT 1.900.000 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
23 41 SMA IRT 1.900.000 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1
> Rp
24 28 DIII IRT 1.900.000 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1
> Rp
25 41 SMA IRT 1.900.000 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
26 24 SMA IRT 1.900.000 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0
> Rp
27 28 SMA IRT 1.900.000 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
< Rp
28 27 SMA IRT 1.900.000 2 3 1 0 0 0 0 0 1 0
< Rp
29 38 SMA IRT 1.900.000 3 3 0 1 1 1 1 1 1 1
> Rp
30 32 SMP IRT 1.900.000 2 3 0 0 0 1 0 0 0 0
Lampiran 9
Hasil Uji Validitas Kuisioner

Reliability
Ca se Processing Sum ma ry

N %
Cases Valid 30 100.0
Ex cludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Lis twis e deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.975 20

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
p1 16.6333 27.826 .691 .975
p2 16.6333 26.861 .972 .972
p3 16.6333 26.861 .972 .972
p4 16.6000 28.455 .589 .976
p5 16.6333 26.861 .972 .972
p6 16.6333 26.861 .972 .972
p7 16.6667 28.437 .466 .978
p8 16.6333 26.861 .972 .972
p9 16.6333 28.654 .457 .977
p10 16.6333 26.861 .972 .972
p11 16.6333 26.861 .972 .972
p12 16.6000 28.455 .589 .976
p13 16.6333 26.861 .972 .972
p14 16.6333 26.861 .972 .972
p15 16.6333 26.861 .972 .972
p16 16.6333 26.861 .972 .972
p17 16.6667 28.437 .466 .978
p18 16.6333 26.861 .972 .972
p19 16.5667 28.530 .690 .975
p20 16.5333 29.499 .471 .976

Scale Sta tistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


17.5000 30.466 5.51956 20

Lampiran 12
Master Tabel
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Risiko Dermatitis Atopik
Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besa
No Umur DA Keturunan Pem
Umur Pkrj Pddk Jk Kat Skor Kat
Urut Anak
1 2 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1 30 Guru S1 4 Pr 1 0 0 Ya 1 0 0 0 0 1 Tidak 1 1 1 0

2 25 Jualan SMA 2 Lk 1 1 0 Ya 1 0 0 0 0 1 Tidak 1 1 0 0

3 30 Pertani SMP 5 Pr 1 1 1 Ya 0 1 1 0 0 2 Ada 1 1 1 1


4 35 IRT SMA 3,5 Pr 0 0 0 Tidak 0 0 1 0 0 1 Tidak 1 1 1 0

5 22 IRT SMA 3 Lk 0 0 0 Tidak 0 0 0 0 0 0 Tidak 1 1 1 0


6 24 IRT SMA 3 Lk 1 0 0 Ya 1 0 1 0 0 2 Ada 1 1 0 0

7 25 Guru DIII 4 Lk 1 0 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 0 0

8 27 Jualan SMP 3 Pr 1 0 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 0 0

9 28 Jualan SMA 3 Lk 0 0 0 Tidak 0 1 0 0 0 1 Tidak 1 1 0 0


10 30 IRT SMA 4 Lk 1 1 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 0 0

11 27 IRT SMA 3 Lk 0 0 0 Tidak 0 0 1 0 0 1 Tidak 1 1 1 0


12 30 IRT SMP 2,5 Pr 1 0 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 0 0

13 25 IRT SMA 4 Pr 1 0 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 0 0

14 24 IRT SMA 3 Lk 0 0 0 Tidak 0 0 1 0 0 1 Tidak 1 1 1 1

15 23 IRT SMA 5 Lk 0 0 0 Tidak 0 0 1 0 0 1 Tidak 1 1 1 1

16 32 IRT SMA 2 Pr 0 0 0 Tidak 0 0 1 0 0 1 Tidak 1 1 0 0


17 25 IRT SMA 4 Lk 1 1 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 1 1

18 27 Jualan SMA 3 Lk 0 0 0 Tidak 1 0 0 0 0 1 Tidak 1 1 1 0


19 25 IRT SMA 3 Lk 0 0 0 Tidak 0 0 0 1 0 1 Tidak 1 1 1 1
20 26 Guru DIII 4 Pr 1 1 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 1 0

