PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari pekerjaan ini adalah sebagai salah satu dasar
dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar
penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) bagi
1
zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang
penanganannya diprioritaskan.
1.3. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai adalah:
1. Kajian/analisis terhadap setiap aspek data dan fakta baik secara
internal dan eksternal, sehingga diperoleh gambaran
kecenderungan perkembangan kegiatan wilayah terhadap
pemanfaatan ruang yang selama ini sudah dan akan terjadi.
2. Draft Raperda RDTR dan Peraturan Zonasi.
3. Draft Naskah Akademis Raperda RDTR dan Peraturan Zonasi.
2
SebelahBaratberbatasandenganKecamatanWawayKaryadanKecam
atanJabung.
Gambar 1.1.
Peta Orientasi Geografis Kecamatan Pasir Sakti
Di Kabupaten Lampung Timur
3
Secara substansial, lingkup RDTR dan PZ yang dimaksud di sini
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 20/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, dan dengan
menggunakan peta berskala 1:5.000.
4
Bab II
PEMAHAMAN TERHADAP PEKERJAAN
RPJM NASIONAL
RDTR Kota
RPJM KABUPATEN/KOTA RTRW KOTA
RTR Kawasan Strategis Kota
5
Dari Gambar 2.1., dapat dikatakan bahwa rencana tata ruang pada
prinsipnya merupakan perwujudan ruang dari rencana pembangunan
sektoral yang mengandung kebijakan dan program sektoral sebagai
acuan dalam penyusunan anggaran.
HubunganantaraRTRWKabupaten/Kota,RDTR,danRTBLsert
aWilayahPerencanaannya
RDTR BWP
:Dirincikanlebihlanjutmenjadi
:Wilayahperencanaandibagilagimenjadi
:Wilayahperencanaanadalah
6
20/2011mengamanatkan agar RDTR dan PZ digabung menjadi satu
perda. Jadi, RDTR dan PZ merupakan satu kesatuan yang berperan
sebagai alat operasional dari RTRW, dan sekaligus berfungsi sebagai
alat pengendalian pemanfaatan ruang, dengan menggunakan peta
kedalaman atau tingkat ketelitian 1:5.000.
7
d. Ketentuan Pengaturan Zonasi(variansi di lokasi tertentu)
6. Prosedur penyusunan RDTR dapat dibagi menjadi tujuh tahapan, di
luar proses legalisasi, yaitu:
a. Pra persiapan penyusunan
b. Persiapan penyusunan
c. Pengumpulan data
d. Pengolahan dan analisa data
e. Perumusan konsep
f. Penyusunan naskah akademik
g. Penyusunan Naskah Raperda
Pola ruang pada RDTR merupakan penurunan atau perincian dari pola
ruang yang ada dalam RTRW (dalam hal ini kabupaten). Rencana pola
ruang menggambarkan distribusi zona, baik zona lindung maupun
zona budi daya ke dalam blok-blok, dan menjadi peta zonasi bagi
peraturan zoning.
8
Zona yang terdapat pada wilayah perencanaan RDTR harus tetap
sesuai dengan dominasi kawasan pada rencana pola ruang RTRW,
meskipun terdapat zona-zona lain dari zona dominasi tersebut.
Pendetailan zona RTRW ke dalam peta skala 1:5.000 menujukkan
bahwa di dalam zona yang mendominasi tersebut bisa saja terdapat
fungsi zona lain.
9
dan terukur. Namun, jika indikasi program dalam RTRW memang
sudah spesifik dan terukur, maka indikasi program RTRW yang
bersangkutan dapat diakomodasi dalam ketentuan pemanfaatan ruang
dalam RDTR ini.
10
Bab III
PROFIL UMUM WILAYAH PERENCANAAN
11
Walaupun tidak disebutkan peranan atau fungsi Kecamatan Pasir
Sakti di Lampung Timur pada tingkat provinsi, namun Sukadana,
ibukota Kabupaten Lampung Timur, dijadikan kota pada hirarkiPusat
Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), dan kota Kecamatan Labuhan
Maringgai yang bersebelahan dengan Kecamatan Pasir Sakti
dicanangkan pada hirarki Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Interpretasinya,
berarti Kecamatan pasir Sakti merupakan wilayah pendukung
(hinterland) dari kota Kecamatan Labuhan Maringgai.
Administrasi
Kabupaten Lampung Timur memiliki wilayah daratan maupun wilayah
laut, dengan luas keseluruhan mencapai 5.325,03km2, sekitar 15%
dari luas Provinsi Lampung. Ada pulau-pulau kecil yang termasuk
dalam wilayah administrasi Kabupaten Lampung Timur, antara lain:
1. Pulau Gosong Sekopong
2. Pulau Segama Besar
3. Pulau Segama Kecil
4. Pulau Batang Besar
5. Pulau Batang Kecil
Fisik Dasar
Pada umumnya wilayah Kabupaten Lampung Timur merupakan
daerah yang datar dengan sebagian besar wilayahnya (243.669,80
hektar; 45,76%) berada pada ketinggian 25-50 meter diatas permukaan
laut (mdpl), kecuali Kecamatan Pasir Sakti, Braja Selebah, dan Bumi
Agung yang hanya berada pada ketinggian 0-25 meter diatas
permukaan laut.
12
Penduduk
Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Lampung Timur adalah
sebesar 966.543 jiwa dengan tingkat kepadatan 182 jiwa/km2. Jika
dibandingkan lima tahun yang lalu, maka jumlah penduduk di
Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2010 mengalami peningkatan
sebesar 47.526 jiwa. Artinya pertumbuhan penduduk rata-rata adalah
sebesar 0,94% pertahun. Sehingga jika di proyeksikan hingga tahun
2031 maka jumlah penduduk di Kabupaten Lampung Timur menjadi
1.178.022 jiwa.
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Timur didominasi oleh
hutan seluas 133.930,85 hektar atau sekitar 25,15% dari luas wilayah
kabupaten. Sedangkan untuk kawasan budidaya, alokasi penggunaan
untuk lahan sawah merupakan alokasi penggunaan yang paling tinggi
yaitu seluas 94.884,10 hektar, setara dengan 17,82% dari luas wilayah
kabupaten. Dengan demikian, Kabupaten Lampung Timur dapat
dikatakan sebagai daerah agraris, namun sedang bergerak
menuju/menjadi daerah perkotaan. Oleh karena itu, prasarana dan
sarana yang diperlukan bagi kawasan perkotaan perlu mendapat
perhatian serius.
Ekonomi
PDRB untuk harga konstan 2002, mencapai Rp 3,350 trilyun dan pada
tahun 2009 naik menjadi 3,751 trilyun. PDRB Kabupaten Lampung
Timur baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
13
konstan 1995 mengalami pertumbuhan yang cukup berarti. Kenaikan
PDRB mencerminkan adanya peningkatan pada produksi maupun
harga seluruh sektor produksi di Kabupaten Lampung Timur.
Areal laut teritorial kabupaten sejauh 4 mil ketengah laut dari pulau
terluar. Luasan laut Kabupaten Lampung Timur adalah 1.152 km2.
Sedangkan potensi perikananya seluas 22.548,05 ha, sementara
pemanfaatan baru 15.909,29 ha. Dengan perkiraan potensi lestari
sebesar 80.000 ton yang terdiri dari ikan pelagis dan demersal.
Wilayah yang mempunyai kesesuaian perikanan air payau di
Kabupaten Lampung Timur ada luas total 13.500,55 ha, meliputi
Kecamatan Pasir Sakti 7.466,64 ha dan Labuhan Maringgai dengan
luas 6.033,91 ha.
