Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOKIMIA

MATERI
“KARBOHIDRAT DAN METABOISME KARBOHIDRAT”

OLEH:
NAMA : IKA INDAYATI
NIM : 18/436647/PBI/01585

PROGRAM MAGISTER BIOLOGI


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
TAHUN 2019
A. Pengertian Karbohidrat
- Karbohidrat adalah komponen dalam yang merupakan sumber energi yang
utama bagi organise hidup (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).
- Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton dengan rumus
empirik (CH2O)n (Lehninger, 1982).
- Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang digunakan dalam tubuh
selain lemak dan protein (Rukmana dan Deny, 2013).

B. Fungsi Karbohidrat
Poedjiadi dan Supriyanti (2006), membagi fungsi karbohidrat dalam 2
kelompok yaitu:
1. Fungsi umum
- Sebagai sumber tenaga.
- Sebagai penyimpan glukosa.
2. Fungsi pada tumbuhan
- Menyediakan tenaga untuk tumbuh dan perkembangan.
- Bahan pembentuk struktur tumbuhan.
- Bahan pembentuk biomolekul yang lain; lipid, asam nukleat, asam organik
dan protein.
- Bertindak sebagai kerangka karbon.
- Sebagai sumber tenaga dalam bentuk sukrosa, pati dan fuktan.

C. Metabolisme Karbohidrat
1. Proses Glikolisis
Kata glikolisis (glycolysis) berarti ‘pemecahan gula’, glukosa, sejenis gula
berkarbon enam, dipecah menjadi dua gula berkarbon tiga.Gula yang lebih kecil
ini kemudian diosidasi dan atom-atom yang tersisa disusun ulang untuk
membentuk dua molekul asam piruvat. Glikolisis terbagi menjadi dua fase:
investasi energy dan pembayaran energy. Selama fase investasi energy, sel
sebenarnya menggunakan ATP. Investasi ini terbayar kembali disertai bunga pada
fase pembayaran energy, ketika ATP dihasilkan oleh fosforilasi tingkat-substrat
dan NAD+ direduksi menjadi NADH oleh electron yang dilepaskan dari oksidasi
glukosa (Campbell, 2010).
Glikolisis adalah pemecahan glukosa menjadi asam piruvat atau asam laktat.
Jalur ini terutama terjadi dalam otot bergaris, yang dimaksudkan untuk
menghasilkan energi (ATP). Apabila glikolisis terjadi dalam suasana anaerobik
maka akan berakhir dengan asam laktat, dan menghasilkan dua ATP (Poedjiadi
dan Supriyanti, 2006).
Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2006) bahwa proses ini dapat berlangsung
bahkan dalam sel yang paling sederhana dan tidak memerlukan oksigen. Lintas
glikolisis memperlihatkan 5 fungsi utama di dalam sel:
1. Glukosa diubah menjadi piruvat, yang dapat dioksidasi dalam siklus asam
sitrat,
2. Banyak senyawa selain glukosa dapat memasuki lintas glikosis pada tahap
antara (intermediet),
3. Dalam beberapa sel lintas tersebut diubah untuk sentesis glukosa,
4. Lintas tersebut mengandung zat antara yang terlibat dalam reaksi metabolik
liannya dan
5. Untuk tiap-tiap molekul glukosa yang dikonsumsi, secara netto dihasilkan
dua molekul ATP melakui fosforilasi tingkat-substrat.

Menurut McKee dan Trudy (2013), menjelaskan bahwa ada 10 tahap dalam
proses glikolisis, yaitu:
1. Synthesis of glucose-6-phosphate.
Setelah memasuki sel, glukosa dan molekul gula lainnya terfosforilasi.
Fosforilasi mencegah pengangkutan glukosa keluar dari sel dan
meningkatkan reaktivitas oksigen dalam ester fosfat yang dihasilkan.
Beberapa enzim, disebut heksokinase, mengkatalisis fosforilasi heksosa di
semua sel dalam tubuh. ATP adalah sebuah kosubrat dalam reaksi,
dikomplekskan dengan Mg2+. (Kompleks ATP- Mg2+ umum terjadi pada
reaksi katalis kinase.) Pada kondisi intraselular reaksinya tidak dapat
diubah. Artinya, enzim tersebut tidak memiliki kemampuan untuk
mempertahankan atau mengakomodasi produk dari reaksi di tempat
aktifnya, terlepas dari konsentrasi G-6-P.

2. Conversion of glucose-6-phosphate to fructose-6-phosphate.


Selama reaksi 2 glikolisis, bentuk rantai terbuka aldosa glukosa-6-fosfat
diubah menjadi bentuk rantai terbuka dari ketosa fruktosa-6-fosfat oleh
isomerase fosfoglukosin (PGI) yang dapat dilihat dalam reaksi bolak balik:

3. Fosforilasi fruktosa-6-fosfat.
Phosphofructokinase-1 (PFK-1) secara ireversibel mengkatalisis
fosforilasi fruktosa-6-fosfat menjadi fruktosa-1,6-bifosfat. Pada tahap ini
memerlukan energy dari ATP.

4. Pemecahan fruktosa-1,6-bifosfat.
Tahap 1 dari glikolisis diakhiri dengan pemecahan fruktosa-1,6-
bisfosfat menjadi dua molekul tiga karbon: gliseraldehida-3-fosfat (G-3-P)
dan dihydroxyacetone phosphate (DHAP). Reaksi ini merupakan
pemecahan aldol, maka nama enzimnya: aldolase. pemecahan Aldol
adalah kebalikan dari kondensasi aldol. Dalam pemecahan aldol, aldehida
dan keton adalah produknya.

5. The interconversion of glyceraldehyde-3-fosfat and dihydroxyacetone


fosfat.
Dari dua produk reaksi aldolase, hanya G-3-P yang berfungsi sebagai
substrat untuk reaksi selanjutnya dalam glikolisis. Untuk mencegah
hilangnya 3 karbon lainnya dari jalur glikolitik, triose fosfat isomerase
mengkatalisis DHAP menjadi G-3-P. Setelah reaksi ini, molekul glukosa
yang asli telah diubah menjadi dua molekul G-3-P.
6. Oksidasi gliseraldehid-3-fosfat.
Selama reaksi 6 glikolisis, G-3-P mengalami oksidasi dan fosforilasi.
Produknya, 1,3-bisfosfatgliserida yang mengandung ikatan fosfanilaridid
dengan energi tinggi, yang dapat digunakan dalam reaksi selanjutnya
untuk menghasilkan ATP:

Proses kompleks ini dikatalisis oleh dehidrogenase gliseraldehida-3-


fosfat, tetramer yang terdiri dari empat subunit yang identik. Setiap
subunit berisi satu tempat pengikatan untuk G-3-P dan satu lagi untuk
NAD+, sebuah zat pengoksidasi.Sebagai enzim membentuk ikatan
thioester kovalen dengan substrat, ion hidrida (H-) berpindah ke
NAD+yang terikat pada enzim. NADH yang terbentuk,akan terikat pada
enzim juga tapi tidak sekuat NAD+.
7. Phosphoryl group transfer.
Dalam reaksi ini, ATP disintesis oleh enzim fosfogliserat kinase yang
mengkatalisis pengalihan gugus fosforil berenergi tinggi dari gliserida-1,3-
bisfosfat ke ADP. Reaksi 7 adalah contoh fosforilasi tingkat substrat.
Karena sintesis ATP bersifat endergonik, ia membutuhkan sumber energi.
Pada fosforilasi substratelevel, ATP diproduksi dengan transfer gugus
fosforil dari substrat dengan potensi transfer fosforil tinggi (1,3-bisfosfat
gliserid) untuk menghasilkan senyawa dengan potensi transfer lebih
rendah (ATP) dan karena itu ∆G < 0. Karena dua molekul 1,3-bisfosfat
gliserida dibentuk untuk setiap molekul glukosa. Reaksi ini menghasilkan
dua molekul ATP.

8. The interconversion of 3-phosphoglycerate and 2-phosphoglycerate.


3-fosfatgliserat memiliki potensi transfer kelompok fosforil rendah. Sel
mengubah 3-fosfatgliserad dengan ester fosfat yang miskin energi menjadi
phosphor enolpyruvate (PEP), yang memiliki potensi transfer kelompok
fosforil yang sangat tinggi. Pada proses ini, enzim fosfogliserat mutase
mengkatalisis konversi C-3 senyawa terfosforilasi ke senyawa terfos-
forilasi C-2 melalui siklus penambahan/eliminasi dua langkah.