21 23 IRT SMP 2 Lk 0 0 0 Tidak 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 0 0


22 27 IRT SMA 2 Pr 1 1 0 Ya 1 0 0 0 0 1 Tidak 1 1 1 1

23 26 Guru S1 5 Lk 0 0 0 Tidak 1 0 0 0 0 1 Tidak 1 1 0 1


24 25 IRT SMA 3 Lk 1 1 0 Ya 1 0 0 0 0 1 Tidak 1 1 0 0

25 25 Jualan SMA 4 Pr 1 0 1 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 1 0

26 20 IRT SMA 2 Lk 0 0 0 Tidak 0 0 0 1 0 1 Tidak 1 1 0 0


27 24 Jualan SMA 3 Lk 1 0 0 Ya 1 0 0 0 0 1 Tidak 1 1 0 0

28 25 Jualan SMA 3 Pr 0 0 0 Tidak 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 0 0

29 30 Guru S1 5 Lk 1 0 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 1 0

30 27 Guru S1 3 Pr 1 0 1 Ya 1 0 1 0 0 2 Ada 1 1 0 0
31 25 Guru S1 3,5 Pr 0 0 0 Tidak 0 0 1 0 0 1 Tidak 1 1 0 1
32 27 IRT SMA 3 Lk 0 0 0 Tidak 0 0 1 0 0 1 Tidak 1 1 0 0
33 27 Guru S1 3 Lk 1 0 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 1 1
34 25 Guru S1 2 Pr 1 0 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 1 1
35 29 Guru S1 3 Pr 0 0 0 Tidak 0 0 1 0 0 1 Tidak 1 1 1 1
36 29 Guru S1 4 Lk 0 0 0 Tidak 0 0 1 0 0 1 Tidak 1 1 1 1

37 27 IRT SMA 3 Pr 1 1 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 0 0

38 28 IRT SMA 2 Pr 1 0 0 Ya 0 1 1 0 0 2 Ada 1 1 1 0


39 27 IRT SMP 3,5 Lk 1 1 0 Ya 0 0 0 1 0 1 Tidak 1 1 0 0

40 27 IRT SMA 4 Lk 0 0 0 Tidak 1 0 0 1 0 2 Ada 1 1 0 0

41 25 Guru S1 5 Lk 1 0 0 Ya 0 1 0 0 0 1 Tidak 1 1 0 0

42 27 IRT SMA 2 Pr 0 0 0 Tidak 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 1 0

43 25 IRT SMA 3 Lk 1 1 0 Ya 0 1 0 0 0 1 Tidak 1 1 1 0


44 25 IRT SMP 2 Lk 0 0 0 Tidak 0 0 1 0 0 1 Tidak 1 1 0 0
45 26 IRT SMA 3 Lk 1 1 0 Ya 0 1 0 0 0 1 Tidak 1 1 1 1
46 24 IRT SMP 3 Lk 1 1 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 1 1
47 25 Jualan SMA 3 Pr 0 0 0 Tidak 0 0 0 0 0 0 Tidak 1 1 0 0
48 27 IRT SMA 4 Lk 1 1 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 1 0

49 25 IRT SMA 3 Lk 0 0 0 Tidak 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 1 1


