TINJAUAN TEORI
1
2) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus desidua sampai miometrium sampai di bawah peritoneum
(plasenta akreta-perkreta).
3) Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III
sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang
menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Sehingga
diperlukan tindakan manual plasenta.
2. Menurut Saifuddin (2010: 178), sebab-sebab terjadinya retensio plasenta
adalah sebagai berikut:
a. Plaasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih
dalam. Berikut adalah macam implantasi plasenta:
1) Plasenta adhesiva yaitu implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis
2) Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot khorion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium
3) Plasenta inkreta yaitu implantasi jonjot khorion plasenta hingga
mencapai atau memasuki miometrium
4) Plasenta perkreta yaitu implantasi jonjot khorion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus.
5) Plasenta inkarserata yaitu tertahannya plasenta didalam cavum uteri
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
b. Plasenta inkarserata (terhalangnya plasenta keluar)
Hal ini terjadi apabila plasenta sudah lepas dari implantasinya tetapi belum
keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak
atau karena adanya lingkaran kontriksi pada bagian bawah rahim akibat
salah penanganan pada kala III yang menyebabkan terhalangnya keuarnya
plasenta dari uterus. Plasenta mungkin tidak keluar karena blass atau
rectum penuh, maka keduanya harus dikosongkan.
3. Menurut Wiknjosastro (2010 : 656), apabila plasenta belum lahir setengah
jam setelah janin lahir, hal itu dinamakan retensio plasenta. Sebab – sebabnya
adalah sebagai berikut:
a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus atau
b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
4. Menurut Manuaba (2006: 301) kejadian retensio plasenta berkaitan dengan:
a. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta
adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta.
b. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
c. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan darah penderita
terlalu banyak hilang, terjadi keseimbangan baru berbentuk bekuan
darah, sehingga perdarahan tidak terjadi, atau kemungkinan implantasi
plasenta terlalu dalam.
1.1.3 Tanda dan gejala
Tabel 1.1
Gambaran dan Dugaan Penyebab Retensio Plasenta
10
tertular atau memiliki penyakit tersebut. Jika ada keluarga memiliki
penyakit keturunan
10
(DM, hipertensi, asma) maka klien tersebut atau ibu sendiri
mempunyai faktor resiko akibat proses persalinan (Winkjosastro,
2007:103-104).
d. Riwayat kebidanan
1) Riwayat Hamil
Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan grandemultipara dengan
implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva, plasenta akreta,
plasenta inkreta, dan plasenta prekreta. (Manuaba, 2010 : 402).
2) Riwayat persalinan
Pada waktu melakukan pertolongan persalinan kala III tidak
diperkenankan untuk melakukan masase dengan tujuan mempercepat
proses persalinan plasenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat
mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu pelepasan
plasenta.
Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan
bagian lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual
karena hal tersebut adalah plasenta akreta (APN, 2008 : 105).
Factor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah bekas seksio
sesarea, pernah kuret berulang dan multiparitas (Winkjosastro, 2010
: 527).
3) Riwayat Nifas
Plasenta manual dengan segera dilakukan bila terdapat riwayat
perdarahan post partum berulang, terjadi perdarahan post partum
melebihi 400 cc (Manuaba, 2010: 403).
4) Riwayat KB
Meningkatkan penerimaan keluarga berencana sehingga
memperkecil terjadinya retensio plasenta (Manuaba, 2010 : 402).
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Menurut Doenges (2001:205) keadaan umum pasien kesakitan/tidak,
bisa baik/lemah. TTV sebagai berikut:
1) Tanda-tanda syok, tekanan sistolik < 90 mmHg
2) Nadi > 112×/menit
3) Tanda-tanda infeksi (demam tinggi)
4) Gejala-gejala hipertensi dan/atau edema dapat terjadi pada awal
gestasi minggu ke-20.
b. Antropometri : BB cenderung mengalami penurunan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
Conjungtiva palpebra anemis bila terjadi pada perdarahan dan
tidak anemis pada perdarahan sedikit atau biasa (Saifuddin, 2006:
306).
