Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
EKSASERBASI AKUT
Oleh:
dr . Halimah Tussa’diah
Pembimbing kasus:
dr. Moris Shofwan Nst ,Sp.P. M.ked
1
2014, didapatkan karakteristik pasien PPOK 96,7% adalah mantan perokok,
sedangkan 3,3% masih aktif merokok.3
Eksaserbasi dan komorbid pada PPOK berkontribusi pada beratnya penyakit.
Penyakit ini juga mempunyai efek sistemik yang bermakna sebagai petanda sudah
terdapat kondisi komorbid lainnya. Dampak PPOK pada setiap individu tergantung
derajat keluhan. Tingginya angka mortalitas dan morbiditas pada PPOK menjadikan
manajemen penatalaksaan yang tepat pada penyakit ini menjadi sangat penting
khususnya pada keadaan eksaserbasi. Manajemen penatalaksaan yang tepat
diharapkan dapat menurunkan angka mortalitas ataupun morbiditas pada PPOK.1,2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
The Global InitiativeforChronicObstructiveLungDisease(GOLD) tahun
2018mendefinisikanPenyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah
penyakitparuyang umum, dapat dicegah dan diobati,yang ditandai dengan adanya
keterbatasan aliran udara yang persisten dan bersifat progresif serta berhubungan
dengan peningkatan respons inflamasi kronik pada saluran napas atau kelainan
alveolar yang biasanya disebabkan oleh gas atau partikel berbahaya.Hambatan aliran
udara pada PPOK merupakan gabungan dari penyakit saluran napas kecil dan
destruksi parenkim dengan kontribusi yang berbeda antar individu.1
PPOK eksaserbasi akut merupakan suatu kondisi perburukan dari gejala
penyakit PPOK yang bersifat akut dan menetap dengan gejala yang lebih berat
dibandingkan dengan varian gejala harian normal sehingga memerlukan perubahan
dari obat-obatan yang biasa digunakan.4
3
penelitian dengan bronkoskopi yang menunjukkan bahwa sekitar 50% dari pasien
eksaserbasi terdapat bakteri dalam konsentrasi tinggi pada saluran napas bawah.2
Eksaserbaasi beberapa gejala respiratori dapat disebabkan oleh berbagai
mekanisme yang saling tumpang tindih pada seorang penderita. Keadaan yang dapat
menyerupai dan/atau memperburuk eksaserbasi antara lain pneumonia, emboli paru,
gagal jantung kongestif, aritmia jantung, pneumotorak dan efusi pleura harus selalu
dipertimbangkan pada diagnosis diferensial dan segera ditatalaksana. Terhentinya
pengobatan rumatan yang rutin digunakan juga dapat menyebabkan terjadinya
eksaserbasi.4
Penelitian yang dilakukan oleh Setiyanto H, dkk. Menemukan pola kuman
pada pasien PPOK eksaserbasi dengan hasil sebagai berikut :5
1. Streptococcuspyogenes (37,5%)
2. Streptococcus pneumonia (18,8%)
3. Streptococcus beta haemolitycus (15,6%)
4. Pseudomonasaeruginosa (14,6 %)
5. Klebsiellapneumoniae (7,8%)
6. Acinetobacterbaumannii (6,25%)
Penelitian Usyinara dkk. Pada pasien PPOK eksaserbasi hasil isolasi kuman
dari 87 spesimen sputum yang dilakukan biakan secara kualitatif didapatkan :6
1. Streptococcuspyogenes (50%)
2. Pseudomonasaeruginosa(15,4%)
3. Streptococcus beta haemolitycus (13,5%)
4. Streptococcus pneumonia (11,5%)
5.
Klebsiellapneumoniae (9,6%)
Penelitian-penelitian di atas menunjukkan bahwa infeksi bakteri memiliki
peranan penting pada kasus eksaserbasi.Infeksi pada PPOK tidak hanya disebabkan
oleh kuman Gram positif tetapi juga kuman Gram negatif. Pemberian antibiotik
sangat diperlukan dalam banyak kasus PPOK eksaserbasi akut.
4
Gejala eksaserbasi yaitu :2
1. Sesak bertambah
2. Produksi sputum meningkat
3. Perubahan warna sputum (sputum menjadi purulen)
2.4 Patofisiologi
Pada bronkhitiskronis perubahan awal terjadi pada saluran udara yang kecil.
