“DIABETES MELITUS”
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah keperawatan medical
bedah semester genap 2019
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Ucapan terimakasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen dan teman –
teman yang banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari didalam penyusuhan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa
maupun hal pengkonsilidasian.
Oleh karena itu kami minta maaf atas ketidak sempurnaannya dan juga
memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat
karya tulis ini. Harapan kami mudah – mudahan apa yang kami susun bisa
memberikan manfaat untuk diri sendiri ,teman – teman serta orang lain.
Penyusun
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi Dan Fisiologi Sistem Endokrin?
2. Bagaimana Landasan Teori Penyakit Diabetes Melitus?
3. Bagaimana Perumusan NANDA, NOC, NIC Pada Kasus?
C. Tujuan Penulisan
1
mulai dari pengertian, penyebab, gejala sampai dengan cara mengatasinya
secara medis dan keperawatan, dan dapat mengetahui asuhan keperawatan
kepada pasien diabetes.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Saat hormon tiba pada sel targetnya, hormon berikatan pada area spesifik,
veseptor, dimana hormon bekerja memengaruhi reaksi kimia atau metabolik di
dalam sel. Reseptor hormon peptida di membran sel dan hormon berbahan dasar
lipid berada di dalam sel.
3
Kelenjar hipofisis dan hipotalamus bekerja sebagai suatu unit yang
mengatur aktifitas sebagian besar kelenjar endokrin. Kelenjar hipofisis berada di
fossa hipofiseal tulang sfenoid yang berada dibawah hipotalamus, yang dilekatkan
oleh suatu tangkai. Terdapat jaringan serat saraf di antara hipotalamus dan hipofisis
posterior. Antara lobus anterior dn posterior, terdapat garis jaringan yang tipis yang
disebut lobus intermediate dan fungsinya pada manusia belum diketahui.
4
Hipofisis Anterior
5
misal hati, usus, dan pankreas; menstimulasi sintesis protein; mengingkatkan
pemecahan lemak; dan meningkatkan kadar glukos darah.
6
GHRIH = Growth Hormone PRL = Prolactin (Hormon
Releasing Inhibiting Hormone Laktogenik)
(somatostatin)
PIH = Prolactin Inhibiting Hormone
TRH = Thyroid Releasing Hormone (dopamin)
b. Polaktin
Gambar pengaturan umpan balik negatif sekresi hormon oleh lobus anterior
kelenjar hipofisis
7
c. Gonadotropin.
1. Pada wanita.
LH dan FSH berperan dalam sekresi hormon estrogen dan progesteron saat
siklus menstruasi. Pada pria.
2. LH juga disebut hormon perangsang sel interstisial (ICSH) menstimulasi sel
interstisial testis untuk menyekresikan hormon tertosteron.
Ringkasan hormon yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior dan fungsinya.
Hormon Fungsi
Hormon pertumbuhan (GH) Mengatur metabolisme, meningkatkan
pertumbuhan jaringan khususnya
tulang dan otot.
Thyroid Simulating Homone (TSH) Merangsang pertumbuhan dan
aktivitas kelenjar tiroid dan sekresi T3
dan T4.
Adrenocorticotrophic Hormone Merangsang korteks adrenal untuk
(ACTH) menyekresikan glukokortioid.
Prolactin (PRL) Merangsang produksi ASI
Follicle Stimulating Hormone (FSH) Merangsang produksi sperma di testes,
merangsang sekresi estrogen oleh
ovarium, maturasi folikel ovarium,
ovulasi.
Luteinising Hormone (LH) Merangsang sekresi testosteron yang
dihasilkan testes, merangsang sekresi
progesteron yang dihasilkan oleh
korpus luteum.
8
Hipofisis Posterior
Oksitosin
Oksitosin menstimulus dua jaringan target pada saat dan setelah melahirkan:
otot polos uterus dan sel otot payudara untuk menyusui.
Efek utama ADH adalah menurunkan keluaran urine (diuresis adalah produksi
urine dalam jumlah besar). ADH meningkatkan permeabilitas air di tubulus
kontortus distal dan kolektivus dari nefron ginjal. Akibatnya, reabsorbsi air yang
berasal dari filtrasi glomerulus meningkat.
Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid berada di leher, di depan laring dan trakea pada vertebrata servikalis
ke-5, 6, dan 7, serta toraksik ke-1. Kelenjar ini kaya pembuluh darah dan memiliki
9
berat sekitar 25 g dan dikelilingi oleh kapsul fibrosa. Bentuknya menyerupai kupu-
kupu, dan terdiri atas dua lobus. Sati lobus terletak di sisi kartilago tiroid dan lobus
lainnya di bagian atas cincin kartilago trakea. Kedua lobus dipersatukan oleh istmus
yang sempit dan berada di depan trakea. Lobus berbentuk kerucut, dengan panjang
sekitar 5 cm dan lebar 3 cm.
10
Gambar pengaturan umpan balik negatif sekresi T3 dan T4
Kalsitonin
Hormon ini disekresi oleh sel-C atau parafolikular di kelenjar tiroid. Hormon ini
bekerja pada tulang dan ginjal untuk menurunkankadar kasium darah saat kadar ini
meningkat. Hormon ini menurunkan reabsorbsi kalsium pada tulang dan
menghambat rabsorbsi kalsium oleh tubulus ginjal. Efeknya berlawanan dengan
hormon paratiroid, hormon yang disekresi oleh kelenjar paratiroid, hormon yang
disekresi oleh kelenjar paratiroid.
11
Kelenjar Paratiroid
Terdapat empat klenjar kecil paratiroid, dua kelenjar melekat pada
permukaan posterior tiap lobus kelenjar tiroid. Kelenjar ini dikelilingi oleh kapsul
jaringan ikat. Sel-sel pembentuk kelenjar berbentuk bola dan disusun dalam kolom
dengan saluran yang mengandung darah diantaranya.
Korteks Adrenal
Korteks adrenal menghasilkan tiga kelompok hormon steroid yang terbuat dari
kolesterol. Ketiga hormon ini disebut adrenokortikokoid (kortikosteroid, kortikoid).
Ketiga hormon tersebut adalah sebagai berikut:
1. Glukokortikoid
12
Kortisol (hidrokortison) merupakan glukokortikoid utama, tetapi sejumlah
kecil kortikosteron dan kortison juga dihasilkan. Hormon ini berfungdi
mengatur metabolisme dan respons terhadap stress.
Glukokortikoid memiliki efek metabolik yang luas , yaitu:
a. Glukoneogenesis (pembekuan gula dari bahanselain karbohidrat, misal
protein) dan hiperglikemia (peningkatan kadar glukosa darah).
b. Lipolisis (pemecahan trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol
untuk produksi energi).
c. Merangsang pemecahan protein, melepaskan asam amino, yang dapat
digunakan untuk sintesis protein lain, misal enzim atau untuk produksi
energi (ATP).
d. Meningkatkan absorbsi natrium dan air dari tubulus ginjal (efek lemah
mineralkortikoid).
2. Mineralkortikoid (aldosteron)
Aldosteron merupakan mineralkortikoid utama. Fungsinya berhubungan
dengan mempertahankan keseimbangan air dan lektrolit tubuh. Melalui
umpan balik negatif, aldosteron menstimulasi reabsorbsi natrium di tubulus
ginjal dan ekskresi kalium di urine.
3. Hormon Seks
Hormon seks, terutama androgen (hormon seks pria), disekresi oleh korteks
adrenal dan jumlah yang dihasilkan tidak signifikan dibandingkan yang
disekresi oleh testes dan ovarium pada pubertas akhir juga masa dewasa.
13
Medulla Adrenal
Medulla dikelilingi oleh korteks adrenal. Medulla berkembang dari jaringan saraf
pada masa embrio dan merupakan bagian saraf simpatik dari system saraf
autonomy. Medulla adrenal distimulasi oleh saraf simpatik yang mempersarafi agar
menghasilkan hormone adrenalin dan noradrenalin.
Saat tubuh mengalami stress, homeostasis terganggu. Stressor meliputi latihan fisik,
respons jangka panjang, puasa, ketakutan, perubahan suhu, Infeksi, penyakit, dan
situasi/gangguan emosional. Pada beberapa kasus, untuk memulihkannya dan demi
kelangsungan hidup, jika diperlukan, terdapat respons cepat dan respons jangka
panjang.
Pulau Pankreas
Sel yang menyusun pulau pancreas (Langerhen) ditemukan dalam kelompok yang
tersebar tidak beraturan pada substansi pancreas. Tidak seperti pancreas eksokrin,
yang menghasilkan getah pankreatik, tidak ada ductus yang berasal dari kumpulan
sel Langerhans. Ada tiga jenis sel di ulau Langehans yaitu sebagai berikut:
Insulin
14
Sekresi insulin distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa darah dan sedikiy
stimulasi parasimpatik, penigkatan kadar asam amino dan asam lemak, serta
hormone gastrointestinal, misal gastrin, sekretin, dan kolesistoknin. Sekresi
diturunkan oleh stimulasi saraf simpatik, glucagon, adrenalin, kortikol, dan
somatostatin (GHRIH) yang disekresi oleh pulau Langerhans.
Glucagon
Somatostatin (GHRIH)
Efek hormone ini juga dihasilkan oleh hipotalamus, yaitu menghambat sekresi
hormone insulin dan glucagon selain menghambat sekresi hormone
pertumbuhan (GH) dari hipofisis anterior.
Kelenjar pineal adalah badan berukuran kecil yang melekat pada atap ventrikel
ketiga dan terhubung dengan tangkai pendek berisi saraf yang bermuara di
hipotalamus. Kelenjar pineal memiliki panjang sekitar 10 cm, berwarna coklat
kemerahan, dan dibungkus oleh suatu kapsul.
Melatonin
Kelenjar Timus
Timosin
15
Timosin di sekresi oleh kelenjar timus dan diperlukan untuk perkembangan
limfosit T untuk imunitas diperantarai sel (cell-mediated immunity).
Hormone Lokal
Histamine
Hormone ini disintesis oleh sel mast di jaringan dan basophil dalam darah.
Hormone ini dilepaskan sebagai bagian dari proses inflamasi, yang
meningkatkan permeabilitas kapiler dan menyebabkan vasodilatasi. Hormone
ini juga menyebabkan kontraksi otot polos bronkus dan saluran cerna serta
merangsang sekresi merangsang sekresi getah lambung.
Hormone ini berada dalam trombosit, otak, dan dinding usus. Hormone ini
menyebabkan sekresi usus dan kontraksi otot polos serta berperan dalam
hemostasis (pembekuan darah).
Prostaglandin
1. Respons inflamasi
2. Meningkatkan nyeri
3. Demam
4. Mengatur tekanan darah
5. Pembekuan darah
6. Kontraksi uterus saat persalinan
Senyawa kimia lainnya meliputi leukotriene dan tromboksan, misal
tromboksan A2, yang meningkatkan pengumpulan trombosit.
Horomon Gastrointestinal
16
Beberapa hormone local, meliputi gastrin, sekretin, dan kolesistokinin (CCK),
memengaruhi sekresi getah pencernaan dan fungsinya.
Jadi, Diabetes mellitus atau penyakit gula dan biasa juga diisebut dengan
kencing manis addalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang
melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolute
maupun relative. Sehingga dengan keadaan tersebut memerlukan pengawasan dan
pendidikan medis yang berkelanjutan.
Glukosa darah
2. Etilogi
Faktor Genetik
17
Penderita diabetes tidak mewarisi DM tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecendrungan genetic kearah terjadinya DM tipe I.
Kecendrungan genetic ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (human leucocyte antigen) tertent. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen transpalasi dan proses imun
lainnya.
Faktor Imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan reson abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah olah sebagai jaringan asing.
Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidian menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimum yang dapat menimbulkan destruksi sel beta
pancreas.
Secara pasti penyebab dari tipe II ini belum diketahui, factor genetic
memegang peranan dalam proses restirasi insulin. Diabetes mellitus tak tergantung
insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai
dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya
tampak terdapat resistensi dari sel sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula
mula mengikat dirinya kepada reseptor – reseptor permukaan tertentu , kemudian
terjadi reaksi intraselluler yang meningkat kan transport glukosa menembus sel.
Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan
reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang
responsive insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal
antara komplek reseptor insulin dengan system transportasi glukosa. Kadar glukosa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes mellitus tipe II disebut juga Diabetes
18
mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk bentuk
diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi kadang
dapat timbul pada masa kanak kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah
3. Manifestasi Klinis
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar guka darah
yang tinggi. Jika adar gula darah sampai diatsa 160-180 mg/dl, maka glukosa akan
sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lag, ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering
berkemih dalam jumlah yang banyak.
19
Pada penderita diabetes tipe II, gejalanya timbul secara tiba tiba dan bisa
berkembang dengan cepat kedalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis
diabetikum. Kadar gula didalam darh adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel
tida dapt menggunakan gula tanpa insulin, maka sel sel ini mengambil energy dari
sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan mengahasilkan keton, yang merupakan
senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam(ketoasidosis).
Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang
berlebihan, mual,muntah, lelah, dan nyeri perut (terutama pada anak anak).
Pernapasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki
keasaman darah. Bau nafas penderita seperti bau keton.
Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1000 mg/dL, biasanya
terjadi akibat stress misalnya infeksi atau obat obatan) maka penderita akan
mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental,
hiperosmolar non ketotik.
4. Patofisiologi
20
Sedangkan pada diabetes mellitus tipe 2 berkaitan dengan kelainan sekresi
insulin, serta kerja insulin. Pada awalnya tampak tampak terdapat resistensi dari sel
sel sasaran terhadap kerja insulin. Pada tipe ini terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dalam reseptor yang disebabkan oleh berkurangnya tempat reseptor pada
membrane sel yang selnya responsive terhadpa insulin atau akibat ketidak
abnormalan reseptor instrinsik insulin. Akibatnya, terjadi penggabungan abnormal
antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa, ketidak
abnormalan posreseptor ini dapat mengganggu kerja insulin.
1. Hiperglikemia
Defisit insulin dapat di sebabkan oleh beberapa factor yaitu kerusakan sel
sel dan atau akibat factor sekunder, jika terjadi deficit insulin, empat
perubahan metabolic tejadi menimbulkan hiperglikemia:
a) Transportasi glukosa yang melintasi membrane terganggu
(berkurang)
b) Glikogen berkurang
c) Glikolisis meningkat dan cadangan gluksa menurun
d) Glikoneogenesis meningkar dan lebih banyak glukosa tercurah
kedarah hasil pemecahan asam amino dan lemak.
2. Starvasi sel
Defisit insulin menyebabkan gagalnya asupan glukosa bagi jaringan
jaringan sel sel otot metabolism cadangan glikogen dan selanjutnya asam
lemak bebas dan keton. Defesiensi masalah yang berat menyebabkan
peningkatan mobilisasi dan metabolism lemak (liposis), asam lemak, asam
lemak bebas, trigliserida dan gliseral yang bersirkulasi menyebabkan
substrat bagi hasil untuk proses katogenesis dan glukogenesis (hasil akhir
keton) yang bersifat sangat asam menyebabkan ketolisis sehingga asidosis
metabolic dan koma diabetic ketoasidosis dapat terjadi.
3. Hiperosmolalitas
Peningkatan konsentrasi glukosa darah dan osmolalitas drah menimbulkan
dehidrasi dengan mekanisme dan glikosuria dan dieresis osmatik, terjadi
karena konsentrasi glukosa darah melebihi ambang ginjla dapat kehilangan
kalori, air, dan elektrolit.
21
4. Koma hiperglikemia dan diabetic ketoadisis
Koma hiperglikemia atau hiperosmolar non toksik terjadi pada NIDDM di
tandai dengan kadar glukosa darah >1000 Mg/dL, glukosa urine 5-10% dan
osmolalitas serum > 310-380 m osd/dl dan tidak terdapat keton di dalam
darah.
5. Perubahan makrovaskuler dan mikrovaskuler
Individu dapat mengalami arterosklerotik pada arteri arteri besar, factor
artherrigenik yang berperan yaitu kelainan metabolism, perubahan adresi
platelet. Perubahan hormonal, pengecilan lumen pembuluh darah besar
mengurangi transport o2 kejaringan dan menimbukan iskemik jaringan,
menyebabkan penyakit serebrovaskuler, sklerosis arteri dan penyakit
vaskuler perifer.
