Anda di halaman 1dari 36

KEBIJAKAN PENGELOLAAN BAHAN

BERBAHAYA BERACUN (B3)


DI INDONESIA

Ir. Ra Rosmayani Damopolii, M.Si.


Kepala Sub Direktorat Inventarisasi Penggunaan B3
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Dasar HUKUM
Pelaksanaan Kegiatan
 UU No. 32 Tahun 2009 (Perlindungan dan Pengelolaan LH)
 UU No. 19 Tahun 2009 (Pengesahan Konvensi Stockholm)
 UU No. 10 Tahun 2013 (Ratifikasi Konvensi Rotterdam)
 UU No. 11 Ttahun 2017 (Ratifikasi Konvensi Minamata)
 PP No. 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan B3
 PERMENLH No. 3 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian
Simbol dan Label B3
 PERMENLH No. 2 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Sistem
Elektronik Registrasi B3 dalam Kerangka INSW di KLH
PENGELOLAAN B3
UU No. 32/2009 “Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”

Bahan .berbahaya dan


beracun yang selanjutnya PP 74/2001:
disingkat B3 adalah zat, energi, Pengelolaan B3 adalah kegiatan
dan/atau komponen lain yang yang menghasilkan, mengangkut,
karena sifat, konsentrasi, mengedarkan, menyimpan,
dan/atau jumlahnya, baik secara menggunakan dan atau
langsung, maupun tidak membuang B3
langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan
hidup dan/atau, membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya.
Yang. dimaksud dengan B3 adalah zat, energi dan/atau
komponen yang memiliki kriteria:

• Bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25oC dan


760 mmHg) dapat meledak dan menimbulkan reaksi
kimia dan fisika yang menghasilkan gas yang dapat
merusak lingkungan sekitarnya
• Gas yang dapat terbakar dengan udara pada suhu 20 ⁰C
dan tekanan udara standar 101.3 kPa
• Gas yang dapat terbakar dengan udara pada suhu 20 ⁰C
dan tekanan udara standar 101.3 kPa
• Cairan yang mempunyai titik nyala kurang dari 93 oC
Yang dimaksud dengan B3 adalah zat, energi dan/atau komponen
yang memiliki kriteria:
.
• Apabila suatu bahan saat bersentuhan dengan kulit dan jaringan
lunak menimbulkan korosi dan iritasi. Korosi kulit adalah hasil dari
kerusakan kulit yang tidak bisa pulih seperti sediakala. Iritasi kulit
adalah adanya kerusakan kulit yang masih bisa pulih seperti
sediakala. Kerusakan ini terlihat setelah terkena pajanan suatu
Bahan sampai 4 jam.
• Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE
(Society of Automotive Engineers) 1020 dengan laju korosi ≥ 6,35
mm/tahun pada temperatur pengujian 55oC
• Memiliki pH sama atau kurang dari 2 untuk bahan yang bersifat
asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk bahan yang
bersifat basa (2 ≥ pH ≥ 12,5)
• Memiliki nilai LD50 > 15.000 (mg/kg) dan LC50 > 20.000 (ppm/kg)
• Bahan yang merusak lapisan ozon dan lingkungan perairan serta
tidak persistent di lingkungan.
KLASIFIKASI B3 BERDASARKAN GLOBALLY
HARMONIZED SYSTEM (GHS)

KLASIFIKASI B3
• BAHAYA SECARA FISIK
• BAHAYA TERHADAP KESEHATAN MANUSIA
• BAHAYA TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
KLASIFIKASI B3 BERDASARKAN
GLOBALLY HARMONIZED SYSTEM (GHS)

EKSPLOSIF
BAHAYA
MUDAH MENYALA
SECARA PENGOKSIDASI
FISIK GAS DIBAWAH TEKANAN
BAHAN YANG DAPAT BEREAKSI SENDIRI
CAIRAN PIROFORIK
PADATAN PIROFORIK
BAHAN ATAU CAMPURAN SWAPANAS
PEROKSIDA ORGANIK
KOROSIF PADA LOGAM
KELAS BAHAYA LAIN SESUAI PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
KLASIFIKASI B3 BERDASARKAN
GLOBALLY HARMONIZED SYSTEM (GHS)

