Anda di halaman 1dari 12

Nama : Nur Azizah

Kelas : II B

Askeb Neonatus

A. ADAPTASI BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEHIDUPAN LUAR UTERUS.

Pada saat bayi baru lahir, bayi harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung
menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang
semula berada di lingkungan interna ke lingkungan eksterna. Saat ini bayi harus mendapat
oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasan sendiri yang baru. Mengatur suhu tubuh dan
melawan setiap penyakit atau infeksi, dimana semua fungsi ini dilakukan oleh plasenta.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut “Periode Transisi”. Periode ini
dapat berlangsung 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh bayi.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah sistem pernapasan. Sirkulasi dan sistem
termoregulasi, dan dalam kemampuan dalam mengambil dan menggunakan glukosa. Oleh
sebab itu, pada setiap kelahiran, bidan harus memikirkan tentang faktor-faktor antepartum,
intrapartum yang dapat menimbulkan masalah pada jam-jam pertama pertama kehidupan
luar rahim.

a. Perubahan sistem pernapasan


Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx, yang bercabang
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini
terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar 8 tahun sampai jumlah bronkiolus
dan alveolus akan sepenuhnya berkembang , walaupun janin memperlihatkan
adanya bukti gerakan napas sepanjang trimester kedua dan ketiga .

Ketidakmatangan paru-paru terutama akan mengurangi peluang kelangsungan


hidup bayi baru lahir sebelum usia 24 minggu yang disebabkan oleh keterbatasan
permukaan aveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak
mencukupinya jumlah surfaktan.

Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi :


Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak.

Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan , yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis,
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk : mengekuarkan cairan
dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama
kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus dapat surfaktan yang cukup dan aliran
darah ke paru-paru.

Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan


meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu kehamilan. Surfaktan ini
mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan. Tanpa surfaktan, alveoli akan
kolaps setiap saat setelah akhir pernapasan yang menyebabkan sulit bernapas.
Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen
dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.

Bayi cukup bulan, mempunyai cairan dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui
jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas ke luar dari paru-
paru. Dengan beberapa kali tarika napas, tidak memenuhi ruangan trakhea dan
bronkus bayi, sisa cairan dalam paru akan dikeluarkan dan diserap oleh pembuluh
limfe dan darah. Oksigen yang memadai merupakan faktor yang sangat penting
dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Ika terdapat
hipoksia,pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasonkontriksi. Pengerutan
pembuluh darah ini menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan yang
memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan mempelancar
pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan
aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe
dan membantu menghilangkan cairan paru-paru yang dapat merangsang perubahan
sirkulasi janinmenjadi sirkulasi luar rahim.

b. Sistem peredaran darah


Setelah lahir, darah bayi harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk
membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi
dua perubahan besar :
 Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
 Penutupan duktus arteriosus antara paru-paru dan aorta.

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah :

Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan
atrium kanan menurun, hal ini karena berkurangnya aliran darah ke atrium, sehingga
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kejadian ini
membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.

Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan


meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pertama ini menimbulkan relaksasi
dan terbukanya sisitem pembuluh darah paru-paru.

Peningkatan irkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan tekanan atrium


kanan dan penurunan tekanan pada atrium kiri, sehingga foramen ovale secara
fungsional akan menutup.

Dengan pernapasan, kadar oksigen dalam darah meningkat, mengakibatkan duktus


arteriosus mengalami kontriksi dan menutup. Vena umbilikus, duktus venosus dan
arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit
setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi fibrosa berlangsung
dalam 2-3 bulan.

c. Sistem pengaturan suhu


1) Pengaturan suhu
Bayi baru lahir dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan suhu lingkungan. Pada saat
bayi meninggalkan lingkungan. Rahim ibu yang sangat , bayi tersebut
kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin,
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan
darah bayi walaupun bayi kedinginan tidak akan terlihat menggigil.hal ini
dikarenakan penggunaan lemak coklat yang mampu meningkatkan panas
tubuh sampai 100%. Semua ini dibutuhkan glukosa untuk mengubah
menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi dan
akan habis dalam waktu yang singkat dengan adanya stres dingin, sehingga
bayi akan mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asisdosis. Pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama. Pada lingkungan yang dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi yang kedinginan untuk mnedapatkan kembali suhu tubuhnya.

