B. Hormon
Pada akhir dasawarsa ini, penggunaan hormon untuk meningkatkan
produksi daging untuk ternak sudah lazim digunakan, terutama pada sapi.
Dalam waktu dekat, hormon sejenis juga akan dipergunakan untuk
meningkatkan produksi daging domba.
Pembuatan hormon pertumbuhan dilakukan dengan cara mengisolasi dan
memperbanyak gen pertumbuhan, kemudian disisipkan pada mikroba dan
akhirnya dihasilkan hormon-hormon yang dimaksud. Hormon tersebut
kemudian disuntikkan pada ternak. Tentu saja usaha ini harus disertai dengan
pemberian nutrisi ternak yang seimbang. Penggunaan hormon untuk
pertumbuhan ini sudah sering dilakukan.
Para ahli sudah jauh memikirkan untuk membuat hormon yang akan
disuntikkan pada domba penghasil wol. Dengan suntik hormon EGF (
Epidermal Grouth Factor), bulu-bulu domba akan rontok dengan sendirinya,
tanpa pisau cukur. EGF adalah suatu hormon yang dapat mengendalikan
kecepatan tumbuh rambut. Konsentrasi EGF yang tinggi akan menyebabkan
pertumbuhan rambut yang cepat, tetapi helaian rambut akan lebih tipis. Satu
dosis EGF tertentu akan membuat rambut sedemikian tipis helaiannya sehingga
lebih rapi. Beberapa hari kemudian, titik rapuh rambut tersebut akan muncul di
permukaan kulit dan tentu saja rambut akan mudah lepas dari kulitnya.
C. Kloning Reproduksi
Contoh lain penerapan bioteknologi modern dalam bidang peternakan
adalah kloning. Kloning adalah proses untuk membuat salinan molekul,
elektron atau organisme multiseluler yang identik. Pada kloning reproduksi, hal
tersebut dilakukan untuk menghasilkan individu yang sama dengan induknya.
Salah satu proses kloning yang terkenal adalah kloning domba Dolly. Kloning
tersebut dilakukan pada 1996 dan Dolly hidup hingga 2003. Kelahiran domba
hasil kloning ini mengundang kontroversi dari berbagai pihak. Pada kloning
Dolly, ilmuwan mengisolasi inti sel somatis kelenjar mamae domba dan
memasukkannya ke dalam sel telur yang telah dihilangkan inti selnya. Sel telur
yang mengandung inti sel donor tersebut diberi kejutan listrik atau zat kimia
untuk memicu pembelahan sel. Ketika klon embrio mencapai tahap yang sesuai,
embrio tersebut dimasukkan dalam uterus domba betina.
Kloning reproduksi dapat digunakan untuk menghasilkan ternak yang
identik dengan induknya, tetapi ilmuwan mengetahui bahwa kloning
mempunyai potensi yang lebih berguna. Para ilmuwan berusaha melakukan
kloning reproduksi pada hewan-hewan yang telah punah. Beberapa hewan
punah telah dicoba dikloning. Pada 2003, seekor banteng jawa berhasil
dikloning, kemudian diikuti oleh tiga kucing liar afrika dari embrio yang
dibekukan. Hasil ini memberikan harapan bahwa teknik yang sama dapat
dilakukan pada hewan ternak lainnya.
D. Antibodi Monoklonal
Setiap saat tubuh kita dapat terkena serangan virus, bakteri, jamur, dan zat-
zat lain dari lingkungan sekitarnya. Zat-zat tersebut dapat membahayakan
tubuh. Secara alami, manusia dapat menghasilkan antibodi bagi kuman atau
antigen tersebut. Namun, agar sistem kekebalan tubuh aktif, tubuh harus pernah
diserang kuman tersebut. Terkadang jika tubuh tidak mampu bertahan,
akibatnya akan fatal.
Untuk memicu kekebalan tubuh, dapat dilakukan dengan menyuntikkan
vaksin yang mengandung antigen penyakit tersebut. Dengan demikian, dapat
terbentuk antibodi pada tubuh yang dapat melawan patogen. Oleh karena
kemampuan melawan patogen ini, antibodi monoklonal dikembangkan untuk
mengatasi penyakit spesifik.
Cara yang umum digunakan untuk menghasilkan antibodi adalah dengan
menyuntikkan sedikit antigen pada tikus atau kelinci. Tubuh kelinci atau tikus
akan merespon antigen dengan menghasilkan antibodi yang secara langsung
dapat diambil dari darahnya. Akan tetapi, biasanya antigen direspon oleh
beberapa macam sel. Antibodi yang dihasilkan adalah antibodi poliklonal, yaitu
campuran berbagai antibodi yang dihasilkan oleh berbagai sel.
Sekitar 1970, sebuah teknik dikembangkan untuk menghasilkan antibodi
monoklonal. Antibodi yang dihasilkan dari satu sel yang sama dan spesifik
terhadap satu antigen. Antibodi monoklonal ini didapat dari kultur sel.
Pembuatan antibodi monoklonal adalah melalui fusi sel antara sel B dari hati
dan sel penghasil tumor. Sel B hati digunakan karena sel inilah yang
menghasilkan antibodi. Adapun sel tumor digunakan karena dapat membelah
diri terus-menerus.
Langkah pertama untuk membuat antibodi monoklonal adalah hewan
disuntikkan antigen sel B tersebut. Kemudian, sel B hewan diisolasi dan
difusikan dengan sel tumor. Hasilnya adalah sel hibrid yang menghasilkan satu
antibodi tertentu dan terus membelah. Antibodi monoklonal juga dapat
digunakan untuk keperluan diagnosa dan diharapkan dapat menyembuhkan
kanker.
TERIMA KASIH