Anda di halaman 1dari 16

MAKNA PAKAIAN PENGANTIN WANITA TRADISIONAL PARIAMAN

DI KOTA PARIAMAN

ARTIKEL

ELISA BALQIS
NIM : 1302834/2013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Wisuda Periode : September 2018
MAKNA PAKAIAN PENGANTIN WANITA TRADISIONAL PARIAMAN
DI KOTA PARIAMAN

Elisa Balqis1, Ernawati Nazar2


Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Fakultas Pariwisata dan Perhotelan
Email: elisabalqis76@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini di latar belakangi oleh pergeseran makna yang terkandung di
dalam pakaian adat tradisional yang disebabkan oleh budaya baru yang masuk
terutama pada segi makna pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman di Kota
Pariaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan bagian-bagian dan
makna pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman di Kota Pariaman. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pemilihan informan memakai
teknik Purposive Sampling. Jenis data berupa data primer dan data sekunder
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian yaitu bagian-
bagian pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman terdiri dari baju kuruang
basiba, tokah, kain balapak, suntiang gadang, selop kolom, serta perhiasan berupa
kaluang, dan galang. Makna yang terkandung pada pakaian pengantin wanita
tradisional Pariaman merupakan sebuah pedoman hidup bagi seorang istri dalam
menjalankan kehidupan berumah tangga agar tercipta keluarga yang rukun,
damai, dan harmonis.

Kata Kunci : Makna, Pakaian Pengantin, Tradisional

Abstract
This research will be based in the background by the shift of meaning
contained in traditional indigenous clothing caused by a new culture that goes
mainly on in terms of the meaning of the traditional bride outfit Pariaman in
Pariaman. The purpose of this research is to mendiskripsikan parts and meanings
of the traditional bride outfit Pariaman in Pariaman. Type of this research is a
descriptive qualitative research. The selection of Purposive Sampling techniques
wearing informant. The type of data in the form of primary data and secondary
data through observation, interviews, and documentation. Results of the study i.e.
the parts of the traditional bride's clothes consist of shirts kuruang Pariaman
basiba, tokah, balapak, suntiang, gadang, slippers columns, as well as the jewelry
be kaluang, and galang. The meaning contained in the traditional bride outfit
Pariaman is a guideline of life for a wife in the running in order to preclude life
created a family get along well, peace, and harmony.
Keywords: Bridal Attire, Meaning, Traditional

1
A. PENDAHULUAN
Pakaian pengantin wanita Pariaman yang indah, mewah, dan anggun

mengandung makna yang sangat dalam bagi pemakainya. Pakaian pengantin

tersebut tidak hanya sebagai pelindung tubuh serta untuk keindahan pada saat

pesta pernikahan saja, namun sarat dengan makna yang dalam, yang harus

dipikul oleh seseorang setelah dia menjadi seorang istri. Menurut Maresa

(2009:264) “Busana pengantin di Pariaman sarat dengan makna yaitu berupa

tuntunan dalam hidup, seperti mengenai cara bersikap, aturan hidup,

keagungan dan sifat religius dari diri pengantin”. Oleh sebab itu makna yang

terkandung pada pakaian pengantin ini harus dipahami oleh seluruh

masyarakat, terutama wanita Minang karena mereka memiliki peran penting

sebagai pengemban amanah, menjaga harta pusaka, tempat meniru meneladan

dan menjaga anak kemenakan (Latief, 2002:82).

Pada kenyataannya saat ini mereka hidup di tanah Pariaman yang

masih kental dengan budayanya yang seharusnya dilestarikan walaupun

ditengah-tengah perkembangan zaman yang semakin berkembang. Dari

pakaian itu sendiri yang memiliki banyak makna yang terkandung

didalamnya dengan harapan seorang istri akan dapat menerapkan dalam

kehidupan berumahtangganya, namun dalam kenyataannya saat ini mereka

menggunakan pakaian pengantin tradisional Pariaman pada saat pesta

pernikahannya namun tidak paham akan makna yang terkandung didalamnya

sehingga mereka kurang dapat menerapkan dalam kehidupan berumah tangga

mereka.