9. Dehydration of 2-phosphoglycerate.
Enzim enolase mengkatalisis dehidrasi 2-fosfatgliserat untuk
membentuk PEP. PEP memiliki potensi transfer kelompok fosforil yang
lebih tinggi daripada 2-fosfatgliserat karena mengandung gugus enol-
fosfat dan bukan ester fosfat sederhana.

10. Sintesis piruvat.


Dalam reaksi akhir glikolisis, enzim piruvat kinase mengkatalisis
transfer gugus fosforil dari PEP ke ADP. 2 molekul ATP terbentuk untuk
setiap molekul glukosa.

`
Menurut Nelson dan Michael (2013) menjelaskan perubahan piruvat yang
dihasilkan dari proses glikolisis bergantung pada ketersediaan oksigen, keadaan
energi dari suatu sel dan mekanisme yang tersedia bagi sel untuk mengoksidasi
NADH menjadi NAD+. Persamaan untuk oksidasi piruvat secara sempurna
adalah:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 +6H2O
Selanjutnya, Nelson dan Michael (2013) menjelaskan bahwa setiap molekul
glukosa menghasilkan 2 molekul gliseraldehida 3-fosfat, total masukan dan
keluaran dari semua 10 reaksi glikolitik dapat dituliskan sebagai berikut:
Glukosa + 2ATP + 2Pi + 2NAD++ 2H++ 4ADP→ 2 piruvat + 2H+ + 4ATP +
2H2O + 2NADH + 2 H++ 2ADP
kita mendapatkan persamaan bersih untuk transformasi glukosa menjadi piruvat:
Glukosa + 2Pi + 2ADP + 2NAD+ → 2 piruvat + 2ATP +
2NADH + 2 H++ 2H2O
Tidak dapat ada jalur EMP tanpa semua 3 kejadian yang berarti NAD +, ADP
dan Pi, serta glukosa, harus ada.
2. Siklus Asam Sitrat (Siklus Krebs)
Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu pada
mitokondria yang berlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan
mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi. Proses ini
adalah proses oksidasi dengan menggunakan oksigen atau aerob. Siklus asam
sitrat ini disebut juga siklus krebs. Menggunakan nama Hans Krebs seorang ahli
biokimia yang banyak sumbangannya dalam penelitian tentang metabolisme
karbohidrat (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006).
Siklus krebs disebut juga siklus asam sitrat karena senyawa pertama yang
terbentuk adalah asam sitrat. Disebut siklus asam trikarboksilat (-COOH) karena
hampir di awal-awal siklus krebs, senyawanya tersusun dari asam trikarboksilat.
Trikarboksilat itu merupakan gugus asam (-COOH) dan disebut siklus krebs
karena yang menemukan adalah Mr.Krebs, seorang ahli biokimia terkenal, yang
menemukan metabolisme karbohidrat juga (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006).
Menurut Setyawati (2010), menjelaskan bahwa fungsi utama Siklus Asam
Sitrat (Siklus Krebs) yaitu:
1. Menghasilkan karbondioksida terbanyak pada jaringan manusia,
2. Menghasilkan sejumlah koenzim tereduksi yang menggerakkan rantai
pernapasan untuk produksi ATP,
3. Mengkonversi sejumlah energi serta zat intermidiet yang berlebihan untuk
digunakan pada sintesis asam lemak,
4. Menyediakan sebagian bahan keperluan untuk sintesis protein dan asam
nukleat dan
5. Melakukan pengendalian langsung (produk→bakal produk) atau tidak
langsung (alosterik) terhadap sistem enzim lain melalui komponen-
komponen siklus.

Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2005); Poedjiadi dan Supriyanti (2006),


Siklus Krebs memiliki tahapan yang masing-masing dikatalis oleh suatu enzim
spesifik. Berikut langka-langkahnya:
1. Pembentukan Asetil Koenzim A (Asetil KoA)
Asetil KoA dibentuk pada reaksi antara asam piruvat dengan Koenzim A. di
samping itu asam lemak juga dapat menghasilkan asetil KoA pada proses
oksidasi. Reaksi pembentukan asetil KoA menggunakan kompleks
piruvatdehidrogenase sebagai katalis

yang terdiri atas beberapa jenis enzim. Koenzim yang ikut dalam reaksi ini
ialah Tiamin Pirofosfat (TPP), NAD+, asam lipoat dan ion Mg++ sebagai
aktivator. Reaksi ini bersifat tidak reversibel dan asetil KoA yang terjadi
merupakan penghubung antara proses glikolisis dengan siklus asam sitrat.

2. Pembentukan Asam Sitrat


Asetil KoA adalah senyawa berenergi tinggi dan dapat berfungsi sebagai zat
pemberi gugus asetil atau dapat ikut dalam reaksi kondensasi.
Asam sitrat dibentuk oleh asetil KoA dengan asam oksaloasetat dengan cara
kondensasi. Enzim yang bekerja sebagai katalis adalah sitrat sintetase. Asam
sitrat yang terbentuk merupakan salah satu senyawa dalam siklus asam sitrat.
3. Pembentukan Asam Isositrat
Asam sitrat kemudian diubah menjadi asam isositrat melalui asam akonitat.
Enzim yang bekerja pada reaksi ini adalah akonitase. Dalam keadaan
keseimbangan terdapat 90% asam sitrat, 4% asam akoniat dan 6% asam
isositrat. Walaupun dalam keseimbangan ini asam isositrat hanya sedikit,
tetapi asam isositrat akan segera diubah menjadi asam kotaglutarat sehingga
keseimbangan akan bergeser ke kanan.
4. Pembentukan Asam a Ketoglutarat
Dalam reaksi ini asam isositrat diubah menjadi asam oksalosuksinat,
kemudian diubah lebih lanjut menjadi asam a ketoglutarat.

Enzim isositrat dehidrogenase bekerja pada reaksi pembentukan asam


oksalosuksinat dengan koenzim NADP+, sedangkan enzim karboksilase
bekerja pada reaksi berikutnya. Pada reaksi yang kedua ini di samping asam a
ketoglutamat, dihasilkan pula CO2. Untuk 1 mol asam isositrat yang diubah,
dihasilkan 1 mol NADPH dan 1 mol CO 2. Koenzim yang digunakan dalam
reaksi selain NADP, juga NAD.

5. Pembentukan Suksinil KoA


Asam a ketoglutarat diubah menjadi suksinil KoA dengan jalan
dekarboksilasi oksidatif.
6. Pembentukan Asam Suksinat
Asam suksinat terbentuk dari suksinil KoA dengan cara melepaskan koenzim
A serta pembentukan guanosin trifosfat (GTP) dari guanosin difosfat (GDP).

Enzim suksinil KoA sintetase bekerja pada reaksi yang bersifat reversibel ini.
Gugus yang terdapat pada molekul GTP segera dipindahkan kepada ADP.
Katalis dalam reaksi ini adalah nukleosida difosfokinase.

7. Pembentukan Asam Fumarat


Dalam reaksi ini asam suksinat diubah menjadi asam fumarat melalui proses
oksidasi dengan menggunakan enzim suksinat dehidrogenase dan FAD
sebagai koenzim.

8. Pembentukan Asam Malat


Asam malat terbentuk dari asam fumarat dengan cara adisi molekul air.
Enzim fumarase bekerja sebagai katalis dalam reaksi ini.
9. Pembentukan Asam Oksaloasetat
Tahap akhir siklus asam sitrat ialah dehidrogenasi asam malat untuk
membentuk asam oksaloasetat. Enzim yang bekerja pada reaksi ini ialah
malat dehidrogenase.