Selain itu, terjadi destruksi jaringan paru disertai dilatasi rongga udara distal
(emfisema),yangmenyebabkan hilangnya elasticrecoil,hiperinflasi, terperangkapnya
udara, dan peningkatan usaha untuk bernapas, sehingga terjadi sesak napas. Pada
saluran napas kecil terjadi penebalan akibat peningkatan pembentukan folikel limfoid
dan penimbunan kolagen di bagian luar saluran napas,sehingga menghambat
pembukaan saluran napas. Lumen saluran napas kecil berkurang karena penebalan
mukosa berisi eksudat sel radang yang meningkat sejalan dengan beratnya penyakit.
Hambatan aliran udara pada PPOK disebabkan oleh beberapa derajat penebalan dan
hipertofi otot polos pada bronkiolus respiratorius. Dengan berkembangnya penyakit,
kadar CO2 meningkat dan dorongan respirasi bergeser dari CO2 ke hipoksemia,
dorongan pernapasan juga mungkin akan hilang sehingga memicu terjadinya gagal
napas. 1,7
Menurut Hipotesis Elastase-Antielastase, di dalam paru terdapat
keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan antielastase untuk mencegah
5
terjadinya kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan antara enzim proteolitik
elastase dan antielastase akan menimbulkan kerusakan jaringan elastin paru.
Ketidakseimbangan ini dapat dipicu oleh adanya rangsangan pada paru antara lain
oleh asap rokok dan infeksi yang menyebabkan elastase bertambah banyak atau oleh
adanya defisiensi alfa-1 antitripsin.
Pada PPOK terjadi penyempitan saluran napas dan keterbatasan aliran udara
karena beberapa mekanisme inflamasi, produksi mukus yang berlebihan, dan
vasokontriksi otot polos bronkus, seperti terlihat pada gambar 1.
6
lumen saluran napas tertutup oleh sekresi mukus yang terjebak akibat bersihan
mukosilier kurang sempurna.
7
b) Penilaian AGD jika ditemukan tanda akut atau
acuteoncrhonicrespiratoryfailure
c) Foto thorax untuk menyingkirkan diagnosis alternative
d) EKG untuk membantu mendiagnosis masalah jantung yang menyertai
e) Pemeriksaan darah lengkap, kimia darah, elektrolit
f) Pemeriksaan sputum
2.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaanPPOK eksaserbasi akut adalah untuk meminimalisir
akibat eksaserbasi yang terjadi dan menjegah terjadinya eksaserbasi berikutnya.
Lebih dari 80% eksaserbasi dapat ditatalakasana dengan rawat jalan dengan terapi
farmakologi termasuk bronkodilator, kortikosteroid dan antibiotik.4
Penatalaksanaan eksaserbasi dibagi menjadi :1,2
1. Eksaserbasi ringan : meningkatkan pemakaian bronkodilator (dapat dilakukan
di rumah atau poliklinik)
2. Eksaserbasi sedang : menambahkan antibiotik atau kortikosteroid sistemik
atau keduanya (dapat dilakukan di puskesmas, poliklinik atau praktek dokter)
3. Eksaserbasi berat : perawatan di rumah sakit
8
Indikasi :
1. Eksaserbasi ringan sampai sedang
2. Gagal napas kronik
3. Tidak ada gagal napas akut pada gagal napas kronik
4. Sebagai evaluasi rutin meliputi :
a) Pemberian obat-obatan yang optimal
b) Evaluasi progresifiti penyakit
c) Edukasi
9
b. Gangguan keseimbangan asam basa
c. Gawat napas
2.6.5 Penanganan di ruang rawat untuk eksaserbasi sedang dan berat (belum
memerlukan ventilasimekanik)4
1. Obat-obatan adekuat diberikan secara intravena dan nebuliser
2. Terapi oksigen dengan dosis yang tepat, gunakan venturymask
3. Evaluasi ketat tanda-tanda gagal napas
4. Segera pindah ke ICU bila ada indikasi penggunaan ventilasi mekanik
10
3. Bronkodilator
Pengobatan yang efektif untuk PPOK eksaserbasi adalah inhalasi ShortActing
Beta-2 Agonis (SABA) dengan atau tanpa antikolinergik kerja singkat
diberikan pada kondisi eksaserbasi. Bila tidak tersedia inhalasi, dapat
diberikan oral. Pemberian metilxantin intravena seperti teofilin dan aminofilin
dipertimbangkan sebagai lini kedua.
