Anda di halaman 1dari 20

“REKAYASA IDE UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MENGGUNAKAN MODEL PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA


(PMRI) MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN DI KELAS I SD NEGERI
060912 MEDAN DENAI SEMESTER I T.P 2017/2018”
Dosen Pengampu : Dra. Sorta Simanjuntak, MS

DI SUSUN OLEH :

NAMA : AINUN MARDIAH LUBIS


NIM : 1162111009
KELAS : F PGSD 2016

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya saya dapat
menyelesaikan Laporan Rekayasa Ide ini. Penulis sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan Rekayasa Ide yang menjadi tugas Penelitian Tindakan Kelas.
Saya sangat berharap dengan adanya ide ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan kita mengenai Penelitian Tindakan Kelas dalam merancang pembelajaran yang
lebih efektif khususnya dalam mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan
pengurangan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam rekayasa ide ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan laporan rekayasa ide yang telah saya buat pada masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga rekayasa ide ini dapat dipahami dan diterapkan untuk mata pelajaran
matematika bagi siapapun yang membacanya dan bermanfaat bagi kita semua. Sebelumnya
saya ucapkan terima kasih.
Medan, Oktober 2018

penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah.............................................................................................................................2
1.3. Rumusan Masalah................................................................................................................................3
1.4. Tujuan....................................................................................................................................................3
1.5. Manfaat..................................................................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................................................................................4
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas....................................................................................................4
2. Pengertian Belajar....................................................................................................................................4
3. Hakikat Pembelajaran..............................................................................................................................4
4. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD....................................................................................5
5. Pengertian Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)............................................6
BAB III METODE PELAKSANAAN...............................................................................................................................8
3.1 Metode...................................................................................................................................................8
3.2 Subjek Penelitian..................................................................................................................................8
3.3 Teknik Analisis Data.............................................................................................................................8
3.4 Mekanisme dan Rancangan Penelitian...............................................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................................................................11
4.1 Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SD..........................................................11
4.2 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI)11
4.3 Kelebihan dan Kelemahan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)......................12
4.4 Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas................................13
BAB V PENUTUP.....................................................................................................................................................15
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................................15
5.2 Saran....................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................................17

2
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pentingnya matematika dalam penguasaan dan pengembangan IPTEK menuntut


adanya pengembangan pemahaman matematika pada setiap individu. Proses
pengembangan pemahaman matematika dapat dilakukan sejak indivdu tersebut ada pada
jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tingkat tinggi. Namun pada kenyataannya,
dilapangan masih banyak ditemui siswa yang tidak menyukai matematika. Bagi mereka
matematika merupakan suatu mata pelajaran yang sulit dan sukar untuk dimengerti,
sehingga mengakibatkan kurangnya antusiasme dan motivasi siswa dalam mengikuti
pelajaran matematika. Disamping itu, akibat nyata lain dari minimnya antusiasme dan
motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran matematika adalah masih rendahnya hasil
belajar siswa dalam pelajaran matematika. Mengingat matematika merupakan pelajaran
wajib bagi siswa tingkat sekolah dasar kelas I sampai kelas VI dan merupakan salah satu
mata pelajaran yang diujikan dalam UASBN, maka matematika perlu mendapatkan
perhatian khusus bagi seorang pendidik.
Salah satu karakteristik matematika adalah sebagai studi dengan objek kajian yang
bersifat abstrak. Sifat abstrak ini tentu dirasa sulit untuk dicerna siswa, terutama pada
tingkat sekolah dasar yang masih berada dalam tahap operasional konkret. Guru perlu
berhati-hati dalam menanamkan konsep-konsep matematika pada siswa. Di satu sisi siswa
SD pola berpikirnya masih terbatas pada benda-benda nyata, sedangkan di sisi lain objek-
objek pada konsep matematika bersifat abstrak. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran
matematika di SD haruslah disesuaikan dengan kegidupan siswa. Kegiatan pembelajaran
matematika yang tidak terkait dengan konteks kehidupan siswa akan dirasa kurang
bermakna, kurang menarik, dan sulit di pahami siswa. Selama ini kegiatan pembelajaran
yang mendominasi kelas-kelas matematika adalah pada penekanan transfer ilmu dan
latihan. Guru mendominasi kegiatan di kelas dan berfungsi sebagai sumber belajar utama.
Guru menyajikan pengetahuan dan konsep matematika kepada siswa, siswa
memperhatikan penjelasan guru dan contoh yang diberikan , kemudian siswa ditugaskan
untuk menyelsaikan soal-soal sejenis yang diberikan guru. Kegiatan pembelajaran
matematika hanya berkutat pada hal-hal tersebut. Pembelajaran matematika masih jarang
dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari. Pembelajaran semacam ini
dirasakan kurang memperhatikan aktivitas, interaksi dan pengkonstruksian pengetahuan

