Bangunan yang sangat panjang tidak dapat menahan deformasi akibat penurunan pondasi,
gempa, muai sudut, karena akumulasi gaya yang sangat besar pada dimensi bangunan yang
panjang, dan menyebabkan timbulnya retakan atau keruntuhan struktural. Oleh karenanya,
suatu bangunan yang besar perlu dibagi menjadi beberapa bangunan yang lebih kecil, dimana
tiap bangunan dapat bereaksi secara kompak dan kaku dalam menghadapi pergerakan bangunan
yang terjadi.
Karena bangunan tidak semuanya sama keadaan tanahnya, jadi jika bangunan sangat panjang,
maka akan memberikan beban mati dan beban hidup pada bangunan tersebut, seiring terjadinya
penambahan beban dalam perjalanan waktu, maka akan mengakibatkan penurunan bangunan
(settelement), sehingga akan terjadi keretakan pada kolom, balok, pelat, atap, dan finishing yang
lainnya.
Untuk menghindari bangunan yang sangat panjang, dan tanah yang tidak sama kekuataanya,
maka harus di buat sistem dilatasi dari bangunan tersebut.
Dilatasi dapat dilakukan dengan cara :
Dilatasi Kolom
Dilatasi kolom adalah suatu cara memisahkan bangunan yang panjang, dengan
membuat pemisah diantara kolom. Pemisah ini juga akan terjadi pada fondasi,
sloof, balok, pelat, pelat atap, dll.
Dilatasi Balok
Dilatasi ini dapat dibuat pada balok konsol pada bangunan satu, dan balok konsol
pada bangunan sebelahnya.
Balok kantilever dari bangunan satu bertemu dengan balok kantilever pada bangunan yang
lainnya.
Untuk mempertahankan jarak antara kolom yang sama, maka pada balok kantilever
diberi balok Gerber. Namun dilatasi dengan balok gerber ini jarang digunakan,
karena dikuatirkan akn lepas dan jatuh, jika mengalami deformasi arah horizontal
yang cukup besar (akibat beban gempa bumi).
4. Dilatasi dengan Konsol
Meskipun jarak antar kolom dapat dipertahankan tetap sama, namun akibat adanya
konsol, maka tinggi langit-langit di daerah dilatasi menjadi lebih rendah
dibandingkan dengan tinggi langit-langit pada bentang kolom berikutnya. Dilatasi
jenis ini banayak digunakan pada bangunan yang menggunakan konstruksi
prapabrikasi, di mana keempat sisi kolom diberi konsol untuk tumpuan balok
prapabrikasi.
CARA PEMASANGANNYA
Dalam satu komplek, misalkan deretan Ruko. Proses dilatasi dilakukan dengan membuat
struktur bangunan tidak memakai satu dinding sebagai pemisah. Jadi bangunan yang satu
memakai dinding sendiri dan bangunan sampingnya makai dinding sendiri. Sehingga
walaupun terlihat menyatu sebenarnya terpisah.
Ini dilakukan untuk mengurangi efek samping dari bencana gempa.
PENJELASAN:
Dilatasi bangunan biasanya diterapkan pada :
Bangunan yang mempunyai tinggi berbeda – beda. ( pertemuan antara bangunan
yang rendah dengan yang tinggi ).
Pemisah bangunan induk dengan bangunan sayap.
Bangunan yang memiliki kelemahan geometris.
Bangunan yang memiliki panjang >30m.
Bangunan yang berdiri diatas tanah yang kurang rata.
Bangunan yang ada didaerah gempa.
Bangunan yang mempunyai bentuk denah bangunan L, T, Z, O, H, dan U.
B. PENGERTIAN CORE
Sistem-sistem struktur pada bangunan merupakan inti kekokohannya bangunan di atas
permukaan tanah. Sistem struktur ini berfungsi menahan dan menyalurkan beban gaya
horizontal dan vertikal secara merata pada sistem-sistem struktur inti dan struktur pendukung,
sehingga bangunan dapat memikul beban horizontal dan vertikal maupun gaya lateral.