2) Mekanisme kehilangan panas


Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui beberapa cara :
 Evaporasi, yaitu penguapan cairan air ketuban pada permukaan
tubuh bayi.
 Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin.
 Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin.
 Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu-suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

d. Metabolisme glukosa
Untuk menfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Penjepitan
tali pusat lahir, mengharuskan bayi mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya
sendiri. Glukosa darah akan turun dalam waktu 1-2 jam. Bayi baru lahir yang tidak
dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari
glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup
dalam hati. Koreksi penurunan glukosa darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
 Penggunaan ASI secepatnya
 Penggunaan cadangan glikogen (glikogenelisis)
 Pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glikoneogenesis)

Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa, glikogen terutama dalam hati,
selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Bila bayi hiportemia pada saat
lahir akan mengalami hipoksia dan menggunakan persediaan glikogen dalam jam
pertama kelahiran. Jika persediaan digunakan pada jam pertama maka otak bayi
dalam keadaan beresiko, terutama bayi lahir kurang bulan, lewat bulan, hambatan
dalam rahim dan distres janin merupakan resiko utama. Gejala hipoglikemia bisa
tidak jelas dan tidak khas dapat meliputi kejang-kejang halus, sianosis, apnea, tangis
lemah,letargi, lunglai dan menolak makan. Akibat jangka panjang hipoglikemia
adalah kerusakan yang meluas di seluruh sel otak.

e. Sistem gastrointestinal
Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk pada sat lahir.
Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan
menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi. Hubungan antara
eshopagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang berakibat gumoh.
Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat
sesuai pertumbuhan janin.

f. Sistem kekebalan tubuh


Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang
akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri
dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.

Beberapa kekebalan alami : perlindungan oleh kulit membran mukosa , fungsi


saluran napas, pembentukan koloni mikrobaoleh kulit dan usus. Perlindungan kimia
oleh lingkungan asam lambung. Kekebalan alami disediakan pada tingkat sel oleh sel
darah yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing.

Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir dengan kekebalan
pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan
terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupan anak.
Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem ke
reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai. Oleh karena
itu, pencegahan terhadap mikroba ( seperti praktek pada persalinan yang aman dan
menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini
infeksi sangat penting. (askeb neonatus bayi dan anak balita,2011)

B. PENCEGAHAN INFEKSI MATERNAL DAN NEONATAL

Persalinan aman dan bersih merupakan salah satu pilar safe motherhood. Bersih artinya
bebas dari infeksi. Unfeksi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan
penyebab utama kedua kematian ibu dan perinatal. Di negara-negara maju umumnya
perempuan hamil dalam keadaan sehat dan bergizi baik. Persalinan terjadi di rumah sakit
atau rumah sakit bersalin yang telah menjalankan praktik pencegahan infeksi dengan baik.
Jika diperlukan tindakan, misalnya seksio sesarea, pembedahannya berlangsung singkat dan
biasanya tanpa komplikasi. Katerisasi urin, jika perlu hanya sebentar. Umumnya tidak
diperlukan antibiotik sistemik dan tidak memerlukan perawatan lama sebelumpersalinan.
Dengan demikian, infeksi nosokomial atau dengan organisme yang kebal terhadap banyak
obat menjadi rendah. Di samping itu, karena umumnya perempuan hamil mengunjungi klinik
antenatal lebih dini dan diimunisasi secara lengkap, resiko infeksi pada janin dan bayi baru
lahir juga rendah.

Di negara berkembang seperti indonesia masih sekitar 80% perempuan hamil melahirkan di
rumah dengan asuhan antenatal yang sangat terbatas. Mereka kekurangan gizi dan anemik.
Kalau diperlukan tindakan di rumah sakit, masalah jarak, transportasi, dan keadaan sosial
ekonomi menjadi penghambat, sehingga sering perempuan hamil tiba di rumah sakit sudah
terlambat atau dekat dengan kematian. Tingkat infeksi pasca pembedahan tinggi (15-60)%,
dengan infeksi luka dan komplikasi serius sering terjadi. Ditambah pula dengan kemungkinan
infeksi HIV/AIDS timbulnya kembali tuberkulosis dan infeksi nosokomial lainnya.