6. Nefropati, retinopati dan katarak
Perubahan mikrovaskuler di tandai dengan perubahan dan kerusakan
membrane basal pembuluh pembuluh kapiler yang menyebabkan nepropati,
retinopati, diabetic dan katarak dapat terjadi karena penumpukan sorbital.
7. Neuropati
Akumulasi sorbital dan perubahan metabolism dalam sinstesis myelin
akibat hipoglikemia dapat mempengaruhi saraf perifer, medulla spinalis,
gejala yang dapat timbul tergantung neuron yang terkena.
4. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
22
Kadar glukosa darah
puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110
23
Hasil dari Benedic Test
c. Rothera test
Pada tes ini, digunakan urin sebagai spesimen, sebagai reagen
dipakai, Rothera agents,dan amonium hidroxida pekat. Test ini untuk
berguna untuk mendeteksi adanya aceton dan asam asetat dalam urin, yang
mengindikasikan adanya kemungkinan dari ketoasidosis akibat
DM kronik yang tidak ditangani. Zat – zat tersebut terbentuk dari hasil
pemecahan lipid secara masif oleh tubuh karena glukosa tidak dapat
digunakan sebagai sumber energi dalam keadaan DM, sehingga tubuh
melakukan mekanisme glukoneogenesis untuk menghasilkan energi.
Cara kerja :
1. M a s u k k a n 5 m l u r i n k e d a l a m t a b u n g r e a k s i .
2. Masukkan 1 gram reagens Rothera dan kocok hingga larut.
3. Pegang tabung dalam keadaan miring, lalu 1 - 2 mlmasukkan
amonium hidroxidasecara perlahan – lahan melalui dinding tabung.
4. T a r u h t a b u n g d a l a m k e a d a a n t e g a k .
24
5. B a c a h a s i l d a l a m s e t e l a h 3 m e n i t
6. A d a n ya w a r n a u n g u k e m e r a h a n p a d a p e r b a t a s a n k e d u a
l a p i s a n c a i r a n m e n a n d a k a n a d a n ya z a t k e t o n .
5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Tujuan utama terapi D M adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada
pola aktivitas pasien.
1. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat:
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
d. Mempertahankan kadar KGD normal
e. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
f. Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita
g. Menarikdan mudah diberikan
25
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI: 2100 kalori
7) Diit DM VII: 2300 kalori
8) Diit DM VIII: 2500 kalori
Diit VI s/d VIII :diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau
diabetes komplikasi,
26
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk
penderita DM yang bekerja biasa adalah:
27
a) Biguanida pada tingkat prereseptor –› ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat gluconeogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor: meningkatkan jumlah reseptor
insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraseluler
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang ada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan
OAD
c) DM kehamilan
d) DMdan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan Infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
k) DM dan penyakit Graves
2) Beberapa cara pemberian insulin
a) Suntikan insulin subkutan
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah
suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan
tergantung ada beberapa factor antara lain:
(1) Lokais suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding
perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan
(lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi
28
tempat suntikan 14 hari, agar tidak memberi perubahan
kecepatan absorpsi setiap hari.
(2) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorpsi apabila dilaksanakan
dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu
pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30
menit setelah suntikan.
(3) Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin
(4) Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan
mempercepat absorpsi insulin.
(5) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin
dicapai. Ini berarti sntikan intramuskuler akan lebih cepat
efeknya daripada subkutan
(6) Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40-100 U/ml, tidak
terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat
penurunan dari u-100 ke u-10 maka efek insulin dipercepat.
b) Suntikan intramuscular dan intravena
Suntikan intramuscular dapat digunakan pada koma diabetic
atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan
subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan
untuk terapi koma diabetic.
5. Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah segmental dari
donor hidup saudara kembar identic
6. Komplikasi
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
29
b. Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiller).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
2. Komplikasi menahun Diabetes Melitus
a. Neuropati diabetic
b. Retinopati diabetic
c. Nefropati diabetic
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/ gangrene
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0 : tidak ada
2) Grade I : Kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II : Kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III : terjadi abses
5) Grade IV : Gangren ada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
30
7. WOC
DM Tipe I DM tipe II
Defisiensi Insulin
Lipolisis Meningkat
Hiperglikemia Katabolisme protein meningkat
Penurunan BB polipagi
coma
31
C. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Kaji tentang keluhan utama pasien, dan kaji tentang riwayat kesehatan pasien
( riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan
keluarga). Keluhan yang sering terjadi pada pasien diabetes yaitu, merasakan haus
yang berlebih, pandangan kabur, pusing, mual dan ketahanan berolahraga
berkurang.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit : adanya ulkus dan kulit kering atau gatal, sering infeksi atau luka
dan memar.
2. Mata : menggunakan kacamata, penglihatan kabur dan kurang baik.
3. Ekstremitas : tidak ada odema, sering kesemutan pada telapak kaki
4. Endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, Haus dan lapar
berlebihan, keringat berlebihan
c. Pemeriksaan Penunjang
32
pada akhirnya, ginjal mengalami ”kebocoran” dan dapat
berakibat terjadinya Renal Failure, atau Gagal Ginjal.
Hasil tes benedict :
0 = Berwarna Biru. Negatif. Tidak ada Glukosa.. Bukan DM
+1 = Berwarna Hijau . Ada sedikit Glukosa. Belum pasti DM, atau
DM stadium dini/awal
+2 = berwarna orange. Ada glukosa. Jika pemeriksaan kadar glukosa
mendukung/sinergis, maka termasuk DM
+3 = Berwarna Orange tua. Ada Glukosa. Positif DM
+4 = Berwarna Merah pekat. Banyak Glukosa. DM kronik 2
Rothera test
A d a n ya w a r n a u n g u k e m e r a h a n p a d a p e r b a t a s a n
kedua lapisan cairan menandakan adanya zat keton.
2. Perumusan Diagnosa (NANDA)
a. Nyeri akut
Berhubungan dengan agen injury : fisik
b. Kerusakan integritas jaringan
Berhubungan dengan faktor mekanik : mobilitas dan penurunan neuropati,
perubahan sirkulasi
c. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan faktor biologis
33
nyeri d. Monitor respon menentukan
berkurang verbal dan intervensi
c. Skala nyeri 0- nonverbal nyeri 5. Nyeri
2 e. Monitor tanda mempengaruhi TTV
vital 6. Intervensi
f. Kaji faktor disesuaikan dengan
penyebab penyebab
g. Berikan support 7. Emosi berpengaruh
emosi terhadap nyeri
h. Lakukan terapi 8. Klien merasa
sentuhan diperhatikan
i. Lakukan teknik 9. Mengalihkan
distraksi perhatian untuk
mengurangi nyeri
34
i. Amati setiap
perubahan pada
balutan
j. Bandingkan
dan catat setiap
adanya
perubahan pada
luka
k. Berikan posisi
terhindar dari
tekanan
35
vitamin C yang
sesuai.
g. Pastikan bahwa
diet
mengandung
makanan
berserat tinggi
untuk
mencegah
sembelit.
h. Berikan
makanan
berprotein
tinggi dan
makanan
bergizi yang
sesuai.
i. Pastikan
kemampuan
pasien untuk
memenuhi
kebutuhan
gizinya.
36
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
37
1. Kekurangan NOC Manajemen Cairan
volume cairan Keseimbangan (4120)
(00027), b/d Cairan (0601) Aktivitas :
output yang - Timbang berat badan tiap
berlebihan d/d Kriteria hasil: hari dan monitoring status
mual dan muntah -Klien mendapat pasien
cairan yang cukup - Jaga intake atau asupan
untuk mengganti yang akurat dan catat
cairan yang hilang. output
-Klien - Monitor TTV pasien
menunjukkan - Kaji lokasi dan luasnya
tanda-tanda hidrasi edema (jika ada)
yang - Berikan cairan dengan
adekuat. tepat
- Kosultasikan dengan
dokter jika ada tanda tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan menetap
atau memburuk
Monitor Cairan (4130)
Aktivitas :
-Pantau tanda-tanda vital
dengan sering, perhatikan
peningkatan nadi, perubahan
TD, takipnea, dan ketakutan.