4. Kortikosteroid
Disarankan pemberian prednison oral 40 mg per hari selama 5 hari atau
triamsinolon 40 mg, atau metil prednisolon 32 mg/hari dalam dosis tunggal
atau terbagi. Bila diberikan secara intravena dapat diberikan metil prednisolon
3 x 30 mg per hari sampai bisa di sulih ke oral. Duraasi pemberian
kortikosteroidyang optimal belum diketahui jelas. Kortikosteroid inhalasi
seperti budesonid setiap 6 jam dapat menjadi alternatif.
5. Antioksidan
Pemberian N-asetilsistein 1200 mg/hari intravena selama 5 hari dapat
meningkatkan perubahan skala klinis dan CRP pasien PPOK
eksaserbasi.8Penggunaan erdostein 2 x 300 mg/hari selama 7 hari
menunjukkan hasil perbaikan klinis yang bermakna dan menurunkan
kebutuhan bronkodilator.9
6. Mukolitik
Pada eksaserbasimukolitik dapat diberikan.
7. Immunodulator
Pemberian kombinasi echinaceapurpurea 500 mg dan Vitamin C 50 mg serta
mikronutrien (selenium 15 µg dan zinc 10 mg) 1x/hari selama 2 minggu dapat
mengurangi gejala eksaserbasi PPOK akibat infeksi saluran napas atas.10
8. Nutrisi
Pemantauan nutrisi dan keseimbangan cairan.
9. Pemberian antibiotik optimal
11
a. Antibiotik diberikan dan disesuaikan dengan pola kuman. Terapi empiris yang
biasa digunakan adalah golongan aminopenisilin dengan atau tanpa asam
klavulanat, makrolid, quinolon.
b. Pemberian antibiotik disarankan secara oral, lama pemberian antibiotik pada
pasien PPOK eksaserbasi adalah 5-10 hari. Berikut adalah Tabel 1. Pemilihan
antibiotik pada PPOK eksaserbasi :
12
10. Ventilasi mekanik
Ventilasi dapat dilakukan secara Non InvasifVentilation(NIV) dan invasif,
tetapi disarankan untuk mendahulukan penggunaan NIV.
A.Indikasi penggunaan NIV :
a) Asidosis respiratorik (pH< 7,35 atau PaCO2 > 45 mmHg)
b) Sesak berat dengan tanda-tanda kelelehan otot pernapasan,
peningkatan usaha bernapas, penggunaan otot bantu napas pergerakan
abdomen paradoksal atau retraksiinterkosta.
B. Indikasi ventilasi invasif atau intubasi :
a) Tidak menunjukkan perbaikan dengan NIV
b) Gagal napas
c) Gagal napas dengan penurunan kesadaran atau megap-megap
d) Penurunan kesadaran dan agitasi yang tidak terkontrol dengan sedasi
e) Aspirasi masif
f) Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret saluran napas
g) Nadi < 50x/menit dengan penurunan kesadaran
h) Ketidakstabilanhemodinamik yang tidak berespon dengan pemberian
cairan dan zat vasoaktif
i) Aritmiaventrikular
j) Hipoksemia yang mengancam jiwa
13
b. Kriteria pasien dapat dipulangkan :
Dapat menggunakan bronkodilator dengan ataupun tanpa
kortikosteroid inhalasi.
Penggunaan inhalasi beta-2 agonis kerja singkat tidak lebih dari 4 jam
Kondisi pasien stabil selama 12-24 jam
Pasien atau keluarga yang merawatnya sudah memahami penggunaan
terapi dengan benar
Ada perencanaan observasi lanjutan
Pasien, keluarga dan tenaga medis cukup yakin bahwa pasien dapat
dikelola dengan baik di rumah.
Hal yang perlu diperhatikan sesudah keluar dari perawatan kurang
lebih sama seperti penatalaksanaan PPOK stabil yaitu pemantauan
efektivitas terapi, usaha berhenti merokok, perubahan parameter
spirometri.2
2.7 Pencegahan
Dalam usaha pencegahan terjadinya PPOK selain perlu diadakan program
promosi kesehatan nasional tentang gaya hidup sehat ada beberapa hal yang perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ini yaitu:2,11
14
7. Konsumsi cukup protein, buah dan sayuran.
Pasien PPOK
Peningkatan gejala
Kriteria terpenuhi
?
Peningkatan wheezing
Peningkatan batuk
Tatalaksana untuk
PPOKeksaserbasi
sedang
Tatalaksana untuk
PPOKeksaserbasi
15
ringan
Manajemen :
Manajemen :
Manajemen : Foto toraks
Foto toraks bila diperlukan
Inhalasi bronkodilator
Inhalasi bronkodilator Inhalasi bronkodilator
(peningatan dosis dan Kortikosteroid sistemik
frekuensi) Kortikosteroid sistemik
Antibiotik
BAB III
Antibiotik
Bisa dilakukan di Terapi O2 bila perlu
rumah atau di LAPORAN KASUS
Bisa dilakukan di puskesmas,
NPPV, bila perlu
poliklinik poliklinikdan praktek dokter
Dilakukan di RS
Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Teluk Bano I, Rohan Hilir.
Masuk RS : 15 Januari 2019
ANAMNESIS
Keluhan utama
Sesak napas yang memberat sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
1 tahun SMRS pasien mulai mengeluhkan sesak napas. Sesak dirasakan
hilang timbul, dan semakin dirasakan ketika melakukan aktifitas berat. Jika sesak
datang, pasien lebih nyaman duduk agak membungkuk untuk menghilangkan
sesaknya. Sesak tidak dipengaruhi cuaca, debu, ataupun makanan. Keluhan batuk (-),
demam (-), mual (-), muntah (-), keringat pada malam hari (-). Penurunan nafsu
makan (-), penurunan berat badan (-), nyeri dada (-).
2 bulan SMRS pasien mengeluhkan mulai sesak ketika melakukan aktifitas
sehari-hari. Jika sesak datang, pasien akan beristirahat sebentar dan mengatur
16
nafasnya, sesaknya pun sedikit berkurang. Pasien mengaku lebih merasa sesak ketika
berbaring dengan posisi terlentang. Pasien juga beberapa kali tiba-tiba terbangun saat
tidur malam hari karena sesak. Sesak tidak di pengaruhi oleh cuaca, emosi, makanan,
dan debu. Keluhan nyeri dada (-), kaki atau muka terlihat sembab (-), perut
membuncit (-). Pasien juga mengeluhkan batuk yang disertai dahak. Dahak berwarna
putih, bercampur darah (-), keluhan demam (-), BAK tidak ada keluhan, BAB tidak
ada keluhan, keringat malam hari (-), mual (-), muntah (-),nyeri ulu hati (-), kembung
(-).
1 hari SMRS keluhan sesak semakin memberat. Sesak diperberat dengan
aktivitas, tidak dipengaruhi cuaca, debu (-), ataupun makanan (-), nafas berbunyi
ngik(+). Keluhan batuk berdahak (+) berwarna putih,dahak semakin banyak
dirasakan, nyeri dada ketika batuk (+), demam (+).Karena keluhan tersebut pasien
dibawa berobat ke IGD Dr.RM. P, di asap dan keluhan berkurang. Kemudian setelah
pasien pulang, pasien kembali mengalami sesak napas, setelah itu pasien dibawa
kembali dan di rawat di Bangsal Paru Kemuning.
17
- Pasien seorang pedagang
- Riwayat merokok (+), selama ±40 tahun 16 batang sehari
IB : 40 x16 = 640 (IB berat)
- Konsumsi alkohol (-)
- Tatto (-), seks bebas (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
HR : 68 kali/menit
RR : 30 kali/menit
Suhu : 36,8 °C
Saturasi : 97 %
Paru
Inspeksi : Gerakandinding dada simetris kanan dan kiri, barrelchest (-),
penggunaan otot bantu napas (+)
Palpasi : Vocalfremitus sama kanan dan kiri.
Perkusi : Hipersonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiri.
Auskultasi :Suara napas vesikuler, ekspirasi memanjang, wheezing (+/+),
ronkhi (-/-)
18
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIK V linea midclavicula sinistra1 jari lateral
Perkusi : Batas kiri jantung :Linea midclavicula sinistra1 jari lateral
Batas kanan jantung : Linea parasternal dexstra
Auskultasi : S1 dan S2 normal regular, HR 86 kali/menit,murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Perut tampak datar, venektasi (-), scar (-)
Auskultasi : BU (+) normal, 10 kali/menit.
Palpasi : Supel pada seluruh lapangan abdomen, nyeri tekan (-)
Hepatomegali (-), Splenomegali (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh lapangan abdomen
Ekstremitas :
Atas : sianosis (-), clubbingfinger (-), CRT <2 detik, kekuatan otot: +/+
Bawah : sianosis (-),udem (-), CRT <2 detik, kekuatanotot: +/+
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah rutin (Tanggal 15-1-2019)
Hb : 10,6 g/dl
Leukosit : 12,1 x 103 /uL
Eritrosit : 3,76 x 106/uL
Hematokrit : 31,6 %
Trombosit : 272 x 103/uL
MCV : 84fl
MCH : 28pg
MCHC : 32g/dl
19
Foto Toraks (16-1-2019)
20
Hasil rontgen toraks didapatkan :
Identitas sesuai
Foto toraks PA
Marker L
Kekerasan cukup
Jaringan lunak < 2 cm
Trekea di tengah, Skoliosis (-)
Oscostae, clavicula, vertebraeintake
Sudut kostofrenikus kanan dan kiri lancip
Cor : jantung menggantung, CTR 52%
21
jantung pendulum
Pulmo : Corakan bronkovaskuler
meningkat, gambaran hiperinflasi di
kedua lapangan paru
Kesan : PPOK,
RESUME :
Tn. M 57 tahun dirawat di RSUD dr. RM. P dengan keluhansesak napas yang
memberat sejak 1 hari SMRS. Dari anamnesis didapatkan1 tahun SMRS mulai
mengeluhkan sesak napas. Sesak hilang timbul, semakin dirasakan ketika melakukan
aktifitas, tidak dipengaruhi cuaca, debu, ataupun makanan. Sejak 2 bulan
SMRS,sesak ketika melakukan aktifitas sehari-hari, sesak ketika berbaring dengan
posisi terlentang, terbangun malam (+), batuk dengan dahak berwarna putih. Sejak 3
hari SMRS, demam yang hilang timbul, demam dirasakan tidak terlalu tinggi,
keluhan sesak (+), nyeri dada ketika batuk (+), keringat malam hari (-), batuk
berdahak (+) dengan dahak berwarna putih. 1 hari SMRS keluhan sesak semakin
memberat, batuk berdahak (+) berwarna putih, nyeri dada ketika batuk (+), demam
(+). Riwayat merokok (+) dengan IB berat.
Dari pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, kesadaran komposmentis, TD 120/70 mmHg, HR 68 x/menit, RR 30 x/menit,
suhu 36,8oC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan,penggunaan otot bantu napas (+),
wheezing (+/+), batas kanan jantung melebar. Pada pemeriksaan penunjang
darahrutin didapatkan leukosit 12,1x 103 /Ul meningkat, dan foto toraks didapatkan
sela iga melebar, diafragma Kirk Kahan licin lancip, jantung tampak menggantung,
gambaran hiperinflasi.
22
DAFTAR MASALAH
1. Sesak
2. Leukositosis
DIAGNOSIS
- PPOK Eksaserbasi Tipe II (sedang)
DIAGNOSIS BANDING
• Asma
• Bronkitis
• Pneumonia
RENCANA PEMERIKSAAN
1. Sapirometri bila stabil
2. GeneXpert
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
- Tirah baring (posisi setengah duduk)
- Oksigen nasal kanul 1-2L/menit
- Pengawasan vital sign
Farmakologi
- IVFD NaCl 0,9% 20gtt/i
- Inhalasi ventolin (salbutamolsulphate): pulmicort(Budesonide) 15 menit
Salam 1 jam.
- Inj. Metil prednisolon/12 jam
- N- asetil sistein tab 3x1
23
- Tab retaphyl 2 x 1 tab
- Inj. Radin 1amp/12jam
- Inj. Cefotaxime 1gr/12jam
Follow Up
Tanggal S O A P
R/ GeneXpert
Spirometribila stabil
17/1/2019 Os stabil Ttv: PPOK Terapi pulang :
Rencana : PBJ TD:120/80mmHg Eksaserbasi Akut - retaphyl tab 2x1
HR: 88x/menit sedang (Tipe II) - N-asetil sietein tab
S: 37,00C 3x1
RR: 28 x/menit - Methyl prednisolon
Sat : 97% tab 3x1
Paru: Penggunaan
otot bantu napas (-),
retraksi suprasternal
(-), auskultasi
wheezing +/+
GeneXpert : MTB
Not detected
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis PPOK Eksaserbasi Akut karena adanya
keluhan sesak nafas yang bertambah berat seiring berjalannya waktu (progresif dan
kronik), dan batuk dengan dahak yang bertambahbanyak. Gejala sesak nafas sudah
sering dirasakan pasien berulang-ulang sejak 1 tahun terakhir dan disertai dengan
batuk berdahak berwarna putih sejak 2 bulan yang lalu. Pada pasien juga ditemukan
adanya demam yang hilang timbul dan peningkatan dari leukosit yang mencapai 12.1
x 103 /uL
Berdasarkan tipe dari gejala eksaserbasi akut, karena memenuhi 2 kriteria,
maka pasien ini diklasifikasikan tipe sedang (tipe II).Menurut PDPI 2016 prinsip
tatalaksana PPOK eksaserbasi akut adalah terapi oksigen, bronkodilator,
kortikosteroid, antioksidan, antibiotik dan juga pengelolaan nutrisi yang adekuat.
