(ahm.susanto@gmail.com)
Abstrak
Definisi Moral
Kata moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang
berarti kebiasaan atau adat. Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa
lain, termasuk bahasa Indonesia, kata mores masih dipakai dalam arti
yang sama. Moral dapat dimaknai sebagai nilai-nilai dan norma-norma
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Misalnya, perbuatan seseorang tidak
bermoral. Hal itu dimaksudkan bahwa perbuatan orang tersebut
melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam
masyarakat.
Kata moralitas, yang berasal dari kata sifat Latin moralis. Ini
mempunyai arti yang mirip sama dengan moral, hanya lebih abstrak. Kita
berbicara tentang moralitas suatu perbuatan, artinya memandang baik
buruknya perbuatan dari segi moral. Moralitas adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Norma-norma Moral
Sebuah tindakan yang baik dari segi moral ialah tindakan bebas
manusia yang mengafirmasi nilai moral objektif dan mengafirmasi hukum
moral, buruk secara moral ialah sesuatu yang bertentangan dengan nilai
moral dan hukum moral. Sumber dari kepatutan dan ketidakpatutan
moral terletak pada keputusn bebas kehendak, sikap bijak yang timbul
dari keputusan bebas tersebut dan pribadi atau subjek moral.
Dari tiga alasan tersebut di atas, tampak bahwa hanya orang yang
memiliki kepribadian kuat dan matang serta mapan yang dapat
mengambil suatu keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Keputusan demikian itu baru akan lahir apabila ada kebebasan. Kesatuan
pendapat moral hanya mungkin dicapai apabila kita memutuskannya
berdasarkan suara hati nurani. Memang suara hati nurani ada peluang
untuk salah dalam pengambilan keputusan. Kesalahan atau kekeliruan itu
terjadi karena tidak ada dukungan oleh pandangan-pandangan moral
yang baik dan benar. Oleh karena itu, suatu hati perlu untuk dididik dan
ditumbuhkembangkan dengan cara terbuka dan mau belajar untuk
memahami seluk beluk permasalahan yang sedang dihadapi.
Etika adalah suatu ilmu yang mengadakan ukuran yang dapat dipakai
untuk menanggapi atau menilai perbuatan manusia yang berhubungan
dengan perbuatan kesusilaan yang – normatif --, secara filosofis, etika
adalah analisis tentang apa yang orang maksudkan bilamana
mempergunakan predikat kesusilaan. Secara praktis, etika (Frans Magnis
Suseno) adalah suatu keputusan yang tepat manusiawi dan layak diambil
dari suatu dilema yang dihadapi seseorang setelah berjuang mengatasi
kesulitan. Jadi secara ringkas etika adalah hal yanag menunjukkan sifat
manusia, sebagai ilmu akhlak, sebagai pengkajian sistem nilai yang ada
pada diri manusia/masyarakat[8].
...view about good and bad, right or wrong, what ought to not to
do.... A set of belief current in society abaout character or conduct
and what people should try to be or try to do.... A ort of belief about
people and their actions.... A system of conduct assesment which is
objectives in that and it reflect the condition of social existence....
Rule of conduct actually accepted in society....[17]
Demikian halnya Here yang menyatakan bahwa moral pada
dasarnya bersifat prescriptive, directive, imperative and commanding
(derived from some rule or principle of action) serta obligue[18]. Begitu
juga Higgins dalamHoward mengemukakan tentang ciri-ciri orang yang
bermoral ialah selalu merasakan adalah moral based (tuntutan dan
keharusan moral) untuk selalu bertanggung jawab terhadap adanya 1)
needs and welfare of the individual and other; 2) the involement and
implication of the self and consequences of authers, dan 3) instrinsic
value or sosial relationships[19].
Agar dapat menyadarkan peran moral dan orientasi moral ini pada
setiap orang diperlukan adanya pendidikan nilai, baik secara formal,
informal, dan non formal. Secara formal diberikan pada lembaga-lembaga
pendidikan formal di sekolah, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi (PT).
Secara non formal dilakukan pada institusi keluarga, di mana keluarga
secara terus menerus mewariskan nilai-nilai yang diyakini kepada
anggota keluarganya. Secara in-formal pendidikan nilai diberikan pada
tempat-tempat pendidikan seperti majelis taklim, tempat pengajian,
pesantren, dan tempat-tempat lain yang memberikan perhatian pada
pendidikan nilai ini. Namun upaya sungguh-sungguh untuk mempertegas
kehadiran pendidikan nilai dalam setiap pendidikan formal baru terlihat
secara jelas pada abad ke-20, dimana pendidikan nilai telah dipelajari
sebagai suatu “disiplin”[30]. Sejak itulah banyak literatur dan penelitian
yang mengkaji secara serius bidang pendidikan nilai ini.
Penutup
Referensi
Kosasih A. Djahiri, 2004, Hand Out; Dimensi Nilai Moral dan Norma,
Bandung: PPs-UPI
Piaget, Jean (1979), The Moral Judgement of The Child, London: Kegan
Paul, Trebner & Co., Ltd.