Lapsus Acne Fix
Lapsus Acne Fix
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
keju, dan sejenisnya), makanan tinggi karbohidrat (makanan manis, coklat,
dll), alkohol, makanan pedas, dan makanan tinggi yodium (garam). Lemak
dalam makanan dapat mempertinggi kadar komposisi sebum. Kosmetika
dapat menyebabkan akne seperti bedak dasar (foundation), pelembab
(moisturiser), krem penahan sinar matahari (sunscreen) dan krem malam, jika
mengandung bahan-bahan komedogenik. Bahan-bahan komedogenik seperti
lanolin, petrolatum, minyak atsiri dan bahan kimia murni (asam oleik, butil
stearat, lauril alkohol, bahan pewarna (D&C) biasanya terdapat pada krim-
krim wajah. Untuk jenis bedak yang sering menyebabkan akne adalah bedak
padat (compact powder).6
Kondisi kulit juga berpengaruh terhadap akne vulgaris. Ada empat jenis
kulit wajah, yaitu :
a) Kulit normal, ciri-cirinya: kulit tampak segar, sehat, bercahaya, berpori
halus, tidak berjerawat, tidak berpigmen, tidak berkomedo, tidak
bernoda, elastisitas baik.
b) Kulit berminyak, ciri-cirinya: mengkilat, tebal, kasar, berpigmen,
berpori besar
c) Kulit kering, ciri-cirinya: Pori-pori tidak terlihat, kencang, keriput,
berpigmen
d) Kulit Kombinasi, ciri-cirinya: dahi, hidung, dagu berminyak,
sedangkan pipi normal/kering atau sebaliknya.
Jenis kulit berhubungan dengan akne adalah kulit berminyak. Kulit
berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel-sel kulit yang mati
yang tidak dilepaskan dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran
kelenjar sebasea dan dapat menimbulkan akne.6
Ada faktor yang berkaitan dengan patogenesis akne diantaranya :
1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Kertainisasi dalam folikel
yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga
sukar lepas dari saluran folikel tersebut.
2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan unsur
komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadi lesi akne.
3
3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses
inflamasi folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting
pada patogenesis penyakit.
4. Peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acne) yang
berperan dan kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim
lipolitik pengubah fraksi lipid serum.
5. Terjadinya respons hospes berupa pembentukan circulating
antibodies yang memperberat akne.
6. Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid,
gonadotropin serta ACTH yang mungkin menjadi faktor penting
pada kegiatan kelenjar sebasea.
7. Terjadinya stres psikis yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea,
baik secara langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar
hipofisis.
8. Faktor genetik : Kebanyakan individu dengan akne kistik memiliki
orang tua dengan riwayat akne berat. Akne yang berat berhubungan
dengan sindrom XYY. Adanya gen tertentu (CYP17-34C/C
homozigot Chinese men) dalam sel tubuh manusia, meningkatkan
terjadinya akne.2,6,7.
4
transforming growth factor alpha (TGF- γ) dan IL-4. IL-1α berperan penting
menyebabkan pembentukkan komedo dan menstimulasi imunitas spesifik.
Interleukin-1α mempunyai konsentrasi tinggi 1000 kali lebih tinggi di
keratinosit interfolikular, komedo terbuka dan kelenjar sebaseus. Penelitian
terbaru secara in vitro pada folikel Acne tampak sitokin seperti IL- 1
memodulasi kornifikasi epidermis dan terlibat dalam menginduksi inflamasi
komedo.5
Androgen berperan penting pada patogenesis acne tersebut. Acne mulai
terjadi saat adrenarke,yaitu saat kelenjar adrenal aktif menghasilkan
dehidroepi androsteron sulfat, prekursor testosteron. Penderita acne memiliki
kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan
orang normal, meskipun kadar androgen serum penderita acne masih dalam
batas normal. Androgen akan meningkatkan ukuran kelenjar sebasea
danmerangsang produksi sebum, selain itu juga merangsang proliferasi
keratinosit pada duktus seboglandularis dan akro infundibulum.
Hiperproliferasi epidermis folikular juga diduga akibat penurunan asam
linoleat kulit dan peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa. Epitel folikel
rambut bagian atas, yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan kohesi
keratinosit bertambah, sehingga terjadi sumbatan padamuara folikel rambut.
Selanjutnya di dalam folikel rambut tersebut terjadi akumulasi keratin,
sebum, dan bakteri, dan menyebabkan dilatasi folikel rambut bagian atas,
membentuk mikrokomedo. Mikrokomedo yang berisikeratin, sebum, dan
bakteri, akan membesardan ruptur. Selanjutnya, isi mikrokomedo yang keluar
akan menimbulkan respons inflamasi. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa
inflamasi dermis telah terjadi mendahului pembentukan komedo.5
P.acnes merupakan bakteri positif gram dan anaerob yang merupakan
flora normal kelenjar pilo sebasea. Remaja dengan akne memiliki konsentrasi
P.acnes lebih tinggi dibandingkan remaja tanpa akne, tetapi tidak terdapat
korelasi antara jumlah P. acnes dengan berat acne.Peranan P.acnes pada
patogenesis acne adalah memecah trigliserida, salah satu komponen
sebum,menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P. acnes yang
5
memicu inflamasi. Selain itu, antibodi terhadap antigen dinding sel P. acnes
meningkatkan respons inflamasi melalui aktivasi komplemen.5
6
oriental lebih jarang menderita akne vulgaris dibandingkan ras kaukasia dan
lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada negro. Pada ras
Asia lesi inflamasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal yaitu 20% lesi
inflamasi, 10% lesi komedonal. Tetapi pada ras Kaukasia, akne komedonal
lebih sering dibandingkan akne inflamasi yaitu 14% akne komedonal, 10%
akne inflamasi. 1,4
Akne juga bisa muncul pada usia 30an dan 40an yang biasanya
disebabkan oleh kosmetik dan pelembab yang bahannya minyak dan
menimbulkan komedo. Akne seringkali memburuk pada musim gugur dan
musim dingin.2
7
Menurut Frank tahun 1970, akne memiliki klasifikasi sebagai berikut :
1. Akne komedonal non-inflamatoar
2. Akne komedonal inflamatoar
3. Akne papular
4. Akne papulopustular
5. Akne agak berat
6. Akne berat
7. Akne nodulokistik/ konglobata.2,6
Menurut Plewig dan Kligma tahun 1975 klasifikasi akne adalah sebagai
berikut:
1. Komedonal yang terdiri atas gradasi
a. < 10 komedo dari satu sisi muka
b. 10-24 komedo
c. 25-50 komedo
d. > 50 komedo.
2. Papulopustul, yang tediri atas gradasi
a. <10 lesi papulopustul dari satu sisi muka
b. 10-20lesi papulopustul
c. 21-30 lesi papulopustul
d. >30 lesi papulopustul.2,6
8
Sedikit < 5, beberapa 5-10, banyak >10
Lesi tak beradang : komedo putih, komedo hitam, papul
Lesi beradang : pustul, nodul, kista.2
Gambar 4.2 : Gambaran lesi kulit pada akne ringan, sedang dan berat
9
mempunyai peran pada etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan
dilaboratorium mikrobiologi. Pemeriksaan susunan dan kadar lipid
permukaan kulit (skin surface lipids) dapat pula dilakukan. Pada akne
vulgaris kadar asam lemak bebas (free fatty acid) meningkat dan pada
pencegahan digunakan cara untuk menurunkannya. Meskipun androgen
berperan penting, sebagian besar penderita akne tanpa gejala
hiperandrogenisme memiliki kadar androgen serum normal, dan derajat berat
akne tidak berkorelasi dengan kadar androgen serum.2,4
Terdapat bemacam-macam bentuk akne diantaranya :
1. Akne konglobata : Akne kistik yang berat yang sering terjadi pada muka
dan badan. Terdapat nodul, kista, abses dan ulserasi, dapat terjadi di
bokong. Remisi spontan terjadi dalam waktu yang lama. Akne konglobata
terjadi pada pasien dengan sindrom XYY ( pasien dengn retardasi mental
dan agresif) atau dengan sinrom polikistik ovarium.
2. Akne fulminans: Sering terjadi pada remaja pria . Onset akut, dengan akne
kistik yang beratdengan supurasi dan ulserasi. Pasien juga mengeluh
malaise, fatigue, demam. Terdapat leukositosis dan peningkatan LED.
3. Sindrom SAPHO : Sinovitis, akne, akne fulminan, palmoplantar
pustulosis, hidraadenitis supurativa, hiperostosis dan osteitis. Kejadian ini
langka.
4. Sindrom PAPA : Piogenik arthritis, akne pioderma gangrenosum,
merupakan gangguan autoinflamasi.
5. Akne tropis : Akne dengan folikulits berat, nodul yang meradang, dan
kista pada badan dan bokong pada iklim tropis, dengan infeksi sekunder
Staphylococcus aureus.
6. Akne dengan edema wajah : Akne persisten yang terjadi pada wanita
hirsutisme memerlukan evaluasi pada hipersekresi adrenal dan androgen
ovarium, testosteron total, dan free testosteron dan atau tanpa
hidroepiandrosterone sulfat (DHEAS).
7. Akne recaltricant : Berhubungan dengan hiperplasia kongenital ( defisiensi
11- atau 21- hidroksilase).
10
8. Akne excoriee : Pada hidung dan pipi , berhubungan dengan
perkembangan grandular.
9. Akne okupasi : Saat pemberian derivat tar, hidrokarbon. Komedo besar
dengan papul yang meradang dan kista.
10. Chloracne : Sat penggunaan chlorinated aromatic hydrocarbones pada
konduktor elektrik, insekttisida dan herbisida. Terkadang sangat berat
ketika terjadi kecelakaan industri atau keracunan.
11. Akne kosmetik : Muncul komedogenik kosmetik.
12. Akne pomade : Terjadi pada dahi, sering pada orang Afrika yang memakai
pomade di rambut.
13. Akne mekanik : Akne di wajah, dan dahi, dari tekanan helm football.
14. Akne ekskoriata : terjadi pada individu yang memanipulasi jerawat secara
obsesif, sehingga menimbulkan jaringan parut yang banyak sekali.
15. Akne keloidalis : memiliki jaringan parut dan keloid multipel dan jaringan
parut yang nyata.1,7
11
1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh induksi obat, misalnya
kortikosteroid, INH, barbiturat, bromida, yodida, difenil hidantoin,
trimetadion, ACTH, dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulo pustul
mendadak tanpa adanya komedo di hampir seluruh bagian tubuh. Dapat
disertai demam dan di semua usia.
2. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umumnya lesi
monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan predileksi
di tempat kontak zat kimia atau rangsang fisisnya.
3. Rosasea, merupaka penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan
gejala eritema, pustul, telangiektasis dan kadang disertai hipertrofi kelenja
sebasea. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan akne.
4. Dermatitis perioral yang terjadi terutama wanita dnegan gejala klinis
polimorfi eritema, papul, pustul, di sekita mulut yang terasa gatal.2
12
Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo,
menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal
terdiri atas:
1. Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit misalnya sulfur (4-8%),
resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida bezoil (2,5-10%), dan
asam azaleat (15-20%). Asam azaleat terbukti efektif dalam terapi akne
vulgaris dan akne rosasea. Penelitian terdahulu memperlihatkan aktivitas
antimikrobial terhadap P acnes serta efek inhibitorik terhadap in vitro
perubahan testosteron menjadi dihdirotestosteron. Terapi walnya dimulai
dengan krem 20% atau gel 15% sekali sehari pada area yang terkena
selama 1 minggu dan setelahnya diberikan dua kali sehari. Perbaikan
klinis diamati dalam waktu 6-8 minggu setelah terapi berkesinambungan.
Kemudian digunakan asam alfa hidroksi misalnya asam likolat (3-8%).
Obat lain adalah retinoid. Retinoid adalah suatu molekul yang secara
langsung mengikat dan mengaktifkan reseptor asam retinoid. Sediaannya
adalah krim 0,025%, 0,05%, dan 0,1%, gel 0,01%, solusio 0,05%. Obat
yang lebih baru ialah gel atau losio adapolin dan gel atau krim tazarotin
0,1%.2,9
2. Antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel
akne vulgaris seperti oksitertrasiklin, eritromisin, klindamisin fosfat.
Benzoil Peroksida memiliki efek anti bakterial yang poten. Obat ini
memenetrasi startum korneum dan muara folikular tanpa mengalami
perubhan dan dirubah secara metabolik menjadi asam benzoat di dalam
epidermis dan dermis. Kurang dari 5% dosis yang digunakan diserap oleh
kulit dalam periode 8 jam. Untuk mencegah kemungkinan iritasi maka
konsentrasi yang dipakai yait 2,5% sekali sehari selama minggu pertama.
Sediaan benzoil peroksida 5% dengan basa eritromisin 3% atau
klindamisin 1% tampaknya lebih efektif daripada masing-masing agen
saja. Hindari kontak dengan mata dan membran mukosa. Retinoid topikal
akan menormalkan proses keratinasi epitel folikuler, sehingga dapat
mengurangi komedo dan menghambat terbentuknya lesi baru. Antibiotik
13
topikal seringkali digunakan pada pagi hari dan benzoil peroksida dipakai
sebelum tidur.
3. Etil laktat 10% untuk menghambat pertumbuhan jasad renik.
4. Antiperadangan topikal, salap atau krim kortikoteroid kekuatan ringan
atau sedang (hidrokortison 1-2,5%)atau suntikan intralesi kortikosteroid
kuat (triamsinolon acetonide 10mg/cc) pada lesi nodulo kistik.1,2,6,9
b) Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan pertumbuhan
jasad renik di samping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi
sebum, dan mempengaruhi perkembangan hormonal. Golongan obat sistemik
terdiri atas:
1. Anti bakteri sistemik : tetrasiklin (250 mg-1 g/ hari). Doksisiklin
(50mg/hari), eritromisin (4x250 mg/hari), azitromisin 250-500 mg
seminggu 3 kali, dan trimetoprim-sulfametoksazol untuk akne yang parah.
Derivat tetrasiklin yaitu minosiklin dengan dosis 50-100 mg sehari adalah
antbiotik yang paling efektif untuk akne. Obat lain adalah klindamicin dan
dapsone (50-100 mg sehari).
2. Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif
menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea misalnya estrogen 50
mg/hari selama 21 hari dalam sebulan atau antiandrogen siproteron asetat
(2mg/hari). Pengobatan ditujukan pada penderita dewasa akne vulgaris
beradang yang gagal dengan terapi yang lain. Kotikosteroid sistemik
diberikan untuk menekan peradangan dan sekresi kelenjar adrenal
misalnya prednison (7,5 mg/ hari) atau deksametason(0,25- 0,5 mg/hari).
3. Vitamin A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi. Vitamin A 50.000-
150.000 UI/ hari sudha jarang digunakan. Isotretinoin 0,5-1 mg/kgBB/hari
merupakan derivat retinoid yang menghambat roduksi sebum sebagai
pilihan pada akne nodulokistik atau konglobata yang tidak sembuh dengan
pengobatan lain.
4. Obat lainnya seperti anti inflamasi non steroid ibuprofen 600 mg/hari ,
dapson 2x100 mg/hari, seng sulfat 2x200 mg/hari.1,2
14
c) Bedah Kulit
Tindakan bedah kulit dilakukan untuk memperbaiki jaringan parut akibat
akne vulgaris meradang yang berat. Tindakan dilakukan setelah akne vulgaris
sembuh.
1. Bedah skalpel untuk meratakan sisi jaringan parut yang menonjol.
2. Bedah listrik dilakukan untuk komedo tertutup dan mempermudah
pengeluaran sebum.
3. Bedah kimia dengan asam triklor asetat untuk meratakan jaringan parut
yang berbenjol.
4. Bedah beku dnegan bubur CO2 beku atau N2 cair untuk mempercepat
penyembuhan radang.
5. Dermabrasi untuk meratakan jaringan parut hipo dan hipertrofi pasca akne
yang luas.2
d) Terapi Terbaru
Spironolakton menambah efikasi terapi kombinasi hormonal estrogen
dan antiandrogen terhadap akne, apabila akne disertai gejala seboredan atau
hipertrikosis. Dosis 50-100 mg/hari selama 6-9 bulan dan dapat diulangi
setelah tenggang 3 bulan. Dosis harus diturunkan menjadi 25 mg/hari.
Metformin digunakan pada akne dengan obesitas yang disebabkan resiten
insulin. Dosis yang diberikan 2x500 mg/ hari selama 3 bulan, lalu 2x1000
mg/hari. Metfromin dapat diberikan bersama terapi topikal atau terapi
sistemik antibiotik.2
e) Terapi sinar
Terapi sinar biru (Blue Light Therapy) dapat membasmi akne dengan cara
merusak porfirin dalam sel bakteri. Photodynamic therapy merupakan terapi
baru yang dicoa pada pasien akne. Terdapat 2 tahapan yaitu pemberian
photosensitisizer (asam aminolevulinik) secara topikal, oral atau IV yang
akan ditangkap oleh sel target dalam jaringan hiperproliferaktif, kemudian
diaktivasi menghasilkan oksigen oleh sumber sinar.2
Tabel 2.1 Algoritme Interasional untuk Pengobatan Akne4
15
Derajat I Derajat II-III Derajat IV Maintenance
(ringan) (sedang) (berat)
Retinoid topikal Retinoid topikal Isotretinoin Retinoid topikal
Benzoil Benzoil atau retinoid Benzoil perokida
peroksida atau peroksida atau topikal, atau antibiotik
antibiotik antibiotik antibiotik oral, topikal
topikal topikal terapi hormon
Antibiotik oral
Terapi hormon
3. Menghindari polusi debu dan pemencetan lesi yng dapat memberat erupsi
yang terjadi.
16
BAB III
LAPORAN KASUS
Usia : 21 tahun
Agama : Islam
Alamat : Mariana
17
3.2 Anamnesis
18
1. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
2. Riwayat asma disangkal
3. Riwayat alergi disangkal
19
Keterangan:
= Makula-Patch eritema
= pustul
20
Regio bucalis dextra et sinistra, tampak makula-patch eritema, multipel,
bentuk tidak beraturan, ukuran 0,1 cm – 0,5 cm x 0,1 cm – 1 cm, tersebar
konfluens, sebagian diskret.
21
1. Akne Vulgaris
2. Erupsi akneiformis
3. Akne Rosasea
3.7 Penatalaksanaan
3.7.1 Penalaksanaan umum:
Preventif dan promotif
1. Mencegah terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dan perubahan isi
sebum dengan cara :
a. Diet rendah lemak dan karbohidrat
b. Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan
kulit
2. Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne, misalnya :
a. Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi
tubuh, hindari stres
b. Penggunaan kosmetika secukupnya, baik banyaknya maupun
lamanya
c. Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya makanan pedas,
rokok, lingkungan yang tidak sehat.
d. Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak legeartis
yang dapat memperberat erupsi yang telah terjadi.
3. Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyakit,
pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya, serta prognosisnya.
b. Sistemik :
- Doksisiklin 1x 100 mg
- Loratadin 1x 10 mg.
3.8 Prognosis
22
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad Cosmetica : dubia ad bonam.
BAB IV
ANALISA KASUS
23
Diagnosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik
dan pemeriksaan fisik yang dilakukan.
Pada status dermatologi diatas sesuai dengan teori yang ada, bahwa
anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarah ke akne vulgaris.
24
Etio Peradangan Kelainan kulit yang Peradangan kulit yang
logi kronik dari folikel menyerupai akne yang bersifat kronik terutama
pilosebasea yang berupa reaksi di wajah.
disebabkan oleh peradangan folikuler
beberapa faktor dengan manifestasi
dengan gambaran klinis papulopustular.
klinis yang khas
Eflore Papul, pustul, Papul, pustul, Eritema, papul, pustul,
sensi nodul atau kista monomorfik atau serta telangiektasis
miliar sampai oligomorfik numular sampai plakat.
lentikular merata
25
2. Menghindari terjadinya faktor menimbulkan luka dan infeksi.
b. Menjalani pengobatan secara teratur di
pemicu terjadinya akne,
bawah pengawasan dokter untuk
misalnya :
menghindari resistensi dan efek samping
a. Hidup teratur dan sehat, cukup
obat yang tidak diinginkan.
istirahat, olahraga sesuai kondisi
tubuh, hindari stres
b. Penggunaan kosmetika
secukupnya, baik banyaknya
maupun lamanya
c. Menjauhi terpacunya kelenjar
minyak, misalnya makanan pedas,
rokok, lingkungan yang tidak
sehat.
d. Menghindari polusi debu,
pemencetan lesi yang tidak
legeartis yang dapat memperberat
erupsi yang telah terjadi.
3. Memberikan informasi yang cukup
pada penderita mengenai
penyakit, pencegahan dan cara
maupun lama pengobatannya,
serta prognosisnya.
26
Khusus :
Topikal :
Topikal
- Retinoid topikal : tretinoin 0,05% cream 2x
Pengobatan untuk mencegah
sehari dioleskan pada wajah yang berjerawat
pembentukan komedo, menekan - antibiotik : klindamisin salep 1% dioleskan
peradangan dan mempercepat pada wajah 1x1
-Antiperadangan: hidrokortison 1-2,5%
penyembuhan lesi.
dioleskan pada wajah 1x1
Obat topikal terdiri atas; bahan iritan
Sistemik :
yang dapat mengelupas kulit,
- Doksisiklin 1x 100 mg
antibiotik topikal yang dapat
- Loratadin 1x 10 mg.
mengurangi jumlah folikel yang
berperan dalam etiopatogenesis akne
vulgaris, antiperadangan topikal (salap
atau krim).
Sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan
terutama untuk menekan aktivitas
jasad renik di samping dapat juga
mengurangi reaksi radang, menekan
produksi sebum, dan mempengaruhi
keseimbangan hormonal; antibakteri
sistemik, obat hormonal untuk
menekan produksi androgen dan
secara kompetitif menduduk reseptor
organ target sebasea, vitamin A dan
retinoid oral.
27
Pada pasien ini yang berusia 21 tahun, diberi kortikosteroid topikal
golongan potensi ringan atau sedang, berupa Hidrokortison 1-2,5%, dioleskan 1 x
1 hari.
Untuk menghitung jumlah KT yang diresepkan, sebaiknya menggunakan
ukuran “fingertip unit” yang dibuat oleh Long dan Finley. Satu “fingertip unit”
setara dengan 0,5 gram krim atau salep.
Pada laki-laki satu fingertip unit setara dengan 0,5 gram, sedangkan pada
perempuan setara dengan 0,4 gram. Bayi dan anak kira-kira 1/4 atau 1/3 nya.
Jumlah krim atau salep yang dibutuhkan per hari dapat dikalkulasi mendekati
jumlah yang seharusnya diresepkan.
Pada kasus ini, diperlukan 2,5 FTU pada wajah . Perkiraan jumlah yang
dibutuhkan adalah 2,5 FTU x 0,4 gram = 1 gram per hari untuk satu kali
pengolesan
Pengolesan KT yang dianjurkan adalah 1-2 kali per hari tergantung
dermatosis dan area yang dioles. Pada terapi dermatitis atopik, dianjurkan 1-2
kali/hari. Pengolesan lebih dari 2 kali tidak memberikan perbedaan bermakna,
bahkan dapat mengurangi kepatuhan pasien. Teknik aplikasi pengolesan KT,
aplikasi sederhana oleskan salep tipis merata pijat perlahan-lahan.
Prognosis umumnya baik. Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum
mencapai usia 30-40 tahun an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai
tua atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu di rawat inap di rumah
sakit.
BAB V
28
PENUTUP
29
secara kompetitif menduduk reseptor organ target sebasea, vitamin A dan
retinoid oral.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
32