DI KOTA PARIAMAN
ARTIKEL
ELISA BALQIS
NIM : 1302834/2013
Abstrak
Penelitian ini di latar belakangi oleh pergeseran makna yang terkandung di
dalam pakaian adat tradisional yang disebabkan oleh budaya baru yang masuk
terutama pada segi makna pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman di Kota
Pariaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan bagian-bagian dan
makna pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman di Kota Pariaman. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pemilihan informan memakai
teknik Purposive Sampling. Jenis data berupa data primer dan data sekunder
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian yaitu bagian-
bagian pakaian pengantin wanita tradisional Pariaman terdiri dari baju kuruang
basiba, tokah, kain balapak, suntiang gadang, selop kolom, serta perhiasan berupa
kaluang, dan galang. Makna yang terkandung pada pakaian pengantin wanita
tradisional Pariaman merupakan sebuah pedoman hidup bagi seorang istri dalam
menjalankan kehidupan berumah tangga agar tercipta keluarga yang rukun,
damai, dan harmonis.
Abstract
This research will be based in the background by the shift of meaning
contained in traditional indigenous clothing caused by a new culture that goes
mainly on in terms of the meaning of the traditional bride outfit Pariaman in
Pariaman. The purpose of this research is to mendiskripsikan parts and meanings
of the traditional bride outfit Pariaman in Pariaman. Type of this research is a
descriptive qualitative research. The selection of Purposive Sampling techniques
wearing informant. The type of data in the form of primary data and secondary
data through observation, interviews, and documentation. Results of the study i.e.
the parts of the traditional bride's clothes consist of shirts kuruang Pariaman
basiba, tokah, balapak, suntiang, gadang, slippers columns, as well as the jewelry
be kaluang, and galang. The meaning contained in the traditional bride outfit
Pariaman is a guideline of life for a wife in the running in order to preclude life
created a family get along well, peace, and harmony.
Keywords: Bridal Attire, Meaning, Traditional
1
A. PENDAHULUAN
Pakaian pengantin wanita Pariaman yang indah, mewah, dan anggun
tersebut tidak hanya sebagai pelindung tubuh serta untuk keindahan pada saat
pesta pernikahan saja, namun sarat dengan makna yang dalam, yang harus
dipikul oleh seseorang setelah dia menjadi seorang istri. Menurut Maresa
keagungan dan sifat religius dari diri pengantin”. Oleh sebab itu makna yang
mereka.
2
Pada dasarnya pakaian pengantin wanita tradisional terdiri dari
kurung, baju panjang, kebaya, kombinasi baju panjang dan kebaya, kain
B. METODE PENELITIAN
gunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer dapat diperoleh melalui wawancara, observasi. Dalam hal ini data yang
3
diperoleh merupakan data yang berhubungan dengan bagian-bagian dan makna
informan. Dan data sekunder dapat diperoleh dari bahan kepustakaan serta
C. PEMBAHASAN
Kota Pariaman
menjelaskan, pada dasarnya unsur busana pada tubuh terdiri dari tiga
bagian yaitu kepala, badan, dan kaki. Busana pengantin pada bagian
kepala adalah sunting, pada bagian badan adalah baju dan tokah serta pada
a) Baju
dibawah lutut dan panjang lengan sebatas pergelangan tangan, lalu ada
sedikit belahan pada bagian leher, baju kuruang basiba memiliki siba
4
dan kikik pada bagian ketiaknya, lalu baju ini berwarna merah dengan
pinggang. Tokah terbuat dari bahan saten berwarna hijau yang bagian
ujungnya dihiasi dengan sulam benang emas dan sulam kepala peniti.
b) Kain balapak
motif pada tenun Pandai Sikek terdiri dari beberapa jenis yaitu:
(1) Motif Itiak Pulang Patang, (2) Motif Cukia Bayam, (3)
Motif Salapah Gadang Salapah Ketek, (4) Motif Saik Galamai,
(5) Motif Pucuak Rabuang, (6) Motif Saluak Laka, (7) Motif
Jariang Lawa, (8) Motif Barabah Mandi, (9) Motif Balah
Kacang, (10) Motif Batang Padi, (11) Motif Kunang-kunang,
dan (12) Motif Sirangkak. Selanjutnya Purnama (2016: 59)
menegaskan “songket balapak dihiasi hampir semua bagian kain
dengan benang logam, motifnya terdiri dari beberapa motif khas
sumatera Barat, seperti: Pucuak Rebung, selapah-selapah, dan
saluak laka”.