2
oleh siswa, sehingga timbul berbagai anggapan negatif siswa terhadapa pelajaran
matematika.
Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antar konsep-
konsep matematika dengan pengalaman sehari-hari adalah model pendidikan matematika
realistik Indonesia (PMRI). Dalam PMRI, dunia nyata dijadikan sebagai sumber pemunculan
konsep matematika dan aplikasi dari konsep matematika. Penggunaan masalah-masalah
kontekstual dalam PMRI adalah sebagai sebagai langkah awal dalam proses pembelajaran.
Kemudian dengan bantuan dan atau tanpa bantuan guru, para siswa diharapkan mampu
menemukan konsep atau pengertian-pengertian matematika melalui permasalahan
kontekstual. Dalam pembelajaran siswa dituntut terlibat aktif, mampu menjelaskan dan
mengungkapkan alasan terhadap solusi yang diperoleh. Peranan guru dalam PMRI adalah
sebagai fasilitator dan motivator. Dengan PMRI diharapkan mampu mengakrabkan
matematika dengan lingkungan siswa, melalui pengaitan konsep-konsep atau prinsip-prinsip
matematika dengan pengalaman sehari-hari siswa, sehingga siswa lebih mudah mengingat
konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika yang ia pelajari.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar bealakang masalah di atas, maka identifikasi permaslahannya adalah :

a. Pembelajaran matematika siswa belum berorientasi pada pembelajaran yang


bermakna sehingga hasil belajar matematika masih rendah.

b. Proses pembelajaran matematika yang terjadi masih satu arah yaitu guru sebagai
pusat pembelajaran (teacher center).

c. Model pembelajaran matematika yang diterapkan masih menggunakan model


pembelajaran yang menekankan pada pengerjaan soal-soal latihan atau drill and
practice.

2
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan di atas, maka
rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana aktivitas belajar matematika melalui penerapan model


pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) pada siswa kelas I?.

2. Apakah penerapan model pendidikan matematika realistik Indonesia


(PMRI) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas
I?.
3. Kendala – kendala apa saja yang dihadapi dengan menggunakan
PMRI?.

1.4. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam rekyasa ide ini adalah :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas I.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dengan menggunakan PMRI.
3. Untuk mendeskripsikan penerapan model pendidikan matematika realistik Indonesia
(PMRI) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas I.

1.5. Manfaat
Rekayasa ide ini dibuat denga harapan agar mempunyai manfaat sebagai
berikut :
1. Dengan meningkatnya hasil belajar matematika siswa Kelas
I,diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.
2. Dengan mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dengan
menggunakan PMRI, diharapkan dapat ditemukan pemecahan
masalahnya.
1. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa kelas I dan mengetahui
kendala-kendala yang dihadapi dengan menggunakan PMRI,
secara tidak langsung dapat juga diketahui dampak yang
diberikan PMRI dalam pembelajaran matematika terutama dalam
mewujudkan kedua tujuan tersebut

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri
yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi social (termasuk pendidikan) untuk
memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Menurut Suyanto (1997) PTK dapat
didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek
pembelajaran dikelas secara lebih professional. Dapat disimpulkan PTK merupakan
penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki masalah-masalah atau kekuarangan
dalam pembelajaran yang dialami guru di dalam kelas, dengan cara melakukan tindakan-
tindakan.

2. Pengertian Belajar
Hintzman berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri
organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman tersebut baru dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Sedangkan Gagne mendefinisikan belajar
sebagai proses perubahan kecendrungan manusia setiap sikap, minat, atau nilai dan
perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis
kegiatan.
Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahawa belajar adalah sebuah proses
perubahan tingkah laku berupa perubahan pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik
yang bersifat menetap pada individu sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi akan nampak secara nyata dalam seluruh
aspek tingkah laku. Perubahan tingkah laku merupakan hasil yang dapat dilihat dari adanya
proses belajar. Proses belajar dikatan berhasil apabila terdapat perubahan tingkah laku pada
individu yang belajar.

3. Hakikat Pembelajaran
Sadiman berpendapat bahwa pembelajaran adalah sebagai usaha-usaha yang terencana
dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta
didik.5 Sedangkan Suherman berpendapat “Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses

2
komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka
perubahan sikap ”.6 Lebih jauh lagi Usman mendefinisikan pembelajaran sebagai sebuah
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan
timbal balik, yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Pembelajaran adalah usaha yang dilakukan untuk menciptakan suasana yang telah
dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi antar peserta didik dengan pendidik dan,
peserta didik dengan peserta didik lainnya, peserta didik dengan sumber belajar dalam rangka
mencapai tujuan belajar yaitu perubahan tingkah laku.

4. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD

Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak bisa terlepas dari sifat-sifat


matematika yang abstrak, sedangkan sifat perkembangan intelektual siswa SD masih
berada pada tahap operasional konkrit. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa
karakteristik pembelajaran matematika di sekolah sebagai berikut :

1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral

Metode spiral dalam pembelajaran matematika merupakan metode dimana


pembelajaran mengenai suatu konsep atau topik selalu dikaitkan atau dihubungkan
dengan konsep atau topik yang telah dipelajari sebelumnya. Konsep sebelumnya dapat
menjadi prasyarat untuk dapat mempelajari dan memahami konsep selanjutnya. Konsep
baru yang dipelajari merupakan pendalaman dan perluasan dari konsep sebelumnya.

2) Pembelajaran matematika bertahap


Materi matematika diajarkan secara bertahap yaitu dari konsep-konsep sederhana
menuju konsep yang lebih sulit, pembelajaran dimulai dari konsep yang konkrit, semi
konkrit, dan akhirnya pada konsep yang abstrak.

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif


Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun sesuai dengan tahap perkembengan
psikologis siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif.

2
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada


pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya.

5. Pengertian Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia


(PMRI)

Istilah matematika realistik semula muncul dalam pendidikan matematika di negeri


Belanda yang dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education (RME). Model
pendidikan ini merupakan reaksi terhadap pendidikan matematika modern (new math) di
Amerika dan pendidikan matematika di Belanda sebelumnya yang dipandang sebagai
“mechanistic mathematics education”.
Model pendidikan ini berangkat dari pendapat Fruedenthal bahwa matematika
merupakan aktivitas insani dan harus dikaitkan dengan realitas. Freudenthal berpendapat
bahwa siswa tidak dapat dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi.
Pendidikan matematika harus diarahkan pada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan
yang memungkinkan siswa menemukan kembali (reinvention) matematika berdasarkan
usaha mereka sendiri. Pada dasarnya, Realistic Mathematics Education (RME) atau di
Indonesia dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah
suatu teori yang telah dikembangkan khusus untuk perkembangan pendidikan matematika.
Konsep matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar.
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan model pendidikan
matematika yang memanfaatkan pengetahuan awal siswa sebagai jembatan untuk
memahami konsep-konsep matematika. siswa tidak belajar konsep matematika secara
langsung dari guru, tetapi siswa membangun sendiri pemahaman konsep matematika
melalui sesuatu yang diketuinya. PMRI memberi kesempatan siswa mengkonstruksi
sendiri konsep-konsep matematika melalui sesuatu yang diketahuinya.
PMRI menggunakan permasalahan realistik yang ada disekitar siswa sebagai
fondasi dalam membangun konsep matematika atau disebut juga sebagai sumber untuk

2
belajar, sedangkan pada pendidikan matematika mekanistik permasalahan realistik
ditempatkan sebagai bentuk aplikasi suatu konsep matematika sehingga sering juga disebut
sebagai kesimpulan atau penutup dari proses pembelajaran. Jadi, PMRI diawali dari
fenomena atau permasalahan yang ada disekitar siswa, kemudian siswa dengan bantuan
guru diberikan kesempatan untuk menemukan dan megkonstruksikan konsep sendiri.

2
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian


ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom action research) dengan menggunakan
desain model Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari empat komponen dalam setiap
siklus, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Empat komponen
tersebut dilaksanakan secara berurutan dalam dua siklus. Daur penelitian tindakan kelas
ditujukan sebagai perbaikan atas hasil refleksi terhadap tindakan sebelumnya yang
dianggap belum berhasil.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang akan diperoleh datanya untuk penelitian Dalam
penelitian ini, Subjek penelitiannya yaitu siswa kelas I SD Negeri 060912 Medan Denai.

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
(berurutan). Data yang dianalisa berupa rata-rata dan presentase hasil belajar siswa. Teknik
analisis data ini digunakan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar
siswadengan penggunaan pendekatan matematika realistic pada materi penjumlahan dan
pengurangan di kelas I SD Negeri 060912 Medan Denai.

3.4 Mekanisme dan Rancangan Penelitian

1. Siklus I
a. Perencanaan
1. Memuat rencana pembelajaran denngan menggunakan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
2. Menyusun materi yang akan diajarkan dengan menggunakan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
3. Memuat lembaran observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar
berlangsung dikelas setiap pembelajaran berlangsung dan dilakukan
setiap siklus.

2
4. Membuat tes hasil belajar
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah perencanaan tindakan disusun dengan baik maka, dilakukan tindakan
terhadap kurangnya pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Dalam
pelaksanaan tindakan ini. Pemberian tindakan dilakukan dengan melakukan
kegiatan belajar mengajar dimana peneliti bertindak sebagai guru. Dalam
pembelajaran di dalam kelas merupakan pengembangan dan pelaksanaan
program pengajaran yang telah disusun.
c. Observasi
Pengamatan penelitian ini dilakukn di dalm kelas saat pelaksanaan tindakan
berlangsung. observasi yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap
seluruh kegiatan dan perubahan yang terjadi di kelas dan dilakukan selam
pembelajarn berlangsung dan dilakukan di setiap siklus.
d. Refleksi
Dari data hasil observasi langsung dianalisis dan akan diperoleh apakah
pembelajaran menggunakan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) dapat tuntas atau tidak. Jika tuntas maka penelitian akan dihentikan,
jika tidak maka akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Siklus II
Siklus II merupakan hasil refleksi dari siklus II yang digunakan untuk memperbaiki
rencana tindakan pada siklus I
a. Perencanaan
1. Memuat rencana pembelajaran dengan menggunakan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI).
2. Menyusun materi yang akan diajarkan dengan menggunakan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
3. Memuat lembaran observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar berlangsung
di kelas seiap pembelajaran berlangsung dan dilakukan seiap siklus.
4. Membuat tes hasil belajar
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah perencanaan tindakan disusun dengan baik maka, dilakukan tindakan terhadap
kurangnya pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Pemberian tindakan dilakukan
berdasarkan refleksi dan sesuai dengan RPP yang disusun.
c. Observasi
Pengamatan penelitian ini dilakukan di dalam kelas saat pelaksanaan tindakan
berlangsung. observasi yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap seluruh
kegiatan dan perubahan yang terjadi.
d. Refleksi

2
Dari data hasil observasi langsung dianalisis dan akan diperoleh apakah pembelajaran
menggunakan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Dapat tuntas atau
tidak. Jika tuntas maka penelitian akan dihentikan, jika tidak maka akan dilanjutkan
ke siklus berikutnya.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SD

Pada Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Bab 1 tentang Standar Proses


mengamanatkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya dilakukan melalui proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Jika ditinjau dari sudut pandang PMRI, ketiga
macam proses tersebut merupakan karakteristik dari PMR. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa penerapan PMR dalam proses pembelajaran matematika di sekolah sejalan dengan
kurikulum, terlebih lagi pada jenjang sekolah dasar dimana usia siswa yang masih berada
pada tahap operasional konkret.
Kegiatan eksplorasi merupakan fokus dari karakteristik PMRI yang pertama, yaitu
penggunaan masalah kontekstual. Kegiatan elaborasi merupakan fokus dari karakteristik

2
PMRI yaitu, penggunaan model. Pada tahap ini siswa juga diarahkan dalam produksi dan
konstruksi model yang dilakukan oleh siswa sendiri. Kegiatan konfirmasi merupakan
fokus pada karakteristik PMRI yaitu, Interaksi. Pada tahap ini gagasan siswa tidak hanya
dikomunikasikan ke siswa lain tetapi juga dapat dikembangkan berdasarkan tanggapan
dari siswa lain. Karakter interaktivisme pada tahap elaborasi ini memberikan kesempatan
untuk berkomunikasi dalam mengembangkan strategi dan membangun konsep
matematika.

4.2 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Pendidikan


Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Langkah-langkah pembelajaran dengan model PMRI adalah sebagai berikut:

1. Mengkondisikan siswa untuk belajar. Guru mengkondisikan siswa untuk belajar


dengan menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai, memotivasi siswa,
mengingatkan materi prasyarat yang harus dimiliki siswa, dan mempersiapkan
kelengkapan belajar/alat peraga yang diperlukan dalam pembelajaran.

2. Mengajukan masalah kontekstual. Guru mengawali pembelajaran dengan


pengajuan masalah kontekstual yang dimasksudkan untuk memicu terjadinya
penemuan kembali (re-invention) matematika oleh siswa. Masalah kontekstual
yang diajukan guru hendaknya masalah yang memberi peluang untuk
memunculkan berbagai strategi pemecahan masalah oleh siswa. Pada tahap ini
terjadi proses matematisasi horizontal.

3. Membimbing siswa untuk menyelesaikan masalah kontekstual. Dalam memahami


masalah, mungkin masih ada siswa yang mengalami kesulitan. Guru sebagai
fasilitator hanya memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian situasi
dan kondisi masalah (soal) yang belum dipahami siswa. Dengan demikiann
terdapat kesatuan pemahaman terhadap masalah kontekstual. Guru juga meminta
siswa untuk menjelaskan atau mendeskripsikan masalah kontekstual dengan bahasa
mereka sendiri. Pada tahap ini terjadi proses matematisasi horizontal.

4. Meminta siswa menyajikan penyelesaian masalah. Siswa secara individu atau


kelompok menyelesaikan masalah kontekstual yang diajukan guru dengan cara

2
mereka sendiri, sehingga sangat mungkin terjadi perbedaan dalam penyelesaian
masalah antara siswa satu dengan siswa lainnya. Dalam proses ini guru mengamti
dan memotivasi siswa dalam memperoleh penyelesaian soal. Pada tahap ini siswa
dibimbing untuk melakukan “re-invention” atau menemukan kemabali.

4.3 Kelebihan dan Kelemahan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia


(PMRI)

Terdapat beberapa kelebihan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) antara


lain:

1. PMRI merupakan pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan


kehidupan sehari-hari dan kegunaan matematika pada umumnya bagi siswa.
2. PMRI merupakan pembelajaran yang mengajarkan siswa bahwa matematika adalah
sustu bidang kajian ilmu yang dikonstruksi dan dikembangakan sendiri oleh siswa.
3. PMRI merupakan pembelajaran yang mengutamakan proses. Untuk mempelajari
matematika siswa harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan
sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan guru. Tanpa kemauan untuk
menjalani sendiri proses itu pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi.

Sedangkan beberapa kelemahan PMRI yang merupakan tantangan yang harus dihadapi
guru dalam pelaksanaan PMRI antara lain :

1. Upaya mengimplementasikan PMRI membutuhkan banyak perubahan paradigma


bagi guru, siswa, peranan sosial, peranan konteks, dan peranan alat peraga.
2. Pencarian soal atau masalah kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang
dituntut dalam pembelajaran matematika realistik tidak mudah untuk setiap topik
matematika yang perlu dipelajari siswa, terlebih karena soal-soal tersebut harus
bisa diselesaikan dengan bermacam-macam cara.
3. Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara untuk menyelesaikan
soal merupakan hal yang tidak mudah dilakukan oleh guru.
4. Proses pembangunan kemampuan berpikir siswa, melalui soal-soal kontekstual,
proses matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal juga bukan merupakan
sesuatu yang sederhana, karena proses dan mekanisme berpikir siswa harus diikuti

2
dengan cermat, agar guru bisa membantu siswa dalam melakukan penemuan
kembali konsep-konsep matematika tertentu.

4.4 Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam penelitian tindakan


kelas

1. Kegiatan pendahuluan (tahap apersepsi) berlangsung 10 menit. Dalam hal ini guru
menyiapkan materi dan alat peraga beberapa batang korek dan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan melakukan apersepsi tentang
penjumlahan dan pengurangan bilangan 1 sampai 30.
2. Selanjutnya kegiatan ini berlangsung selama 60 menit. Dalam kegiatan ini guru
menyediakan dan memberikan beberapa masalah kepada siswa. guru memberikan
contoh tentang membandingkan bilangan dalam kehidupan sehari-hari, guru
membimbing siswa untuk menentukan perbandingan lebih banyak dan lebih
sedikit, Guru membagikan beberapa batang korek api tersebut untuk membuat
benda apa yang ia ingin buat. Kemudia beberapa siswa mempresentasikan hasil
presentasi kemudian guru memberikan soal yang sederhana untuk dapat
diselesaikan oleh siswa dalam bentuk latihan individual.
3. Pada siklus II guru menyiapkan materi dan alat peraga beberapa tutup botol dan
guru menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian melakukan apersepsi tentang
penjumlahan dan pengurangan bilangan 1 sampai 30.
4. Setelah itu guru memberikan contoh tentang pengurangan dalam kehidupan
sehari-hari, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan membagikan
LKS dan beberapa tutup botol kepada tiap kelompok kemudian siswa
menggunakan tutup botol untuk melakukan pengurangan dan mempresntasikan
hasil diskusi kelompoknya kemudian guru memberikan soal yang sederhana untuk
dapat diselesaikan oleh siswa dalam bentuk latihan individual.
5. Kegiatan penutup guru bersama siswa menarik kesimpulan dan guru memberikan
latihan soal.

2
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal- hal sebagai berikut:

1. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan model pendidikan


matematika yang memanfaatkan pengetahuan awal siswa sebagai jembatan untuk
memahami konsep-konsep matematika. siswa tidak belajar konsep matematika
secara langsung dari guru, tetapi siswa membangun sendiri pemahaman konsep
matematika melalui sesuatu yang diketuinya. PMRI memberi kesempatan siswa
mengkonstruksi sendiri konsep-konsep matematika melalui sesuatu yang
diketahuinya.
2. Penggunaan konteks nyata sebagai starting point. Terlihat dari aktivitas siswa
dalam mengukur ubin namun masih ada siswa yang belum bisa mengukur ubin.
3. Adanya penggunaan model-model yang didemonstrasikan oleh siswa secara
individu maupun kelompok. Model berupa penggunaan media seperti pigura yang
memudahkan siswa memahami bentuk-bentuk bangun datar dan penggunaan
sedotan yang memudahkan siswa untuk membuat bangun datar. Dalam membuat
bangun datar beberapa siswa belum dapat membedakan antara bangun persegi dan
bangun belah ketupat
4. Terdapatnya produksi dan konstruksi siswa yang berupa ide secara lisan maupun
tulisan. Ide secara lisan ditemukan pada saat siswa mengungkapkan jawaban

2
beserta alasannya kepada peneliti namun ada beberapa siswa yang masih malu
untuk mengungkapkan jawaban secara lisan.
5. Ada interaksi berupa komunikasi antara siswa dengan peneliti dan antarsiswa.
6. Interaksi antara siswa dengan peneliti terjadi dalam bentuk bimbingan dan tanya
jawab. Interaksi antarsiswa terjadi saat diskusi kelompok. Pada kesempatan ini
sering menimbulkan kegaduhan yang mengganggu proses belajar mengajar.
7. Keterkaitan antara materi dengan pokok bahasan lain dalam matematika hanya
pengukuran.

5.2 Saran
1. Pengajar perlu memberikan motivasi kepada siswa dalam setiap pembelajaran, dengan
memonitor dan mengkondisikan kerjasama aktivitas siswa dalam kelompok sehingga
suasana pelaksanaan belajar mengajar lebih kondusif. Setiap selesai melaksanakan
tindakan sebaiknya peneliti dan guru kelas selalu berkoordinasi tentang rencana
tindakan berikutnya agar terjadi keserasian dalam pelaksanaan pembelajaran.
2. Pembelajaran dengan PMRI ini sebaiknya diterapkan mulai dari
Sekolah Dasar sehingga anak menjadi terbiasa dan perlu dilaksanakan
dengan metode yang bervariasi agar pembelajaran lebih
menyenangkan.
3. Keterlaksanaan pendidikan realistik perlu kesiapan banyak pihak yang
terkait dalam pembelajaran misalnya pengetahuan yang luas tentang
pendidikan realistik, penggunaan alat peraga, LAS (Lembar Aktivitas
Siswa), dsb.

2
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung Pustaka Setia,
1997
Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Pendekatan Matematika Realistik Pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Karangwaru,
2008. http://digilib.uin-suka.ac.id/1271/.

Anda mungkin juga menyukai