50 25 IRT SMA 5 Pr 1 1 0 Ya 1 1 0 0 0 2 Ada 1 1 1 0

51 27 IRT SMA 5 Pr 1 0 0 Ya 0 0 1 0 0 1 Tidak 1 1 0 0

52 24 Swasta DIII 4 Pr 0 0 0 Tidak 1 0 0 0 0 1 Tidak 1 1 0 0

53 24 Jualan SMA 4 Lk 1 1 1 Ya 1 0 1 0 0 2 Ada 1 1 0 0

54 27 IRT SMA 5 Lk 1 1 0 Ya 1 1 1 1 0 4 Ada 1 1 0 0

55 25 PNS S1 3,5 Lk 1 1 0 Ya 1 0 1 0 0 2 Ada 1 0 0 0

56 30 Jualan SD 3 Lk 1 1 1 Ya 1 1 1 1 0 4 Ada 1 0 0 0

57 23 IRT SMP 4 Lk 1 1 1 Ya 1 1 1 1 0 4 Ada 1 0 0 1

58 27 Jualan SMA 2,5 Pr 1 1 1 Ya 1 1 1 1 0 4 Ada 1 0 0 0

59 20 IRT SMP 2,5 Lk 0 0 0 Tidak 1 0 1 1 0 3 Ada 1 0 1 0

60 24 Guru s1 2 Lk 1 1 1 Ya 1 1 1 1 0 4 Ada 1 0 0 0
61 31 Jualan SMA 2,5 Pr 0 0 0 Tidak 0 0 1 1 0 2 Ada 1 1 0 0

62 32 IRT SMP 5 Lk 0 0 0 Tidak 1 0 1 0 0 2 Ada 1 1 0 0

63 25 IRT SMA 2 Pr 1 1 0 Ya 1 0 1 1 0 3 Ada 1 0 1 0

64 30 IRT SMP 3 Pr 0 0 0 Tidak 1 1 1 1 0 4 Ada 1 0 0 0

65 25 IRT SMA 4 Pr 0 0 0 Tidak 1 0 0 1 0 2 Ada 1 0 0 0

66 30 IRT MAN 3,5 Pr 0 0 0 Tidak 0 0 0 0 0 0 Tidak 0 1 1 0

67 34 Guru S1 2,5 Pr 0 0 0 Tidak 0 0 0 0 0 0 Tidak 1 0 0 0

68 32 IRT SMP 2,4 Lk 0 0 0 Tidak 0 0 1 0 0 1 Tidak 1 1 1 0

Total 115

Mean 1,69

Lampiran 13

TABEL SPSS
Frequencies

Statistics

Umur Pekerjaan Pendidikan Jenis Kelamin Dermatitis Faktor Pemberian


Responden Responden Responden Umur Anak Anak Atopik Keturunan Susu Formula Lingkungan
N Valid 68 68 68 68 68 68 68 68 68
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20 2 2.9 2.9 2.9
22 1 1.5 1.5 4.4
23 3 4.4 4.4 8.8
24 7 10.3 10.3 19.1
25 19 27.9 27.9 47.1
26 3 4.4 4.4 51.5
27 15 22.1 22.1 73.5
28 2 2.9 2.9 76.5
29 2 2.9 2.9 79.4
30 8 11.8 11.8 91.2
31 1 1.5 1.5 92.6
32 3 4.4 4.4 97.1
34 1 1.5 1.5 98.5
35 1 1.5 1.5 100.0
Total 68 100.0 100.0

Pekerjaan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Guru 14 20.6 20.6 20.6
IRT 39 57.4 57.4 77.9
Jualan 12 17.6 17.6 95.6
Pertani 1 1.5 1.5 97.1
PNS 1 1.5 1.5 98.5
Swasta 1 1.5 1.5 100.0
Total 68 100.0 100.0
Pe ndi dika n Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid DIII 3 4.4 4.4 4.4
MAN 1 1.5 1.5 5.9
s1 1 1.5 1.5 7.4
S1 12 17.6 17.6 25.0
SD 1 1.5 1.5 26.5
SMA 38 55.9 55.9 82.4
SMP 12 17.6 17.6 100.0
Total 68 100.0 100.0

Um ur Ana k

Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid 2 11 16.2 16.2 16.2
2,4 1 1.5 1.5 17.6
2,5 5 7.4 7.4 25.0
3 23 33.8 33.8 58.8
3,5 5 7.4 7.4 66.2
4 14 20.6 20.6 86.8
5 9 13.2 13.2 100.0
Total 68 100.0 100.0

