Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA IBU HAMIL

DENGAN DEPRESI

Di susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Himawan Lekso Pramono (201601116)

2. Wafi Habiburohim (201601086)

3. Fitria Elza Vivi Kurdianti (201601092)

4. Wawan Setyo Wahyu (201601101)

5. Isna Ainun Mahya (201601118)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI

KABUPATEN MOJOKERTO

2019
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA IBU HAMIL

DENGAN DEPRESI

Di susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Himawan Lekso Pramono (201601116)

2. Wafi Habiburohim (201601086)

3. Fitria Elza Vivi Kurdianti (201601092)

4. Wawan Setyo Wahyu (201601101)

5. Isna Ainun Mahya (201601118)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI

KABUPATEN MOJOKERTO

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Ibu Hamil Depresi dengan tepat waktu
tanpa halangan apapun.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Keluarga. Dengan dituliskannya makalah ini diharapkan
mahasiswa maupun tenaga kesehatan dapat memahami Makalah Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Ibu Hamil Depresi. Makalah ini tidak akan selesai
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bu Siti Nur Kholifah, M.Kep. Sp.Kom Selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Keluarga yang telah membimbing penulis.
2. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta
kelurga yang telah mendukung, mendorong memberikan fasilitas
kepada penulis sehingga terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis
berharap semoga Makalah ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
perkembangan pendidikan khususnya keperawatan. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita, Amin.
Mojokerto, 28 Februari 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ...................................................................................................... 3

1.3 Manfaat .................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4

2.1 Pengertian Depresi Mayor ........................................................................ 4

2.2 Etiologi dan Faktor Risiko ........................................................................ 4

2.3 Tanda dan Gejala Depresi Mayor .............................................................. 5

2.4 Wanita Hamil ........................................................................................... 5

2.5 Depresi Wanita Hamil .............................................................................. 6

2.6 Etiologi dan Faktor Risiko ........................................................................ 7

2.7 Gejala Depresi .......................................................................................... 9

2.8 Pengaruh Psikologis Terhadap Kehamilan ................................................ 9

2.9 Pengaruh Depresi Kehamilan.................................................................. 14

2.10Penatalaksanaan ..................................................................................... 15

BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................ 16

3.1 Kasus ..................................................................................................... 16

3.2 Data Identitas ......................................................................................... 16

3.3 Riwayat Perkembangan Keluarga ........................................................... 18

3.4 Data lingkungan ..................................................................................... 19

iii
3.5 Struktur Keluarga ................................................................................... 21

3.6 Fungsi keluarga ...................................................................................... 22

3.7 Stres dan koping keluarga ....................................................................... 24

3.8 Masalah Kesehatan Spesifik ..................... Error! Bookmark not defined.

3.9 Pemeriksaan Fisik................................................................................... 24

3.10Harapan Keluarga ................................................................................... 26

3.11Persepsi terhadap masalah ...................................................................... 26

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 48

4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 48

4.2 Saran ...................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 49

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah ketika seorang wanita mengandung atau membawa


embrio di dalam perutnya, dimulai dari ketika embrio itu terbentuk sampai
saat lahirnya janin (Pieter & lubis 2010). Di Indonesia sekitar 95% tenaga
kesehatan tidak terlalu memperhatikan kondisi psikis wanita melahirkan
tetapi lebih memperhatikan kondisi fisik dan bayi yang dilahirkannya. Jika
kita perhatikan banyak wanita memilih persalinan dengan operasi atas dasar
pertimbangan tertentu terutama ibu membayangkan rasa sakit pada proses
persalinan (Suryani, 2010).
Proses persalinan selain dipengaruhi oleh faktor jalan lahir (passage),
faktor janin (passanger) dan faktor kekuatan (power), faktor psikis juga sangat
menentukan keberhasilan persalinan. Rasa takut dan khawatir dapat
menyebabkan rasa sakit pada waktu persalinan dan akan mengganggu jalan
persalinan menjadi macet seperti, perpanjangan kala II, his lemah. Ibu akan
menjadi lelah dan kekuatan hilang, untuk menghilangkan kekhawatiran harus
ditanamkan kerja sama pasien dengan penolong (dokter, bidan) dan diberikan
edukasi selama mengandung dengan tujuan menghilangkan ketidaktahuan,
latihan–latihan fisik, dan kejiwaan, mendidik cara-cara perawatan bayi dan
berdiskusi tentang peristiwa persalinan fisiologis (Mochtar, 2004).

1
2

Penelitian mengenai depresi dan kecemasan menunjukkan terjadi pada


wanita sekitar 8-10% selama kehamilan (World Health Organization, 2013).
Terdapat berbagai macam penjelasan untuk depresi pada ibu hamil, termasuk
hereditas, perubahan hormonal, faktor biologis, trauma, kehilangan dan beban
kehidupan. Begitu juga dengan keadaan dan penyakitnya, seorang ibu
membutuhkan keluarga maupun bantuan masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang layak serta dukungan guna mencapai pemulihan (Mental Health
America, 2009).
Depresi yang tidak ditangani pada ibu hamil dan setelah melahirkan
memberikan resiko untuk mengalami efek samping terhadap kesehatan ibu dan
anaknya. Wanita yang depresi lebih cenderung mudah mengalami gangguan
perilaku termasuk penggunaan obat-obatan terlarang, dan dapat mengurangi
perhatianya terhadap bayi juga dirinya, yang nantinya dapat menempatkan
bayinya mengalami komplikasi dan kelahiran yang buruk. Wanita hamil yang
depresi sekitar 3,4 kali lipat mengalami bayi berat lahir rendah dari pada wanita
yang tidak mengalami depresi. Wanita depresi yang tidak terdiagnosa dan tidak
dirawat mengalami peningkatan risiko bunuh diri (National Institute for Health
Care Management Foundation, 2010).
3

1.2 Tujuan
1. Apa itu itu depresi pada ibu hamil?
2. Bagaimana cara penanganan depresi pada ibu hamil?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan depresi?

1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui depresi pada ibu hamil.
2. Untuk mengetahui cara penanganan depresi pada ibu hamil.
3. Utnuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Depresi Mayor


Gangguan Depresi Mayor atau Major Depression merupakan
suatu gangguan mood yang paling sering dijumpai dan paling parah
(Bjornlund, 2010). Kebanyakan dari kita pasti pernah mengalami keadaan
seperti ini sepanjang perjalanan hidup kita sebagai seorang manusia.
Namun begitu, gangguan depresi mayor secara klinis yang sebenar adalah
suatu gangguan mood di mana perasaan sedih, marah, kehilangan, atau
frustasi mengganggu kehidupan seharian seseorang untuk suatu jangka
masa yang lama (National Institute of Mental Health, 2008).

2.2 Etiologi dan Faktor Risiko


Etiologi Gangguan Depresi Mayor tidak diketahui secara jelas
namun kemungkinan yang melibatkan gangguan psikologis dan biologis
bisa menyumbang kepada terjadinya gangguan depresi mayor. Menurut
Potter GG, 2007, dalam Belmaker, 2008, penderita dengan gangguan
depresi mayor mungkin mempunyai penyakit jantung yang berkaitan
dengan masalah disfungsi endotelial. Penderita dengan personalit depress
dan ansietas juga sering disebabkan oleh pengalaman sewaktu kecil
(Kendler, 2000). Menurut American Academy of Child and Adolescent
Psychiatry (AACAP), resiko untuk terjadinya depresi pada anak-anak dan
remaja di masa hadapan bisa ditentukan oleh beberapa parameter, seperti
riwayat episode depresi terdahulu, dysthymia, dan gangguan ansietas.
Faktor-faktor biologis seperti genetik, kelainan neuroendokrin atau
neurodegeneratif juga dikatakan memainkan peran dalam terjadinya depresi.