Infeksi maternal

Kurang lebih 150 tahun yang lalu semmelweis dan holmes menyatakan bahwa demam dan
sepsis puerpuralis disebarkan dari seorang perempuan kepada perempuan lain melalui
tangan dokter. Penjangkitan penyakit ini dapat dicegah dengan melakukan cuci tangan
sebelum bersalin dengan air limau yang diklorinasi dan mendidihkan semua instrumen dan
perabotan setelah digunakan oleh seseorang perempuan dengan infeksi pascapersalinan.

Endometritis akut merupakan infeksi pascapersalinan yang banyak terjadi. Seksio sesarea
merupakan faktor terpenting yang memeberi sumbangan pada frekuensi dan keparahan
endometritis pascapersalinan yaitu sebesar 10 kali lebih besar jika dibandingkan dengan
melahirkan pervaginam.

Infeksi lain adalah sayatan bedah atau infeksi bedah atau infeksi luka, karena kontaminasi
langsung dari area sayatan dengan organisme pada rongga uterus pada saat pembedahan.
Faktor predisposisi untuk infeksi luka adalah permpuan yang mempunyai vaginosis bakterial,
diseksio sesarea sewaktu kala II persalinan, atau didiagnosis korioamnionitis sebelum
kelahiran.

Infeksi meternal lainnya jarang, termasuk infeksi saluran kencing nosokomial, infeksi
episiotomi, pneumonia nosokomial, septikemia, dan infeksi payudara (masitis)

Infeksi janin dan neonatus

Infeksi janin dan neonatus digolongkan pada infeksi in utero (transplasenta), sewaktu
melalui jalan lahir (transmisi vertikal), atau sewaktu masa neonatal (dalam 28 hari pertama
setelah lahir).
Infeksi in utero disebabkan oleh virus (sitomegalovirus, rubela, varisela, HIV, parovirus),
protozoa (toksoplasma gondii), dan bakteria (sifilis kongenital). Infeksi itrapartum dan infeksi
bayi baru lahir pascapersalinan disebabkan oleh virus (hepatitis B, hepatitis C, HIV, virus
herpes simpleks, human papilloma virus, parovirus) bakteria (E.koli, streptokokus B, jamur,
konjungtivis karena klamidia, gonorea, listeria monitogenes, dan sejumlah basil anaerob
gram negatif). Beberapa organisme lain dapat menginfeksi bayi baru lahir selama bulan
pertama kehidupan, yaitu virus (sitomegalovirus, enterovirus, rinovirus), protozoa (malaria),
dan bateria (tuberkulosis dan tetanus).

Pencegahan infeksi janin dan bayi baru lahir

Upaya pencegahan telah berhasil mengurangi resiko infeksi janin dan bayi baru lahir di
negara-negara berkembang. Pencegahan yang dilakukan antara lain adalah imunisasi
maternal (tetanus, rubela, varisela, hepatitis B), pengobatan antenatal terhadap sifilis
maternal, gonorea,klamidia, penggunaan profilaksis obat tetes mata pasca lahir untuk
mencegah konjungtivis karena klamida, gonorea, dan jamur, pengobatan profilaksis
perempuan hamil yang beresiko terhadap penyakit grup B streptokukus, dan pengobatan
dengan obat antiretroviral (ARV) maternal (antenatal dan intrapartum) dan bayi baru lahir
(pasca lahir) untuk mencegah HIV.

Menurunkan resiko infeksi maternal dan neonatal

Selama persalinan dan kelahiran pervaginam

Persalinan pervaginam tidak memerlukan keadaan aseptik seperti kamar bedah. Namun,
perlu pendekatan “3 bersih” yaitu membuat tangan , area perinetal, dan area umbilikal
bersih selama dan sesudah persalinan. Kit persalinan yang bersih akan
membantumemperbaiki keamanan persalinan di rumah untuk ibu dan bayi baru lahir.