14
Rencana Tata Ruang
Kawasan strategis provinsi yang ada di Lampung Timur adalah Taman
Nasional Way Kambas.Kawasan Way Kambas ditetapkan sebagai
kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup.
15
Dalam Rencana Pola Ruang RTRWK Lampung Timur, dalam
Kecamatan Pasir Sakti terdapat dua jenis kawasan yang akan
dikembangkan, yaitu kawasan permukiman dan kawasan perkebunan.
Namun, sebagian besar masyarakatnya berkecimpung di sektor
kelautan dan perikanan terutama nelayan, pembudidayaan dan
pengolahan ikan, maka kawasan Kecamatan Maringgai dan Kecamatan
Pasir Sakti akan disiapkan untuk dikembangkan sebagai kawasan
minapolitan. Minapolitan merupakan konsep pembangunan sektor
kelautan dan perikanan berbasis wilayah. Untuk itu, pendekatan
dalam pembangunan minapolitan dilakukan dengan sistem
manajemen kawasan dengan prinsip integrasi, efisiensi, kualitas, dan
akselerasi.
16
sebagai produsen pasir kuarsa yang telah dieksploitasi bertahun-
tahun.
Administrasi
Wilayah Kecamatan Pasir Sakti terdiri atas perairan dan daratan
seluas 193,94km2, wilayah daratannya hanya 115,52 km2. Luas
administrasi ke delapan desa yang ada dalam kecamatan ini diberikan
dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2.
LuasWilayahdan Jumlah Dusun MenurutDesa
DiKecamatanPasirSaktiTahun2011
Luas Jumlah
No. Nama Desa
Ha. Km2 Dusun
1. SumurKucing 1.760 17,60 7
2. LabuhanRatu 1.440 14,40 7
3. KedungRingin 1.200 12,00 6
4. RejoMulyo 1.765 17,65 9
5. Purworejo 800 8,00 6
6. Mulyosari 1.718 17,18 7
7. PasirSakti 1.881 18,81 8
8. MekarSari 988 9,88 6
Jumlah 11.551 115,52 56
Sumber : Kecamatan Pasir Sakti dalam Angka, BPS, 2011
Fisik Dasar
Kecamatan Pasir Sakti berada pada ketinggian 0 – 20 m dari
permukaan laut, dan sebagian besar berupa dataran rendah, dengan
curah hujan rata-rata 1.514 mm/tahun.
Penggunaan Lahan
Menurut Tabel 3.3, penggunaan lahan terbesar di Pasir Sakti adalah
sawah, kemudian pekarangan atau kegiatan perumahan. Luas sawah
terbesar ada di Desa Labuhan Ratu, lalu diikuti berturut-turut Sumur
Kucing, Rejo Mulyo, Kedung Ringin, Mulyosari, Mekar Sari, Pasir Sakti,
dan terakhir Purworejo. Penggunaan lahan untuk perkebunan ternyata
didominasi Desa Mulyosari.
Tabel 3.3.
Penggunaan Lahan (Ha.) per Desa
DiKecamatanPasirSaktiTahun2011
Lain-
No. Nama Desa Sawah Pekarangan Ladang Kebun
lain
1. SumurKucing 880,00 200,00 30,00 0,00 20,00
2. LabuhanRatu 1.126,5 0,00 0,00 0,00 5,00
3. KedungRingin 825,00 46,00 0,00 0,00 15,25
4. RejoMulyo 855,00 188,00 151,00 5,00 178,00
5. Purworejo 240,00 222,00 178,00 10,00 70,00
6. Mulyosari 511,00 291,00 123,00 142,00 49,00
7. PasirSakti 350,00 231,00 161,00 0,00 89,00
8. MekarSari 400,00 90,00 100,00 0,00 10,00
Jumlah 5.187,50 1.268,00 743,00 157,00 436,25
Kependudukan
Kecamatan ini memiliki penduduk sebanyak 36.739jiwa (2012),
dansebaran penduduk di dalam setiap desa dapat di lihat dalam Tabel
3.4, dan menurut RTRW Kabupaten Lampung Tmur, jumlah penduduk
Kecamatan Pasir Sakti diproyeksikan akan mencapai 43.705 jiwa pada
tahun 2031.
18
Tabel 3.4.
Jumlah Penduduk per Desa
Di Kecamatan Pasir Sakti (2011)
Jumlah Kepadatan
No. Nama Desa Luas (Km2)
Peduduk per Km2
1. SumurKucing 17,60 4.119 234
2. LabuhanRatu 14,40 5.943 413
3. KedungRingin 12,00 4.074 340
4. RejoMulyo 17,65 4.667 264
5. Purworejo 8,00 3.228 404
6. Mulyosari 17,18 6.351 370
7. PasirSakti 18,81 5.747 306
8. MekarSari 9,88 2.829 286
Jumlah 115,52 36.958 320
Sumber : Kecamatan Pasir Sakti dalam Angka, BPS, 2011
Tabel 3.5.
Neraca Penduduk(Jiwa) per Desa Di Kecamatan Pasir Sakti (2011)
19
5. Purworejo 3.200 29 6 8 3 3.228
6. Mulyosari 6.320 36 8 8 5 6.351
7. PasirSakti 5.707 10 1 33 2 5.747
8. MekarSari 2.801 37 11 5 3 2.829
Jumlah 36.739 194 51 109 33 36.958
Sumber : Kecamatan Pasir Sakti dalam Angka, BPS, 2011
Perumahan
Kawasan terbangun Kecamatan Pasir Sakti didominasi oleh kawasan
perumahan, dengan jumlah pada tahun 2011 sebesar 9.620 unit,
sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.6. Memang, sebagian besar rumah
sudah permanen sifatnya, namun rumah semi permanen dan
sederhana masih banyak juga. Hal ini berarti usaha pengembangan
perumahan masih perlu dilakukan di masa mendatang, khususnya
memperbaiki rumah-rumah yang tergolong rumah sederhana dan semi
permanen.
Tabel 3.6.
Jumlah RumahDi Kecamatan Pasir Sakti (2011)
Semi
No. Nama Desa Permanen Sederhana Jumlah
Permanen
1. SumurKucing 483 245 386 1.114
2. LabuhanRatu 621 615 127 1.363
3. KedungRingin 297 212 556 1.065
4. RejoMulyo 847 369 167 1.383
5. Purworejo 323 324 190 837
6. Mulyosari 773 573 177 1.523
7. PasirSakti 662 522 432 1.616
8. MekarSari 476 156 87 719
Jumlah 4.482 3.016 2.122 9.620
Sumber : Kecamatan Pasir Sakti dalam Angka, BPS, 2011
Ekonomi
Sebagai kecamatan yang diarahkan pengembangannya menjadi kota
perikanan (minapolitan), Pasir Sakti memang memiliki potensi
perikanan laut, karena lokasinya yang berbatasan langsung dengan
laut Jawa dan memiliki pangkalan perahu bersama-sama dengan
Kecamatan Labuhan Maringgai.
20
Jenis produksi di bidang ekonomi lainnya adalah pertanian dan
penambangan pasir kuarsa.Walaupun sudah disedot sejak tahun
2004, jumlah cadangan pasir kuarsa diperkirakan masih sebesar
22.950.000 m3.Kegiatan penambangan pasir kuarsa menyebar di desa-
desa yang berbatasan dengan laut. Berdasarkan data BPS setempat,
usaha penambangan pasir pada tahun 2011 berada di beberapa desa,
berturut-turut Desa-desa Rejo Mulyo (50 usaha), Kedung Ringin (30
usaha), Mulyosari (15), Sumur Kucing (5 usaha), Pasir Sakti dan Mekar
Sari masing-masing satu usaha. Walaupun usaha ini menguntungkan
dan memberi lapangan kerja kepada masyarakat, namun telah
menimbulkan masalah lingkungan dan memerlukan penanganan
tersendiri.