4
5

2.3 Tanda dan Gejala Depresi Mayor

1. Rasa sedih yang persisten, gelisan atau perasaan kosong


2. Perasaan putus asa
3. Perasaan bersalah, merasa tidak berguna
4. Iritabilitas, cepat marah, resah
5. Hilang minat beraktvitas, termasuk aktivitas seksual
6. Lelah dan kepenatan
7. Masalah konsentrasi, mengingat sesuatu dan membuat keputusan
8. Insomnia, atau tidur berlebihan
 Hilang selera makan, atau makan berlebihan
 Idea atau cobaan bunuh diri
11. Nyeri kepala

2.4 Wanita Hamil

Suatu kehamilan akan mengambil waktu kira-kira 40 minggu, yaitu


kira-kira 280 hari, dikira bermula dari hari pertama haid terakhir. Menurut
Bergsjo et al. dalam Cunningham, 2005, suatu studi pada 427,581 wanita
hamil di Swedish Birth Registry, menunjukkan mean durasi untuk suatu
kehamilan adalam 281 hari dengan standar deviasi 13 hari. Mengikut
hukum Naegele, adalah suatu kebiasaan untuk mengestimasi masa partus
dengan cara menambah 7 hari pada hari pertama haid terakhir yang normal
dan mengira 3 bulan ke belakang (F. Gary et.al, 2005). 40 minggu
kehamilan ini biasanya dibagikan kepada 3 trimester. Trimester pertama
dikira bermula 14 minggu pertama, trimester kedua 28 minggu, dan
trimester ketiga dikira termasuk minggu ke-29 hingga minggu ke-42
kehamilan. Secara mudahnya, trimester bisa dikira dengan cara membagi
42 minggu kepada 3 durasi dengan 14 minggu di dalamnya masing-masing
(Cunningham, 2005). Kehamilan bisa menyebabkan perubahan pada tubuh
wanita. Perubahan ini akan menimbulkan beberapa gejala, yang normalnya
akan dialami oleh semua wanita hamil. Tetapi, beberapa penyakit seperti
6

Diabetes Gestational, bisa timbul sewaktu wanita hamil. Oleh itu, wanita
hamil harus mengetahui cara membedakan gejala yang normal dialami
oleh seorang wanita hamil dengan gejala yang tidak normal (Merck
Manual, 2007).

2.5 Depresi Wanita Hamil

Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama


seperti halnya pada depresi yang terjadi pada orang pada umumnya, dimana
pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak. Perubahan
kimiawi pada otak ibu hamil ini akan mempengaruhi kondisi psikologisnya
(Kurniawan, Ratep, & Westa, tanpa tahun). Depresi juga terjadi karena
adanya perubahan hormon yang memengaruhi mood ibu hamil, sehingga
mereka merasa kesal, jenuh atau sedih tanpa alasan. Selain itu, gangguan
tidur yang kerap terjadi menjelang proses kelahiran, dan adanya
kekhawatiran akan kandungannya dapat menyebabkan ibu menjadi merasa
tertekan dan depresi (Dietz, Williams, Callaghan, Bachman, Whitlock, &
Hornbrook, 2007).
Depresi maternal merupakan gangguan mental yang dialami oleh
wanita pada masa kehamilan dan pasca melahirkan (Center for Disease
Control and Prevention, 2017). Menurut Shidhaye dan Giri (2014), depresi
maternal merupakan istilah yang digunakan pada seluruh spektrum kondisi
depresif yang dapat berdampak kepada ibu (hingga 12 bulan setelah
melahirkan) dan calon ibu. Kondisi depresif tersebut meliputi depresi
prenatal, depresi postpartum dan psikosis postpartum. Dalam Diagnostic and
Statistical Manual (DSM) V (American Psychiatric Association, 2013)
disebutkan bahwa gangguan mental terkait dengan kehamilan dan persalinan
terdapat pada beberapa klasifikasi, yaitu Gangguan Psikotik dan Gangguan
Suasana Perasaan (manik, depresi, kecemasan, bipolar dan obsesif
kompulsif).
7

Gangguan Depresi Mayor adalah salah satu masalah yang paling


sering dijumpai pada wanita berusia produktif. Oleh itu, wanita hamil juga
tidak terkecuali termasuk dalam golongan yang sangat beresiko
mengalami gangguan depresi mayor, walaupun pada saat hamil. Sekarang
ini, skrining untuk kelainan mental, riwayat penggunaan ubat psikoaktif
dan sebagainya pada pemeriksaan prenatal sering dijalankan untuk
memastikan status mental wanita hamil. Menurut Benedict et. al, 1999
dalam Pernoll 2001, faktor resiko untuk gangguan depresi mayor harus
dievaluasi. Riwayat sebelumnya atau riwayat keluarga merupakan suatu
resiko yang signifikan untuk terjadinya depresi rekuren. Wanita dengan
riwayat penderaan seksual juga cenderung untuk mengalami simptom
depresi, sebelum atau sewaktu kehamilan.

2.6 Etiologi dan Faktor Risiko

Terdapat kemungkinan bahwa kedua-dua faktor biokimia dan


tekanan hidup yang mempengaruhi onset untuk terjadinya depresi dalam
kehamilan. Hormon seperti yang diketahui akan memberi kesan kepada
mood, contohnya seperti sindroma pre-menstrual dan depresi menopause.
Estrogen akan memodulasi fungsi serotonin dan prinsip ini telah diaplikasi
untuk mengobati masalah depresi. Maka, ini mungkin merupakan faktor
terjadinya elevasi mood yang dirasai oleh wanita sewaktu hamil. Tingkat
hormon yang absolut dan kadar perubahan mereka juga menjadi salah satu
faktor yang berpengaruh.
Konsentrasi hormon seksual wanita yang meningkat sewaktu
kehamilan akan memberi pengaruh kepada bagian otak yang terlibat dalam
modulasi mood. Ternyata, wanita yang mengalami depresi postpartum
biasanya mempunyai tingkat estrogen dan progesterone yang tinggi
sebelum partus, dan kemudian mengalami pengurangan jumlah yang
banyak secara signifikan selepas partus (Pernoll, 2001). Selain itu, terdapat
8

peningkatan yang signifikan pada hormon yang terlibat dalam sistem stres
kortisol.
Hiperaktivitas dari aksis hipotalamus – pituitary – adrenal (HPA)
biasanya dijumpai pada pasien dengan masalah depresi (O‟Keane, 2007).
Dikatakan juga terdapat sebagian kecil wanita hamil mempunyai fungsi
tiroid yang abnormal hingga bisa membawa kepada masalah depresi
(Evans, 2001). Walaupun kebanyakan wanita sangat menginginkan
kehamilan, namun kehamilan juga sering dianggap satu tekanan hidup
yang dianggap mayor dan bisa mengeksaserbasi kecenderungan terjadinya
masalah depresi.
Wanita yang mengalami masalah depresi selama hidupnya bisa
merasakan kehamilannya itu adalah beban tambahan kepadanya
(O‟Keane, 2007). Kehamilan juga membawa beberapa tuntutan yang
kadang-kala seorang wanita itu tidak sanggup untuk menghadapinya,
hingga wanita itu bisa mengalami masalah depresi. Ketakutan untuk
melahirkan, kerisauan tentang status sosioekonomi dan sebagainya bisa
bertindak sebagai stresor. Ini dapat dilihat dalam Evans, 2001 mengatakan
depresi pada wanita hamil lebih tinggi pada minggu ke-32 kehamilan
berbanding minggu ke-8. Depresi lebih sering terjadi berhubungan dengan
masalah ibu bapak, kehamilan yang tidak diingini, riwayat depresi dan
kurangnya status sosioekonomi (Pernoll, 2001).
Selain itu, penyebab terjadinya kasus relaps yang tinggi pada
waktu kehamilan untuk wanita yang pernah mengalami riwayat depresi
sebelumnya masih menjadi tanda tanya. Walaupun banyak penyebab yang
bisa menimbulkan relaps, namun hipotesa yang lebih spesifik dan
penyumbang paling diterima adalah karena penghentian pengobatan. Studi
prospektif pada wanita dengan depresi yang rekuren menyatakan, 68%
dari mereka yang berhenti menggunakan obat antidepresi sewaktu hamil
mengalami depresi relaps, berbanding dengan 26% lagi yang terus
mengambil obat antidepresi tanpa berhenti (O‟Keane, 2007).
9

2.7 Gejala Depresi

Gejala yang muncul yaitu kehilangan minat atau kesenangan, sedih


atau murung, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, hilang semangat
beraktivitas, berkurangnya energi, merasa tidak berharga dan merasa
bersalah, sulit berpikir dan berkonsentrasi, dan muncul ide, rencana mapun
usaha untuk bunuh diri (American Psychiatric Association, 2013).