2
Pada dasarnya pakaian pengantin wanita tradisional terdiri dari

beberapa bagian. Menurut Nazar (2014) mengemukakan bahwa “Bagian-

bagian seperangkat pakaian daerah di Indonesia terbagi menjadi: Baju: baju

kurung, baju panjang, kebaya, kombinasi baju panjang dan kebaya, kain

lilitan di badan, Kain/Sarung : Songket, tenunan ikat dan batik, perlengkapan/

aksesoris : Sunting, destar/saluak, perlengkapan dan aksesoris”. Sedangkan

menurut Basir (1997:69) jenisnya adalah “Pakaian pengantin wanita terdiri

dari 3 potong, pertama baju kurung, kemudian selendang tokah sepanjang 3

meter yang pemakaiannya menyilang ke dada dan kedua bagian ujungnya

yang berumbai-rumbai jatuh ke punggung, ketiga bagian bawahnya memakai

kain songket balapak”. Jadi dapat disimpulkan bahwa pakaian pengantin

wanita tradisional memiliki bagian-bagian tersendiri. Yang termasuk kedalam

bagian-bagian pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman adalah baju,

kain/sarung, dan perlengkapan/perhiasan.

Berdasarkan paparan di atas mengenai makna pakaian pengantin

wanita tradisional Pariaman di Kota Pariaman bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menjelaskan tentang bagian-bagian dan makna pakaian

pengantin wanita tradisional Pariaman.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini

dilaksanakan di Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Jenis data yang di

gunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer dapat diperoleh melalui wawancara, observasi. Dalam hal ini data yang

3
diperoleh merupakan data yang berhubungan dengan bagian-bagian dan makna

pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman di Kota Pariaman langsung dari

informan. Dan data sekunder dapat diperoleh dari bahan kepustakaan serta

internet yang sangat membantu dalam pengumpulan data. Metode yang

dilakukan untuk menguji keabsahan data adalah perpanjangan pengamatan,

meningkatkan ketekunan dan triangulasi.. Triangulasi dalam penelitian ini

menggunakan triangulasi sumber data.

C. PEMBAHASAN

1. Bagian-bagian Pakaian Pengantin Wanita Tradisional Pariaman di

Kota Pariaman

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara bahwa bagian-bagian

pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman terdiri atas baju,

kodek/sarung, pelengkap/perhiasan. Radjilis dalam Yuliarma (2009:74)

menjelaskan, pada dasarnya unsur busana pada tubuh terdiri dari tiga

bagian yaitu kepala, badan, dan kaki. Busana pengantin pada bagian

kepala adalah sunting, pada bagian badan adalah baju dan tokah serta pada

bagian kaki adalah kain songket.

Bagian-bagian pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman

antara lain adalah:

a) Baju

1) Memakai baju kuruang basiba longgar dengan panjang baju sebatas

dibawah lutut dan panjang lengan sebatas pergelangan tangan, lalu ada

sedikit belahan pada bagian leher, baju kuruang basiba memiliki siba

4
dan kikik pada bagian ketiaknya, lalu baju ini berwarna merah dengan

hiasan sulam kepala peniti dan sulam benang emas.

2) Selanjutnya tokah merupakan kain yang memiliki panjang sekitar

261cmx26cm yang disilangkan pada bagian dada, membelit di

pinggang. Tokah terbuat dari bahan saten berwarna hijau yang bagian

ujungnya dihiasi dengan sulam benang emas dan sulam kepala peniti.

Tokah ini berfungsi untuk membentuk bagian tubuh pengantin wanita.

b) Kain balapak

Kain balapak merupakan tenunan dari Pandai Sikek berwarna

merah yang memiliki 3 motif khas yaitu salapah-salapah, pucuak

rabuang, dan saluak laka. Kain balapak dililitkan pada pinggang,

dengan posisi motif pucuak rabuang dibagian depan, serta dalamnya ke

bawah sabatas mata kaki.

Menurut Ginting (2013:97-99) mengatakan Umumnya motif-

motif pada tenun Pandai Sikek terdiri dari beberapa jenis yaitu:

(1) Motif Itiak Pulang Patang, (2) Motif Cukia Bayam, (3)
Motif Salapah Gadang Salapah Ketek, (4) Motif Saik Galamai,
(5) Motif Pucuak Rabuang, (6) Motif Saluak Laka, (7) Motif
Jariang Lawa, (8) Motif Barabah Mandi, (9) Motif Balah
Kacang, (10) Motif Batang Padi, (11) Motif Kunang-kunang,
dan (12) Motif Sirangkak. Selanjutnya Purnama (2016: 59)
menegaskan “songket balapak dihiasi hampir semua bagian kain
dengan benang logam, motifnya terdiri dari beberapa motif khas
sumatera Barat, seperti: Pucuak Rebung, selapah-selapah, dan
saluak laka”.

5
c) Perlengkapan/Perhiasan

1) Suntiang Gadang

Kemudian sebagai hiasan kepala memakai suntiang gadang

berwarna emas yang terbagi atas beberapa bagian yaitu, sarunai

disusun bertingkat, sebanyak 5 tingkatan dengan jumlah sebanyak 90-

100 buah, suntiang gadang disusun pada tingkat ke 6 melingkar di

atas sarunai sebanyak 19 buah, sarai sarumpun disusun pada tingkat

ke 7 melingkar di atas suntiang gadang, kote-kote sebanyak 5 pasang

yang bermotifkan buruang tajun 2 pasang, lebihnya motif kupu-kupu

dan ikan di bagian kiri dan kanan suntiang, selanjutnya sinar blong,

sebagai hiasan dan wangi-wangiannya ditambahkan bunga cimpago,

bunga kenanga, bunga rose, bunga rampai, dan daun pandan pada

sanggul.

2) Selop kolom

Untuk alas kaki pengantin wanita tradisional Pariaman

menggunakan selop kolom, pada bagian depan tertutup, yang juga

dihiasi dengan sulam benang emas dan kepala peniti, berwarna merah

senada dengan warna baju kuruang basiba.

3) Perhiasan

Untuk perhiasan menggunakan 5 jenis kaluang antara lain,

kaluang kaluang gadang, kaluang rago-rago, kaluang pinyaram,

kaluang rumah adaik, dan kaluang cakiak, serta 5 jenis galang

6
diantaranya yaitu, galang pilin, galang gadang, galang ula, galang

gubaha dan galang rago-rago.

Dan untuk saat ini pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman

sudah banyak mengalami perubahan baik dari bentuk, warna maupun

hiasan dari pakaian itu sendiri mengikuti perkembangan zaman. Bentuk

pakaian yang sudah ada dari dulunya sudah bagus. Hanya saja perlu

kembali disosialisasikan kembali pada masyarakat saat ini.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa bagian-

bagian pakaian pengantin wanita tradisional terdiri dari baju kuruang

basiba, tokah, kain balapak, suntiang gadang, dan selop kolom, serta

perhiasan berupa kaluang dan galang.

2. Makna Pakaian Pengantin Wanita Tradisional Pariaman di Kota

Pariaman

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara diketahui bahwa pada

pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman banyak mengandung makna

yang akan dijadikan sebuah pedoman dalam kehidupan berumah tangga

oleh sang pengantin wanita nantinya. Menurut Mirnawati (2013), makna

merupakan simbol yang tersirat serta mengandung arti, penting dan

mendalam.

A. Baju

1) Baju Kuruang Basiba

Memiliki makna wanita Minang harus berhati lapang, berjiwa

besar, tidak mudah emosi dan berwawasan luas, sesuai dengan konsep

7
islam. Falsafah dari siba adalah wanita minang bersikap siap

menerima masukan positif dari siapapun, dan juga seorang wanita

yang telah menikah dia tetap memiliki batas-batas dalam pergaulan.

Memiliki leher bulat dengan sedikit belahan pada dada bermakna

suami dan istri harus saling pengertian satu sama lain, mudah bergaul

serta sebagai istri memiliki batasan dalam berbicara, tidak semua

dalam rumah tangga itu diceritakan kepada orang lain. Lengan baju

kurung sengaja dibuat lapang dimaksudkan pa apuh gabuak di bandua

(penghapus debu) artinya wanita minang itu orangnya suka bekerja,

kreatif, inovatif dan tidak pemalas.

Kikiek yang ada pada bagian bawah lengan baju kuruang

mempunyai makna tigo tungku sajarangan yaitu Niniak Mamak, Alim

Ulama dan Cadiak Pandai. Tali tigo sapilin yaitu Agama, Adat dan

Undang-Undang. Sesempit apapun namun perempuan tetap

menyempatkan diri untuk tetap bisa menyisihkan waktu, dana, fikiran,

kesempatan untuk keluarga dan orang lain. Rasa sosial yang ikhlas,

tenggang rasa, saling menghormati, saling menyayangi, tidak

sombong dan tidak angkuh.

2) Tokah

Tokah panjang dimaksudkan untuk menutup bagian dada sang

pengantin wanita, bermakna kalau kita sudah punya beban di pundak,

punya kewajiban terhadap keluarga dan harus bisa adil sebagai istri dan

seorang ibu nantinya. Pepatah adat pun mengatakan bakati samo barek

8
manimbang, maukua samo panjang, tibo dimato indak dipiciangan, tibo

diparuik indah dikampihkan, tibo didado indak dibusuangan, artinya

wanita Minang dalam mengambil langkah sikap yang tidak berat sebelah,

dan berpegang teguh pada kebenaran.