5
c) Perlengkapan/Perhiasan
1) Suntiang Gadang
dan ikan di bagian kiri dan kanan suntiang, selanjutnya sinar blong,
bunga kenanga, bunga rose, bunga rampai, dan daun pandan pada
sanggul.
2) Selop kolom
dihiasi dengan sulam benang emas dan kepala peniti, berwarna merah
3) Perhiasan
6
diantaranya yaitu, galang pilin, galang gadang, galang ula, galang
pakaian yang sudah ada dari dulunya sudah bagus. Hanya saja perlu
basiba, tokah, kain balapak, suntiang gadang, dan selop kolom, serta
Pariaman
mendalam.
A. Baju
besar, tidak mudah emosi dan berwawasan luas, sesuai dengan konsep
7
islam. Falsafah dari siba adalah wanita minang bersikap siap
suami dan istri harus saling pengertian satu sama lain, mudah bergaul
dalam rumah tangga itu diceritakan kepada orang lain. Lengan baju
Ulama dan Cadiak Pandai. Tali tigo sapilin yaitu Agama, Adat dan
kesempatan untuk keluarga dan orang lain. Rasa sosial yang ikhlas,
2) Tokah
punya kewajiban terhadap keluarga dan harus bisa adil sebagai istri dan
seorang ibu nantinya. Pepatah adat pun mengatakan bakati samo barek
8
manimbang, maukua samo panjang, tibo dimato indak dipiciangan, tibo
wanita Minang dalam mengambil langkah sikap yang tidak berat sebelah,
B. Kain Balapak
sepanjang hidup, lalu harus segan menyegani, saling tenggang rasa satu
C. Perlengkapan/Perhiasan
1) Suntiang Gadang
tanda peralihan seorang wanita dari masa lajang menjadi seorang istri,
9
suami, ke keluarga, ke kaum, dan ke lingkungannya. Serta bermakna
2) Selop Kolom
yaitu selop kolom, maksudnya yaitu seorang wanita minang harus lemah
Sesuai dengan pepatah minang Alu tataruang patah tigo (tegas dalam
3) Perhiasan
gelang yang terbuat dari tembaga disepuh emas selain berfungsi sebagai
rahasia rumah tangga, ada yang patut disebut ada, yang tidak patut
disebut, hal ini dimaksudkan supaya rumah tangga aman dan nyaman.
10
agar sang pengantin nantinya diberi limpahan rezeki di dalam
sebagai keindahan saja, tidak ada keharusan untuk memakai cincin dan
1. KESIMPULAN
Berdasarkan temuan dan pembahasan yang peneliti lakukan, maka
baju kuruang basiba, tokah, kain balapak, memakai hiasan kepala suntiang
gadang, dan alas kaki berupa selop kolom serta perhiasan berupa kalung dan
gelang.
a. Baju
luas, sesuai dengan konsep islam, lalu bersikap siap menerima masukan
positif dari siapapun, sesuai dengan pepatah adat haniang ulu bicaro,
2) Tokah
kewajiban terhadap keluarga dan harus bisa adil sebagai istri dan seorang
11
diparuik indah dikampihkan, tibo didado indak dibusuangan, artinya
wanita Minang dalam mengambil langkah sikap yang tidak berat sebelah,
b. Kain balapak
buru, serta di dalam hidup bermasyarakat kita harus satu pikiran, untuk
menang sendiri.
c. Perlengkapan/Perhiasan
1) Suntiang Gadang
2) Selop kolom
12
3) Perhiasan
menyimpan segala rahasia rumah tangga, ada yang patut disebut ada,
yang tidak patut disebut, hal ini dimaksudkan supaya rumah tangga aman
dan nyaman. Seperti kata pepatah adat “habih sandiang dek bageso,
habih miang dek bagisie, habih bisa dek biaso, habih gali dek galitiak”.
2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Basir, Nazir dan Elly Kasim. 1997. Tata Cara Perkawinan Adat Istiadat
Minangkabau. Jakarta: Elly Kasim Collection.
Ibrahim, Anwar. 1985. Arti Lambang dan Fungsi Tata Rias Pengantin Dalam
Menanamkan Nilai-nilai Budaya Provinsi Sumatera Barat. Padang:
Depdikbud.
Latief, CH. N. 2002. Etnis dan Adat Minangkabau Permasalahan dan Hari
Kedepannya. Bandung: ANGKASA.
13
Maresa, Anggia. 2009. Estetika Simbolis Dalam Busana Pengantin Adat
Minangkabau Di Padang, (Online), Vol 19, No. 3,
(https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/3438/9403, di akses tanggal
27 Juli 2017).
14