2) Muka
Ekspresi wajah kesakitan menahan nyeri, keluar keringat dingin
(Saifuddin, 2006: 306).
3) Abdomen
Palpasi kontraksi dan tinggi fundus uteri (Manuaba, 2010 :
300).
Tinggi fundus uteri umumnya pada plasenta akreta parsial
teraba setinggi pusat (sepusat), pada plasenta inkarserata teraba 2 jari
bawah pusat, pada plasenta akreta teraba setinggi pusat (sepusat)
(Saifuddin, 2009: 178).
Kontraksi uterus pada uterus yang kenyal (pada akreta parsial),
uterus yang keras (plasenta inkarserata), uterus yang cukup (plasenta
akreta) (Saifuddin, 2009 : 178).
4) Genetalia
Banyaknya perdarahan pada plasenta akreta parsial/separasi
sedang-banyak, pada plasenta inkarserata sedang, pada plasenta
akreta sedikit atau tidak ada (Saifuddin, 2009: 178).
Dilakukan plasenta manual jika dalam keadaan darurat dengan
indikasi perdarahan lebih dari 400cc dan terjadi retensio plasenta
(Manuaba, 2010 : 403).
Apabila terjadi perdarahan, maka harus plasenta harus segera
dikeluarkan (Mochtar, 2012 : 206).
d. Pemeriksaan Khusus
Menurut Saifuddin dkk., (2002, 25 - 35) Pemeriksaan khusus obstetric
sebagai berikut:
1) Inspeksi
Pasien dengan perdarahan post partum perlu diperiksa seberapa
banyak perdarahan, keadaan perineum dan oedema di genitalia untuk
mengetahui penyebab perdarahan.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengetahui tinggi fundus uteri, dan
kontraksi uterus.
3) Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk memastikan apakah
serviks sudah menutup atau belum untuk dapat menentukan tindakan
yang akan dilakukan berikutnya.
4) Inspekulo
Jika serviks sudah menutup untuk mengetahui seberapa banyak
apakah ada sisa plasenta atau penyebab perdarahan menggunakan
inspekulo.
e. Pemeriksaan Penunjang
Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah
sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau
adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan
adanya koagulopati (Saifuddin, 2002 :P-30).
3. Analisa Data
Analisa data menurut Kepmenkes No.938/2007 merupakan hasil dari
pengumpulan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Kriteria :
a. Data tepat, akurat dan lengkap
b. Terdiri dari Data Subyektif (hasil Anamnesa : Biodata, keluhan utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)
c. Data Obyektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang)
1.2.2 Perumusan Diagnosa
Menurut Kepmenkes RI (No 938/2007).Langkah berikutnya dalam
melakukan asuhan kebidanan yaitu menegakkan diagnose. Dalam hal ini bidan
menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterprestasikannya
secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang
tepat. Kriteria perumusan diagnosa atau masalah :
1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
3. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi, dan
rujukan.
1.2.3 Perencanaan
Diagnosa : P1>1APIAH dengan retensio plasenta, KU ibu baik/buruk. Prognosa
baik/buruk.
Tujuan : Plasenta dapat dikeluarkan dan tidak terjadi komplikasi.
Kriteria Hasil :
1. Keadaan umum ibu baik
2. TTV dalam batas normal :
TD : 110/70 – 140/90 mmHg N : 60-90 x/menit
RR : 18-24 x/menit S : 36-37,50C
3. Tidak terjadi perdarahan post partum
4. Kontraksi uterus baik, bundar dan keras
5. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Intervensi
1. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta (perdarahan yang terjadi
sebelum plasenta lahir lengkap, sedangkan uterus tidak berkontraksi, biasanya
merupakan tanda/gejala retensio plasenta. Perdarahan sesudah plasenta lahir,
sedangkan uterus lembek, juga mungkin disebabkan oleh adanya bagian
plasenta/selaputnya yang tertinggak di dalam uterus).
Rasional: mencegah inversio uteri.
2. Bila plasenta tidak lahir dalam 30 menit sesudah bayi lahir, atau bila terjadi
perdarahan sementara plasenta belumlahir, maka berikan oksitosin 10 IU IM.