2.8 Pengaruh Psikologis Terhadap Kehamilan

Kehamilan, disamping memberi kebahagiaan yang luar biasa, juga


sangat menekan jiwa sebagian besar wanita. Pada beberapa wanita dengan
perasaan ambivalen mengenai kehamilan, stres mungkin meningkat. Respon
terhadap stres mungkin dapa terlihat bervariasi yang tampak atau tidak
tampak. Sebagai contoh, sebagian besar wanita mengkhawatirkan apakah
bayinya normal. Pada mereka yang memiliki janin dengan resiko tinggi untuk
kelainan bawaan, stres meningkat. Selama kehamilan dan terutama mendekati
akhir kehamilan, harus dibuat rencana untuk perawatan anak dan perubahan
gaya hidup yang akan terjadi setelah kelahiran. Pada sejumlah wanita, takut
terhadap nyeri melahirkan sangat menekan jiwa. Pengalaman kehamilan
mungkin dapat diubah oleh komplikasi medis dan obstetrik yang dapat terjadi.
Wanita dengan komplikasi kehamilan adalah 2 kali cenderung memiliki
ketakutan terhadap kelemahan bayi mereka atau menjadi depresi.
Sebaiknya masalah mengenai kesehatan mental dibicarakan. Skrining
penyakit mental sebaiknya dilakukan pada pemeriksaan prenatal pertama. Ini
mencakup riwayat gangguan psikiatrik dahulu, termasuk rawat inap dan rawat
jalan.
Penilaian gangguan cemas dan mood dalam kehamilan mencakup
pemeriksaan medis dasar yang sesuai dalam hal ini termasuk pemeriksaan
darah lengkap, fungsi tiroid, ginjal dan hati. Disarankan juga pemeriksaan
toksikologi urin.
10

Penggunaan obat psikoaktif sebelumnya atau saat ini seperti juga


penggunaan alkohol dan obat terlarang perlu dicatat. Gejala-gejala yang
menunjukkan disfungsi mental sebaiknya diperiksa. Kondisi seperti
kecemasan dan depresi mungkin berhubungan dengan peningkatan resiko
kelahiran prematur.
Masa kehamilan dibagi menjadi tiga periode atau trimester, masing-
masing selama 13 minggu. Kehamilan itu unik pada setiap wanita.
A. Trimester Pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian
terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Sebagian besar wanita
merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih
80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecamasan, defresi, dan
kesedihan.
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri yang akan menimbulkan
ambivalensi mengenai kehamilannya seiring usahanya menghadapi
pengalaman kehamilan yang buruk, yang pernah ia alami sebelumnya, efek
kehamilan terhadap kehidupannya kelak ( terutama jika ia memiliki karir),
tanggung jawab yang baru atau tambahan yang akan ditanggungnya,
kecemasan yang akan berhubungan dengan kemampuannya untuk menjadi
seorang ibu, masalah-masalah keuangan dan rumah tangga, dan keberterimaan
orang terdekat terhadap kehamilannya. Perasaan ambivalen ini biasanya
berakhir dengan sendirinya seiring ia menerima kehamilannya, sementara itu,
beberapa ketidaknyamanan pada trimester pertama, seperti nausea,
kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional, semua ini dapat
mencerminkan konflik dan defresi yang ia alami dan pada saat bersamaan hal-
hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilannya.
11

Trimester pertama sering menjadi waktu yang menyenangkan untuk


melihat apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hal ini akan
terlihat jelas terutama pada wanita yang telah beberapa kali mengalami
keguguran dan bagi para tenaga kesehatan profesional wanita yang cemas
akan kemungkinan terjadi keguguran kembali atau teratoma.
Berat badan sangat bermakna bagi wanita hamil selama trimester
pertama. Berat badan dapat menjadi salah satu uji realitas tentang keadaannya
karena tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa dirinya hamil.
Validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai
memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang merupakan bukti
adanya kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah terhentinya menstruasi.
Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita
yang satu dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan
hasrat seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu
terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur
dan terbuka terhadap pasangan masing-masing.
Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan
cinta kasih tanpa seks. Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan,
nausea, depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan,
kekhawatiran, dan masalah-masalah lain merupakan hal yang sangat normal
terjadi pada trimester pertama.
B. Trimester Kedua
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik,
yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester kedua
juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke dalam dan paling banyak
mengalami kemunduran. Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua fase:
pra-quickening dan pasca-quickening. Quickening menunjukkan kenyataan
adanya kehidupan yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam
melaksanakan tugas psikologis utamannya pada trimester kedua, yakni
12

mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari
ibunya.
Pada trimester kedua, mulai terjadi perubahan pada tubuh. Orang akan
mengenali Anda sedang hamil. Pada akhir trimester kedua, rahim akan
membesar sekira 7,6 cm di atas pusar. Pertambahan berat badan rata-rata 7,65-
10,8 kg termasuk pertambahan berat dari trimester pertama. Janin mulai aktif
bergerak pada periode ini.
Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua,
kurang lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan
seksual mereka dibanding pada trimester pertama dan sebelum hamil.
Trimester kedua relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan
ukuran perut wanita belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin
banyak pada masa ini, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang
sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda, dan ia
telah mengalami perubahandari seorang yang mencari kasih sayang dari
ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari pasangannya, dan
semua faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan
seksual.
C. Trimester Ketiga
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi
sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti
kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir
kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan
menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.
Trimester ketiga merupakan waktu persiapan yang aktif terlihat dalam
menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama
wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin dan
pembesaran uterus, keduanya menjadi hal yang terus menerus mengingatkan
tentang keberadaan bayi. Wanita tersebut lebih protektif terhadap bayinya.
13

Sebagian besar pemikiran difokuskan pada perawatan bayi. Ada banyak


spekulasi mengenai jenis kelamin dan wajah bayi itu kelak.
Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin
merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri. Seperti:
apakah nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran
(nyeri, kehilangan kendali, hal-hal lain yang tidak diketahui), apakah ia akan
menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena
perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami
cedera akibat tendangan bayi.
Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya
perhatian dan hak istimewa khusus lain selama kehamilan, perpisahan antara
ia dan bayinya yang tidak dapat dihindari, dan perasaan kehilangan karena
uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan mengempis dan ruang tersebut
menjadi kosong. Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita
dapat menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih lanjut dan lebih
menutup diri karena perasaan rentannya.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin
kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan,
dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya.
Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi
pada trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang
semakin besar menjadi halangan. Alternatif untuk mencapai kepuasan dapat
membantu atau dapat menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa tidak
nyaman dengan cara-cara tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan
pasangan dan konsultasi mereka dengan anda menjadi sangat penting.
Dengan demikian resiko dan penyebab yang terkait, seperti tersebut
diatas dapat sebagai pencetus terjadinya reaksi-reaksi psikologis mulai tingkat
gangguan emosional yang ringan ketingkat gangguan jiwa yang serius.
14

2.9 Pengaruh Depresi Kehamilan

Studi berkaitan komplikasi yang terjadi pada wanita dengan depresi


sewaktu kehamilan agak susah diinterpretasi karena kemungkinan akibat
dari depresi tidak dapat dibedakan dari kemungkinan akibat dari
pengambilan obat antidepresi. Beberapa penemuan seperti dalam
Hedegaard, 1993 mengatakan bahwa wanita hamil dengan depresi
mempunyai resiko tinggi terjadinya komplikasi kehamilan seperti
kehamilan prematur. Tetapi, semua masalah ini terlihat lebih cenderung
disebabkan obat antidepresi yang diambil sewaktu hamil. Terdapat bukti
bahawa depresi pada waktu kehamilan memberi pengaruh yang signifikan
pada perkembangan sistem saraf pusat bayi (O‟Keane, 2007). Satu
hipotesa yang menjelaskan pengaruh depresi pada kehamilan adalah sistem
hormon kortisol. Stresor yang bermacam-macam, seperti gangguan
psikososial, kelaparan, infeksi dan sebagainya akan menstimulasi sekresi
kortisol sewaktu, dan setelah kehamilan. Peningkatan aktivitas sistem
kortisol ini sewaktu kehamilan, ditambah dengan peningkatan sekresi
corticotropin realeasing hormone oleh plasenta (memicu peningkatan
jumlah kortisol), telah terlihat dapat membawa kepada terjadinya kasus
kelahiran prematur (O‟Keane, 2007).
Hipotesa lain yang menghubungkan depresi dengan kehamilan
adalah sikap yang tidak sehat, berhubungan dengan depresi seperti
merokok, minum alkohol dan penyalahgunaan zat oleh ibu hamil. Semua
ini nantinya akan memicu kepada terjadinya efek yang merugikan pada
kehamilan (O‟Keane, 2007).
15