Sistem ini terdiri dari unsur bidang vetikal yang di perkuat dengan berat dinding itu sendiri,
sehingga mampu menahan gaya aksial lateral secara efisien. Sistem struktur dinding sejajar ini
digunakan pada bangunan-bangunan apartemen yang tidak membutuhkan ruang bebas yang
luas dan sistem-sistem mekanisnya tidak memerlukan struktur inti.
• Sistem struktur inti dan dinding pendukung (core and bearing walls)
Sistem ini berupa bidang vertikal yang membentuk dinding luar dan mengelilingi sebuah
struktur inti. Hal ini memungkinkan ruang interior terbuka yang bergantung pada kemampuan
bentangan dari struktur lantai. Sistem ini memuat sistem-sistem transportasi mekanis vertikal
serta menambah kekakuan bangunan.
• Sistem struktur boks berdiri sendiri (self supporting boxes)
Sistem ini merupakan unit tiga dimensi prefabrikasi yang menyerupai bangunan dinding
pendukung yang diletakan di suatu tempat dan di gabung dengan unit lainnya. Sebagai contoh
boks-boks ini di tumpuk seperti bata dengan pola “English Bond” sehingga tersusun seperti
balok dinding berselang-seling.
Pemikulan plat lantai dari sebuah inti pusat akan memungkinkan ruang bebas kolom yang
batas kekuatan platnya adalah batas besar ukuran bangunan. Sistem ini memerlukan banyak
besi, terutama apabila proyeksi pelat sangat besar. Kekakuan plat dapat di tingkatkan dengan
menggunakan teknik-teknik pratekan.
• Sistem struktur plat rata (flat slab)
Sistem ini terdiri dari bidang horizontal yang umumnya adalah plat lantai beton tebal dan rata
yang bertumpu pada kolom. Apabila tidak terdapat penebalan plat pada bagian atas kolom,
maka sistem ini di katakan sistem plat rata. Pada kedua sistem ini tidak terdapat balok yang
dalam (deep beam) sehingga tinggi lantai bisa minimum.
Sistem struktur rangka tinggi selantai yang terkantilever diterapkan pada setiap lantai antara
untuk memungkinkan ruang fleksibel di dalam dan di atas rangka. Ruangan yang berada di
dalam lantai rangka di atasnya dapat di gunakan sebagai wadah untuk kegiatan aktivitas
lainya.
• Sistem struktur gantung (suspension)
Sistem ini dapat memungkinkan penggunaan beban secara efisien dengan menggunakan
penggantungan sebagai pengganti kolom untuk memikul beban lantai. Kekuatan unsur tekan
pada sistem ini harus dikurangi sebab adanya bahaya tekuk, berbeda dengan unsur tarik yang
dapat mendaya gunakan kemampuan secara maksimal. Kabel-kabel ini dapat meneruskan
beban gravitasi ke rangka di bagian atas yang terkantilever dari inti pusat.
Rangka tinggi yang selantai disusun sedemikian rupa sehinga pada setiap lantai bangunan
dapat menumpangkan beban di bagian atas suatu rangka begitupun di bagian bawah rangka di
atasnya. Selain memikul beban vertikal, susunan rangka ini akan mengurangi tuntutan
kebutuhan ikatan angin dengan cara mengarahkan beban angin ke dasar bangunan melalui
struktur balok-balok dan plat lantai.
• Sistem struktur rangka kaku (rigid frame)
Sistem struktur ini terdiri dari kolom dan balok yang bekerja saling mengikat satu dengan
yang lainnya. Kolom sebagai unsur vertikal yang bertugas menerima beban dan gaya,
sedangkan balok sebagai unsur horizontal media pembagi beban dan gaya. Sistem ini biasanya
berbentuk pola grid persegi, organisasi grid serupa juga di gunakan untuk bidang horizontal
yang terdiri atas balok dan gelagar. Dengan keterpaduan rangka spasial yang bergantung pada
kekuatan kolom dan balok, maka tinggi lantai ke lantai dan jarak antara kolom menjadi
penentu pertimbangan rancangan.
• Sistem struktur rangka kaku dan inti (rigid frame and core)
Rangka kaku akan bereaksi terhadap beban lateral. Terutama melalui lentur balok dan kolom.
Perilaku demikian berakibat ayunan (drift) lateral yang besar sehingga pada bangunan dengan
ketinggian tertentu. Akan tetapi apabila di lengkapi dengan struktur inti, maka ketahanan
lateral bangunan akan sangat meningkat karena interaksi inti dan rangka. Sistem inti ini
memuat sistem-sistem mekanis dan transportasi vertikal.
Sistem ini terdiri dari gabungan rangka kaku (atau bersendi) dengan rangka geser vertikal
yang mampu memberikan peningkatan kekuatan dan kekakuan struktur. Rancangan sistem
struktur dapat berdasarkan pada penggunaan rangka untuk menahan beban gravitasi dan
rangka vertikal untuk beban angin yang serupa dengan rangka kaku dan inti.
• Sistem struktur rangka belt-trussed dan inti (belt-trussed frame and core)
Sistem struktur belt-trussed bekerja mengikat kolom fasade ke inti bangunan sehingga
meniadakan aksi terpisah rangka dan inti pengakuan ini dinamai “cap trussing” apabila berada
pada bagian atas bangunan, dan dinamai “belt-trussed” apabila berada di bagian bawahnya.
Dalam struktur ini, kolom dan balok eksterior di tempatkan sedemikian rapat sehingga fasade
menyerupai dinding yang diberi pelubangan (untuk jendela). Seluruh bangunan berlaku
sebagai tabung kosong yang terkantilever dari tanah. Inti interior (tabung) dapat
meningkatkan kekakuan bangunan dengan cara ikut memikul beban bersama kolom-kolom
fasade tersebut.
• Sistem struktur kumpulan tabung (bundled tube)
Sistem struktur ini dapat di gambarkan sebagai suatu kumpulan tabung-tabung terpisah yang
membantuk tabung multi-use. Pada sistem ini kekakuan akan bertambah. Sistem ini dapat
memungkinkan bangunan mencapai bentuk yang paling tinggi dan daerah lantai yang sangat
luas.
Artikel diatas memuat beberapa jenis sistem struktur bangunan tinggi yang di terapkan pada
beberapa bangunan tinggi di indonesia. Hal ini memungkinkan bangunan dapat bertahan
untuk dalam jangka waktu yang cukup panjang. Kita para Arsitektur di tuntut untuk harus tau
tentang beberapa jenis sistem struktur sebagai dasar untuk merancang bangunan.
Sedangkan untuk detail Sistem Struktur adalah tanggung jawab Teknik Sipil. Kita hanya
sebatas memahami dasar-dasarnya saja, dan informasi di atas sudah mencakup Sistem Struktur
Bangunan Tinggi yang harus di pahami.
Sekian info dari saya, semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman di dunia Teknik
Perancangan.
Menurut Juwana (2005), letak inti bangunan tinggi yang berbentuk menara (tower) berbeda
dengan bangunan yang berbentuk memanjang (slab) yaitu :
Bentuk bujur sangkar banyak digunakan untuk bangunan perkantoran dengan koridor
mengelilingi inti bangunan.
Contoh : Gedung Blok „G‟ DKI, Gedung Indosat, Wisma Bumi Putera di Jakarta dan One ParkPlaza
di Los Angleles Amerika Serikat.
Sedangkan untuk inti yang berada di tengah bangunan biasanya digunakan untuk fungsi
perkantoran. Contohnya adalah Wisma Indocement di Jakarta, Connaught Center(Jardine House)
di Hongkong, Rockefeller Center dan Chase Manhattan Bank di New York Amerika Serikat.
Selain itu, inti yang terletak di tengah bangunan memanjang memiliki banyak pola. Contohnya
adalah Kantor Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional) di Jakarta dan Gedung Phoenix-
Rheinrohr di Dusseldorf Jerman.
5. Inti pada bangunan dengan bentuk silang
Bangunan dengan bentuk „silang‟ dan „Y‟,‟T‟,‟H‟ atau „V‟, merupakan variasi dari
bangunan bentuk memanjang. Bentuk seperti ini dimaksudkan untuk mendapatkan luas lantai
tipikal yang cukup luas tetapi bangunan tetap dapat memanfaatkan paencahayaan alamiah.
Bangunan dengan bentuk ini banyak digunakan untuk fungsi hotel, apartemen dan perkantoran.
Salah satu contohnya adalah Gedung Patra Jasa di Jakarta.