D. Transfor Electron dan Fosforilasi Oksidatif


Transpor elektron merupakan proses produksi ATP (energi) dari NADH dan
FADH2 yang dihasilkan dalam glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus
krebs. Disebut dengan transfer elektron karena dalam prosesnya terjadi transfer
elektron dari satu protein ke protein yang lain. Elektron yang ditransfer berasal
dari NADH dan FADH2 yang telah terbentuk sebelumnya. Elektron akan
ditransfer dari tingkat energi tinggi menuju tingkat energi yang lebih rendah
sehingga akan melepaskan energi yang akan digunakan untuk membentuk ATP
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2006).
Menurut (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006) secara fungsional, transpor elektron
terdiri dari 4 kompleks enzim, yaitu:
1. Kompleks I, NADH: ubikuinon oksidoreduktase
2. Kompleks II, Suksinat; ubikuinon oksidoreduktase
3. Kompleks III, Ubikuinol: feristokrom c oksidoreduktase
4. Kompleks IV, Feristokrom c: oksigen reduktase
Horton (1996), menjelaskan bahwa pada tahun 1961 seorang ilmuan bernama
Peter Mitchel menyatakan sebuah teori tentang transpor elektron yang dikenal
dengan nama chemiosmotic Theory yang terdiri dari tiga kesimpulan:
1. Membran dalam mitokondria harus bersifat impermeable untuk zat yang
bermuatan agar dapat mempertahankan perbedaan konsentrasi proton. Untuk
itu digunakan mekanisme transpor yang spesifik untuk ion-ion agar dapat
melewati membran dalam mitokondria.
2. Dalam transpor elektron terdapat perbedaan konsentrasi proton dimana
cytosolic dari membran dalam mitokondria memiliki konsentrasi H+ yang
lebih besar.
3. ATP syntase mengkatalisis ADP phosporilasi dalam reaksi yang didorong
oleh perpindahan proton melintasi membran dalam mitokondria dari sitosol
ke matrik.

Menurut Horton (1996), tahapan Transfor electron, yaitu:


1. NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada komplek protein I. Peristiwa
ini membebaskan energi yang memicu dipompanya H+ dari matriks
mitokondria menuju ruang antar membran. NADH yang telah kehilangan
elektron akan berubah menjadi NAD+.
2. Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon.
3. Kemudian elektron diteruskan pada komplek protein III. Hal ini akan memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
4. Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.
5. Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga akan
memicu dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
6. Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen, yang kemudian
berikatan dengan 2 ion H+ membentuk H2O.
7. Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam protein tadi memicu
dipompanya 3 H+ keluar menuju ruang antar membran. H+ atau proton
tersebut akan kembali menuju matriks mitokondria melalui enzim yang
disebut ATP sintase.
8. Lewatnya H+ pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut membentuk ATP
secara bersamaan. Karena terdapat 3 H+ yang masuk kembali ke dalam
matriks, maka terbentuklah 3 molekul ATP.
9. Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut dinamakan dengan
kemiosmosis.

Rantai transport electron tidak membuat ATP secara langsung. Akan tetapi,
rantai ini memudahkan kejatuhan electron dari makanan ke oksigen, menguraikan
pernurunan energy-bebas dalam jumlah besar menjadi serangkaian langkah yang
lebih kecil, yang melepaskan energy dalam jumlah yang mudah dikelola.
(Campbell, 2010).
Kemoismosis merupakan suatu mekanisme dimana mitokondria atau
membrane plasma prokariota menggandeng transport electron dan pelepesan
energy dengan sintesis ATP. Membrane-dalam mitokondria atau membrane
plasma prokariota ditempati bnyak kompleks protein yang disebut ATP sintase
(ATP synthase),enzim yang sesungguhnya membuat ATP dari ADP dan fosfat
anorganik. ATP sintase bekerja seperti pompa ion yang terbalik (Campbell, 2010).
Menurut Campbell (2010), beberapa tahapan ATP sintase yaitu:
1. Ion H+ mengalir menuruni gradiennya dan memasuki separuh saluran dalam
stator,
2. Ion H+memasuki situs pengikatan di dalam rotor, mengubah bentuk setiap
subunit sedemikian rupa sehingga rotor berputar di dalam membrane,
3. Setiap ion H+ melakukan satu putaran penuh sebelum meninggalkan rotor dan
melewati paruh kedua salurand alam stator ke dalam matriks mitokondria,
4. Perputaran rotor menyebabkan tangkai internal terputar juga, tangkai ini
membenteng ke dalam knop di bawahnya, yang ditahan secara statis oleh
salah satu bagian stator
5. Perputaran tangkai mengaktivasi situs katalitik ada knop yang menghasilkan
ATP dari ADP dan Pi+.

