General Manager Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati Jepara, Jateng Ari
Basuki. Parwito ©2017 Merdeka.com
"Indonesia soal bahan baku cadangan nomor 5 sampai 6, bukan the big five. Tapi
kita eksportir (batubara) terbesar," tegas Ari Basuki kepada merdeka.com di Jepara,
Kamis (24/8).
Ari mengungkapkan, keempat negara yang menerima ekspor batubara dari
Indonesia adalah Amerika Serikat, Australia, India dan China. Padahal pasokan
batubara milik ke empat negara itu masih cukup banyak dan sengaja mereka simpan
sebagai tambang batubara cadangan.
"Mungkin kalau ada policy lain dari pemerintah jadi lain. Nih nambah, sebetulnya
tidak nambah, proses untuk menjadi batubara kan jutaan tahun kan. Ini memang
tergantung pemakaian. Memang perlu campur tangan pemerintah untuk meregulasi
pemakaian untuk kebutuhan domestik. Memang tidak mudah, PLN jelas tidak
mungkin. Dalam konteks ini PLN pengusaha. Yang bisa melakukan regulator
pemerintah," tandasnya.
Batubara Habis,
Tinggal Lubang
Menganga
Tanggal Akses : Selasa, 3 April 2018
"Sampai sekarang 1,7 miliar ton yang sudah ditambang, yang tersisa hanya 2,1
miliar ton," katanya di Hotel Bidakara, Senin (20/3).
Dia memprediksi, tahun 2054 cadangan emas dan tembaga di bumi Papua akan
habis. Namun dia telah melakukan antisipasi agar itu tidak terjadi dengan terus
menurunkan kapasitas produksi di tambang Grasberg.
"Sekarang masih tersisa (2,1 milliar ton) untuk menjaga produksi (sampai) 2054
dengan menurunkan kapasitas produksi 100.000 ton per hari," jelasnya.
Lebih lanjut perlu usaha keras untuk menemukan emas dan tambang di bumi Papua
karena terkendala infrastruktur. "Penemuan (emas dam tembaga) semakin maju ada
tambang tambang lainnya di Papua. Tantangan utama adalah daerah yang sangat
rapat. Eksplorasi konvensional gak bisa," ujarnya.
Sementara itu terkait polemik perubahan izin dari KK menjadi IUPK, dia berharap
pemerintah dan Freeport untuk duduk bersama mencari solusi.
"Pak Dirjen Minerba memberikan enam bulan ke depan. Akan kita manfaatkan untuk
cari solusi terbaik," tutupnya. [idr]
Ini Penampakan Proyek Hambalang yang
Pernah Mangkrak
Tanggal Akses : Selasa, 3 April 2018
Begitu tiba di lokasi, tampak dari luar, gerbang seng berwarna putih
menutupi seluruh area komplek dari pinggir jalan, ditambah tanaman liar
yang menyelimuti area sekitar. Di gerbang depan, hanya ada satu pintu
masuk yang tersedia untuk pejalan kaki.
Akses jalan di dalam kompleks juga tak ada karena diselimuti oleh
rumput liar. Beberapa bagian jalan sudah amblas menjadi jalan
tanah. Ada juga jalan yang terlihat buntu karena sudah tertutup
tumbuhan liar.
Foto: Fadhly Fauzi Rachman
Ilustrasi (Antara)
“Saya tidak tahu pasti bangunan itu diperuntukan untuk apa namun, katanya sih
untuk UPTD Kesehatan Puskesmas baru,” ujar Didin (35) warga setempat kamis
(02/11/2017).
Dari pantauan dilapangan, bangunan yang berdiri diatas tanah seluas 2.700 meter
itu tampak dibagian ding-ding depan bertuliskan ‘Puskemas Kecamatan Plered’.
Sementara di halaman depan tampak dipenuhi tumbuhan rumput liar seakan tidak
terawat. Ditambah pagar dibagian depan juga telah berkarat.
“Tidak tahu pasti juga mulai dan selesainya tahun berapa, yang pasti lebih dari dua
tahun bangunan ini telah selesai. Namun sampai sekarang belum juga difungsikan,”
ucapnya.
Hal senada dikatakan Rohmat (47) warga lainnya yang menyayangkan bangunan itu
dibiarkan terlantar begitu saja. Pastinya kata dia, pemerintah tidak sedikit
menggelontorkan biaya untuk pembangunan dan perawatan gedung itu.
“Sayangnya sampai saat ini masih belum digunakan. Bisa dibilang mubazir padahal
jika Puskesmas sudah pindah kesini mungkin ruangan dan pasilitasnya juga akan
lebih lengkap dari pada yang ditempati sekarang,” ucapnya..
Sementara salah satu petugas Puskesmas Plered yang tidak ingin namanya di
publikasikan menuturkan proses peralihan tempat puskesmas lama dengan yang
baru belum juga dilakukan. Padahal kata dia, sampai saat ini Puskesmas Plered
belum memiliki tempat rawat inap bagi pasien yang mendapat rujukan untuk di
rawat.
“Kecamatan lain sudah lengkap pasilitas untuk pasien, tetapi Puskesmas Plered
cuma punya ruangan untuk ibu melahirkan saja jika ingin mendapat perawatan,”
tuturnya.
Hingga berita ini ditulis, pihak awak media belum bisa mendapat keterangan kepihak
terkait atas lambanya proses peralihan puskesmas lama dengan gedung puskesmas
baru. (Rhu)
‘Sedih dan marah’ melihat kondisi satwa di
kebun binatang Riau
Tanggal Akses : Selasa, 3 April 2018
Dibuka sejak tahun 1991, kebun binatang yang berlokasi di Desa Kubang, Kabupaten
Kampar, Riau, ini dihuni beragam satwa.
Dengan membayar harga tiket Rp25.000, pengunjung bisa menyaksikan singa, kuda,
beruang, buaya, kuda nil, rusa dari Timor Leste, macan dahan, orang utan, gajah,
serta berbagai jenis unggas termasuk burung hantu dan bangau.
Namun, ketika wartawan asal Riau, Aliya Roesli, mengunjungi lokasi tersebut, dia
menyaksikan beberapa kejanggalan.
Seekor rusa dari Timor Leste, misalnya, menampakkan tulang rusuk yang menonjol.
Tina, pemilik kebun binatang, mengatakan bahwa rusa itu bukanlah kurus,
melainkan bentuk asli rusa Timor Leste yang berkerangka besar dan tidak berbulu di
bagian perut.
Namun, menurut pengamatan dokter hewan Anissa Wandha Sari dari Pekanbaru,
rusa yang sehat tidak terlihat lesu, tidak ada leleran di mata, dan tidak memiliki kulit
yang kusam. Kondisi tersebut tampak pada rusa di Kebun Binatang Kasang Kulim.
.
"Apabila warna putihnya di dalam mata, bisa jadi katarak. Dan apabila warna
putihnya di luar mata, dapat diartikan bahwa kemungkinan ada cairan mukus atau
leleran yang berarti dalam kondisi sakit juga. Karena semestinya tidak ada keanehan
apapun di dalam matanya," ujarnya kepada wartawan di Riau, Aliya Roesli, yang
melaporkan untuk BBC Indonesia.
Keanehan selanjutnya adalah kondisi fisik kuda. Salah satu kuda memperlihatkan
tulang rusuk dan tulang panggul yang mencuat keluar.
Dokter hewan menegaskan kondisi seperti ini seharusnya tidak terjadi. Namun, Tina
selaku pemilik kebun binatang, kondisi kuda-kuda tersebut karena faktor lahiran. Bila
dibiarkan, katanya, seiring waktu kondisinya kembali pulih seperti sedia kala.
Keadaan para hewan di kebun binatang tersebut mendapat sorotan dari Femke Den
Haas, pendiri Jakarta Animal Aid Network (JAAN). Setelah mengamati foto-foto hewan
di tempat itu, dia mengaku "sedih dan marah".
"Saya sedih dan marah melihat satwa di kebun binatang di Indonesia terus disiksa.
Keadaan kandang, pakan, semua nggak sesuai standar. Kenapa? Karena pemerintah
belum membentuk standar. Belum ada SOP (Prosedur Operasi Standar) yang jelas
mengenai Kebun Binatang," paparnya.
Karena itu, dia mendorong agar kebun binatang dan tempat pemeliharaan satwa
tidak dikelola secara seenaknya.
"Kami dari JAAN sudah lama mendorong agar ada standarisasi dan standar dibentuk
bukan oleh usaha bonbin sendiri. Tetapi oleh instansi yang netral," tutupnya.
Kondisi satwa di kebun binatang bukan kali ini saja menjadi sorotan. Pada awal tahun
lalu, Kebun Binatang Bandung mendapat perhatian lantaran terdapat sejumlah
beruang yang tampak kurus.
Meski demikian, belakangan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya,
menyatakan bahwa beruang-beruang tersebut dalam keadaan sehat.
Ih Jorok... Ruas Jalan di
Tangerang Banyak Sampah
Berserakan
Tanggal Akses : Selasa, 3 April 2018
"Tadinya empang tapi berubah jadi sampah. Empangnya tadi dangkal lalu
karena bertumpuk jadi jalanan. Tadinya motornya nggak bisa naik ke sini
tapi karena ada sampah jadi ada bisa di akses jalan," kata seorang warga
bernama Inggrit di Pantai Marunda, Jalan Gang VII RT 03/07, Marunda,
Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (18/3/2018).
"Itu bambu kadang kalau banyak angin kayak gini nggak bisa dibakar.
Kadang diberesin sama tim pasukan oranye," kata Inggrit.
Korupsi Alkes, Bekas Anak Buah Nazaruddin
Divonis 3 Tahun Penjara
Tanggal Akses : Selasa, 3 April 2018
Selain itu, KPK juga akan memeriksa 13 saksi lainnya terkait kasus
tersebut di Polres Kota Malang. "Saksi-saksi yang diperiksa terdiri
dari anggota DPRD Kota Malang, Kepala Bappeda, tiga Kepala
Bidang, unsur PNS lainnya, dan swasta," kata Febri.