Sarana ekonomi yang ada di Pasir Sakti masih sederhana, terdiri dari
pasar, toko/kios, koperasi, bank, dan rumah makan. Jumah dan
sebaran sarana ini dalam desa-desa dapat dilihat dalam Tabel 3.7.
Tabel 3.7.
Jumlah Sarana Ekonomi Di Kecamatan Pasir Sakti (2011)
Rumah
No. Nama Desa Pasar Toko/Kios Koperasi Bank
Makan
1. SumurKucing 0 45 0 0 2
2. LabuhanRatu 1 78 2 0 8
3. KedungRingin 1 70 0 0 2
4. RejoMulyo 0 103 0 0 4
5. Purworejo 0 40 1 0 9
6. Mulyosari 0 120 0 0 5
7. PasirSakti 1 90 1 0 7
8. MekarSari 0 16 0 0 0
Jumlah 3 562 4 0 37
Sumber : Kecamatan Pasir Sakti dalam Angka, BPS, 2011
Pasar terdapat di tiga desa, Labuhan Ratu, Kedung Ringin, dan Pasir
Sakti. Jumlah toko/kios terbanyak ada di desa-desa Mulyosari, Rejo
Mulyo, Pasir Sakti, Labuhan Ratu, dan Kedung Ringin. Di desa-desa
selebihnya juga ada, namun jumlahnya kurang dari 50 toko/kios.
21
Kekuatan keuangan kecamatan dapat digambarkan dari penerimaan
asli desa dan bantuan pembangunan desa. Penerimaan asli desa
berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yang jumlahnya per
desa ada di Tabel 3.8. Jenis-jenis dan jumlah bantuan pembangunan
yang diterima desa disajikan dalam Tabel 3.9.
Tabel 3.8.
Target dan Realisasi PBB Di Kecamatan Pasir Sakti (2011)
22
Bantuan pembangunan belum menggembirakan, jumlahnya masih
sangat kecil. Sehingga, Kecamatan Pasir Sakti benar-benar bergantung
pada penerimaan asli. Untuk itu, sumber-sumber penerimaan perlu
digali dengan cara meningkatkan produksi, agar retribusi desa
maupun kecamatan dapat digenjot.
23
Bab IV
METODOLOGI PENDEKAAN DAN ANALISIS
4.1. Pendekatan
Dalam Bab II sudah disebutkan ada tujuh tahapan yang perlu dilalui
untuk memperoleh RDTR dan PZ. Dalam pekerjaan ini, tahapan
terakhir digabung, karena sebenarnya keduanya terkait langsung.
Sehingga, pendekatan perencanaan hanya dibagi ke dalam lima
tahapan, yaitu:
1. Tahap persiapan
2. Tahap pengumulan data (survei)
3. Tahap pengolahan dan analisis data
4. Tahap perumusan konsep RDTR
5. Tahap penyiapan draft legalitas (Raperda dan Naskah
Akademik)
24
Gambar 4.1
PERSIAPAN SURVEI PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA PERUMUSAN KONSEP DRAFT LEGALITAS
Pembahasan Pembahasan
Pembahasan Draft Laporan
Laporan
Pendahuluan Laporan Antara Akhir
Kebijakan dan
Inventarisasi arahan
Dokumen Legal dan pembangunan
Standard
Standar Teknis teknis
perencanaan
PELAPORAN PENDAHULUAN + Exsum LAPORAN ANTARA + Exsum LAPORAN DRAFT AKHIR + Exsum LAPORAN AKHIR + Exsum
25
pekerjaan, menyusun metodologi pendekatan, mencari teknik analsis
yang diperkirakan dibutuhkan, dan mendisain survei. Untuk
menghemat waktu, juga dilakukan kajian awal terhadap wilayah
perencanaan, tentu masih jauh dari sempurna, karena belum
dilakukan survei pengumpulan data dan informasi.Output dari tahap
persiapan ini adalah Laporan Pendahuluan, yang intinya terdiri dari:
pemahaman terhadap KAK, gambaran umum wilayah perencanaan,
kesesuaian dengan RTRW, metodologi, rencana kerja, perangkat survei.