2.10 Penatalaksanaan

Episode depresi bisa bervariasi bermula dari sindroma ringan


hinggalah yang berat. Pada kasus depresi yang ringan, tatalaksana pilihan
adalah psikoterapi. Suatu percobaan klinikal kontrol pernah dijalankan dan
terbukti efektif, tetapi psikoterapi ini tidak dapat diterima dengan segera
dan biasanya respon yang diharapkan timbul lebih lama berbanding terapi
dengan obat-obatan (O‟Keane, 2007). Tatalaksana dengan menggunakan
obat antidepresan biasanya diindikasikan pada wanita dengan riwayat
depresi berat atau rekuren. Namun, penggunaan obat-obat antidepresan ini
mempunyai efek samping yang berpengaruh pada kandungan. Contohnya,
obat selective serotonin reuptake inhibitors seperti paroxetine, bisa
meningkatkan resiko terjadinya malformasi kongenital pada bayi.
Serotonin withdrawal syndrome juga bisa terjadi pada neonatus yang
terpapar dengan obat selective serotonin reuptake inhibitors sewaktu bayi
tersebut dalam kandungan ibunya (O‟Keane, 2007). Maka, penggunaan
obat ini haruslah dengan nasihat dokter. Biasanya, terapi untuk kasus
depresi yang berat dan rekuren biasanya bersifat kombinasi, yaitu dengan
psikoterapi dan terapi farmakologi.
16

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

Pada saat kunjungan rumah di Mojoanyar, Mojokerto. Perawat I melakukan


pengkajian dan didapatkan data sebagai berikut:
Bapak H umur 28 tahun, dan mempunyai istri umur 25 tahun. Istrinya
sedang hamil anak pertama dengan usia kehamilan 36 minggu. Pada saat
dikaji ibu A tampak menyendiri dirumah, merasa cemas berlebihan terhadap
kehamilannya, mudah marah, sering menangis, sulit tidur. Menurut bapak H,
istrinya sudah mengalami gejala tersebut 2 minggu ini, dan sulit berinteraksi
dengan masyarakat sekitar karena istri istirahat total dan suami sibuk bekerja.

3.2 Data Identitas

1. Hari/Tanggal : Jum’at, 29 maret 2019


2. Metode :Wawancara, Observasi dan Pemeriksaan
fisik
3. Nama Kepala Keluarga : Bp. H
4. Alamat : RT 2 RW 3 Kelurahan Mojoanyar

N Nama Jenis kelamin Hub Umur Pekerjaan Pendidikan


o
1 Bp. H Laki-Laki KK 28 Tahun Wiraswasta SMP
2 Ibu A. Perempuan Istri 25 Tahun IRT SMP

16
17

Genogram :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Tinggal Serumah

: Perempuan Meninggal

: Laki-Laki Meninggal

5. Tipe keluarga : Keluarga Inti ( Suami + Istri) dengan child bearing


6. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya keluarga adalah suku Jawa, bahasa yang dipakai
adalah bahasa Jawa dan Indonesia. Keluarga masih terpengaruh dengan
budaya setempat dalam hal menjalankan tasyakuran grana bulan. Menurut
masyarakat setempat apabila ada gerhana bulan seorang calon ibu yang
sedang hamil harus memberikan sedikit rezekinya/tetelan kepada tetangga
untuk menghindari hal yang tidak diinginkan (Bayi di ambil makhluk halus)
18

7. Identifikasi Agama
Seluruh anggota keluarga beragama Islam. Keluarga terkadang mengikuti
kegiatan pengajian yang ada di lingkungannya. Ketika ditanya mengapa
suami sibuk bekerja dan istri harus beristirahat total karena persiapan
kelahiran.
8. Status sosial ekonomi keluarga:
Bp. H bekerja keras sehingga melembur untuk mencukupi kebutuhan rumah
tangga dan biaya persalinan, untuk Ib. A tidak bekerja. Bp. Memperoleh
penghasilan kurang lebih Rp. 2.500.000,-/bulan biaya tersebut akan di
gunakan untuk biaya kehidupan sehari-hari dan biaya persalinan. Perabotan
rumah tangga yang dimiliki keluarga adalah 3 kursi, televisi 14 inch, 1
motor dan 1 tempat tidur. Ib. A merasa bahwa perlu makanan bergizi karena
selama kehamilannya tidak mendapatkan gizi yang cukup dan keperluan
kebutuhan bayi juga belum terpenuhi.
9. Aktivitas rekreaksi keluarga:
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah nonton TV bersama
di rumah. Keluarga ini jarang berekreasi ke tempat hiburan di luar rumah
karena keterbatasan ekonomi dan keadaan Ibu A yang sudah mendekati
proses kelahiran.

3.3 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat adalah keluarga baru yang akan


mempunyai anak (child bearing).
2. Tahap perkembangan ini yang belum terpenuhi tugasnya adalah menata
ruang untuk anak, biaya/child bearing, memfasilitasi role learing anggota
keluarga, bertanggung jawab merawat anak dan menggandakan kebiasaan
keagamaan secara rutin.
3. Riwayat keluarga inti:

Bp. H dan Ibu A menikah berdasarkan rasa saling mencintai, menikah


pada tahun 2018. Bp. H menikah pada umur 28 tahun dan Ibu A umur 25
tahun.
19

A. Bapak H
Bapak H mengatakan bahwa keadaanya sehat tidak ada keluhan.
B. Ibu A
Bpk H. mengatakan bahwa Ibu A mengalami perubahan sekarang
suka menyendiri, suka sedih, sering marah, merasa cemas berlebihan
dan sering menangis. Bapak H merasa Ibu A, mengalami perubahan
tersebut karena mau melahirkan dan Ibu A tertutup dengan
permasalahan dan Ibu A sulit tidur
4. Riwayat keluarga sebelumnya:
Bp H dan Ibu A tidak mengetahui riwayat kesehatan ayah dan ibunya.
Semuanya sudah meninggal. Keluarga tidak ingat tahun berapa
orangtuanya meninggal karena sama-sama anak yatim piatu. Tidak
diketahui apakah orang tuanya tersebut menderita depresi atau gangguan
kesehatan jiwa lainnya.

3.4 Data lingkungan

A. Karakteristik rumah
Status kepemilikan rumah yang ditempati sekarang adalah milik keluarga
sendiri. Luas rumah yang ditempati 70 m2 terdiri dari 1 ruang tamu, 1
kamar tidur, 1 ruang dapur, 1 kamar mandi dan WC. Bangunan rumah
berbentuk rumah permanen. Lantai rumah terbuat dari ubin dengan
keadaan bersih. Penataan alat / perabot rumah tangga kurang rapi,
pencahayaan dan ventilasi kurang. Sumber air minum dan untuk keperluan
cuci dan mandi menggunakan air sumur (Sanyo). Keluarga membuang
sampah di tempat sampah yang ditaruh di depan rumah, lalu ada petugas
yang mengangkut. Lingkungan sekitar rumah tampak bersih.
20

Denah Rumah

B. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Jarak rumah keluarga Ib. A berdekatan dengan tetangga. Hubungan
dengan tetangga kurang baik karena Ibu A tertutup dengan tetangga.
Keluarga Ibu A. hidup dilingkungan tempat tinggal yang sebagian besar
adalah penduduk asli. Tipe penduduk adalah penduduk urban. Tipe hunian
adalah daerah perkampungan. Kelas sosial ekonomi masyarakat adalah
menengah ke bawah. Status pekerjaan masyarakat berbagai macam, yaitu
pedagang, buruh, PNS dan swasta. Fasilitas yang ada di komunitas adalah
masjid dan sekolah. Jarak antara rumah ke Puskesmas adalah + 8 km.
21