B. Kain Balapak

Kain balapak berwarna merah bermakna wanita minang harus

bijaksana dalam mengambil keputusan, tidak boleh terburu-buru, kain

balapak memiliki ciri khas motif yaitu motif salapah-salapah, pucuak

rabuang, dan saluak laka. Dimana motif-motif songket tersebut

bermakna hendaklah hidup serupa tumbuhan rebung yang bisa berguna

sepanjang hidup, lalu harus segan menyegani, saling tenggang rasa satu

dengan yang lainya.

Dan terakhir di dalam hidup bermasyarakat kita harus satu

pikiran, untuk mencapai sebuah mufakat. Sesuai dengan pepatah minang

Duduak sorang basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang

(duduk sendiri bersempit-sempit, duduk bersama berlapang-lapang),

artinya bersikap suka bermusyawarah, bermufakat, demokrasi, tidak

egois dan tidak ingin menang sendiri.

C. Perlengkapan/Perhiasan

1) Suntiang Gadang

Hiasan pada kepala menggunakan suntiang gadang merupakan

tanda peralihan seorang wanita dari masa lajang menjadi seorang istri,

yang akan memiliki tanggungjawab baru yakni tanggungjawab ke

9
suami, ke keluarga, ke kaum, dan ke lingkungannya. Serta bermakna

mempersatukan dua keluarga, dan akan memiliki banyak kerabat yang

disebabkan jalur pernikahan tersebut. Bagi pengantin pria suntiang

gadang itu bermakna bahwa dia telah mempersunting seorang gadis,

dan harus menjaganya dengan baik.

2) Selop Kolom

Sandal yang dipakai oleh pengantin wanita tradisional Pariaman

yaitu selop kolom, maksudnya yaitu seorang wanita minang harus lemah

lembut dalam setiap melangkah dan berani dalam mengambil keputusan.

Sesuai dengan pepatah minang Alu tataruang patah tigo (tegas dalam

mengambil keputusan), samuik tapijak indak mati (gemulai, lemah

lembut dan keibuan).

3) Perhiasan

Perhiasan yang digunakan pengantin wanita adalah kalung dan

gelang yang terbuat dari tembaga disepuh emas selain berfungsi sebagai

keindahan. Pemakaian Kalung dan gelang sebanyak 5 buah

melambangkan rukun islam. Kalung melambangkan wanita selalu dalam

lingkaran kebenaran, harus bisa menegakan kebenaran dalam

keluarganya nanti. Dan gelang yang dipakai maknanya gelang mengikat,

pengantin wanita di ikat dengan gelang artinya menyimpan segala

rahasia rumah tangga, ada yang patut disebut ada, yang tidak patut

disebut, hal ini dimaksudkan supaya rumah tangga aman dan nyaman.

Serta pemakaian banyak perhiasan tersebut juga sebagai pengharapan

10
agar sang pengantin nantinya diberi limpahan rezeki di dalam

rumahtangganya. Sedangkan untuk pemakaian anting dan cincin hanya

sebagai keindahan saja, tidak ada keharusan untuk memakai cincin dan

anting pada pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN
Berdasarkan temuan dan pembahasan yang peneliti lakukan, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bagian-bagian pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman terdiri dari

baju kuruang basiba, tokah, kain balapak, memakai hiasan kepala suntiang

gadang, dan alas kaki berupa selop kolom serta perhiasan berupa kalung dan

gelang.

2. Makna pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman, yaitu:

a. Baju

1) Baju kuruang basiba:

Harus sabar, berjiwa besar, tidak mudah emosi dan berwawasan

luas, sesuai dengan konsep islam, lalu bersikap siap menerima masukan

positif dari siapapun, sesuai dengan pepatah adat haniang ulu bicaro,

nanang seribu aka, dek saba bana mandatang.

2) Tokah

Bermakna kalau dia sudah punya beban di pundak, memiliki

kewajiban terhadap keluarga dan harus bisa adil sebagai istri dan seorang

ibu nantinya. Pepatah adat pun mengatakan bakati samo barek

manimbang, maukua samo panjang, tibo dimato indak dipiciangan, tibo

11
diparuik indah dikampihkan, tibo didado indak dibusuangan, artinya

wanita Minang dalam mengambil langkah sikap yang tidak berat sebelah,

dan berpegang teguh pada kebenaran.

b. Kain balapak

Harus bijaksana dalam mengambil keputusan, tidak boleh terburu-

buru, serta di dalam hidup bermasyarakat kita harus satu pikiran, untuk

mencapai sebuah mufakat. Sesuai dengan pepatah minang Duduak sorang

basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang, artinya bersikap suka

bermusyawarah, bermufakat, demokrasi, tidak egois dan tidak ingin

menang sendiri.

c. Perlengkapan/Perhiasan

1) Suntiang Gadang

Tanda peralihan seorang wanita dari masa lajang menjadi seorang

istri, yang akan memiliki tanggungjawab baru yakni tanggungjawab ke

suami, ke keluarga, ke kaum, dan ke lingkungannya. Serta bermakna

mempersatukan dua keluarga, dan akan memiliki banyak kerabat yang

disebabkan jalur pernikahan tersebut. Sesuai dengan pepatah adat nan

nikah parampuan, nan kawin korong jo kampuang.

2) Selop kolom

Wanita minang harus lemah lembut dalam setiap melangkah dan

berani dalam mengambil keputusan. Sesuai dengan pepatah minang Alu

tataruang patah tigo (tegas dalam mengambil keputusan), samuik tapijak

indak mati (gemulai, lemah lembut dan keibuan).

12
3) Perhiasan

Kalung melambangkan wanita selalu dalam lingkaran kebenaran,

harus bisa menegakan kebenaran dalam keluarganya nanti. Seperti kata

pepatah dikisabak dukuah dilihia, dipaliang bak cincin di jari. Dan

gelang bermakna pengantin wanita di ikat dengan gelang artinya

menyimpan segala rahasia rumah tangga, ada yang patut disebut ada,

yang tidak patut disebut, hal ini dimaksudkan supaya rumah tangga aman

dan nyaman. Seperti kata pepatah adat “habih sandiang dek bageso,

habih miang dek bagisie, habih bisa dek biaso, habih gali dek galitiak”.

2. SARAN

Diharapkan pemuka adat dan bundo kanduang Kota Pariaman

untuk selalu mensosialisakan makna pakaian pengantin wanita tradisional

tersebut kepada masyarakat. Serta masyarakat Kota Pariaman seluruhnya

mengetahui bentuk dan makna yang terdapat pada pakaian pengantin

wanita tradisional Pariaman dan dapat melestarikannya di Kota Pariaman.

DAFTAR PUSTAKA

Basir, Nazir dan Elly Kasim. 1997. Tata Cara Perkawinan Adat Istiadat
Minangkabau. Jakarta: Elly Kasim Collection.

Ginting, Jonson Handrian. 2013. Motif-motif Tenun Pandai Sikek Sebagai


Interprestasi Falsafah Alam Takambang Jadi Guru. (Online), Vol 4, No.
2, (https://wacanaetnik.fib.unand.ac.id, di akses tanggal 18 April 2018).

Ibrahim, Anwar. 1985. Arti Lambang dan Fungsi Tata Rias Pengantin Dalam
Menanamkan Nilai-nilai Budaya Provinsi Sumatera Barat. Padang:
Depdikbud.
Latief, CH. N. 2002. Etnis dan Adat Minangkabau Permasalahan dan Hari
Kedepannya. Bandung: ANGKASA.

13
Maresa, Anggia. 2009. Estetika Simbolis Dalam Busana Pengantin Adat
Minangkabau Di Padang, (Online), Vol 19, No. 3,
(https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/3438/9403, di akses tanggal
27 Juli 2017).

Mirnawati. 2013. Falsafah Baju Kuruang Basiba. Lima Puluh Kota.

Nazar, Ernawati. 2014. Busana Daerah. Diktat: UNP


Yuliarma. 2009. Makna Filosofis Busana Adat Pengantin Wanita Daerah Pesisir
Padang Sumatera Barat, dalam jurnal Pendidikan dan Keluarga UNP,
Vol 1 No. 2, Agustus 2009

PERSANTUNAN : Artikel ini disusun berdasarkan skripsi Elisa Balqis denga

judul Makna Pakaian Pengantin Wanita Tradisional

Pariaman di Kota Pariaman. Ucapan terimakasih kepada Ibu

Dr. Ernawati Nazar, M.Pd selaku pembimbing yang

senantiasa telah memberikan masukkan dan motivasi dalam

penyusunan skripsi dan artikel hingga selesai.

14

Anda mungkin juga menyukai