Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus
Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus
Kelas : II B
Askeb Neonatus
Pada saat bayi baru lahir, bayi harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung
menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang
semula berada di lingkungan interna ke lingkungan eksterna. Saat ini bayi harus mendapat
oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasan sendiri yang baru. Mengatur suhu tubuh dan
melawan setiap penyakit atau infeksi, dimana semua fungsi ini dilakukan oleh plasenta.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut “Periode Transisi”. Periode ini
dapat berlangsung 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh bayi.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah sistem pernapasan. Sirkulasi dan sistem
termoregulasi, dan dalam kemampuan dalam mengambil dan menggunakan glukosa. Oleh
sebab itu, pada setiap kelahiran, bidan harus memikirkan tentang faktor-faktor antepartum,
intrapartum yang dapat menimbulkan masalah pada jam-jam pertama pertama kehidupan
luar rahim.
Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan , yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis,
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk : mengekuarkan cairan
dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama
kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus dapat surfaktan yang cukup dan aliran
darah ke paru-paru.
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui
jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas ke luar dari paru-
paru. Dengan beberapa kali tarika napas, tidak memenuhi ruangan trakhea dan
bronkus bayi, sisa cairan dalam paru akan dikeluarkan dan diserap oleh pembuluh
limfe dan darah. Oksigen yang memadai merupakan faktor yang sangat penting
dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Ika terdapat
hipoksia,pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasonkontriksi. Pengerutan
pembuluh darah ini menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan yang
memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan mempelancar
pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan
aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe
dan membantu menghilangkan cairan paru-paru yang dapat merangsang perubahan
sirkulasi janinmenjadi sirkulasi luar rahim.
Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan
atrium kanan menurun, hal ini karena berkurangnya aliran darah ke atrium, sehingga
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kejadian ini
membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.
d. Metabolisme glukosa
Untuk menfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Penjepitan
tali pusat lahir, mengharuskan bayi mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya
sendiri. Glukosa darah akan turun dalam waktu 1-2 jam. Bayi baru lahir yang tidak
dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari
glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup
dalam hati. Koreksi penurunan glukosa darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
Penggunaan ASI secepatnya
Penggunaan cadangan glikogen (glikogenelisis)
Pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glikoneogenesis)
Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa, glikogen terutama dalam hati,
selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Bila bayi hiportemia pada saat
lahir akan mengalami hipoksia dan menggunakan persediaan glikogen dalam jam
pertama kelahiran. Jika persediaan digunakan pada jam pertama maka otak bayi
dalam keadaan beresiko, terutama bayi lahir kurang bulan, lewat bulan, hambatan
dalam rahim dan distres janin merupakan resiko utama. Gejala hipoglikemia bisa
tidak jelas dan tidak khas dapat meliputi kejang-kejang halus, sianosis, apnea, tangis
lemah,letargi, lunglai dan menolak makan. Akibat jangka panjang hipoglikemia
adalah kerusakan yang meluas di seluruh sel otak.
e. Sistem gastrointestinal
Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk pada sat lahir.
Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan
menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi. Hubungan antara
eshopagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang berakibat gumoh.
Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat
sesuai pertumbuhan janin.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir dengan kekebalan
pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan
terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupan anak.
Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem ke
reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai. Oleh karena
itu, pencegahan terhadap mikroba ( seperti praktek pada persalinan yang aman dan
menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini
infeksi sangat penting. (askeb neonatus bayi dan anak balita,2011)
Persalinan aman dan bersih merupakan salah satu pilar safe motherhood. Bersih artinya
bebas dari infeksi. Unfeksi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan
penyebab utama kedua kematian ibu dan perinatal. Di negara-negara maju umumnya
perempuan hamil dalam keadaan sehat dan bergizi baik. Persalinan terjadi di rumah sakit
atau rumah sakit bersalin yang telah menjalankan praktik pencegahan infeksi dengan baik.
Jika diperlukan tindakan, misalnya seksio sesarea, pembedahannya berlangsung singkat dan
biasanya tanpa komplikasi. Katerisasi urin, jika perlu hanya sebentar. Umumnya tidak
diperlukan antibiotik sistemik dan tidak memerlukan perawatan lama sebelumpersalinan.
Dengan demikian, infeksi nosokomial atau dengan organisme yang kebal terhadap banyak
obat menjadi rendah. Di samping itu, karena umumnya perempuan hamil mengunjungi klinik
antenatal lebih dini dan diimunisasi secara lengkap, resiko infeksi pada janin dan bayi baru
lahir juga rendah.
Di negara berkembang seperti indonesia masih sekitar 80% perempuan hamil melahirkan di
rumah dengan asuhan antenatal yang sangat terbatas. Mereka kekurangan gizi dan anemik.