Transportasi yang biasa dipakai masyarakat adalah motor dan angkutan


umum. Kebersihan lingkungan masyarakat cukup baik.
C. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ibu A sudah menetap dan menempati rumah tersebut sejak tahun
2018. Sejak menikah keluarga Ib A bertempat tinggal di Mojoanyar.
Rumah yang ditempati sekarang dibeli sendiri dari suaminya.
D. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Bp. H dan Ibu A jarang berkumpul dengan keluarga karena beliau adalah
seorang yatim piatu dan interaksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar
sangat minim dikarenakan selain mereka tidak aktif dalam kegaiatan
masayarakat tetapi juga Bp H adalah pekerja keras dan Ibu A adalah
pribadi yang tertutup.
E. Sistem pendukung keluarga
Bapak H seorang pekerja keras sehingga kurangnya memperhatikan dan
mendukungnya pada masa kehamilan Ibu A. sehingga kurangnya
komunikasi antara Bapak H dan Ibu A. Apabila salah satu anggota yang
serumah yang sakit, maka anggota keluarga tidak bisa membantu karena
tidak tahu cara merawatnya. Keluarga tidak dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan karena jauh tidak terjangkau.

3.5 Struktur Keluarga


A. Proses dan komunikasi dengan keluarga
Keluarga mengatakan komunikasi yang dilakukan anggota keluarga sangat
jarang karena suami sibuk untuk bekerja. Permasalahan yang dialami Ibu
A. jarang diceritakan sama Bapak H. karena takut membebani suaminya.
Seluruh anggota keluarga hidup rukun, jarang ada pertengkaran, meskipun
sesekali ada perbedaan antar anggota keluarga.
B. Struktur kekuatan keluarga
Apabila ada permasalahan ibu A tidak merembukkan dengan sang suami
dan dipendam sendiri.
22

C. Struktur peran keluarga


1. Bp. H sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk segala
urusan yang ada dirumah tangga dan menghasilkan gaji untuk
memenuhi kebutuhan
2. Ibu Y adalah ibu rumah tangga, mengatur rumah tangga dan menjaga
kehamilan pertamanya
D. Nilai-nilai dan norma keluarga
- Nilai yang dianut keluarga adalah kerukunan berorientasi hanya dalam
keluarga. Menurut keluarga yang bisa menolong keluarganya adalah
keluarganya sendiri, tidak mungkin orang lain.
- Keluarga Ibu A. menganut nilai dan norma jawa/ islami dalam
kehidupan sehari-hari.

3.6 Fungsi keluarga


A. Fungsi Afektif
Menurut keterangan Bp. H dan Ibu A keluarga merasa membutuhkan
anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Antar anggota keluarga
saling memahami perbedaan satu dengan yang lain. Keluarga mengatakan
bahwa selama ini jarang ada konflik. Apabila ada konflik biasanya karena
perbedaan pendapat. Tetapi pada akhir-akhir ini Bapak H bekerja keras
sehingga kurang memperhatikan kesehatan Ibu A.
B. Fungsi Sosial
Semua anggota keluarga dapat bersosialisasi dengan baik dalam
lingkungan rumah. Bp. H dan Ibu A jarang bersosialisasi dengan
masyrakat.
C. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga mendefinisikan sehat apabila semua anggota keluarganya tidak
ada keluhan dan tidak punya penyakit tertentu. Definisi sakit adalah
apabila anggota keluarga mempunyai keluhan sakit dan hasil pemeriksaan
dokter menderita sakit. Sumber informasi kesehatan bagi keluarga adalah
televisi dan petugas kesehatan apabila ke Puskesmas.
23

Keluarga tidak mengetahui keadaan depresi pada ibu hamil. Suami hanya
dapat melihat kondisi istrinya yang suka menangis sendiri, sering sedih,
leboh sensitif, sering marah, dan lebih tertutup lagi. Sehingga suami
berpersepsi bahwa istrinya sehat-sehat saja.

Istirahat dan Tidur:


Kebiasaan tidur dan istirahatnya mulai tidak teratur lagi, sering terbangun
dan menurut suami kualitas tidur istrinya kurang dari 8 jam/hari.

Latihan dan rekreasi :


Bapak H mengatakan tidak pernah mengajak istirnya jalan-jalan karena
takut bahaya yang akan terjadi pada bayinya.

Penggunaan obat-oabatan dalam keluarga:


Bapak H dan Ibu A tidak pernah menggunakan obat-obatan saat sakit
kalau tidak terlalu parah. Dan selama kehamilan hanya mengkonsumsi
vitamin dari puskesmas.

Peran keluarga dalam praktek perawatan diri : Pengambilan keputusan di


bidang kesehatan biasanya istri akan tetapi istri sedang hamil sehingga
semua tanggung jawab berada di suami. Sehingga suami kurang ada
pengalaman penanganan yang tepat dibidang kesehatan.

Praktik lingkungan : Lingkungan keluarga kurang dan ventilasi rumah


serta pencahayaan kurang. Karena istri tidak bisa melakukan pekerjaan
rumah tangga

Pelayanan kesehatan yang diterima keluarga adalah pelayanan kesehatan


dari Puskesmas pada awal kehamilan tapi akhir-akhir ini jarang untuk
melakukan ANC di puskesmas karena suami sibuk bekerja dan puskesmas
kurang terjangkau.
24

Fungsi Reproduksi : Keluarga Bapak H. belum mempunyai anak tetapi


istrinya sudah hamil yang pertama kali sekarang usia 36 minggu. Keluarga
Bapak H rencana ingin mempunyai anak 2 setelah itu memakai KB.

Fungsi Ekonomi : Keluarga Bapak H tergolong keluarga Pra sejahtera


karena banyak hal yang harus terpenuhi tetapi belum terpenuhi.

3.7 Stres dan koping keluarga

A. Stressor yang dimiliki oleh keluarga adalah masalah ekonomi. Penghasilan


keluarga yang terbatas, sering membuat bingung keluarga untuk mengatur
agar mencukupi kebutuhan keluarga.
B. Keluarga melakukan tindakan untuk mengatasi stres dengan pasrah pada
keadaannya. Keluarga yakin bahwa Tuhan akan menolong makhluknya
yang kesusahan.
C. Strategi koping internal dari keluarga untuk mengatasi stressor adalah
pengaturan keuangan dengan cara bekerja keras.

3.8 Pemeriksaan Fisik


No. Pemeriksaan yang Bapak H Ibu A
dilakaukan
1. Tekanan Darah 130/80 mmHg 110/ 80 mmHg
GDA : 120 mg/dl GDA: 104 mg/dl
BB: 70kg, TB: 170cm BB : 65 kg, TB : 160 cm
2. Nadi 86 x/menit 84 x/menit
3. Respirasi 18 x/menit 16 x/menit
4. Kepala & Leher:
- Rambut & Kulit Kepala Bersih, tidak ada lesi, hitam Bersih, hitam, tidak ada lesi
- Mata Terdapat kantung mata Terdapat kantung mata
tampak cekung tampak cekung
Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis
25

Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik


Fungsi penglihatan Dapat melihat tanpa Dapat melihat tanpa
bantuan bantuan
- Mulut dan gigi Bersih, tidak ada caries gigi Bersih, tidak ada caries
gigi, suara pelan saat
diberikan pertanyaan
- Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar kelenjar
- Dada Bunyi nafas vesikuler, S1 Bunyi nafas vesikuler, S1
lebih jelas di dengar di lebih jelas di dengar di
daerah katup tricus dan daerah katup tricus dan
mitral, S2 lebih jelas mitral, S2 lebih jelas
terdengar pada katup aorta terdengar pada katup aorta
pulmonal pulmonal
- Pemeriksaan Fisik Tidak ada distensi, bising Perut membasar, TFU 3 jari
Abdomen usus 16x/menit dibawah prosessus xyfoid.
Bagian kanan ekstremitas
janin, bagian kiri punggung
janin, bagian simfisis
bokong

- Pemeriksaan Ektremitas 5 5 5 5
atas dan bawah 5 5 5 5
BAB 1 x/hari BAB kurang teratur
- BAB + BAK BAK Lancar BAK Lancar
26