BAHAYA Toksisitas Akut


TERHADAP Korosi/Iritasi Kulit
KESEHATAN Kerusakan Mata Serius/Iritasi pada Mata
MANUSIA Sensitifitas Saluran Pernafasan atau pada Kulit
Mutagenitas Sel Induk
Karsinogenik
Toksisitas terhadap Reproduksi
Toksisitas pada Organ Sasaran Spesifik setelah Paparan Tunggal
Toksisitas pada Organ Sasaran Spesifik setelah Paparan Berulang
Bahaya Aspirasi dan
Kelas bahaya lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
KLASIFIKASI B3 BERDASARKAN
GLOBALLY HARMONIZED SYSTEM (GHS)

BAHAYA Bahaya Akuatik Akut atau Jangka Pendek


TERHADAP
LINGKUNGAN Bahaya Akuatik Kronis atau Jangka Panjang
HIDUP
Bahaya terhadap Lapisan Ozon; dan/atau

Kelas bahaya lainnya sesuai dengan


perkembangan ilmu pengetahuan
Tujuan Pengelolaan B3

Mencegah dan/atau
mengurangi resiko
dampak ditimbulkan B3
sehingga tidak
menyebabkan
pencemaran dan
gangguan terhadap
lingkungan hidup,
kesehatan manusia dan
mahluk hidup lainnya.
Lingkup Pengelolaan B3

Importer B3

transport
transport limbah
Penghasil

Manajemen Limbah B3
/Produsen
Pengguna

transport •Industri Limbah


trasport

Gudang/ •Pertanian
Exporter B3
menyimpan •Kesehatan.
•Tambang
•dan lain-lain
limbah
Distributor/
Pengedar
transport
transport

PP 18/1999 ttg
PP 74/2001 Tentang Pengelolaan B3 PLB3
PP 101/2014
1. SIMPUL PENGELOLAAN B3
UU 32/2009: Psl. 58 – (59); PP 74/2001 +
revisi

masuk hasil angkut edar simpan manfaat buang olah timbun

2. TUSI DIREKTORAT PENGELOLAAN B3 - KLHK


Permen LHK No. 18 Tahun 2015 ttg Ortala KLHK
PENERAPAN KONVENSI

evaluasi

pengembangan
PENGENDALIAN PENANGANAN

kategorisasi
pembatasan
reg & not
INVENTARISASI
penghapusan
media LH
masuk hasil angkut

sumber: m,k,p - pem buang olah timbun

edar simpan manfaat/guna


Arah Kebijakan Pengelolaan B3

 Mendorong penggunaan “green chemicals” dalam proses industri &


penggunaan lainnya
 Melakukan pembatasan & pelarangan penggunaan bahan kimia
berbahaya & beracun
 Mengatur ekspor-impor B3 (notifikasi & registrasi)
 Melakukan harmonisasi pengaturan dengan sistem global (GHS,
globally Harmonized System)
 Meningkatkan pengawasan B3 (sistem registrasi & notifikasi,
distribusi, transportasi, pemantauan dan evaluasi)
 Meningkatkan Kerjasama Internasional dan Implementasi Konvensi
dalam Penggunaan B3
Klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun
berdasarkan PP 74 Tahun 2001
B3 dapat digunakan:
1
(Lampiran I – 209 B3) Dapat
digunakan
Perlu registrasi

B3 Terbatas digunakan:
2
(Lampiran II, tabel 2 – 45 B3) Terbatas
digunakan
Perlu notifikasi dan registrasi

B3 Dilarang
3
(Lampiran II, tabel 1 - 10 B3) Dilarang
digunakan
Dilarang impor dan menggunakan
Registrasi & Notifikasi B3 Tahun 2015-2016
(Laporan Tahunan Dit. PB3 2015 & 2016)