Persalinan pervaginam berhubungan dengan sejumlah faktor yang meningkatkan resiko


terhadap endometritis dan infeksi saluran kencing. Termasuk ketuban pecah lama, trauma
jalan lahir, pengeluaran plasenta secra manual, episiotomi, dan persalinan forseps tengah.
Faktor lain yang berhubungan dengan peningkatan resiko infeksi maternal adalah
pemeriksaan dalam atau pemeriksan vagina.

Untuk mengurangi resiko ini perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :

 Menguunakan sepasang sarung tangan periksa yang bersih atau sarung tangan
bedah yang didesinfeksi tingkat tinggi yang sudah diproses ulang untuk setiap
pemeriksaan.
 Hindari mendorong ujung jari pemeriksa pada pembukaan serviks sampai persalinan
aktif terjadi atau sampai diputuskan untuk melakukan induksi persalinan.
 Batasi pemeriksaan dalam.

Persalinan pervaginam
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk menurunkan resiko infeksi maternal sebelum dan
selama persalinan telah diuraikan dengan rinci dalam BAB Asuhan Persalinan Normal. Oleh
karena itu, hal-hal tersebut tidak diuraikan lagi dalam bagian ini.

Persalinan dengan seksio sesarea

Beberapa hal khusus yang membedakan seksio sesarea dengan prosedur bedah umum
adalah sebagai berikut :

 Operator dan asistennya harus memakai pelindung muka (atau masker dan googles)
dan apron plastik atau karet di atas baju opersinya, karena dapat terjadi terciprat
darah atau cairan amnion yang berdarah.
 Dianjurkan memakai sarung tangan rangkap, khusunya kalau memakai sarung
tangan bedah steril yang diproses ulang atau DTT.
 Harus diberi sefalosporin generasi pertama atau kedua secara intravena setelah tali
pusat diklem kalau seksio sesarea itu beresiko.
 Petugas kesehatan uang menerima bayi harus mencuci tangannya dan memakai
sarung tangan periksa bersih atau di DTT sebelum menangani bayi.
 Bayi harus ditempatkan pada handuk bersih atau steril sebelum diteruskan pada
petugas kesehatan yang merawat bayi.

Jika ketuban pecah lama atau terdapat sindroma infeksi intraamniotik :

 Hindarkan masuknya cairan amnion ke dalam rongga abdomen.


 Tempatkan handuk steril yang terlipat dan basah di setiap sisi uterus untuk
menyerap sebanyak mungkin cairan amnion yang terkontaminasi.
 Kalau cairan amnion atau mekonium masuk ke rongga abdomen banyak, handuk
dikeluarkan dan rongga abdomen dibersihkan dengan larutan garam isotonik.
 Jangan melakukan ekplorasi rongga peritoneum, kecuali kalau mutlak diperlukan.

Jika serviks masih tertutup dan ketuban bulum pecah sebelum dilakukan seksio sesarea.

 Lebarkan serviks dari vagina secukupnya untuk membiarkan keluarnya darah dan
lokia setekah bayi dan plasenta lahir.
 Masukkan jari yang bersarung tangan ke dalam serviks hanya satu kali untuk
melebarkannya.

Untuk meminimalkan infeksi luka pasca bedah lakukan hal-hal sebagai berikut :

 Jangan dicukur sebelum pembedahan.


 Buat sayatan dengan skalpel, bukan dengan elektrokauterisasi.
 Setelah fasia ditutup, guyur luka dengan NaCl isitonik, kemudian keringkan.
 Tutp pinggiran kulit dengan teknik subkutikular.
Perawatan ibu pascapersalinan

Untuk meminimalkan infeksi nosokomial pada ibu pascapersalinan perhatikan hal-hal


sebagai berikut :

 Gunakan sarung tangan pemeriksaan sewaktu membersihkan perineum, menyentuh


lokia, atau episiotomi.
 Pada waktu ibu pasca persalinan dini, yakinkan ibu dapat berkemih tanpa kesukaran.
 Ajar ibu bagaimana membersihkan daerah perineum dengan air matang sesudah
mengganti korek atau buang air.
 Jika ibu menyusui, ajari ia merawat payudara dan putingsusu untuk mencegaj infeksi
(masitis).
 Jika persalinan dengan seksio sesarea, untuk mencegah masalah pernapasan dalam
masa pascapersalinan, hati-hati menggunakan obat, segera mobilisasi dan tarik
napas dalam sering-sering, dalam 12 jam pertama ibu boleh berjalan.
 Jika persalinan dengan seksio sesarea dan memakai kateter menetap, untuk
mencegah masalah urinisasi, periksa bahwa urin teatp mengalir dan penampungan
terpasang baik, dan cabut kateter pada 6-8 jam.