Pemeriksaan Khusus Ibu Hamil


Riwayat kehamilan Ibu A. G1 P0 A0 (kehamilan pertama, partus belum pernah
dan abortus tidak pernah). Usia kehamilan 36 minggu, Ibu A mulai hamil setelah
1 tahun usia pernikahan, Ibu A mengatakan baru pertama kali memeriksakan ke
bidan dan mendapat imunisasi TT sekali, penambahan berat badan kurang lebih 5
kg, pada waktu memeriksakan kehamilan mendapatkan vitamin penambah darah.
Ibu A tidak mengetahui bagaimana cara merawat kehamilannya.
1.) Inpeksi muka : tidak ditemukan cloasma gravidarum, konjungtiva
anemis, tidak ada oedema pada muka, dada terlihat pigmentasi pada
puting susu, pada tungkai tidak ditemukan farises maupun oedema.
2.) Palpasi abdomen
Leopold I : TFU pertengahan pusat dan procesus xypoideus. Bagian
fundus teraba bulat lunak melenting (bokong)
Leopold II: Letak janin memanjang, bagian sisi kanan perut ibu teraba
agaian terkecil janin (ekstremitas. Bagian sisi kiri perut ibu teraba
keras memanjang seperti papan (punggung)

3.9 Harapan Keluarga

Bapak H berharap agar dapat segera disembuhkan untuk gejala yang


dialami istrinya dan petugas kesehatan dapat membantu masalah kesehatan
yang sedang dihadapi serta menjelaskan perawatan yang benar untuk
keluarganya.

3.10 Persepsi terhadap masalah

Keluarga berpendapat bahwa masalah dapat teratasi


27

Analisis Data

No. Data Topologi Kemungkinan Masalah


Penyebab Keperawatan
Keluarga
1. Data Subyektif: Aktual Ketidakmampuan Gangguan alam
1 Keluarga mengatakan keluarga dalam perasaan (Depresi)
belum mengerti tentang mengenal, Ibu A. Keluarga
gangguan jiwa mengambil Bapak H
(depresi)
keputusan dan
2 Persepsi keluarga
merawat anggota
perubahan gejala yang
keluarga dengan ibu
dirasakan keluarga
pada ibu hamil adalah hamil depresi
kecemasan biasa
sehingga hanya perlu
istirahat saja
3 Ibu. A tidak dibawa ke
pelayanan kesehatan
(puskesmas)
4 Keluarga tidak tahu
cara merawat ibu hamil
dengan depresi dan
tidak pernah ANC akhir
akhir ini.

Data Obyektif:
1. Usia Kehamilan Ibu A
36 minggu
2. Ibu A. mengalami
kecemasan, sering
sedih, marah, sensitive,
sering menangis dan
tertutup terhadap
permasalahan.
3. Ibu A. Aktivitas
dirumah hanya
menyendiri dan
mengelus-elus perutnya
4. Ibu A. akhir-akhir ini
tidak pernah control ke
puskesmas
28

2. Data Subyektif: Aktual Ketidakmampuan Gangguan


1. Bapak H mengatakan keluarga memodifikasi pemenuhan
bahwa istrinya sulit tidur lingkungan istirahat dan tidur
selama 1 minggu ini. Ibu A Keluarga
2. Bapak H. mengatakan Bapak H
bahwa ibu A. pernah
mengeluh kamar nya
mulai panas.

Data Obyektif:
1. Ibu A. tampak lemas
dan lesu
2. Kantung mata ibu A.
tampak cekung.

3. Data Subyektif Risiko Kurangnya Risiko gangguan


1 Keluarga terkadang pengetahuan keluarga interaksi sosial
berkumpul dengan tentang manfaat pada Ibu A.
tetangga. sosialisasi Keluarga Bapak H
2 Keluarga terkadanag
mengikuti kegiatan
kemasyarakatan dan
keagamaan
3 Menurut keluarga kalau
berkumpul atau
mengikuti kegiatan di
masyarakat lebih banyak
hanya ngobrol saja.
4 Keluarga berpersepsi
bahwa ibu A harus
istirahat sehingga jarang
memperbolehkan keluar
rumah.
29

Rumusan Diagnosa Keperawatan :

1. Gangguan alam perasaan (depresi) Ibu A. keluarga Bapak H berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat keluarga ibu hamil dengan
depresi
2. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur Ibu A. Keluarga Bapak H
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi
lingkungan
3. Risiko gangguan interaksi sosial pada Ibu A. Keluarga Bapak H berhubungan
dengan Kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat sosialisasi
30

Skoring Prioritas masalah


Gangguan alam perasaan (depresi) Ibu A. keluarga Bapak H berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat keluarga ibu hamil dengan depresi

Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


Sifat Masalah : 3 1 3/3x1 = 1 Ibu A mengalami depresi
Aktual ditandai dengan gejala suka
menangis, sedih, cemas,
sensitif, mudah marah dan
tertutup terhadap masalah
Kemungkinan 2 2 2/2x1 = 1 Bapak H memiliki keinginan
merasakan dapat untuk memecahkan masalah
dirubah: mudah terutama dengan kesehatan
dan memberikan informasi
tetang gejala-gejala depresi
Potensi masalah 3 1 3/3x1 = 1 Masalah lebih lanjut belum
untuk dicegah : terjadi namun ibu A jarang
tinggi kontrol ke puskesmas.
Menonjolnya 1 1 2/2x1 =1 Masalah dirasakan tetapi dan
masalah : tidak perlu minta segera diatasi
Total Skor 4
31

Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur Ibu A. Keluarga Bapak H berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan

Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


Sifat Masalah : 3 1 3/3x1 = 1 Masalah ini sudah terjadi
Aktual karena Ibu A. sudah
mengalami kesulitan tidur
sehingga menimbulkan
keadaan lemas dan kantung
mata tampak cekung
Kemungkinan 2 2 2/2x1 = 1 keinginan untuk
merasakan dapat memecahkan masalah
dirubah: mudah terutama dengan kesehatan
dan memberikan informasi
tentang pemenuhan istirahat
dan tidur
Potensi masalah 3 1 3/3x1 = 1 Masalah lebih lanjut belum
untuk dicegah : terjadi namun ibu A jarang
tinggi kontrol ke puskesmas.
Menonjolnya 1 1 1/2x1 =1/2 Keluarga dapat merasakan
masalah : tidak perlu masalah dan tidak perlu
ditangani segera
Total Skor 3 1/2
32

Risiko gangguan interaksi sosial pada Ibu A. Keluarga Bapak H berhubungan


dengan Kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat sosialisasi

Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


Sifat Masalah : 2 1 2/3x1 = 2/3 Masalah belum terjadi,
Risiko karena Bapak H terkadang
berinteraksi dan untuk
istrinya terkadang keluar
tetapi pada saat suaminya
dirumah tidak boleh keluar
karena suami berpersepsi
istri harus istirahat total
Kemungkinan 2 2 2/2x1 = 1 keinginan untuk
merasakan dapat memecahkan masalah
dirubah: mudah terutama dengan kesehatan
dan memberikan informasi
tetang pentingnya manfaat
sosialisasi
Potensi masalah 3 1 3/3x1 = 1 Masalah lebih lanjut belum
untuk dicegah : terjadi namun ibu A jarang
tinggi kontrol ke puskesmas.
Menonjolnya 0 1 0/2x1 =0 Keluarga tidak dapat
masalah : tidak merasakan masalah
dirasakan
Total Skor 2 2/3
33

Diagnosa Keperawatan Prioritas

Prioritas Diagnosa Skor

1 Gangguan alam perasaan (depresi) Ibu A. 4


keluarga Bapak H berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat
keluarga ibu hamil dengan depresi
2 Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur Ibu 3 1/2
A. Keluarga Bapak H berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan
3 Risiko gangguan interaksi sosial pada Ibu A. 2 2/3
Keluarga Bapak H berhubungan dengan
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
manfaat sosialisasi
34

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DX Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Umum Khusus Kriteria Standart

1 Setelah Tujuan Khusus :


diberikan Setelah melakukan
tindakan kunjungan 5 x 60 menit
keperawatan keluarga dapat
masalah mencapai:
gangguan alam
perasaan Tuk 1 :
(depresi) ibu A Keluarga mampu
dapat teratasi mengenal masalah Verbal Keluarga dapat Diskusikan dengan keluarga :
depresi dengan : menyebutkan pengertian  Pengertian gangguan psikologis pada penderita
a. Menyebutkan depresi adalah gangguan depresi
pengertian tentang alam perasaan
depresi pada ibu Verbal
hamil.

34
35

b. Menjelaskan Penyebab depresi ibu hamil  Penyebab terjadinya depresi


penyebab terjadinya adalah karena tekanan
depresi psikologis

c. Menyelaskan tanda Tanda dan gejala pasien  Tanda dan gejala depresi
dan gejala pasien depresi adalah lebih  Berikan kesempatan keluarga untuk menjelaskan
mengalami depresi sensitive, suka marah, suka kembali tentang pengertian depresi dan penyebabnya
menangis, kurang tidur dan  Berikan penguatan pada keluarga apabila dapat
suka menyendiri menjelaskan kembali hasil diskusi
36

Tuk 2
Keluarga mampu
mengambil keputusan
untuk mengatasi
gangguan alam perasaan
(Depresi)
a. Menjelaskan akibat Verbal Keluarga dapat menjelaskan Jelaskan pada keluarga akibat terjadinya masalah
bila terjadi masalah akibat dari terjadinya gangguan alam perasaan (Depresi)
gangguan alam masalah gangguan alam
perasaan (Depresi) perasaan (depresi):
1. Kelahiran prematur
2. Bayi Baru lahir Berat
badan rendah

b. Mengambil Verbal Keluarga dapat mengambil Motivasi keluarga agar dapat mengambil keputusan
keputusan untuk keputusan untuk melakukan untuk mengatasi gangguan alam perasaan (depresi)
mengatasi masalah perawatan pada Ibu A dan Berikan penguatan apabila keputusan keluarga sudah
Gangguan alam berupaya untuk menghindari tepat
perasaan depresi akibat dari masalah
gangguan alam perasaan
37

(Depresi) dengan melakukan


tindakan sesuai dengan
anjuran perawat
Tuk 3
Keluarga mampu
melakukan tindakan
untuk mengatasi dan
cara merawat pada
pasien gangguan alam
perasaan (Depresi)
dengan melakakukan:
a. Mengetahui Psiko Keluarga dapat memberikan
1 Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan
pentingnya Motorik dukungan secara verbal dan
gangguan jiwa.
dukungan perilaku kepada ibu A
2 Kaji sumber daya, tenaga, biaya, waktu, dan
seperti memberikan
keluarga bagi fasilitas/peralatan yang dimiliki keluarga untuk
dukungan penuh atas
pemyembuhan melakukan perawatan pada gangguan jiwa.
kehamilannya
klien 3 Diskusikan dengan keluarga mengenai
perawatan klien dengan gangguan jiwa
38

b. Pengurangan Verbal Keluarga memberikan 4 Ajarkan perawatan-perawatan pada gangguan


ansietas yang motivasi kepada Ibu A jiwa: definisi, perawatan, predisposisi dan
dialami oleh Ibu dengan meningkatkan presipitasi, sarana kesehatan yang bisa
kepercayaan diri.
Hamil dimanfaatkan keluarga.
c. Peningkatan 5 Beri penekanan ulang kepada keluarga
Verbal Keluarga dapat
koping pada Ibu pentingnya melakukan perawatan pada
meningkatkan mekanisme
A gangguan jiwa.
koping Ibu A.
d. Peningkatan 6 Evaluasi cara-cara perawatan
Verbal Keluarga mampu
keamanan fisik da memberikan kenyamanan 7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilan
psikologis Ibu A. kepada ibu A. baik keluarga dalam usaha perawatan yang telah

psikologis maupun fisik dilakukan

e. Kooperatif selama Verbal Keluarga mampu kooperatif


proses pembinaan dengan proses perawatan

keluarga atau pembinaan Ibu A.

f. Masalah keluarga
Verbal Keluarga mampu mengatasi
dapat diatasi oleh
masalah yang ada
keluarga
39

g. Mengetahui Verbal Keluarga mampu


perawatan dan mengetahuu perawatan dan
tempat pelayanan tempat pelayanan kesehatan
yang keluarga bisa yang keluarga bisa gunakan.
gunakan.
Setelah Setelah dilakukan Verbal 1. Menjelaskan secara 1. Kaji pengetahuan keluarga tentang pemenuhan
dilakukan pertemuan keluarga sederhana penyebab istirahat tidur
tindakan mampu: gangguan tidur yaitu 2. Jelaskan pentingnya 2 pentingnya istirahat yang
keperawatan 1. Mengenal masalah bisa dari lingkungan, cukup untuk ibu hamil
gangguan yang menjadi keadaan psikologis ibu. 3. Jelaskan akibat yang timbul dari istirahat yang
istirahat tidur penyebab gangguan 2. Menyebabkan akibat kurang
terpenuhi tidur pada Ibu Hamil jika Ibu Hamil kurang 4. Anjurkan pada keluarga untuk memodifikasi ulang
2. Mengetahui masalah istirahat yaitu akan kamar tidur
jika Ibu hamil kurang mengalami gangguan 5. Anjurkan pada ibu hamil untuk istirhat yang cukup
istirhat sistem kekebalan tubuh.
3. Mampu mengambil 3. Menyebutkan tindakan
keputusan masalah yang tepat untuk
dengan cepat mengatasi masalah
dengan memodifikasi
lingkungan agar ibu
40

merasa nyaman dengan


tempat tidur
3 Setelah Tuk 1
dilakukan Keluarga mengenal
tindakan masalah interaksi sosial
keperawatan dengan kriteria keluarga
dalam waktu mampu :
5x60 menit a. Menjelaskan kembali Respon Pengertian interaksi sosial 1. Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian
masalah Risiko tentang pengertian verbal adalah hubungan seseorang interaksi sosial
gangguan interaksi sosial dengan keluarga dan 2. Anjurkan keluarga untuk mengungkapkan kembali
interaksi sosial masyarakat pengertian interaksi sosial
teratasi 3. Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab dari
b. Menjelaskan Respon Penyebab terjadinya gangguan interaksi sosial
penyebab terjadinya verbal gangguan interaksi sosial 4. Identifikasi dengan keluarga penyebab gangguan
gangguan interaksi adalah adalah menarik diri, interaksi sosial dalam keluarga
sosial harga diri rendah dan 5. Berikan penghargaan yang positif apabila keluarga
ketidakpuasan hubungan mampu mengidentifikasi
dengan keluarga dan 6. Diskusikan manfaat interaksi sosial dengan
masyarakat keluarga
c. Menyebutkan kembali Respon Manfaat interaksi sosial 7. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
41

manfaat interaksi verbal adalah membina hubungan


sosial saling percaya dan saling
membutuhkan antara
seseorang dengan orang
lain.

Tuk 2
Keluarga mampu
mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah
interaksi sosial
a. Menjelaskan kembali Respon Akibat dari gangguan  Diskusi bersama keluarga tentang akibat apabila
akibat dari gangguan verbal interaksi sosial adalah terjadinya gangguan interaksi sosial
interaksi sosial  Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
b. Mengambil keputusan  Motivasi keluarga untuk dapat mengambil
untuk mengatasi keputusan dalam mengatasi masalah interaksi
masalah gangguan sosial dalam keluarga
interaksi sosial
42

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Tanggal

1. Gangguan Alam Perasaan Tuk 1 Kamis, 28


(Depresi) Ibu Bapak H
1 Mendiskusikan pengertian gangguan alam Maret 2019
berhubungan dengan
perasaan (depresi) dengan keluarga
ketidakmampuan keluarga
Respon: Keluarga mampu menyebutkan bahwa
dalam merawat keluarga
depresi adalah gangguan alam perasaan sehingga
ibu hamil dengan depresi
akan menyebabkan perubahan perilaku.
2 Mendiskusikan dengan keluarga penyebab
terjadinya gangguan alam perasaan
Respon: keluarga menyebutkan penyebab
depresi adalah karena tekanan psikologis bisa
kecemasan
3 Mendiskusikan dengan keluarga tentang gejala
yang ditimbulkan depresi
Respon: keluarga menyebutkan lebih sensitive,
suka marah, suka menangis, kurang tidur dan
suka menyendiri
4 Memberikan kesempatan untuk bertanya pada
keluarga, Bapak H menanyakan bagaimana
caranya untuk gejala depresi
5 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk
menjelaskan kembali tentang pengertian depresi,
penyebab dan gejalanya
6 Memberikan penguatan pada keluarga apabila
dapat menjelaskan kembali hasil diskusi

Tuk 2
1 Menjelaskan pada keluarga akibat terjadinya Kamis, 28
masalah gangguan alam perasaan (depresi) yaitu
Maret 2019
bisa terjadi bayi premature, berat badan bayi
rendah.