Kalau diperlukan tindakan di rumah sakit, masalah jarak, transportasi, dan keadaan sosial
ekonomi menjadi penghambat, sehingga sering perempuan hamil tiba di rumah sakit sudah
terlambat atau dekat dengan kematian. Tingkat infeksi pasca pembedahan tinggi (15-60)%,
dengan infeksi luka dan komplikasi serius sering terjadi. Ditambah pula dengan kemungkinan
infeksi HIV/AIDS timbulnya kembali tuberkulosis dan infeksi nosokomial lainnya.
Infeksi maternal
Kurang lebih 150 tahun yang lalu semmelweis dan holmes menyatakan bahwa demam dan
sepsis puerpuralis disebarkan dari seorang perempuan kepada perempuan lain melalui
tangan dokter. Penjangkitan penyakit ini dapat dicegah dengan melakukan cuci tangan
sebelum bersalin dengan air limau yang diklorinasi dan mendidihkan semua instrumen dan
perabotan setelah digunakan oleh seseorang perempuan dengan infeksi pascapersalinan.
Endometritis akut merupakan infeksi pascapersalinan yang banyak terjadi. Seksio sesarea
merupakan faktor terpenting yang memeberi sumbangan pada frekuensi dan keparahan
endometritis pascapersalinan yaitu sebesar 10 kali lebih besar jika dibandingkan dengan
melahirkan pervaginam.
Infeksi lain adalah sayatan bedah atau infeksi bedah atau infeksi luka, karena kontaminasi
langsung dari area sayatan dengan organisme pada rongga uterus pada saat pembedahan.
Faktor predisposisi untuk infeksi luka adalah permpuan yang mempunyai vaginosis bakterial,
diseksio sesarea sewaktu kala II persalinan, atau didiagnosis korioamnionitis sebelum
kelahiran.
Infeksi meternal lainnya jarang, termasuk infeksi saluran kencing nosokomial, infeksi
episiotomi, pneumonia nosokomial, septikemia, dan infeksi payudara (masitis)
Infeksi janin dan neonatus digolongkan pada infeksi in utero (transplasenta), sewaktu
melalui jalan lahir (transmisi vertikal), atau sewaktu masa neonatal (dalam 28 hari pertama
setelah lahir).
Infeksi in utero disebabkan oleh virus (sitomegalovirus, rubela, varisela, HIV, parovirus),
protozoa (toksoplasma gondii), dan bakteria (sifilis kongenital). Infeksi itrapartum dan infeksi
bayi baru lahir pascapersalinan disebabkan oleh virus (hepatitis B, hepatitis C, HIV, virus
herpes simpleks, human papilloma virus, parovirus) bakteria (E.koli, streptokokus B, jamur,
konjungtivis karena klamidia, gonorea, listeria monitogenes, dan sejumlah basil anaerob
gram negatif). Beberapa organisme lain dapat menginfeksi bayi baru lahir selama bulan
pertama kehidupan, yaitu virus (sitomegalovirus, enterovirus, rinovirus), protozoa (malaria),
dan bateria (tuberkulosis dan tetanus).
Upaya pencegahan telah berhasil mengurangi resiko infeksi janin dan bayi baru lahir di
negara-negara berkembang. Pencegahan yang dilakukan antara lain adalah imunisasi
maternal (tetanus, rubela, varisela, hepatitis B), pengobatan antenatal terhadap sifilis
maternal, gonorea,klamidia, penggunaan profilaksis obat tetes mata pasca lahir untuk
mencegah konjungtivis karena klamida, gonorea, dan jamur, pengobatan profilaksis
perempuan hamil yang beresiko terhadap penyakit grup B streptokukus, dan pengobatan
dengan obat antiretroviral (ARV) maternal (antenatal dan intrapartum) dan bayi baru lahir
(pasca lahir) untuk mencegah HIV.
Persalinan pervaginam tidak memerlukan keadaan aseptik seperti kamar bedah. Namun,
perlu pendekatan “3 bersih” yaitu membuat tangan , area perinetal, dan area umbilikal
bersih selama dan sesudah persalinan. Kit persalinan yang bersih akan
membantumemperbaiki keamanan persalinan di rumah untuk ibu dan bayi baru lahir.
Menguunakan sepasang sarung tangan periksa yang bersih atau sarung tangan
bedah yang didesinfeksi tingkat tinggi yang sudah diproses ulang untuk setiap
pemeriksaan.
Hindari mendorong ujung jari pemeriksa pada pembukaan serviks sampai persalinan
aktif terjadi atau sampai diputuskan untuk melakukan induksi persalinan.
Batasi pemeriksaan dalam.
Persalinan pervaginam
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk menurunkan resiko infeksi maternal sebelum dan
selama persalinan telah diuraikan dengan rinci dalam BAB Asuhan Persalinan Normal. Oleh
karena itu, hal-hal tersebut tidak diuraikan lagi dalam bagian ini.
Beberapa hal khusus yang membedakan seksio sesarea dengan prosedur bedah umum
adalah sebagai berikut :
Operator dan asistennya harus memakai pelindung muka (atau masker dan googles)
dan apron plastik atau karet di atas baju opersinya, karena dapat terjadi terciprat
darah atau cairan amnion yang berdarah.