Jenis Kelamin Anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lk 39 57.4 57.4 57.4
Pr 29 42.6 42.6 100.0
Total 68 100.0 100.0

Dermatitis Atopik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 31 45.6 45.6 45.6
Ya 37 54.4 54.4 100.0
Total 68 100.0 100.0

Riwayat Keturunan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 37 54.4 54.4 54.4
Tidak 31 45.6 45.6 100.0
Total 68 100.0 100.0
Pemberian Susu Formula

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 38 55.9 55.9 55.9
Ya 30 44.1 44.1 100.0
Total 68 100.0 100.0

Lingkungan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Mendukung 45 66.2 66.2 66.2
Mendukung 23 33.8 33.8 100.0
Total 68 100.0 100.0

Crosstabs

Ca se Processing Summ ary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Riway at Keturunan *
68 100.0% 0 .0% 68 100.0%
Dermatitis Atopik
Pemberian Susu Formula
68 100.0% 0 .0% 68 100.0%
* Dermatit is Atopik
Lingkungan * Dermatit is
68 100.0% 0 .0% 68 100.0%
At opik
Riwayat Keturunan * Dermatitis Atopik
Crosstab

Dermatitis Atopik
Tidak Ya Total
Riway at Keturunan Ada Count 10 27 37
Ex pec ted Count 16.9 20.1 37.0
% within Faktor
27.0% 73.0% 100.0%
Keturunan
Tidak Count 21 10 31
Ex pec ted Count 14.1 16.9 31.0
% within Faktor
67.7% 32.3% 100.0%
Keturunan
Total Count 31 37 68
Ex pec ted Count 31.0 37.0 68.0
% within Faktor
45.6% 54.4% 100.0%
Keturunan

Chi-Squa re Tests

As ymp. Sig. Ex act Sig. Ex act Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 11.272 b 1 .001
Continuity Correction a 9.691 1 .002
Lik elihood Rat io 11.571 1 .001
Fis her's Exact Tes t .001 .001
N of Valid Cas es 68
a. Computed only for a 2x 2 table
b. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 14.
13.

Pemberian Susu Formula * Dermatitis Atopik


Crosstab

Dermatitis Atopik
Tidak Ya Total
Pemberian Susu Tidak Count 12 26 38
Formula Ex pec ted Count 17.3 20.7 38.0
% within Pemberian
31.6% 68.4% 100.0%
Susu Formula
Ya Count 19 11 30
Ex pec ted Count 13.7 16.3 30.0
% within Pemberian
63.3% 36.7% 100.0%
Susu Formula
Total Count 31 37 68
Ex pec ted Count 31.0 37.0 68.0
% within Pemberian
45.6% 54.4% 100.0%
Susu Formula

Chi-Squa re Tests

As ymp. Sig. Ex act Sig. Ex act Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.815b 1 .009
Continuity Correction a 5.595 1 .018
Lik elihood Rat io 6.911 1 .009
Fis her's Exact Tes t .014 .009
N of Valid Cas es 68
a. Computed only for a 2x 2 table
b. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 13.
68.

Lingkungan * Dermatitis Atopik


Crosstab

Dermatitis Atopik
Tidak Ya Total
Lingkungan Kurang Count 16 29 45
Mendukung Ex pec ted Count 20.5 24.5 45.0
% within Lingk ungan 35.6% 64.4% 100.0%
Mendukung Count 15 8 23
Ex pec ted Count 10.5 12.5 23.0
% within Lingk ungan 65.2% 34.8% 100.0%
Total Count 31 37 68
Ex pec ted Count 31.0 37.0 68.0
% within Lingk ungan 45.6% 54.4% 100.0%

Chi-Squa re Tests

As ymp. Sig. Ex act Sig. Ex act Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.399b 1 .020
Continuity Correction a 4.269 1 .039
Lik elihood Rat io 5.444 1 .020
Fis her's Exact Tes t .024 .019
N of Valid Cas es 68
a. Computed only for a 2x 2 table
b. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 10.
49.

Anda mungkin juga menyukai