Pastikan bahwa kandung kencing kosong dan tunggu terjadinya kontraksi,
lalu cobalah melahirkan plasenta dengan menggunakan penegangan tali pusat
terkendali.
Rasional: pencegahan komplikasi lebih lanjut.
3. Jika dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir dan tidak ada perdarahan
sementara tempat rujukan tidak terlalu jauh, bawalah ibu ke tempat rujukan
tersebut.
Rasional: pencegahan komplikasi lebih lanjut.
4. Bila terjadi perdarahan maka placenta harus segera dilahirkan secara manual.
Bila tidak berhasil lakukan rujukan segera.
Rasional: pencegahan komplikasi lebih lanjut.
5. Berikan cairan IV: NaCl atau RL secara guyur untuk mengganti cairan yang
hilang dan pertahankan nadi dan tekanan darah.
Rasional :untuk mengganti cairan yang hilang
6. Persiapkan peralatan untuk melakukan teknik manual yang harus dilakukan
aseptik.
Rasional: pencegahan komplikasi lebih lanjut.
7. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di tempat tidur.
8. Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada berikan Diazepam
10 mg.
9. Cuci tangan dengan sabun, air mengalir, dan handuk bersih, gunakan sarung
tangan steril.
Rasional: untuk melindungi ibu dan bidan terhadap infeksi.
10. Masukkan tangan kanan dengan hati-hati. Jaga agar jari-jari tetap merapat dan
melengkung, mengikuti tali pusat sampai mencapai plasenta.
Rasional: pencegahan komplikasi lebih lanjut.
11. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri di atas
fundus agar uterus tidak naik. Dengan tangan kanan yang berada di dalam
uterus carilah tepi plasenta terlepas. Telapak tangan kanan menghadap ke atas
lalu lakukan gerakan mengikis kesamping untuk melepaskan plasenta dari
dinding uterus.
12. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap keluarkan plasenta dengan hati-
hati dan perlahan (jangan hanya memegang sebagian plasenta dan
menariknya keluar).
13. Bila plasenta sudah lahir, segera lakukan masase uterus. Bila tidak ada
kontraksi lakukan masase uterus agar terjadi kontraksi dan pengeluaran
bekuan darah secara bersamaan.
14. Periksa plasenta dan selaputnya. Jika tak lengkap, periksa lagi kavum uteri
dan keluarkan potongan plasenta yang tertinggal, dengan cara seperti diatas.
15. Periksa robekan terhadap vagina. Jahit robekan, bila perlu.
16. Bersihkan ibu agar ibu merasanyaman.
17. Jika ragu plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak terkendali,
maka rujuk ibu ke rumah sakit dengan segera.
18. Buat pencatatan yang akurat.
1.2.4 Pelaksanaan
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien, dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan. (Kepmenkes No 938/2007).
1.2.5 Evaluasi
Standar evaluasi menurut KEPMENKES RI No. 938/MENKES/SK/VIII/
2007/ Tentang Asuhan Kebidanan adalah sebagai berikut :
1. Pernyataan standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam pemberian
asuhan kebidanan.
2. Dokumentasi
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan
asuhan kebidanan. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan:
a. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir
yang tersedia (Rekam medis/KMS/Status pasien/buku KIA)
b. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
O adalah data Objektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,
kolaborasi evaluasi/follow up dan rujukan
Petugas
Mahasiswa
18
BAB 2
TINJAUAN KASUS
18
19
3.3 Perencanaan
Tanggal 23 November 2015, pukul 22.45 WIB
Diagnosa : P20002 usia 24 tahun, kala III retensio plasenta dengan masalah pre
syok. Keadaan umum lemah, Prognosa baik
Tujuan : Plasenta dapat dikeluarkan dan tidak terjadi komplikasi.
Kriteria : - KU ibu baik
- Plasenta keluar, lengkap daan tidak ada yang tertinggal
- Tanda-tanda vital dalam normal
T : 110/70-140/90 mmHg
S : 36,5-37,5oC
N : 60-90 x/mnt
R : 18-24 x/mnt
- Perdarahan berhenti
- Kontraksi uterus baik, konsistensi bundar dan keras
Intervensi
1. Beritahu ibu hasil dari pemeriksaan.
R/ dengan dilakukan komunikasi terapeutik akan membuat ibu lebih
kooperatif.
2. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta.
R/ mencegah inversio uteri.
3. Berikan oksitosin 10 IU IM. Pastikan bahwa kandung kencing kosong dan
tunggu terjadinya kontraksi, lalu cobalah melahirkan plasenta dengan
menggunakan penegangan tali pusat terkendali.
R/ oksitosin akan membantu timbulnya kontraksi uterus sehingga
diharapkan plasenta lahir spontan.
4. Jika dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir dan tidak ada
perdarahan, rujuk ibu ke Rumah Sakit.
R/ pencegahan komplikasi lebih lanjut.
5. Bila terjadi perdarahan maka placenta harus segera dilahirkan secara
manual. Bila tidak berhasil lakukan rujukan segera.
R/ pencegahan komplikasi lebih lanjut.
22
6. Berikan cairan IV: NaCl atau RL secara guyur untuk mengganti cairan
yang hilang dan pertahankan nadi dan tekanan darah.
R/ untuk mengganti cairan dan mencegah terjadinya presyok.
7. Persiapkan peralatan untuk melakukan teknik manual yang harus
dilakukan aseptik.
R/ pencegahan infeksi yang lebih lanjut pasca dilakukanmanual plasenta.
8. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di tempat
tidur.
R/ memberikan kenyamanan ibu dan memudahkan bidan melakukan
tindakan.
9. Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada berikan
Diazepam 10 mg.
R/ mengurangi kecemasan ibu sehingga tindakan dapat dilakukan dengan
lancar.
10. Cuci tangan dengan sabun, air mengalir, dan handuk bersih, gunakan
sarung tangan steril.
R/ untuk pencegahan infeksi nosokomial.
11. Lakukan plasenta manual.
R/ untuk melahirkan plasenta sehingga uterus dapat berkontraksi dan
mencegah perdarahan.
12. Bila plasenta sudah lahir, segera lakukan masase uterus. Bila tidak ada
kontraksi lakukan masase uterus agar terjadi kontraksi dan pengeluaran
bekuan darah secara bersamaan.
R/ kontraksi yang tidak adekuat akan menimbulkan perdarahan.
13. Periksa plasenta dan selaputnya.
R/ plasenta atau selaput yang tertinggal akan menghalangi kontraksi uterus
yang adekuat.
14. Bersihkan ibu agar ibu merasa nyaman.
R/ ibu dapat beristirahat dengan nyaman setelah melahirkan dan dilakukan
manual plasenta.
15. Jika ragu plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak
terkendali, maka rujuk ibu ke rumah sakit dengan segera.
23
Mahasiswa
Dian Chandrawati
25
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlyn, 2001. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Jakarta : EGC.
Estiwidani, Dwiana, dkk. 2008. Konsep Kebidanan.Yogyagkarta : Fitramaya.
JNPK-KR. 2008. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.
Jakarta : JNPK-KR.
Hamilton, Persis mary. 2005. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. EGC:
Jakarta.
Ibrahim, Cristina. 1998. Perawatan Kebidanan. Jakarta : Bharata.
Kepmenkes RI No. 938/Menkes/SK/VIII/2007.Standar Asuhan Kebidanan.
Manuaba, Ida Ayu Candranita,dkk. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan
dan KB. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2006. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC: Jakarta
Manuaba, Ida Ayu Candranita,dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan
dan KB. Jakarta : EGC.
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Mochtar,Rustam.2012.Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obsteetri Patologi
Jilid 1 Edisi 3. Jakarta : EGC.
Saifudin,Abdul Bari.2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBPSP
Saifudin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Saifudin,Abdul Bari.2009.Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBPSP.
Saifudin, Abdul Bari.2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBPSP.
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obtetri Fisiologi. Bandung : Elemen.
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4. Jakarta : EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
26