Dianjurkan memakai sarung tangan rangkap, khusunya kalau memakai sarung
tangan bedah steril yang diproses ulang atau DTT.
Harus diberi sefalosporin generasi pertama atau kedua secara intravena setelah tali
pusat diklem kalau seksio sesarea itu beresiko.
Petugas kesehatan uang menerima bayi harus mencuci tangannya dan memakai
sarung tangan periksa bersih atau di DTT sebelum menangani bayi.
Bayi harus ditempatkan pada handuk bersih atau steril sebelum diteruskan pada
petugas kesehatan yang merawat bayi.
Jika serviks masih tertutup dan ketuban bulum pecah sebelum dilakukan seksio sesarea.
Lebarkan serviks dari vagina secukupnya untuk membiarkan keluarnya darah dan
lokia setekah bayi dan plasenta lahir.
Masukkan jari yang bersarung tangan ke dalam serviks hanya satu kali untuk
melebarkannya.
Untuk meminimalkan infeksi luka pasca bedah lakukan hal-hal sebagai berikut :
Meminimalkan resiko infeksi bayi baru lahir dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pakai sarung tangan dan apron plastik atau karet kalau menangani bayi, sampai
darah mekonium, atau cairan amnion dibersihkan dari kulit bayi.
Bersihkan darah dan cairan tubuh lainnya secara hati-hati dengan menggunakan
kapas yang dicelupkan kedalam air hangat diikuti dengan pengeringan kulit.
Cuci tangan sebelum memegang atau merawat bayi, atau dapat digunakan produk
antiseptik berbasis alkohol tak berair.
Tunda membersihkan bayi baru lahir sampai suhunya stabil, yang sangat penting
adalah membersihkan area bokong dan perineal.
Masker tidak diperlukan sewaktu manangani bayi.
Secara umum perawatan tali pusat adalah :
- Cuci tangan atau pakai antiseptik pencuci tangan sebelum dan sesudah
perawatan tali pusat.
- Tali pusat harus bersih dan kering.
- Jangan tutupi tali pusat dengan gurita.
- Popok dilipat di bawah puntung tali pusat.
- Jika puntung pusat kotor, bersikan dengan air matang lalu keringkan dengan
kain bersih.
- Jika puntung tali pusat merah atau bernanah, bawa bayi ke klinik secepatnya.
(sarwono,edisi ke 4)
C. RAWAT GABUNG KONSEP ASUHAN NEONATUS, ANAK BAYI, DAN BALITA.
Rawat gabung atau rooming in adalah suatu sistem perawatan di mana bayi serta ibu
dirawwat dalam satu unit. Dalam pelaksanaanya bayi harus selalu berada disamping ibu
sejak segera setelah dilahirkan sampaipulang. Ini bukan suatu yang baru. Di indonesia
persalinan 80% terjadi di rumah dan bayinya langsung di rawat gabung. Untuk persalinan di
rumah sakit terdapat modifikasi dalam praktek bahwa pada saat kunjungan bayi
ditempatkan dalam suatu station bayi agar tidak ada kontaminsai dengan pengunjung.
Station bayi dibuat dengan dinding kaca agar pengunjung dapat melihat bayi.
Di ruangan perawatan: bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi yang ditempatkan
di samping tempat tidur ibu. Pada waktu berkumjung bayi dan tempat tidurnya
dipindahkan ke ruangan lain; perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi
dan dapat dikenali keadaan-keadaan yangtidak normal serta kemudian melaporkan
kepada dokter jaga; bayi boleh menyusu sewaktu ia menginginkan; bayi tidak boleh
diberi susu dari botol. Bila ASI masih kurang, boleh menambahkan air putih atau
susu formula dengan sendok; ibu harus dibantu untuk dapat menyusui bayinya
dengan baik, juga merawat payudaranya; keadaan bayi sehari-hari dicatat dalam
status P3-ASI; bila bayi sakit/perlu observasi lebih teliti, bayi dipindahkan ke ruang
perawatanbayi baru lahir; bila ibu dan bayi boleh pulang, sekali lagi diberi
penerangan tentang cra-cara merawat bayidan pemberian ASI serta perawatan
payudara dan makanan ibu menyusui. Kepada ibu diberikan leafet mengenai hal
tersebut dan dipesan untuk memeriksakan bayinya 2 minggu kemudian: status P3-
ASI setelah dilengkapi, dikembalikan ke ruangan follow up.
Pihak bayi
Harus selalu diusahakan si ibu mendatangi bayi untuk menimbulkan kontak antara
ibu dan bayi. Berikan kesempatan pada si ibu untuk menyusui bila keadaan bayi
memungkinkan. Bila bayi belum mampu, maka ASI dipompa dan diberikan pada bayi
dengan sendok atau pipet. Di sini pengertian dan kesabaran petugas kesehatan di
ruang perawatan bayi merupakan faktor penentu yang penting. Dituntut sikap yang
sangat positif dari petugas kesehatan.