Anda di halaman 1dari 3

Nama : I Wayan Atmanu Wira Pratana

NIM : 1704551043

Kelas :A

Mata Kuliah : Hukum Administrasi Negara

Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana,SH.,MH/Ni Gusti Ayu

Dyah Satyawati, SH.,M.Kn.,LLM

SOAL :

Buat Analisa dampak yuridis terhadap perluasan pengertian Keputusan Tata Usaha
Negara berdasarkan Pasal 1 angka 7 UU No 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan terhadap kompetensi Peratun (Peradilan tata usaha negara).

Jawaban :

Menurut S.F.Marbun dalam buku Peradilan Tata Usaha Negara (2003)


menyebutkan bahwa kometensi suatu badan peradilan dapat dibedakan atas
kompetensi relatif dan kompetensi absolut. Kompetensi relatif berhubungan
dengan kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara sesuai dengan wilayah
hukumnya. Sedangkan kompetensi absolut adalah kewenangan pengadilan untuk
mengadili suatu perkara menurut obyek, materi atau pokok sengketa.

Pemberlakukan UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan,


telah membawa perubahan besar terhadap kompetensi absolut Peradilan Tata Usaha
Negara. Khususnya adanya perluasan makna Keputuan Tata Usaha Negara yang
termaktub dalam Pasal 1 angka 7.
Dikatakan bahwa pada Pasal 1 angka 7 UU No. 30 Tahun 2014 mengalami
perluasan pengertian Keputusan Tata Usaha Negara adalah bila dibandingkan dengan
pengertian Keputusan Tata Usaha Negara pada Pasal 1 angka 9 Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan bahwa Keputusan
Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau
pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret,
individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata. Ketentuan tersebut mengandung unsur :

1. Penetapan tertulis.

2. Diterbitkan oleh Badan/Pejabat Tata usaha Negara

3. yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara,

4. bersifat konkrit,

5. individual dan

6. final

7. yang menimbulkan akibat hukum bagi orang atau badan hukum perdata.

Sedangkan pada Pasal 1 angka 7 Undang-Udang No 30 Tahun 2014 tentang


Administrasi Pemerintahan menyatakan bahwa Keputusan Administrasi
Pemerintahan yang juga disebut Keputusan Tata Usaha Negara atau Keputusan
Administrasi Negara yang selanjutnya disebut Keputusan adalah ketetapan tertulis
yang dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Ketentuan tersebut mengandung unsur :

1. Ketetapan tertulis

2. dikeluarkan oleh Badan dan /atau Pejabat Pemerintahan.


3. dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Berdasarkan perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian


Keputusan Tata Negara yang termaktub dalam Undang-Undang Peraturan Tata Usaha
Negara dalam hal ini adalah objek sengketa Tata Usaha Negara, lebih sempit
dibandingkan pemaknaan Keputusan Tata Usaha Negara berdasarkan Undang
Undang Administrasi Pemerintahan. Karena semakin banyak unsur suatu pasal, maka
semakin sempit cakupannya. Semakin sedikit unsur suatu pasal, maka cakupan
pengertiannya akan lebih luas.

Dengan pemaknaan tersebut, maka terlihat kompetensi Peradilan Tata Usaha


Negara menurut Undang-undang Peratun, adalah lebih sempit dibandingkan dengan
kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara menurut Undang-Undang Administrasi
Pemerintahan. Dengan perluasan pemaknaan Keputusan Tata Usaha negara tersebut,
memiliki implikasi yuridis terkait dengan kompetensi absolut Peradilan Tata Usaha
Negara untuk mengadili suatu perkara menurut obyek, materi atau pokok sengketa,
bahwa dengan perluasan makna tersebut yang sebelumnya objek Peradilan Tata
Usaha Negara adalah orang atau badan hukum perdata menjadi lebih luas, dengan
demikian badan hukum publik tergolong dalam objek dari Peradilan Tata Usaha
Negara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai