Anda di halaman 1dari 3

Gue Raja Gombal Tapi Cintaku Tetap Untukmu

Nama gue Dendi, gue anak paling bontot sendiri, tak jarang orang tua gue menyayangi
gue dan ngasih apa yang gue minta tetapi belum tentu ya gue anak manja atau anak mami, gue
termasuk anak mandiri, tak minta macam-macam sama orang tua gue. Gue kelas 3 SMA IPS
baru saja naik kelas dan teman-teman gue ganti lagi. Gue berkhayal kalau gue bakalan sekelas
sama intan, Intan adalah siswi kelas 3 sama dengan gue Intan dimata gue sempurna, entah dari
mana gue bisa pandang kalau Intan sempurna banget.

“Ya Tuhanku gue hanya ingin satu permintaan, semoga Intan satu kelas sama gue, gue janji
bakalan sekolah yang bener dan bakal rajin belajar”. Itu doa gue di pagi hari yang cerah ini.

Pagi yang cerah ini gue melakukan rutinitas seperti biasanya yaitu berangkat sekolah
dengan sepeda motor kesayangan. “Motor aja gue sayangin apa lagi loe Intan”. Kata Dendi
dalam gurauannya. Saat melihat motor kesayangannya Dendi merasa kesal karena motor
kesayangannya kotor, entah apa yang sudah terjadi dengan motornya.

“Bang loe apakan motor gue kenapa lecek kayak gini, gue nggak mau tau bang, loe harus
bersikan”. Kata dendi sedikit membentak abangnya ( sebutan kakak).

“Apaan sih loe teriak-teriak, noh sih Ayah tuh yang pakai, habis buat ke pasar sama Ibu”. Kata
Abangnya sembari menunjuk ke Ayahnya.

“Yah kenapa dipakai sih, padahal dendi udah cuci ni motor biar keliatan kinclong tapi ayah
kotori lagi” kata dendi yang sedikit marak kepada Ayahnya.

“Yaudah pakai motor abangmu aja, nanti biar abangmu yang cuci motornya” Kata Ayahnya
semberi tersenyum kepada Dendi.

“hla Ayah kenapa pakai motorku hla trus nanti kalau kerja naik apa” kata Abangnya Dendi
sedikit tidak merelakan motornya dibawa Dendi.

“hahah, Tuh bang kata ayah apa. Cuci tuh motor gue, Yah berangkat dulu”

Disaat perjalanan tak sempat gue mengkhayal kalau ada Intan di samping gue, Ah masa
bodoh lampu merah. Gue menunggu lampu merah menjadi hijau. “ kapan hijaunya, panas lagi,
bisa-bisa kulit gue tambah hitam”. Kataku dalam hati. Gue merasa jantung gue mau copot, ada
sesuatu yang membuat gue deg-degan sampai segitunya. Wah ternyata khayalan gue menjadi
kenyataan, ada intan di samping gue, hemt tapi naik gojek, gojeknya cowok lagi bikin cemburu
aja.

“Hai Intan” Kata gue dengan sedikit ramah kepada Intan.

“Hai, Dendi bukan” Kata Intan dengan suaranya yang lembut.


“yahh, gue Dendi. Kok tau nama gue, loe cari tau tentang gue ya, heheh”

“ya enggaklah, gue Cuma nebak aja, dan siapa sih yang nggak kenal kamu si raja gombal”
Katanya dengan sedikit tersenyum.

“yah, gue mah nggak pernah gombal, selain gombalnya ke kamu”

Lampu pun sudah hijau, gue ditinggal pergi sama intan, tapi gue bahagia karena gue
khayalan gue menjadi kenyataan dan semoga saja Doa gue juga terkabul. Setelah sampai sekolah
gue tidak lagi ketemu sama Intan entah ngilang kemana, tapi gue mulai berkhayal lagi kalau ada
Intan di depan madding sekolah. Dan ternyata bener Intan sedang di madding untuk melihat
kelas yang nanti Intan tempati. Gue berdoa agar Intan sekelas dengan gue, saat melihat madding,
gue mencoba mencari nama gue dan ternyata dengan bahagianya gue, gue ternyata sekelas
dengan Intan. Tak tanggung-tanggung gue langsung menghampiri Intan.

“Intan, kita sekelas hlo”

“trus” Kata intan yang begitu cuek.

“trus gue bisa melihat bidadari disepanjang hari”

“bidadari? Siapa” kata Intan dengan sedikit kebingungan.

“iya bidadarinya ada disamping gue, yang lagi tersipu malu dan pipinya memerah”

“hah, eng..enggak siapa yang tersipuh” Kata Intan yang sedikit salting alias salah tingkah.

Saat lagi asik-asiknya bicara, eh bel masuk berbunyi. Gue berharap kalau tempat
duduknya sesuai absen sekolah. Dan dugaan gue ternyata benar, wah emnag ya doa orang sholeh
selalu diijabah oleh Tuhan. Gue ketemu lagi dengan intan dan duduk sebangku, nggak kebayang
belajar gue pasti enak banget dan nggak bakal ngantuk juga.

“Yah sama kamu lagi” kata Intan yang sedikit kesal.

“heheh, nggak apa-apa berarti kita jodoh dong, ketemu terus”( sambil ngasih kedipan ke Intan)

“Apaan sih nggak lucu”

“emng aku nggak lucu, kan aku bukan pelawak”

“udah deh diem”

“iyah ni aku diem”

“kenapa mandangi aku terus sih”

“ karena ada bidadari didepanku”


Intan tidak membalas erkataan gue, tak masalah baru strategi pertama. Bel istirahat pun
berbunyi dan gue memberanikan mengajak Intan ke kantin untuk makan bareng. Tapi intan
menolak dan malah pergi bersama temannya. Tapi itu tak membuat gue menyerah hanya karena
hal sepele itu, kecil demi mendapatkan gadis idaman akan ku lakukan berbagai cara.

Anda mungkin juga menyukai