Fosforilasi oksidatif merupakan proses pembentukan ATP akibat transfer


elektron dari NADH atau FADH2 kepada oksigen melalui serangkaian pengemban
elektron. Proses ini adalah sumber utama pembentukan ATP padaorganisme aerob.
Pembentukan ATP dalam glikolisis sempurna glukosa menjadi CO 2 dan H2O, dari
30 ATP yang terbentuk 26 ATP berasal dari proses fosforilasi oksidatif. Oksidasi
posporatif dan transfer elektron merupakan pasangan mekanisme dalam
mensintesis ATP. Terciptanya perbedaan konsentrasi proton akan mengakibatkan
transpor elektron sehingga terjadilah sintesis ATP (McKee dan Trudy, 2013).
Menurut (Campbell, 2010), secara ringkas proses kemiosmosis menggandeng
rantai transfor electron dengan sintesis ATP, yaitu:

1. NADH dan FADH2 mengulang-alik electron-elektron berenergi tinggi yang


diekstraksi dari makanan selama glikolisis dan siklus asam sitrat ke rantai
transfor electron yang tertanam dalam membrane dalam mitokondria. Anak
panah emas menelusuri transport electron, yang akhirnya diteruskan ke
oksigen pada ujung kaki bukit rantai tersebut dna membentuk air. Sebagian
besar pembawa electron pada rantai terkelompokkan ke dalam 4 kompleks.
Dua pembawa yang bisa berpindah tempat, ubikuinon (Q) dan sitokrom c
(Cyt. C), bergerak dengan cepat, mengantarkan electron di antara kompeks-
kompleks I, III, IV memompa proton dari matriks mitokondria ke dalam
ruang antarmembran. FADH2 mendepositkan elektronnya melalui kompeks
II, sehingga menyebabkan lebih sedikit proton yang dipompakan ke dalam
ruang antarmembran daripada yang terjadi dengan NADH. Energy kuimia
yang awalnya dipanen dari makanan ditransformasi menjadi gaya-gerak
proton, yaitu: gradient H+ di kedua sisi membrane tersebut.
2. Selama kemiosmosis, proton mengalir kembali menuruni gradiennya melalui
ATP sintase yang tertanam dalam membrane di dekat rantai transfor electron.
ATP sintase memanfaatkan gaya gerak proton untuk memfosforilasi ADP,
membentuk ATP. Transport electron dan kemiosmosis bersama-sama
menyusun fosforilasi oksidatif.
Disinilah akhir dari respirasi aerob molekul glukosa. Respirasi ini akan
menghasilkan energi sebanyak 36 / 38 ATP dengan hasil akhir berupa CO 2 dan
H2O yang akan dikeluarkan dari tubuh sebagai zat sisa respirasi. Satu molekul
glukosa dengan 6 atom C, ketika mengalami respirasi aerob akan melepaskan 6
molekul CO2. Karbondioksida tersebut dibebaskan pada tahap dekarboksilasi
oksidatif dan siklus krebs.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Horton, H., R. 1996. Principles of Biochemistry. United States of America:


Prentice-Hall International, inc.

Lehninger, A. L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


McKee, James dan Trudy McKee. 2013. Biochemistry: The Molecule Basic Life.
New York: Oxford University Press.

Nelson, D., L and Michael M., C. 2013. Principles Of Biochemistry - Edisi IV.
United States of America: Prentice-Hall International, inc.

Poedjiadi, A dan Supriyanti, T. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Poedjiadi, A dan Supriyanti, T. 2006. Dasar-Dasar Biokimia – Edisi Revisi.


Jakarta: UI-Press.

Rukmana, E dan Deny, Y. 2013. Pengaruh Pemberian Minuman Berkarbohidrat


Sebelum Latihan Terhadap Kadar Glukosa Darah Atlet. Journal of
Nutrition College. 2(4), 557-563.

Setyawati, A., N. 2010. Handout Ajar Siklus Krebs. Semarang: FK Undip Press.

Anda mungkin juga menyukai