Perawatan pascalahir bayi

Meminimalkan resiko infeksi bayi baru lahir dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

 Pakai sarung tangan dan apron plastik atau karet kalau menangani bayi, sampai
darah mekonium, atau cairan amnion dibersihkan dari kulit bayi.
 Bersihkan darah dan cairan tubuh lainnya secara hati-hati dengan menggunakan
kapas yang dicelupkan kedalam air hangat diikuti dengan pengeringan kulit.
 Cuci tangan sebelum memegang atau merawat bayi, atau dapat digunakan produk
antiseptik berbasis alkohol tak berair.
 Tunda membersihkan bayi baru lahir sampai suhunya stabil, yang sangat penting
adalah membersihkan area bokong dan perineal.
 Masker tidak diperlukan sewaktu manangani bayi.
 Secara umum perawatan tali pusat adalah :
- Cuci tangan atau pakai antiseptik pencuci tangan sebelum dan sesudah
perawatan tali pusat.
- Tali pusat harus bersih dan kering.
- Jangan tutupi tali pusat dengan gurita.
- Popok dilipat di bawah puntung tali pusat.
- Jika puntung pusat kotor, bersikan dengan air matang lalu keringkan dengan
kain bersih.
- Jika puntung tali pusat merah atau bernanah, bawa bayi ke klinik secepatnya.
(sarwono,edisi ke 4)
C. RAWAT GABUNG KONSEP ASUHAN NEONATUS, ANAK BAYI, DAN BALITA.

Rawat gabung atau rooming in adalah suatu sistem perawatan di mana bayi serta ibu
dirawwat dalam satu unit. Dalam pelaksanaanya bayi harus selalu berada disamping ibu
sejak segera setelah dilahirkan sampaipulang. Ini bukan suatu yang baru. Di indonesia
persalinan 80% terjadi di rumah dan bayinya langsung di rawat gabung. Untuk persalinan di
rumah sakit terdapat modifikasi dalam praktek bahwa pada saat kunjungan bayi
ditempatkan dalam suatu station bayi agar tidak ada kontaminsai dengan pengunjung.
Station bayi dibuat dengan dinding kaca agar pengunjung dapat melihat bayi.

Tujuan rawat gabung :


1. Bantuan emosional. Setelah menunggu selama sembilan bulan dan setelah lelah
dalam proses persalinan si ibu akan sangat senang bahagia bila dekat bayi. Si ibu
dapat membelai-belai bayi, mendengar tangis bayi, mencium-cium dan
memperhatikan bayinya yang tidur disampingnya. Hubungan kedua makhluk ini
sangat penting untuk saling mengenal terutama pada hari-hari pertama setelah
persalinan. Bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelmbutan, dan
dan kasih sayang.
2. Penggunaan air susu ibu. ASI adalah makanan bayi yang terbaik. Produksi ASI akan
lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara
menetekkan bayi sejak bayi lahir hingga selam mungkin. Pada hari-hari pertama,
yang keluar adalah kolostrum yang jumlahnya sedikit. Tidak perlu khawatir bahwa
bayi akan kurang minum, karena bayi harus kehilangan cairan pada hari-hari
pertama dan absorpsi usus juga sangat terbatas.
3. Pencegahan infeksi. Pada tempat perawatan bayi dimana banyak bayi disatukan,
infeksi silang sulit hindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah mencegah infeksi
silang. Kolostrum yang mnegandung antibodi dalam jumlah tinggi, akan melapisi
seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi
sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah
infeksi, terutama pada diare.
4. Pendidikan kesehatan, kesempatan melaksanakan rawat gabung dapat
dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama
primipara. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali pusat,
perawatan payudara dan nasihat makanan yang baik, merupakan bahan-bahan yang
diperlukan si ibu. Keinginanibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi
dan merawat sendiri akan mempercepat mobilisasi, sehingga ibuakan lebih cepat
pulih dari persalinan.

Pelaksanaan rawat gabung


Sebagai pedoman penatalaksanaanrawat gabung telah disusun tata kerja sebagai
berikut :
Di poliklinik kesehatan : memberikan penyuluhan mengenai kebaikan ASI dan rawat
gabung; memberikan penyuluhan mengenai perawatan payudara, makana ibu
hamil, nifas, perawatan bayi, dan lain-lain ; mendemonstrasikan pemutaran film,
slide mengenai cara-cara merawat payudara, mamandikan bayi, merawat tali pusat,
keluarga berencana dan sebagainya; mengadakan ceramah, tanya jawab dan
memotivasi keluarga berencana; menyelenggarakan senam hamil dan nifas;
membantu ibu-ibu yang mempunyai masalah- masalah dalam hal kesehatan ibu dan
anak sesuai dengan kemampuan; membuat laporan bulanan mengenai jumlah
pengunjung, aktivitas, hambatan, dan lain-lain.

Di kamar bersalin : bayi yang memenuhi syarat perawatan bergabung dilakukan


perawatan bayi baru lahirseperti biasa. Adapun kriteria yang diambil sebagai syarat
untuk dapat dirawat bersama ibunya adalah: - nilai apgar lebih dari 7: berat badan
lebih dari 2.500, kurang dari 4000 gram: masa kehamilan lebih dari 36 minggu,
kurang dari 42 minggu; lahir spontan presentasi kepala : tanpa infeksi antepartum;
ibu sehat. Dalam jam pertama setelah lahir, byi segera disusukan kepada ibunya
untuk merangsang pengeluaran ASI; memberikan penyuluhan di poliklinik; mengisi
status P3-ASI secara lengkap dan benar. Catat pada lembaran pengawasan, jam
berapa bayi baru lahir dan jam berapa bayi disusukan kepada ibunya; persiapan agar
ibu dan bayinya dapat bersama-sama ke ruangan.

Di ruangan perawatan: bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi yang ditempatkan
di samping tempat tidur ibu. Pada waktu berkumjung bayi dan tempat tidurnya
dipindahkan ke ruangan lain; perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi
dan dapat dikenali keadaan-keadaan yangtidak normal serta kemudian melaporkan
kepada dokter jaga; bayi boleh menyusu sewaktu ia menginginkan; bayi tidak boleh
diberi susu dari botol. Bila ASI masih kurang, boleh menambahkan air putih atau
susu formula dengan sendok; ibu harus dibantu untuk dapat menyusui bayinya
dengan baik, juga merawat payudaranya; keadaan bayi sehari-hari dicatat dalam
status P3-ASI; bila bayi sakit/perlu observasi lebih teliti, bayi dipindahkan ke ruang
perawatanbayi baru lahir; bila ibu dan bayi boleh pulang, sekali lagi diberi
penerangan tentang cra-cara merawat bayidan pemberian ASI serta perawatan
payudara dan makanan ibu menyusui. Kepada ibu diberikan leafet mengenai hal
tersebut dan dipesan untuk memeriksakan bayinya 2 minggu kemudian: status P3-
ASI setelah dilengkapi, dikembalikan ke ruangan follow up.

Syarat rawat gabung


Pada prinsipnya syarat rawat gabung adalah di mana si ibu maupun menyusui dan si
bayi mampu untuk menyusu. Kemampuan si ibu untuk menyusui dimulai dengan
keinginan atau kesediaan yang berupa motivasi si ibu sendiri untuk menyusui.
Disisnilah pentingnya motivasi diberikan sejak awal kehamilan. Keadaan ibu yang
sehat selalu memungkinkan si ibu utuk menyusui.
Dari pihak si bayi kemampuan menyusui dinilai dari fungsi kardiorespiratorik, refleks
mengisap dari fungsi neurologik yang baik. Penolong persalinan harus cukup terlatih
untuk menilai apakah ibu dan bayi mampu menyusui segera setelah proses
persalinan. Apabila ibu dan bayi baik, secepat mungkin bayi diberikan pada ibu dan
mulai menyusui. Apabila diperlukan observasi hal ini tentu dapat dilakukan dan
setelah ibu dan bayi sudahmenjadi lebih baik keadaan umumnya harus segera
digabung dan mulai menyusui.
Kontra indikasi rawat gabung
Pihak ibu

 Fungsi kardiorespiratorik yang tidak baik. Pasien penyakit jantung klas II


dianjurkan untuk sementara tidak menyusui sampai keadaan jantung
cukup baik. Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan menyusui.
Penilaian akan hal ini harus dilakukan dengan hati-hati.
 Eklampsia dan preeklampsia berat. Keadaan ibu biasanya tidak baik dan
pengaruh obat-obatan untuk mengatasi penyakit biasanya
menyebabkan kesadaran menurun sehingga sementara ibu belum sadar
betul. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi.
 Penyakit infeksi akut dan aktif. Bahaya penularan pada bayi yang
dikhawatirkan. Tuberkulosis paru yang aktif dan terbuka merupakan
kontra indikasi mutlak. Pada sepsis keadaan ibu biasanya buruk dan
tidak akan mampu menyusui. Banyak perdebatan mengenai penyakit
infeksi apakah dibenarkan menyusui atau tidak.
 Karsinoma payudara. Pasien dengan karsinoma payudara harus dicegah
jangan sampai ASInya keluar karena mempersulit penilaian penyakitnya.
Apabila menyusui ditakutkan adanya sel-sel karsinoma yang terminum
oleh si bayi.
 Psikosis. Tidak dapat dikontrol keadaan jiwa si ibu bila menderita
psikosis. Meskipun pada dasarnya ibu sayang pada bayinya, tatapi selalu
ada kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada bayi.

Pihak bayi

 Bayi kejang. Kejang-kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau


infeksi tidak memungkinkan untuk menyusui. Ada bahaya aspirasi, bila
kejang timbul saat bayi menyusui. Kesadaran bayi yang menurun juga
tidak memungkinkan bayi untuk menyusui.
 Bayi yang sakit berat. Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau
penyakit lain yang memerlukan perawatan intensif tentu tidak mungkin
menyusu atau dirawat gabung.
 Bayi yang memerlukan observasi atau terapi membaik tentu dapat
dirawat gabung. Ini yang disebut rawat gabung tidak langsung.
 Very low birth weight (berat badan lahir sangat rendah). Refleks
mengisap dan refleks lain pada VLBW belum baik sehingga tidak
mungkin menyusudan dirawat gabung.
 Cacat bawaan. Diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima
keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si
bayi merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioskhisis,
platoskhisis bahkan labiognatopalatoskhisis masih memungkinkan untuk
menyusui.
 Kelainan metabolik dimana bayi tidak dapat mnerima ASI.
Pemberian ASI pada bayi rawat pisah

Harus selalu diusahakan si ibu mendatangi bayi untuk menimbulkan kontak antara
ibu dan bayi. Berikan kesempatan pada si ibu untuk menyusui bila keadaan bayi
memungkinkan. Bila bayi belum mampu, maka ASI dipompa dan diberikan pada bayi
dengan sendok atau pipet. Di sini pengertian dan kesabaran petugas kesehatan di
ruang perawatan bayi merupakan faktor penentu yang penting. Dituntut sikap yang
sangat positif dari petugas kesehatan.

Kesulitan rawat gabung

 Kasus tidak terdaftar belu memperoleh penyuluhan sehingga masih takut


untuk menerima rawat gabung.
 Kekurangan tenaga pelaksana untuk penyuluhan dan pendidikan kesehatan
untuk mencapai tujuan yang maksimal.
 Secara terpaksa masih digunakan susu formula untuk keadaan-keadaan
dimana ASI sangat sedikit; ibu mengalami tindakan operatif dan belum pulih
kesadarannya. Suatu hal sebagai bahan pemikiran adalah bayi yang disusui
oleh ibu yang bersedia menyumbangkan air susunya dan berlebih ASInya
untuk bayi yang ibunya belum mampu menyusui. (sarwono,edisi 5)

Anda mungkin juga menyukai