Periksa balutan dan luka
dengan sering selama 24 jam
pertama terhadap tanda-tanda
darah merah terang atau
bengkak insisi berlebihan.
38
- Palpasi nadi perifer, evaluasi
pengisian kapiler, turgor kulit
dan status membran mukosa.
- Perhatikan adanya edema.
- Pantau masukan dan
haluaran, perhatikan haluaran
urine, berat jenis,. Kalkulasi
keseimbangan 24 jam, dan
timbang berat badan setiap
hari.
- Perhatikan adanya/ukur
distensi abdomen
- Observasi/catat kuantitas,
jumlah dan karakter drainase
NGT. tes pH sesuai indikasi.
Anjurkan dan bantu dengan
perubahan posisi sering.
39
- Tentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan unutk
menenuhi persyaratan gizi
- Atur diet yang diperlukan
- Beri obat-obatat sebelum
makan
Monitor nutrisi (1160)
Aktivitas :
- Timbang berat badan
pasien
- Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
- Identifikasi abnormalitas
kulit
- Monitor adanya mual dan
muntah
- Monitor diet dan asupan
kalori
- Identifikasi perubahan
nafsu makan dan
aktivitas akhir-akhir
3. Intoleransi Terapi Aktivitas (4310)
aktivitas Aktivitas :
- Pertimbangkan
kemampuan klien dalam
berpartisipasi melalui
aktivitas spesifik
- Berkolaborasi dengan
terapi fisik, okupasi dan
terapis rekreasional
dalam perencanaan dan
40
pemantauan program
aktivitas
- Pertimbangkan
komitmen klien untuk
meningkatkan frekuensi
dan jarak aktivitas
- Bantu klien untuk tetap
fokus pada kekuatan
dibandingkan dengan
kelemahan
- Dorong aktivitas kreatif
yang tepat
Manajemen energi
(0180)
Aktivitas :
- Kaji status fisiologis
pasien yang
menyebabkan kelelaham
sesuai dengan konteks
usia dan perkembangan
- Anjurkan pasien
mengungkapkan
perasaan secara verbal
mengenai keterbatasan
yang dialami
- Pilih intervensi untuk
mengurangi kelelahan
baik secara farmakologis
maupun non
farmakologis dengan
tepat
41
- Tentukan jenis dan
banyaknya aktivtas yang
dibutuhkan untuk
menjaga ketahanan
- Anjurkan pasien untuk
memilih aktivitas-
aktivitas yang
membangunkan
ketahanan
- Bantu pasien untuk
menjadwalkan periode
istirahat
- Lakukan ROM
aktif/pasif untuk
menghilangkan
ketegangan otot
42
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem endokrin terdiri atas kelenjar yang sangat berbeda satu sama
lain.kelenjar endokrin terdiri atas kelompok sel sekretorik yang dikelilingi
oleh jaringan kapiler luas yang membantu difusi hormon (pesan kimia) dari
sel sekretorik ke aliran darah.
Diabetes mellitus (DM) menurut Black dan Hawk (2005)
merupakan penyakit sistemik kronik yang ditandai dengan kekurangan
insulin atau penurunan kemmpuan tubuh untuk menggunakan insulin.
Diabetes terbagi menjadi 2, yaitu diabetes tipe I dan II. Untuk
mengetahui secara pasti, kita dapat melakukan pemeriksaan laboratorium
untuk memastikan kita terserang diabetes atau tidak.
B. SARAN
43
Berdasarkan dari teori yang ditulis penulis dan kesimpulan, maka penulis
memberikan saran :
a. Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan
pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar
mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal. Dan perawat
juga harus bekerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi,
psikiatri dan pekerja sosial) dalam melakukan perawatan atau
penanganan pasien dengan diabetes mellitus.
Daftar Pustaka
http://www.searo.who.int/indonesia/topics/8-whd2016-diabetes-facts-and-
numbers-indonesian.pdf
Rendy, M. Clevo dan Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Suyono, S. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, Jilid I. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
44