42
43

2 Memotivasi keluarga agar dapat mengambil


keputusan untuk mengatasi gangguan alam
perasaan
3 Memberikan penguatan apabila keputusan
keluarga sudah tepat

Tuk 3 Jum’at, 29
1. Mendiskusikan pengetahuan keluarga Maret 2019
tentang perawatan gangguan jiwa.
2. Mendiskusikan sumber daya, tenaga, biaya,
waktu, dan fasilitas/peralatan yang dimiliki
keluarga untuk melakukan perawatan pada
gangguan jiwa.
3. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai
perawatan klien dengan gangguan jiwa
4. Menginformasikan perawatan-perawatan
pada gangguan jiwa: definisi, perawatan,
predisposisi dan presipitasi, sarana
kesehatan yang bisa dimanfaatkan keluarga.
5. Memberikan penekanan ulang kepada
keluarga pentingnya melakukan perawatan
pada gangguan jiwa.
6. Mengevaluasi cara-cara perawatan
7. Memberikan reinforcement positif atas
keberhasilan keluarga dalam usaha perawatan
yang telah dilakukan
2. Gangguan pemenuhan 1. Mendiskusikan pengetahuan keluarga tentang Sabtu, 30
istirahat dan tidur Ibu A. pemenuhan istirahat tidur
Maret 2019
Keluarga Bapak H 2. Menginformasikan pentingnya 2 pentingnya
berhubungan dengan istirahat yang cukup untuk ibu hamil
ketidakmampuan keluarga 3. Mmenginformasikan akibat yang timbul dari
dalam memodifikasi istirahat yang kurang
44

lingkungan 4. Menganjurkan pada keluarga untuk


memodifikasi ulang kamar tidur
5. Menganjurkan pada ibu hamil untuk istirhat
yang cukup
3. Risiko gangguan interaksi 1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang Sabtu, 30
sosial pada Ibu A. Keluarga pengertian interaksi sosial
Maret 2019
Bapak H Berhubungan 2. Menganjurkan keluarga untuk mengungkapkan
dengan Kurangnya kembali pengertian interaksi sosial
pengetahuan keluarga 3. Mendiskuiskan dengan keluarga tentang
tentang manfaat sosialisasi penyebab dari gangguan interaksi sosial
4. Mengidentifikasi dengan keluarga penyebab
gangguan interaksi sosial dalam keluarga
5. Memberikan penghargaan yang positif apabila
keluarga mampu mengidentifikasi
6. Mendiskusikan manfaat interaksi sosial dengan
keluarga
7. Memberikan kesempatan keluarga untuk
bertanya
45

CATATAN PERKEMBANGAN

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Tanggal

1. Gangguan Alam Perasaan Subyektif: Jum’at, 5 April


(Depresi) Ibu A Keluarga  Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang
2019
Bapak H berhubungan gangguan alam perasaan (depresi) : Keluarga
dengan ketidakmampuan mampu menyebutkan bahwa depresi adalah
keluarga dalam merawat gangguan alam perasaan sehingga akan
keluarga ibu hamil dengan menyebabkan perubahan perilaku.
depresi  Keluarga penyebab terjadinya gangguan alam
perasaan (depresi) : keluarga menyebutkan
penyebab depresi adalah karena tekanan
psikologis bisa kecemasan
Keluarga dapat menjelaskan gejala gangguan
alam perasaan (depresi) : keluarga menyebutkan
lebih sensitive, suka marah, suka menangis,
kurang tidur dan suka menyendiri
 Keluarga dapat menjelaskan pada keluarga akibat
terjadinya masalah gangguan alam perasaan
(depresi) yaitu bisa terjadi bayi premature, berat
badan bayi rendah.
 Keluarga dapat mengulang kembali cara merawat
ibu hamil dengan gangguan alam perasaan
(depresi)
 Keluarga dapat memotivasi keluarga dengan
gangguan alam perasaan

Obyektif:
 Keluarga memperhatikan penjelasan yang
disampaikan dan menanyakan penjelasan
yang belum jelas
 Keluarga dapat mempraktekkan cara
mememotivasi
46

 Keluarga dapat mempraktekkan cara merawat


ibu hamil dengan gangguan alam perasaan

Analisa:
Tujuan sebagian tercapai

Perencanaan :
Berikan motivasi pada keluarga untuk memberikan
perawatan pada ibu hamil dengan depresi.
2. Gangguan pemenuhan Subyektif: Sabtu, 6 April
istirahat dan tidur Ibu A. 1. Keluarga mengetahui bahwa pemenuhan
2019
Keluarga Bapak H kebutuhan istirahat dan tidur sangat penting
berhubungan dengan bagi janin dan ibunya
ketidakmampuan keluarga 2. Keluarga menyebutkan bahwa apabila tidak
dalam memodifikasi terpenuhinya istirahat tidur maka akan
lingkungan menimbulkan gangguan sistem kekebalan
tubuh

Obyektif:
1. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan
dengan cara menambah kipas angin
2. Ibu A tampak segar, tidak ada kantung mata

Analisa:
Tujuan tercapai

Penerencanaan:
Berikan motivasi pada keluarga untuk memantau
adanya gangguan istirahat dan tidur
3. Risiko gangguan interaksi Subyektif : Sabtu, 9 April
sosial pada Ibu A. Keluarga 1. Keluarga mampu mendiskusikan pengertian
2019
Bapak H Berhubungan tentang interaksi sosial
dengan Kurangnya 2. Keluarga mampu mengenal penyebab
47

pengetahuan keluarga gangguan interaksi sosial


tentang manfaat sosialisasi 3. Keluarga mampu menyebutkan penyebab
gangguan interaksi dalam keluarga

Obyektif:
Keluarga mampu berinteraksi dengan satu sama
lain dan tetangga meskipun tidak lama

Analisa:
Tujuan tercapai sebagian

Perencanaan:
Memberikan motivasi agar selalu berinteraksi
dengan tetangga atau masyarakat.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama seperti


halnya pada depresi yang terjadi pada orang pada umumnya, dimana pada
kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak. Perubahan
kimiawi pada otak ibu hamil ini akan mempengaruhi kondisi psikologisnya
(Kurniawan, Ratep, & Westa, tanpa tahun).

Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa


cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri. Seperti: apakah
nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri,
kehilangan kendali, hal-hal lain yang tidak diketahui), apakah ia akan
menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena
perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami
cedera akibat tendangan bayi.

4.2 Saran

Tidak hanya fisik, psikis calon ibu pada saat hamil harus diperhatikan.

Stress yang berlanjutan sangatlah memberikan dampak negative.

Dengan melakukan hal-hal yang positif seperti berolahraga, pola hidup

sehat, komunikasi yang baik dengan keluarga dan orang lain

diharapkan akan mengurangi stress calon keluarga pada masa

kehamilan demi menjaga kesehatan ibu.

48
49
DAFTAR PUSTAKA

NIH (National Institute of Mental Health). Anxiety Disorders.


http://www.nimh.nih.gov/health/publications/anxiety-

Cunningham, F.G. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Benson, Ralph C and Martin L. Pernoll. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. 9th
ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009.

Dietz, P. M., Williams, S. B., Callaghan, W M., Bachman, D. J., Whitlock, E. P., &
Hornbrook, M. C. (2007). Clinically identified maternal depression before,
during, and after pregnancies ending in live births. American Journal of
Psychiatry, 164 (10), 1515-1520. DOI: 10.1176/appi. ajp.2007.06111893

49

Anda mungkin juga menyukai