Pada pasien ini diberian terapi oksigen 1-2lpm NK, karena pada pasien ini didapatkan
saturasi baik yaitu 97%. Bronkodilator yang diberian yaitu shortacting beta-2 agonist
dengan antikolinergik. Hal ini sesuai dengan rekomendasi tatalaksana menurut
PDPI.Kortikosteroid yang diberikan pada pasien ini adalah metipprednisolon injeksi.
Meskipun lebih disarankan pemberian secara oral, tetapi pemberian secara intravena
juga dapat diberikan sampai bisa disulih ke oral. Kortikosteroid inhalasi yaitu
nebulisasibudesonid juga diberikan pada pasien ini sebagai kombinasi dengan
bronkodilator SABA.
Infeksi memiliki hubungan penting dengan kejadian eksaserbasi akut pada
PPOK. Pada pasien ini didapatkan bukti kuat adanya infeksi bakteri. Oleh karena itu
antibiotik harus digunakan sebagai terapi. Menurut PDPI pilihan antibiotik parenteral
pada eksaserbasi sedang adalah golongan betalactam, sefalosporin generasi 2 dan 3
25
atau golongan fluorokuinolon. Pada pasien ini antibiotik yang diberikan adalah
cefotaxime yang merupakan golongan sefalosporin generasi ke tiga.
Gejala dan tanda yang ditemukan diantaranyadypsneaoneffort, ortopneu,
ParoxysmalNocturnalDypsne.
26
BAB V
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Global Initiative for Chronic Lung Disease (GOLD). Pocket guide for the
diagnosis, management and prevention of chronic obstructive pulmonary
disease- A Guide for Health Care Professionals.National Institutes of Health.
National heart, Lung and blood Institute. Update 2017.
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). PPOK ; Diagnosis dan
penatalaksanaan. Jakarta. Ed 2016
3. Press Release Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dalam Rangka
Memperingati Copd Day 2017. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2017
4. Soeroto AY. Penatalaksanaan Eksaserbasi Akut Penyakit Paru Obstruktif
Kronik. Dalam Kompendium Tatalaksana Respirologi dan Respirasi Kritis.
Perhimpunan Respirologi Indonesia. Bandung. 2013
5. Setiyanto H, Yunus F, Soepandi PZ, Wiyono WH, Hartono S, Kurniawati A.
Pola dan Sensitiviti Kuman PPOK Eksaserbasi Akut yang Mendapat
Pengobatan Echinacea Purpura Dan Antibiotik Siprofloksasin. J Respir Indo
2008; 28 :107-24
6. Usyinara, Yunus F, Supandi PZ. Sputum
BackteriologyofAcuteBacterialExacerbationsof COPD withQuantitative
28
Sputum Culture : MicrobiologicalandAntimicrobialsResistancePattern. J
Respir Indo 2008; 28: 74-9
7. Marta NA. Andrini F. Saad A. Identifikasi Bakteri pada Sputum Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronis Eksaserbasi Akut di RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau. JOM FK Volume 1 No. 2. Oktober 2014
8. Widiyawati IGN, Suradi, Surjanto E, Yunus F. Peran N-Acetylcystein dosis
tinggi jangka pendek pada perubahan klinis dan kadar protein C-reaktif
penderita penyakit paru obstruktif kronik eksaserbasi akut di RSUD Dr.
Moewardi, Surakarta. J Respir Indo 2007; 27: 186-95
9. Yunus F,Mangunegoro H, Rahmawati I, Tjandrawinata RR, Nofiarny D.
Peran Erdosteine Dalam Mengurangi Kebutuhan Akan Bronkodilator Selama
Episode Eksaserbasi Akut Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Majalah
Kedokteran Indonesia 2007; 57: 337-45
10. Isbaniah F, Wiyono WH, Yunus F, Setiawati A, Totzke U, Verbruggens MA.
EchinaceaPurpureaAlongWithZinc Selenium And Vitamin C To
AlleviateExacerbationsOfChronicObstructivePulmonaryDisease: ResultFrom
A RandomizedControlledTrial. J ClinPharmTher 2011; 36: 586-76
29