2015

2016

2016
REALISASI IMPOR B3 TAHUN 2016
(Laporan Tahunan Dit. PB3 2016)
DAFTAR 5 JENIS B3 TERBANYAK DIIMPOR
NO NAMA BAHAN KEGUNAAN
TAHUN 2015
1. Vinil asetat monomer Pembuatan Resin Sintetik Polimer
2. Ftalik Anhidrade  Untuk pembuatan resin
 Bahan baku PVC COMPOUND yang akan digunakan sebagai pembungkus kabel listrik dan
komponen otomotif
3. Ethylene Bijih Plastik
4. Iso Butena Bahan Baku Polyethylene
5. Metilen Klorida Cairan pembuat busa (kasur, sofa, jok mobil), dll
TAHUN 2016
1. Sodium Hidroxide Sebagai bahan baku pembuatan sabun / deterjen
2. Poly Alumunium Chloride Sebagai penjernih air
3. Phathalic Anhydride Sebagai bahan baku pembuatan bijih plastik pada industri plastik
4. Butyl Acrlate Sebagai bahan baku pada industri polimer
5.  Sebagai bahan baku pembutan bijihplatik pada indusri platik
Ethylene Glycol  Sebagai bahan baku pembuatan cat
 Sebagai bahan penolong pada pembuatan cairan rem pada industri otomotif
TAHUN 2017
1. Ethylene Sebagai bahan baku pembuatan Etilen Diklorida (EDC dan Vinil Klorida Monomer)
2. Nitrogen  Sebagai refrigerant untuk pembekuan produk makanan
 Sebagai komponen pembuatan amoniak yang digunakan sebagai pupuk untuk
memproduksi asam nitrat
3. Ethylene Glycol Sebagai baku pembuatan PTA (botol/ bijih plastic)
4. Asam Asetat  Digunakan pada proses produksi polimer di industry tekstil
 Pengatur keasaman pada industry makanan
 Bahan baku pembuatan vinil asetat, asetan anhidrit
5. Butana Sebagai bahan kalibrasi instrument pada mesin industri
Kenapa Bahan Berbahaya dan Beracun
Perlu Dikelola ?

BERDAMPAK LUAS

KESELAMATAN JIWA

KELESTARIAN LINGKUNGAN

18
Beberapa Peristiwa
Kecelakaan dan Keadaan
Darurat B3

10 Juli 2015 26 Oktober 2017


16 Juni 2009

24 Januari 2004, Ledakan Tambang Batubara


Sawahlunto, akibat gas
metana (CH4) Ledakan PT Mandom Indonesia
Korban 32 orang meninggal, di Kawasan Industri MM 2000
13 orang luka-luka Cikarang, Bekasi, akibat
kebocoran gas LPG
Maret 2006 Ledakan dan kebakaran gudang petasan di
Ledakan pabrik Korban : 28 pekerja meninggal,
PT, Petrowidada di 31 orang luka-luka, kerugian Komplek Pergudangan 99 Kosambi,
Ledakan pipa
kawasan industri ditaksir Rp 89,762 miliar Tangerang, Banten
Etylene, akibat
Petrokimia Gresik, Korban : 47 orang meninggal dan puluhan
pembersihan
Jawa Timur, akibat 5 Mei 2015 luka-luka
pipa etylene
kebocoran bahan sepanjang 6
kimia: maleic meter dengan 21 Januari 2017
anhydride (MA) diameter 6 mm.
Korban : 3 pekerja biasanya
meninggal, 50 menggunakan
orang luka2 dan nitrogen, tapi
dievakuasi karena habis
digunakan gas
oksigen.
Akibatnya pipa
Tumpahan Asam Sulfat akibat truk Truk tangki muatan kimia Hidrogen
meledak pengangkut B3 ditabrak oleh truck
Korban : 3 peroksida (5 ribu liter) terbalik jl Lintas
trailer di Jalan Tol Jelambar KM Timur Palembang -Ogan Ilir
karyawan luka2 17.800
dan diamputansi Korban : 1 orang meninggal,
TANGGUNGJAWAB PENGELOLA
B3

PASAL 4, PP 74 TAHUN 2001

Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan


B3 wajib mencegah terjadinya pencemaran dan
atau kerusakan lingkungan hidup.
KETANGGAP-DARURATAN
PENGELOLAAN B3

PRODUKSI

PENYIMPANAN

PENGEMASAN

PENGANGKUTAN
PENANGANAN
KEDARURATAN
MENCEGAH SEBELUM TERJADI KECELAKAAN
B3 DAN
LIMBAH B3
PELABUHAN
UDARA/LAUT
DISTRIBUSI B3