26
dalam survei ke dalam filing system, sehingga muda diakses oleh
semua tenaga ahli yang membutuhkan. Ada tiga kelompok
inventarisasi: peta, data, dokumen legal, dan standar teknis.
Setiap hasil kajian yang terkait dengan ruang akan menjadi masukan
dalam pembuatan peta-peta tematik. Sehingga jenis peta tematik bisa
banyak, seperti peta-peta topografi, kondisi tanah, vegetasi,
penggunaan lahan, jaringan prasarana, sebaran kepadatan penduduk,
sebaran kepadatan perumahan, lokasi sarana-sarana ekonomi dan
sosial, sebaran kawasan-kawasan perkotaan, dan lain-lain.
Inventarisasi Data
Data sekunder dan data primer diolah melalui proses inventarisasi.
Data sekunder kuantitatif yang bias memerlukan kalibrasi dengan
memanfaatkan metoda statistik tertentu, seperti metoda perbandingan.
27
Sementara data kualitatif dapat dikuantifikasikan melalui sistem
scoring.
Analisis Data
Berdasarkan data dan informasi yang tersedia, akan dilakukan analisis
atau kajian, yang ditujukan untuk mengetahui karakteristik wilayah,
kualitas kinerja dan lingkungan wilayah,serta potensi dan masalah
wilayah. Untuk itu pengkajian dikelompokkan ke dalam:
28
Tingkat ekonomi penduduk tentu saja tergantung pada fungsi
kegiatan yang dilakoninya. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi yang
berlangsung dalam wilayah perencanaan seyogianya mendapat
perhatian, tidak hanya dalam hubungannya dengan pendapatan,
lapangan kerja, tetapi juga kelestarian lingkungan hidup.
4. Kajian prasarana wilayah
Prasarana wilayah berbentuk ‘jaringan’, menghubungkan satu titik
dengan titik lainnya dalam wilayah yang bersangkutan, bahkan
sampai ke titik di luar wilayah itu sendiri. Jaringan prasarana yang
dimaksud adalah jalan, saluran air limbah (sewerage), saluran
pembuangan/pengeringan (drainase), pipa air bersih,
persampahan, dan telekomunikasi.Sebagai jaringan, prasarana
wilayah memiliki link and nodes atau jaringan dan simpul.
Kapasitas dan kualitas jaringan dan simpul ini akan menjadi pokok
perhatian dalam kajian ini.
5. Kajian pemanfaatan lahan
Pemanfaatan lahan mengandung pengertian horisontal dan
vertikal. Horisontal menyangkut sebaran penggunaan, sedang
vertikal menyangkut intensitas. Jenis penggunaan lahan yang akan
menjadi perhatian adalah kawasan terbangun yang disebut sebagai
kawasan perkotaan, karena RDTR hanya disusun untuk kawasan
perkotaan.
29
Keenam keluaran di atas, akan di-cross checkdengan suatuForum
Group Discussion (FGD). Pada prinsipnyanya, FGD ditujukan untuk
menggali idea dan pendapat dari para pakar yang perlu
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, para
pakar harus terbebas dari pengaruh hasil kajian konsultan. Artinya,
para pakar diberi keleluasaan untuk berbicara menurut pemikiran asli
mereka, dan pendapat para pakar tersebut dijadikan bahan evaluasi
dan sekaligus pengaya hasil analisis.
Deliniasi BWP
Langka pertama yang akan dilakukan dalam perumusan konsep RDTR
ini adalah men-deliniasi BWP. Contoh cara men-deliniasi BWP dalam
suatu wilayah kabupaten diberikan dalam lampiran Permen PU
20/2011, sebagaimana dalam Gambar 4.2.
Gambar 4.2
30
Untuk menentukan deliniasi BWP,ada dua pembatas yang dihadapi
dalam pekerjaan ini. Pertama, sebagaimana telah disebutkan dalam
butir 2.4, RDTR hanya ditujukan bagi wilayah yang memiliki ciri
perkotaan (kawasan perkotaan) atau kawasan yang direncanakan akan
menjadi kawasan perkotaan dalam kurun waktu RDTR (20 tahun
mendatang). Pasal 3 butir (1) Permen PU 20/2011 menyebutkan bahwa
RDTR disusun untuk bagian dari wilayah kabupaten/kota yang
merupakan kawasan perkotaan dan/atau kawasan strategis
kabupaten atau kawasan strategis kota. Hal yang logis apabila RDTR
dan PZ hanya ditujukan untuk kawasan perkotaan, karena zoning text
mengandung amplop ruang yang menggunakan standar RTBL yang
hanya bisa diberlakukan pada daerah terbangun.
Konsep RDTR
Sesudah BWP ditentukan dan tujuan penataan BWP disepakati,
langkah berikutnya adalah penyusunan konsep rencana tata ruang
BWP, yaitu konsep rencana pola ruang yang akan menjadi zoning map
PZ dan konsep rencana jaringan prasarana. Pengertian konsep di sini
sebenarnya identik dengan analisis rencana, yaitu pemikiran dan
pertimbangan dalam menetapkan rencana. Oleh karena itu, konsep
rencana mempertimbangkan berbagai kemungkinan atau alternatif
31
rencana. Pertimbangan ini kemudian dituangkan dalam peta berskala
1:5.000, dan menghasilkan peta rencana.
32
peta 1:5.000, dan bentuk akhirnya berupa rencana tata ruang, yang
terdiri atas:
1. Rencana pola ruang
2. Deliniasi subBWP
3. Deliniasi blok/subblok
4. SubBWP yang diprioritaskan penanganannya
5. Rencana jaringan prasarana
33
Gambar 4.3.
34
persampahan tentu lebih besar ukurannya daripada prasarana
persampahan yang diperlukan dalam zona perumahan. Jadi, rute dan
dimensi jaringan prasarana yang direncanakan kapasitasnya
disesuaikan dengan zona yang dilayaninya.
Peraturan Zonasi
Sebagaimana telah disinggung, muatan PZ terdiri atas zoning map dan
zoning text. Zoning map tidak lain dari pada rencana pola ruang yang
sudah disusun terlebih dahulu. Zoning map ini yang akan menjadi
dasar untuk penyusunan zoning text, yang berisikan persyaratan-
persyaratan teknis untuk mendirikan bangunan di atas suatu
blok/subblok.Muatan zoning text ada dua, muatan wajib dan muatan
optional. Muatan zoning text ini yang akan dirumuskan dalam draft
Raperda pada tahap akhir pekerjaan ini. Zoning text untuk seluruh
zona diringkas ke dalam sebuah matriks yang disebut Matrix ITBX.
35
dan juga draft Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail
Tata Ruang Kecamatan Pasir Sakti.
Rancangan Raperda RDTR dan PZ akan berisi pasal demi pasal dari
pengaturan kegiatan yang ada dalam setiap blok, baik peruntukannya
maupun dimensinya, termasuk amplop ruang. Agar peraturan ini tidak
kaku, beberapa toleransi dapat diberikan, sepanjang tidak
mengganggu keseluruhan blok atau pun wilayah perencanaan. Untuk
itu, aturan insentif dan disinsentif juga akan diakomodasi, sepanjang
memiliki dasar perundang-undangan yang sudah ada atau bisa dibuat.
36
Bab IV
MANAJEMEN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Tabel 5.1.
37
Tabel 5.2.
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
38
39