KONSUMEN

GUDANG
DISTRIBUTOR

PABRIK/INDUSTRI
PENGOLAHAN
Pengelolaan B3

1. Paham sifat dan karakteristik B3


2. Paham resiko dan cara penanganan B3 yang aman
bagi kesehatan manusia dan lingkungan
3. Mengerti Informasi Dalam Lembar Data
Keselamatan (LDK)
4. Menerapkan sistem tanggap darurat
5. Melengkapi seluruh persyaratan administrasi
pengelolaan B3
Pengangkutan B3
Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Moda Angkutan Darat, objek yang diatur :
1. Kesesuaian Armada angkut B3 dengan jenis B3
2. Kesesuaian Simbol B3
3. Pengemasan B3
4. Ketentuan Teknis : Identitas Perusahaan,
Emergency Call, SOP Loading dan Unloading, Alat
Pelindung Diri (APD) dan Peralatan Tanggap darurat
pada Armada B3
Pengangkutan B3

PERSYARATAN UMUM ARMADA ANGKUTAN B3

a. Plakat/Simbol B3
b. Nama Perusahaan
c. Jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard;
d. Kotak obat lengkap dengan isinya;
e. Alat pemantau unjuk kerja pengemudi, yang sekurang-kurangnya
dapat merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi
dalam mengoperasikan kendaraannya;
f. Alat pemadam kebakaran;
g. Nomor telepon pusat pengendali operasi yang dapat dihubungi jika
terjadi keadaan darurat (emergency call), yang dicantumkan pada
sebelah kiri dan kanan kendaraan pengangkut B3.
Pengangkutan B3
PERSYARATAN SAFETY PADA ARMADA PENGANGKUT B3

a. Alat komunikasi antara pengemudi dengan pusat pengendali operasi dan/atau


sebaliknya;
b. Lampu tanda bahaya berwarna kuning yang ditempatkan diatas atap ruang kemudi;
c. Rambu portabel;
d. Kerucut pengaman;
e. Segitiga pengaman;
f. Dongkrak;
g. Pita pembatas (Police line);
h. Serbuk gergaji;
i. Sekop yang tidak menimbulkan api;
j. Lampu senter;
k. Warna kendaraan khusus;
l. Pedoman pengoperasian kendaraan yang baik untuk keadaan normal dan darurat;
m. Ganjal roda yang cukup kuat dan diletakan pada tempat yang mudah dijangkau oleh
pembantu pengemudi.
Penyimpanan B3

1. Belum ada peraturan yang mengatur tentang


penyimpanan B3
2. Sementara mengacu kepada LDK masing-masing B3
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan B3 :
a. Lokasi : bebas banjir dan tidak rawan bencana alam
b. Fasilitas bangunan : konstruksi sesuai dengan
karakteristik B3, terlindung dari air hujan dan sinar
matahari, penerangan dan ventilasi udara yang
memadai, memiliki saluran drainase dan bak
penampung , tersedia persyaratan dan penanganan
B3, serta Pengelompokan B3 didalam ruang
penyimpanan (tabel ketidaksesuaian)
Penyimpanan B3
c. Gudang penyimpanan B3: papan nama dan simbol
d. Kapasitas penyimpanan
e. Pengemasan dan wadah : disesuaikan dengan
karakteristik B3
f. Pelabelan dan Simbol B3 : paling sedikit memuat
keterangan mengenai :
 Penandaan produk
 Piktogram bahaya
 Kata sinyal
 Pernyataan bahaya
 Identitas penghasil
 Pernyataan kehati-hatian
 Penanganan bila terjadi tumpahan
Penyimpanan B3

g. Penempatan sesuai dengan karakteristik B3 :


pengelompokan dan penempatan sesuai dengan sifat
karakteristik B3 (warna kemasan dan tumpukan)
h. Peralatan K3 dan penanganan B3
i. Rambu / marka penandaan tanda keselamatan
j. Pencatatan keluar masuk B3 (log book)
CONTOH TEMPAT PENYIMPANAN B3
TEMPAT
PENYIMPANAN B3
BAHAN BAKU B3
BAHAN PENOLONG B3
Contoh : ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

helm Sarung Tangan Masker

Pelindung Mata Sepatu safety Baju safety


CONTOH : Peralatan Tanggap Darurat

Rubber Cone Segitiga Pengaman Spill Kit

Kotak P3K Stopper wheel APAR

Saw Dust
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai