Anda di halaman 1dari 153

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI TB

PARU DENGAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK


EFEKTIF DI RUANG PENYAKIT DALAM 1
RSUD BLAMBANGAN
BANYUWANGI

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:
EVI KOMALASARI
14.401.14.027

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JULI 2017
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI TB
PARU DENGAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF DI RUANG PENYAKIT DALAM 1
RSUD BLAMBANGAN
BANYUWANGI

Di Ajukan Kepada Program Studi Diploma III Keperawatan


Akademi Kesehatan Rustida Untuk Memenuhi Salah
Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program
Ahli Madya Keperawatan

OLEH:
EVI KOMALASARI
14.401.14.027

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JULI 2017

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Oleh : Evi Komalasari


Judul : ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI
TB PARU DENGAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK
EFEKTIF DI RUANG PENYAKIT DALAM 1 RSUD
BLAMBANGAN BANYUWANGI

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
tanggal: 28 Juli 2017 .

Oleh:

Pembimbing I: Pembimbing II:

Haswita, S.Kp., M.Kes Rizki Yulia P, S.Kep., Ns., M.Kes


NIK: 200903.22 NIK: 201309.39

Mengetahui,
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
Direktur,

Anis Yuliastutik, S.Kep., Ns., M.Kes


NIK. 200603.01

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Oleh : Evi Komalasari


Judul : ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI
TB PARU DENGAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK
EFEKTIF DI RUANG PENYAKIT DALAM 1 RSUD
BLAMBANGAN BANYUWANGI

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada
Program Studi Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida

Tanggal 02 Agustus 2017

DEWAN PENGUJI

Tanda Tangan

Ketua Eko Prabowo, S.Kep., Ns., M.Kes ……………………


:

Anggota : 1. Haswita, S.Kp., M.Kes ……………………

2. Rizki Yulia P, S.Kep., Ns., M.Kes ……………………

Mengetahui,
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
Direktur,

Anis Yuliastutik, S.Kep., Ns., M.Kes


NIK. 200603.01

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:


Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
YANG MENGALAMI TB PARU DENGAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK
EFEKTIF DI RUANG PENYAKIT DALAM 1 RSUD BLAMBANGAN
BANYUWANGI” ini adalah Karya Tulis Ilmiah saya sendiri dan bebas plagiat, serta
tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar
akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau pernah
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam
naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila
kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya tulis ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
(Pemendiknas No 17 tahun 2010)

Krikilan, Juli 2017


Yang menyatakan

Evi Komalasari
14.401.14.027

Mengetahui,

Pembimbing I: Pembimbing II:

Haswita, S.Kp., M.Kes Rizki Yulia P, S.Kep., Ns., M.Kes


NIK: 200903.22 NIK: 201309.39

iv
MOTTO

Tetap melangkah, dan berani karena impian telah menanti

v
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena hanya


dengan Rahmat, Taufik dan Hidayah-nya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI
TB PARU DENGAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIFAN DI RSUD
BLAMBANGAN BAYUWANGI” dan saya menyelesaikan dengan baik sebagai
persyaratan Akademi untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dalam rangka
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (LTA) Program Studi Diploma III Keperawatan
Akademi Kesehatan Rustida.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Anis Yuliastutik, S.Kep., Ns., M.Kes selaku kepala Direktur Akademi
Kesehatan Rustida;
2. Bapak Aripin, S.Kep., Ns., M.Kes selaku kepala Prodi D III Keperawatan
Akademi Kesehatan Rustida;
3. Ibu Haswita, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dengan tekun dan sabar dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah;
4. Ibu Rizki Yulia P, S.Kep., Ns., M.kes selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan tekun dan sabar
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah;
5. Semua Dosen Program Studi Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan
Rustida yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis sebagai bekal dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini;
6. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan dan do’a
untuk keberhasilan ini;
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan Rustida yang
telah banyak memberikan ilmu kepada penulis;
8. Sahabat-sahabat dan semua pihak yang telah membantu penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini dan tidak dan tidak dapat kami sebutkan satu persatu kami ucapkan
banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa penyusun Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan.
Dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi penulis, pembaca
serta perkembangan ilmu Keperawatan pada umumnya.

Krikilan, Juli 2017


Penulis

vi
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI TB PARU
DENGAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
DI RUANG PENYAKIT DALAM 1
RSUD BLAMBANGAN

ABSTRAK

Evi Komalasari1, Haswita2, Rizki Yulia P2


1
Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan
2
Dosen Prodi DIII Keperawatan

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru


yang disebabkan oleh Mikobakterium Tuberculosis ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. TB Paru di Indonesia menempati
urutan ke tiga penyakit terbanyak sejumlah 652 per 100.000 penduduk. Angka
kejadian TB Paru di Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan dari kasus 837
menjadi 876 pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigensi pada kasus TB Paru di Ruang RPD1
RSUD Blambangan Banyuwangi.
Rancangan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus dimana
kasus yang dijadikan bahan penelitian yaitu TB Paru dan bersihan jalan nafas tidak
efektif. Partisipan penelitian terdiri dari 2 klien yang mengalami TB Paru, 2 keluarga,
dan 4 petugas kesehatan seperti perawat, dokter, laboratorium dan ahli gizi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawanara, observasi dan dokumentasi di
RSUD Blambangan Banyuwangi.
Diagnosa keperawatan prioritas pada TB paru adalah bersihan jalan
nafas tidak efektif. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari klien
dapat batuk dan mengeluarkan dahak 3-4 cc, suara nafas ronchi minimal, klien
mampu menjelaskan tentang penularan penyakit pada orang lain.
Dianjurkan pada klien untuk lebih membiasakan hidup bersih sehat, batuk
bersin yang benar, cara membuang dahak yang benar, tidak membiasakan udara dan
cahaya masuk kedalam rumah dengan kondisi jendela ditutup.

Kata Kunci: TB Paru, Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

vii
NURSING CLIENTS WHO HAVE BEEN EXPERIENCING TB PARU
WITH CLEAN NAFAS ROAD IS NOT EFFECTIVE
IN THE SPACE OF DISEASES IN 1
RSUD BLAMBANGAN

ABSTRACT

Evi Komalasari1, Haswita2, RizkiYulia P2


1
Study Prodi DIII Nursing
2
Nursing DIII Production

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease affecting the pulmonary


parenchyma caused by Mikobakterium Tuberculosis characterized by granuloma
formation and tissue necrosis. Pulmonary TB in Indonesia ranks the third most
common disease of 652 per 100,000 population. The incidence of pulmonary
tuberculosis in Banyuwangi has increased from 837 cases to 876 in 2015.
This study aims to analyze the Nursing Care Needs Fulfillment of Oxygen in
Pulmonary TB cases in RPD1 Room BlambanganBanyuwangi Public Hospital.
The design of this research is qualitative with case study method where the case as
the research topic that is TB lung and airway clearance is not effective. This study
was conducted there are 8 participants consisting of 2 clients, 2 families, and 4 health
workers such as nurses, doctors, laboratories and nutritionists. Data collection was
done by way of interview, observation and documentation at RSUD
BlambanganBanyuwangi.
The priority nursing diagnosis in pulmonary TB is ineffective airway
clearance. After nursing care done for 3 days the client can cough and spit out 3-4 cc,
the sound of breath ronchi minimal, the client is able to explain about the
transmission of disease in others.
It is advisable to the client to be more comfortable living a healthy life,
coughing the correct sneeze, how to get rid of the correct sputum, not get the air and
light into the house with the condition of the window closed.

Keywords: Pulmonary TB, Road Breathing is Not Effective

viii
DAFTAR ISI

HAMALAM SAMPUL..................................................................................
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................. iv
MOTTO........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK....................................................................................................... vii
ABSTRAC....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan umum ......................................................................... 3
1.3.2 Tujuan khusus ......................................................................... 3
1.4 Manfaat ............................................................................................. 4
1.4.1 Manfaat toritis ........................................................................ 4
1.4.2 Manfaat praktis ....................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6
2.1 Konsep penyakit tuberkulosis paru .................................................... 6
2.1.1 Definisi tuberkulosis paru ...................................................... 6
2.1.2 Etiologi tuberkulosis paru ...................................................... 6
2.1.3 Manifestasi klinis tuberculosis paru ....................................... 7
2.1.4 Klasifikasi tuberkulosis paru .................................................. 9
2.1.5 Patofisiologi tuberkulosis paru ............................................... 11
2.1.6 Komplikasi tuberkulosis paru................................................. 14
2.1.6 Pemeriksaan penunjang tuberkulosis paru.............................. 15
2.2 Konsep oksigenasi pada penyakit tuberkulosis paru ......................... 18
2.2.1 Pengertian oksigenasi ............................................................. 18
2.2.2 Kebutuhan oksigenasi ............................................................ 18
2.2.3 Cara pemberian oksigenasi .................................................... 19
2.2.4 Jenis-jenis kekurangan oksigen .............................................. 20
2.2.5 Proses pemenuhan oksigenasi ................................................ 20
2.2.6 Pemberian terapi ..................................................................... 23
2.3 Konsep asuhan keperawatan tuberculosis paru ................................. 29
2.3.1 Pengkajian .............................................................................. 29
2.3.2 Diagnosa keperawatan ........................................................... 46
2.3.3 Intervensi keperawatan ........................................................... 53
2.3.4 Implementasi keperawatan ..................................................... 77
2.3.5 Evaluasi .................................................................................. 78

ix
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 79
3. 1 Desain penelitian ............................................................................... 79
3. 2 Batasan istilah .................................................................................... 79
3. 3 Partisipan ........................................................................................... 81
3. 4 Lokasi dan waktu penelitian .............................................................. 81
3. 5 Pengumpulan data .............................................................................. 82
3. 6 Uji keabsahan data ............................................................................. 82
3. 7 Analisa data ....................................................................................... 83
3. 8 Etika penulisan .................................................................................. 83
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 86
4.1 HASIL................................................................................................ 86
4.1.1 Gambaran lokasi penelitian..................................................... 86
4.1.2 Karakteristik Partisipan (Identitas Klien)................................ 87
4.1.3 Data Asuhan Keperawatan...................................................... 87
1. Pengkajian ......................................................................... 87
2. Diagnosis............................................................................ 103
3. Perencanaan....................................................................... 106
4. Pelaksanaan........................................................................ 110
5. Evaluasi.............................................................................. 114
4.2 PEMBAHASAN................................................................................. 138
4.2.1 Pengkajian .............................................................................. 138
4.2.2 Diagnosis................................................................................. 141
4.2.3 Perencanaan............................................................................. 143
4.2.4 Pelaksanaan............................................................................. 143
4.2.5 Evaluasi................................................................................... 143
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 144
5.1 Simpulan............................................................................................. 144
5.2 Saran................................................................................................... 145

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Table 1.1 Angka Kejadian Tuberkulosis Di Kabupaten Banyuwangi
Pada Tahun 2014-2015................................................................ 2
Tabel 2.1 Konsentrasi Oksigen..................................................................... 19
Table 2.2 Tanda-Tanda Hipoksemia Berdasarakan Hasil Analisa Gas
Darah ........................................................................................... 20
Tabel 2.3 Jenis Dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis...................................... 33
Table 2.4 Panduan OAT Kategori 1 ............................................................. 34
Table 2.5 Panduan OAT Kategori 2 ............................................................. 35
Table 2.6 Panduan OAT Kategori 3.............................................................. 36
Table 2.7 Panduan OAT Sisipan................................................................... 36
Table 2.8 Efek Samping Dari Obat OAT...................................................... 36
Tabel 4.1 Identitas Klien 1 Dan 2 Yang Mengalami TB Paru Di Ruang
RPD 1 RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017..................... 88
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit Saat Ini Klien 1 Dan 2 Yang Mengalami
TB Paru Di RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017 ............ 89
Tabel 4.3 Riwayat Kesehatan Dahulu Klien 1 Dan 2 Yang Mengalami
TB Paru Di RSUD Blambangan Juli 2017 ................................. 89
Tabel 4.4 Pola Kesehatan Klien 1 Dan 2 Yang Mengalami TB Paru Di
RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017................................. 92
Tabel 4.5 Pemeriksaan Fisik Klien 1 Dan 2 Yang Mengalami TB Paru
Di RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017............................ 95
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Penunjang Klien 1 Dan 2 Yang
Mengalami TB Paru Di RSUD Blambangan Banyuwangi
Juli 2017....................................................................................... 98
Tabel 4.7 Hasil Terapi Klien 1 Dan 2 Yang Mengalami TB Paru Di
RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017 ................................ 99
Tabel 4.8 Analisa Data Klien 1 Dan 2 Yang Mengalami TB Paru Di
RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017 ................................ 100
Tabel 4.9 Daftar Diagnosa Keperawatan Klien 1 Dan 2 Yang
Mengalami TB Paru Di RSUD Blambangan Banyuwangi
Juli 2017 ...................................................................................... 104
Tabel 4.10 Intervensi Keperawatan Klien 1 Dan 2 Yang Mengalami TB
Paru Di RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017 .................. 106
Tabel 4.11 Implementasi Keperawatan Klien 1 Dan 2 Yang Mengalami
TB Paru Di RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017 ............ 111
Tabel 4.12 Catatan Perkembangan Klien 1 Dan 2 Yang Mengalami
TB Paru Di RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017 ............ 115

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Patofisiologi Tuberkulosis Paru Berdasarkan NANDA............ 15
Gambar 4.1 Denah Ruang Penyakit Dalam 1 RSUD blambangan
Banyuwangi............................................................................... 88
Gambar 4.2 Genogram klien 1dan 2 yang Mengalami TB Paru di RSUD
Blambangan Banyuwangi Juli 2017 ........................................ 91
Gambar 4.3 Hasil Foto Thorax Klien 1 dan 2 yang Mengalami TB Paru
di RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017 ......................... 98

DAFTAR LAMPIRAN

xii
Lampiran 1 : Penjelasan Penelitian
Lampiran 2 : Informed Consent
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi
Lampiran 4 : Format Konsep Asuhan Keperawatan
Lampiran 5 : Lembar Pengesahan

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

xiii
A : Analisis
AGD : Analisa Gas Darah
BB : Berat Badan
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Ke]il
BTA : Basil Tahan Asam
DINKES : Dinas Kesehatan
DO : Data Sujbektif
DS : Data Objektif
E : Etambutol
H : Insoniazid
IV : Intra Vena
IM : Intra Muskular
KG : Kilo gram
LED : Laju Endapan Darah
LPM : Liter Per Menit
MM : Millimeter
N : Nadi
NIC : Nursing Intervention Criteria
NOC : Nursing Outcomes Criteria
NANDA : North American Nursing Diagnosis Asociation
NY : Nyonya
O : Objektif
O2 : Oksigen
OAT : Obat Anti Tuberkulosis
P : Planing
R : Rifampisin
RR : Respiratory
RS : Rumah Sakit
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
RPD : Ruang Penyakit Dalam
S : Steptomisin
S : Suhu
SPS : Sewaktu, Pagi, Sewaktu
SDKI : Standar Diagnosis Keperawatan Indonesi
TB : Tuberkulosis Paru
TD : Tekanan Darah
TN : Tuan
TTV : Tanda Tanda Vital
TKTP : Tinggi Kalori Tinggi Protein
TPM : Tetes Per Menit
UGD : Unit Gawat Darurat
WHO : World Health Organisation
WIB : Waktu Indonesia Barat

xiv
Z : Pirazinamid
- : Negatif
+ : Positif
% : Per Seratus
< : Kurang Dari
> : LeBih Dari
- : Sampai Dengan

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah Negara dengan pervalensi tuberculosis (TB)

tertinggi ke tiga di Dunia setelah Cina dan India (Sudoyono, 2010). Bakteri

tuberkulosis menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan dalam

meningkatkan morbiditas penduduk terutama di Negara berkembang

(Somantri, 2012). Lingkungan yang sangat padat, lembab dan kemiskinan

yang terjadi pada berbagai penduduk tidak hanya pada Negara yang sedang

berkembang tetapi juga pada penduduk perkotaan tertentu di Negara maju

beresiko terjadinya tuberculosis, sebagian besar penderita tuberculosis

berasal dari masyarakan usia produktif. Bakteri tuberkulosi berkembang

biak di alveoli, sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi

inflamasi. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dan

secret yang berlebih sehingga menyebabkan ketidakefektifan bersihan jalan

napas (Manurung. S., dkk, 2013).


Data World Health Organisation (WHO) pada tahun 2014

menunjukkan tuberkulosis membunuh 1,5 juta orang di Dunia, kematian

terjadi pada 890.000 laki-laki, 480.000 pada perempuan dan 180.000 pada

anak-anak (Susanto. A., H., dkk. 2015). Prevalensi tuberculosis di Indonesia

pada tahun 2014 mencapai 272/100.000 penduduk dan angka insiden

sebesar 339/100.000 penduduk dengan jumlah kematian akibat tuberculosis

sebesar 41/100.000 penduduk (Rohayu, dkk. 2016). Pada tahun 2014 jumlah

1
2

kasus tuberculosis BTA positif di Provinsi Jawa Timur sebanyak 21.036

orang, menurun dari jumlah kasus baru BTA positif tahun 2013 sebanyak

41.472 orang (Nurwitasari & Wahyuni, 2015).

Tabel 1.1 Tabel Angka Kejadian Tuberculosis Di Kabupaten Banyuwangi Pada Tahun
2014-2015.
No Tahun Jumlah Kabupaten
1. 2014 837 orang Banyuwangi
2. 2015 876 orang Banyuwangi
Sumber : Prasetya (2016); Dinkes Banyuwangi (2015)

Mikobakterium tuberculosis senang hidup di pemukiman yang padat,

lembab dan kurangnya sinar matahari. Sifat dari kuman ini adalah aerob,

sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan tinggi

kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical

paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apical ini

merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis. Penularan penyakit ini

sebagian besar melalui inhalasi (Sudoyono, 2010). Bakteri tuberkulosi

menyebar ke alveoli dimana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan

berkembang biak, selanjutnya terjadi reaksi jaringan dan mengakibatkan

terakumulasinya eksudat dalam alveoli, sehingga menyebabkan

pembentukan sekret yang berlebih dan menyebabkan ketidak efektifan

bersihan jalan napas (Somantri, 2012).


Penatalaksanaan pada klien tuberkulosis dapat menggunakan tehnik

batuk efektif karena dapat mempengaruhi frekuensi pernapasan (Mardiono.

S. 2013). Teknik fisioterapi dada juga bisa dilakukan pada klien

tuberculosis, teknik ini merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan dahak

dan menjaga paru-paru agar tetap bersih (Somantri, 2012). Selain itu,

menggunakan nebulizer untuk mengencerkan dahak agar mudah keluar


3

(Nugroho & Kristiani, 2011). Pengobatan farmakologi pada tuberculosis

umumnya menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang

direkomendasikan oleh badan kesehatan dunia WHO seperti Insoniazid,

Ethambutol, Hydrochloride, Rifampisin, Pyrazinamid (Somantri, 2012)..

Oleh karena itu penulis tertarik melakukan asuhan keperawatan mengenai

tuberkulosis dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas.


1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Tuberculosis

dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di RSUD Blambangan

Banyuwangi ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

tuberculosis dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUD

Blambangan Banyuwangi.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang

mengalami tuberculosis dengan ketidakefektifan bersihan jalan

napas di RSUD Blambangan Banyuwangi.


2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang

mengalami tuberculosis dengan ketidakefektifan bersihan jalan

napas di RSUD Blambangan Banyuwangi.


3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang

mengalami tuberculosis dengan ketidakefektifan bersihan jalan

napas di RSUD Blambangan Banyuwangi.


4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang

mengalami tuberculosis dengan ketidakefektifan bersihan jalan

napas di RSUD Blambangan Banyuwangi.

3
4

5. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami tuberkulosis

dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUD

Blambangan Banyuwangi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan ilmu

pengetahuan tentang asuhan keperawatan terutama pada klien yang

mengalami tuberkulosis paru dengan ketidakefektifan bersihan

jalan napas di RSUD Blambangan Banyuwangi, sehingga penulis

dapat memperkaya ilmu keperawatan secara umum.


1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Perawat
Hasil studi kasus ini juga diharapkan dapat memberikan

inspirasi perawat untuk menggali ide-ide kritis dan upaya-

upaya rasional yang mampu dikembangkan sebagai intervensi

untuk mengurangi gejala ketidakefektifan bersihan jalan napas

mengingat prevalensi kematian pada klien yang mengalami

penyakit tuberkulosis paru semakin meningkat.


2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan hasil penelitian ini memberikan masukan positf

dalam memodifikasi standar asuhan keperawatan di lahan

rumah sakit untuk mengurangi masalah ketidakefektifan

bersihan jalan napas pada klien yang mengalami tuberkulosis

paru.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai informasi magi institusi pendidikan

dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan

dimasa akan datang melalui pengaplikasian teori dalam praktik

4
5

lapangan serta mengambil ilmu baru yang didapat dari lahan

praktik,
4. Bagi Klien
Diharapkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas

pada klien yang mengalami tuberkulosis paru dapat teratasi

dan tidak memperparah kondisi pasien.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang

disebabkan oleh Mikobakterium tuberculosis, kuman ini dapat

menyerang semua bagian tubuh manusia dan yang paling sering

terkena adalah organ paru (Wahid, & Suprapto, 2013).


Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang

parenkim paru-paru, disebabkan oleh Mikobakterium tuberculosis

secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan

nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan menular

(Somantri, 2013).
2.1.2 Etiologi
Penyebab tubekulosis adalah Mycobakterium Tuberculosis.

Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,

sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam Mycobakterium

tuberculosis yaitu tipe Human dan tipe Bovin. Basil tipe Bovin berada

dalam susu sapi yang menderita mestisis tuberkulosis usus. Basil tipe

Human bisa berada di bercak ludah (droplet) udara yang berasal dari

penderita tuberkulosis dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila

terhirup (Amin & Hardi, 2015).


TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis sejenis

kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 um, dan tebal

0,3-0,6/ um. Kuman bersifat asam dan tahan terhadap gangguan kimia

dan fisis (Manurung, S., Suratun, dkk. 2013).


2.1.3 Manifestasi

6
7

Keluhan yang dirasakan pada klien teberkulosis dapat bermacam-

macam bahkan banyak klien ditemukan tuberkulosis paru tanpa

keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang

terbanyak pada klien tuberkulosis adalah :


1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-

kadang panas badan dapat mencapai 40-410C. Serangan demam

pertama dapat sembuh sebentar, tetapi dapat timbul kembali.

Demam ini berifat hilang timbul sehingga klien merasa tidak

pernah terbebas dari serangan deman. Keadaan ini dipengaruhi oleh

daya tahan tubuh klien dan berat ringannya infeksi kuman

tuberkulosis yang masuk (Amin, Z., & Bahar, A. 2014).


2. Batuk/batuk darah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi

pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-

produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap

penyakit tidak sama. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-

produktif) kemudian setelah terjadi peradangan menjadi batuk

produktif (menghasilkan sputum). Keadaan sehingga terjadi batuk

darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan

batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga

terjadi pada ulkus dinding bronkus (Wahid & Suprapto, 2014).


3. Sesak napas
Penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.

Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang

inflitrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru (Amin, Z.,

& Bahar, A. 2014).


4. Nyeri dada

7
8

Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang

sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi

gesekan kedua pleura sewaktu klien menarik napas/melepas

napasnya (Manurung dkk, 2014).


5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala

malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan,

badan makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat

malam. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi

hilang timbul secara tidak teratur (Amin, Z., & Bahar, A. 2014).

2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi tuberkulosis menurut Wahid dan Suprapto (2013):
1. Pembagian secara patologis
a. Tuberkulosis primer
b. Tuberkulosis sekunder
2. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberkulosis paru (Koch

pulmonum) aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang

mulai menyembuh).
3. Pembagian secara radiologis (luas lesi).
a. Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrasi nonkavitas pada satu paru

maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu

lobus paru.
b. Moderately advanced tuberkulosis

8
9

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. jumlah

infiltrat bayangan halus lebih dari 1 bagian paru. Bila

bayangan kasar tidak lebih dari dari sepertiga bagian 1 paru.


c. Terdapat infiltrate dan kavitas yang melebihi keadaan pada

Moderately advanced tuberkulosis.

Klasifikasi tuberkulosis paru dibuat berdasarkan gejala

klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan

sebelumnya. Klasifikasi ini penting merupakan salah satu

faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.

Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi tuberkulosis paru

dibagi sebagai berikut :

1. TB paru BTA positif dengan kriteria:


a. Dengan atau tanpa gejala klinik
b. BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif:
c. Gambaran radiologik sesuai dengan tuberkulosis paru.
2. Tuberkulosis paru BTA negatif dengan kriteria:
a. Gejala klinik dengan gambaran rediologik sesuai dengan

tuberkulosis paru aktif.


b. BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologi positif.
3. Bekas tuberkulosis paru dengan kriteria:
a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif.
b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan

paru
c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi tuberkulosis

inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak berubah


d. Ada riwayat pengobatab OAT yang adekuat (lebih

mendukung).

9
10

2.1.5 Patofisiologi
Kuman tuberkulosis masuk kedalam tubuh melalui udara

pernapasan. Bakteri yang terhirup akan dipindahkan melalui jalan

napas ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai untuk

memperbanyak diri. Selain itu bakteri juga dapat pindah melalui

sistem limfe dan cairan darah ke bagian tubuh lainnya (Manurung, S.,

2013).
Saat Mikobacterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-

paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk

globular. Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologi, bakteri

tuberkulosis paru ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan

dinding disekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme

pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi

jaringan parut dan bakteri tuberkulosis paru akan menjadi dorman

(istirahat). Bentuk-bentuk dorman inilah yang sebenarnya terlihat

sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rotgen (Derliana. D., 2013).


Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi

inflamasi. Fagosit menekan banyak bakteri, limfosit spesifik

tuberkulosis menghancurkan bakteri dan jaringan normal. Setelah

pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit

ketidakadekuatan sistem imun tubuh. Penyakit aktif dapat juga terjadi

dengan infeksi ulang dan aktivitas bakteri. Tuberkel memecah,

melepaskan bahan seperti keju kedalam bronchi. Tuberkel yang pecah

menyembuh dan membentuk jaringan parut, paru yang terinfeksi

10
11

menjadi lebih membengkak dan mengakibatkan terjadinya

bronkopneumonia lebih lanjut (Manurung dkk, 2013).

Pathway

Factor resiko: orang yang bertubuh lemah, tinggal satu rumah dengan
orang positif tuberculosis,
Bakteri/kuman Mikobakterium tuberculosis Infeksi primer

Droplet infection Sembuh dengan focus ghon


Masuk lewat jalan nafas

Saluran pernapasan atas


Bakteri bertahan di bronkus Melalui jalan napas masuk ke broknkiolus
Alveolus mengalami
Peradangan bronkus Bakteri masuk dan menepel pada paru konsolidasi & eksudasi
Penumpukan secret Menetap dijaringan paru
Gangguan pertukaran gas
Terjadi proses peradangan
Pengeluaran zat pirogen
Mempengaruhi hipotalamus
Mempengaruhi sel point
Efektif Tidak
Secret keluar saat efektif Anoreksia, mual/ muntah
Secret tidak keluar Hipertermi
batuk Pola nafas Ketidakseimbangan
Bersihan tidak
Batuk terus menerus nutrisi kurang dari
jalan napas efektif kebutuhan
tidak efektif
Terhirup orang yang sehat Keletihan
Resiko penularan infeksi
Intoleransi aktivitas

11
12

Gambar 2.1 Patofisiologi Tuberkulosis Paru Berdasarkan NANDA Kusuma &


Nurarif (2012), dalam Prasetya (2016).

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada tuberkulosis menurut Wahid, A., dkk.

(2013) yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut:


1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang

dapat mengakibatkan kematian karena syok hopovolemik atau

tersumbatnya jalan napas


2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
3. Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis

(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)

pada paru
4. Pneumotoraks (adanya udara dalam rongga pleura) spontan

kolaps karena kerusakan paru


5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang persendian,

ginjal dan sebagainya

Sedangkan menurut Manurung, S., dkk (2013), komplikasi

tuberkulosis paru adalah: Malnutrisi, Empiema efusi pleura,

Hepatitis, ketulian, dan gangguan gastrointestinal (sebagai

efeksamping obat-obatan).

12
13

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang pada klien dengan tuberkulosis menurut

Kunoli. F (2012):
Untuk menegakkan diagnosis penyakit tuberkulosis dilakukan

pemeriksaan labaratorium untuk menemukan BTA positif.

Pemeriksaan lain yang dilakukan yaitu dengan pemeriksaan kutu

bakteri, namun biasanya mahal dan hasilnya lama. Metode

pemeriksaan dahak sewaktu, pagi, sewaktu (SPS) dengan

pemeriksaan mikroskopi membutuhkan 5 ml dahak. Bila dua kali

pemeriksaan didapatkan hasil BTA positif, maka dinyatakan positif

mengidap tuberculosis.
Pemeriksaan penunjang menurut Wahid, A., & Suprapto, I., (2013)

yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah
Tuberculosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah

leokosit yang sedikit meninggi dengan diferensiasi

pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih dibawah normal.

Laju Endapan Darah (LED) mulai meningkat. Bila

penyakit mulai sembuh jumlah leokosit kembali normal

dan jumlah limfosit masih tetap tinggi. LED menurun

kearah normal lagi. Pemeriksaan ini kurang mendapat

perhatian karena angka-angka positif palsu dan negatif

palsunya masih besar.


b. Sputum
Pemeriksaan spurtum adalah penting karena dengan

ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah

dapat di pastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga

13
14

dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang

sudah diberikan kriteria sputum BTA positif adalah bila

sekurang-kurangnya ditemukan tiga batang kuman BTA

pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5000

kuman dalam satu ml sputum. Hasil pemeriksaan

dinyatakan positif jika sedikitnya dua dari tiga spesimen

BTA hasilnya postif. Bila hanya satu spesimen yang positif

perlu dilakukan pemeriksaan SPS ulang. Apabila fasilitas

memungkinkan, maka dilakukan pemeriksaan lain

misalnya biakan. Bila ke tiga spesimen hasilnya negatif

diberikan antibiotik spectrum luas (misalnya

kotrimoksasol atau amoksisilin) selama 1-2 minggu, bila

tidak ada perbaikan gejala klinis tetap mencurigakan

tuberkulosis ulangi pemeriksaan SPS


1) Hasil pemeriksaan SPS positif didiagnosis

tuberkulosis BTA positif


2) Hasil SPS negatif lakukan pemeriksaan foto thorak:
a) Hasil mendukung tuberculosis, penderita

tuberkulosis BTA (-) rotgen positif


b) Hasil tidak mendukung tuberkulosis bukan

penderita tuberculosis.
c. Tes tuberculin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu

menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada anak-

anak (balita). Biasanya dipakai cara mantoux yakni

dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberculin P.P.D (purified

14
15

protein derivative) intrakutan berkekuatan 5 T.U

(Intermediate-strength).
Hasil tes mantoux ini di bagi dalam:
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya): mantoux negative

golongan no sensitivity. Disini peranan antibodi

humoral paling menonjol.


2) Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan golongan low

grade sensitifity, disini peranan antibodi humoral

masih lebih menonjol.


3) Indurasi 10-15 mm: mantoux positif: golongan normal

sensitivity,disini peranan kedua antibodi seimbang.


4) Indurasi lebih dari 16 m: mantoux positif kuat:

golongan hiper-sensitivity, disini peranan antibodi

seluler paling menonjol.

d. Foto Thoraks
Foto thorax dengan atau tanpa literal merupakan

pemeriksaan radiologi standar. Jenis pemeriksaan radiologi

lain hanya atas indikasi Top foto, oblik, tomogram dan lain-

lain.
Karakteristik radiologi yang menunjang diagnostik antara

lain:
1) Bayangan lesi radiologi yang terletak dilapangan atas

paru.
2) Bayangan yang berawan (patchy) bebercak (noduler)
3) Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat

dilapangan atas paru.


4) Bayangan yang menetap atau relatif menetap setelah

beberapa minggu.
5) Bayangan billier.
2.2 Konsep Oksigenasi Pada Penyakit Tuberkulosis Paru

15
16

2.2.1 Pengertian Oksigenasi


Memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan

atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh

(Widianti, 2010). Sedangkan respirasi adalah suatu aktivitas yang

berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan

pembuangan hasil pembakaran sel (Deswita, 2012).

2.2.2 Kebutuhan Oksigen


Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500-5000 ml

(4,5-51) udara yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan

(ekspansi) pada pernapasan biasa (Mubarak & Chayatin, (2012)

dalam Prasetya, 2016).


2.2.3 Cara pemberian Oksigen
Menurut Prasetya (2016) cara pemberian oksigen dibagi menjadi dua

teknik, yaitu:
1. Sistem aliran rendah
Diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan,

menghasilkan FiO2 yang berfariasi tergantung pada tipe

pernapasan dengan patokan volume tidak klien. Contoh sistem

aliran rendah adalah nasal kanul, nasal kateter, simple mask.


2. Sistem aliran tinggi
Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak

dipengaruhi oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah

konsentrasi oksigen yang lebih baik dan teratur. Contoh sistem

aliran tinggi adalah sungkup muka.


Tabel 2.1 Tabel Konsentrasi Oksigen
Jenis Alat Konsentrasi Oksigen Aliran Oksigen
Nasal kateter 24%-40% 2-4 lpm
Simple mask 40%-60% 6-8 lpm
Rebriting 40%-80% 6-10 lpm
Non rebriting 40%-90% 10-15 lpm
system venture 24%-60% 4-10 lpm
Jacson ress 100% 10 lpm

16
17

Sumber: Fery (2016)


Rumus perhitungan oksigen: 6-8 x BB x RR
2.2.4 Jenis-Jenis Kekurangan Oksigen
Menurut Prasetya (2012) jenis kekurangan oksigen dapat dibagi

menjadi 2 yaitu:
1. Hipoksemia
Penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau

saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal.


Tabel 2.2 Tabel Tanda-Tanda Hipoksemia Berdasarkan Hasil Analisa
Gas Darah
Jenis PaO2 (mmHg) SaO2 (%)
Normal >80 >95
Hipoksemia <80 <95
Hipoksemia ringan 60-79 90-94
Hipoksemia 40-59 75-89
sedang
Hipoksemia berat <40 <75
Sumber: Prasetya (2012)

2. Hipoksia
Hipoksia yaitu kekurangan oksigen di tingkat jaringan.
2.2.5 Proses pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Menurut Manurung (2013), pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada

klien dengan tuberculosis adalah:


1. Ventilasi
Ventilasi adalah gerakan udara masuk dan keluar dari puru-paru.

Gerakan dalam pernapasan adalah ekspansi dan inspirasi otot

diagfragma menurun, pada waktu yang bersamaan otot-otot

interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada

sedikit kearah luar. Gerakan seperti ini ruang dalam dada

meluas, tekanan dalam alveoli menurun dan udara memasuki

puru-paru.
Ekspansi dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi. Diagfragma

naik, dinding-dinding dada jatuh ke dalam dan ruang di dalam

dada hilang. Pernapasan normal yang tenang terjadi sekitar

16x/menit. Ekspirasi diikuti dengan terhenti sejenak. Kedalaman

17
18

dan jumlah dari gerakan pernapasan sebagian besar dikendalikan

secara biokimiawi.
2. Difusi
Gerakan diantara udara dan karbondioksida didalam alveoli dan

darah didalam kapiler sekitarnya.


Gas-gas melewati hampir secara seketika diantara alveoli dan

darah dengan cara difusi. Cara difusi ini gas mengalir dari

tempat yang tinggi tekanan persial ketempat lain yang lebih

rendah tekanan parsialnya.


Oksigen dalam alveoli mempunyai tekanan parsial yang lebih

tinggi dari oksigen yang berada dalam darah dan karenanya

udara dapat mengalir dari elveoli masuk ke dalam darah.

Karbondioksida dalam darah mempunyai tekanan parsial yang

lebih tinggi dari pada yang berada dalam alveoli dan karenanya

karbondioksida dapat mengalir dari darah masuk ke dalam

alveoli.
3. Transportasi gas dalam darah
Oksigen ditransportasi dalam darah, dalam sel darah merah,

oksigen bergabung dengan hemoglobin untuk membentuk

oksihemoglobin, yang berwarna merah terang, sebagaian

oksigen terlarut dalam plasma.


Karbondioksida ditransportasi dalam darah, sebagian natrium

bikarbonat dalam dan kalium bikarbonat dalam sel-sel darah

merah dalam larutan bergabung dengan hemoglobin dan protein

plasma.
4. Pertukaran gas dalam jaringan
Metabolism jaringan meliputi pertukaran oksigen dan

karbondioksida diantara darah dan jaringan.


a. Oksigen

18
19

Darah yang teroksigenasi mencapai jaringan, oksigen mengalir

dari darah masuk kedalam cairan jaringan karena tekanan parsial

oksigen dalam darah lebih besar dari pada tekanan dalam cairan

jaringan. Cairan jaringan oksigen mengalir kedalam sel-sel

sesuai kebutuhannya masing-masing.


b. Karbondioksida
Karbondioksida dihasilkan dalam sel mengalir ke dalam cairan

jaringan. Tekanan parsial karbondioksida dalam cairan jaringan

lebih besar dari pada tekanannya dalam darah, dan karenanya

karbondioksida mengalir dari cairan jaringan ke dalam darah.

2.2.6 Pemberian Terapi


1. Terapi yang dapat diberikan pada penyakit tuberkulosis paru

dengan bersihan jalan napas tidak efektif


a. Inhalasi sederhana
Steam inhalation (menghirup uap panas) adalah suatu

tindakan menghirup uap hangat dari air yang mendidih yang

digunakan untuk mengatasi masalah yang terkait dengan

gangguan pernapasan.
Tindakan Steam inhalation berguna untuk mengencerkan

lendir disaluran hidung dan sinus serta dibawah saluran

pernapasan, fungsi lain dari tindakan Steam inhalation yaitu

sebagai ekspektoran alami dan penekan batuk. Manfaat dari

terapi untuk mengencerkan secret agar jalan napas adekuat

(Merrisa & fery, 2016).


b. Teknik batuk efektif
Teknik batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan

untuk membersihkan sekresi dari saluran pernapasan, tujuan

19
20

napas dalam batuk adalah untuk meningkatkan ekspansi

paru, mobilisasi sekresi, dan mencegah efek samping dari

retensi seperti pneumonia, atelektasis dan demam (Yana

(2012) dalam Fery, 2016), dengan batuk efektif tidak harus

mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan secret,

tindakan batuk efektif dapat memberikan perubahan pada

pengeluaran dahak serta dapat membersihkan saluran

pernapasan (Nugroho (2011), dalam Fery, 2016).


c. Teknik Postural Drainase
Posturan drainase merupakan pemberian posisi terapeutik

pada pasien untuk memungkinkan sekresi paru-paru

mengalir berdasarkan gravitasi kedalam bronkus mayor dan

trakea (Fery, 2016).


2. Prosedur Nafas Dalam Dan Batuk Efektif
Menurut Muttaqin, (2012) Posedur Batk Efektif Dan Postural

Drainage adalah:
a. Definisi
Nafas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari

pernapasan abdominal (diagfragma) dan Pursed Lip

Breating. Batuk efektif yaitu latihan batuk untuk

mengeluarkan sekret.
b. Persiapan alat
1) Tempat tidur (Fungsional bed) posisi semi fowler atau

tempat duduk
2) Bantal sebagai penyangga, bengkok, tisu
c. Persiapan klien
1) Berikan penjelasan penjelasan pada klien atau keluarga

tujuan tindakan yang akan dilakukan


2) Atur lingkungan sekitar klie, jaga privasi klien
3) Atur posisi klien sesuai dengan tindakan yang akan

dilakukan

20
21

d. Prosedur kerja
1) Cuci tangan menggunakan enam langkah
2) Atur posis klien dengan bada membungkuk sedikit ke

depan sehingga member kesempatan luas kepada otot

dinding perut untuk berontraksi, sehingga

menimbulkan tekanan intratorak.


3) Tungkai bawah fleksi pada paha dan lutut, lengan

menyilang didepan perut. Atur posisi klien dengan

posisi duduk dan bagian depan disangga dengan bantal,

dan atur bagian atas tubuh dengan sifat yang lentur.


4) Minta klien untuk menarik nafas secara pelan dan

dalam melalui hidung, kemudian hembuskan melalui

mulut atau hidung secara perlahan, lakukan selama 2-3

kali.
5) Anjurkan klien untuk nafas dalam, kemudian minta

klien untuk menahannya selama 1-2 detik, dan lakukan

batuk. Lakukan kembali sebanyak 2 kali, supaya

didpatkan aliran deras dalam sluran pernapasan selama

ekshalasi.
6) Tamping sekret pada sputum pot/bengkok
7) Hindari penggunaan yang lama selama batuk karena

dapat menyebabkan fatigue dan hipoksia.


e. Terminasi
1) Tanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
2) Monitor tanda vital dan kondisi umum klien secara

berkala
3) Lakukan kontrak waktu tindakan selanjutnya
4) Cuci tangan menggunakan enam langkah
5) Dokumentasikan tindakan dan evaluasi sputum.
f. Kontra indikasi
1) Tidak boleh dilakukan pada waktu klien selesai makan.
3. Prosedur fisioterapi dada
a. Definisi

21
22

Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindakan

keperawatan yang terdiri dari Postural Drainage, perkusi

dan vibrasi.
b. Persiapan alat
Stetoskop, bengkok, tempat tidur, bantal, tisu, sarung tangan
c. Persiapan pasien
1) Berikan penjelasan pada klien atau keluarga mengenai

tindakan yang akan dilakukan


2) Atau lingkungan sekitar klien, jaga privasi klien
3) Atur posisi klien sesuai dengan tindakan yang akan

dilakukan.

d. Prosedur kerja
1) Cek kembali intruksi medis
2) Dekatkan alat dengan klien
3) Cuci tangan menggunakan enam langkah
4) Pakai sarung tangan
5) Identifikasi bagian paru yang akan dilakukan tindakan

dengan auskultasi
6) Posisikan klien sesuai dengan hasil auskultasi dengan

melakukan postural drainage


7) Tutup area yang akan dilakuakn dengan kain atau tisu
8) Buat seperti mangkuk pada telapak tangan dan dengan

ringan ditepukkan pada dinding dada dalam gerakan

berirama.
9) Lakukan perkusis setiap area selama 3-5 menit.
10) Lakukan vibrasi dengan meletakkan satu telapak tangan

pada area yang akan dilakukan fibrasi atau satu tangan

lainnya diatas tangan lainnya.


11) Buat tangan menjadi lurus dan lakukan getaran selama

10 detik dan lakukan selama 5-10 menit.


12) Posisikan klien duduk kembali.
13) Anjurkan untuk batuk efektif.

22
23

e. Terminasi
1) Tanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
2) Monitor tanda vital dan kondisi umum klien secara

berkala
3) Lakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
4) Cuci tangan menggunakan enam langkah
5) Dokumentasikan tindakan dan evaluasi sputum.
f. Indikasi
1) Lakukan pada klien yang tidak dapat mengeluarkan

sekret atau dahak efektif


2) Lakukana pada klien yang tidak dapat melakukan

teknik batuk efektif


g. Kontraindikasi
1) Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami

fraktur kosta
2) Tidak boleh lakukan perkusi pada tulang belakang atau

tulang skapula.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Penyakit tuberkulosis dapat menyerang semua umur, mulai dari

anak-anak sampai dewasa, dengan komposisi antara laki-laki

dan perempuan hampir sama. Angka kejadian pervalensi TB

23
24

paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat

setelah masa remaja dimana TB paru-paru menyerupai kasus

pada orang dewasa (Somantri, 2012, hal: 68). Penyakit

tuberkulosis banyak terjadi pada usia produktif (Norratri dkk,

2016) usia produktif (15-55) tahun, usia non produktif (>56)

tahun (Ayu & Yuni, 2016). Tuberkulosis banyak menyerang

orang yang pendidikan dan pengetahuan yang kurang, status

pekerjaan pada wiraswasta (Simak dkk, 2013).


2. Status Kesehatan Saat Ini
Menurut Muttaqin (2012), status kesehatan saat ini pada klien

dengan tuberkulosis adalah:


a. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh sesak napas, keluhan ini

ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau

sudah ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,

pneumotorakx, dan anemia.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien biasanya mengeluh sesak napas, batuk, dan nyeri

dada, sesak dirasakan seperti tercekik atau susah dalam

melakukan inspirasi atau sulit dalam mencari posisi yang

enak dalam melakukan pernapasan, sesak dirasakan

diseluruh lapang dada atau tidak, apakah sesak dirasakan

terus menerus.
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah mengalami batuk yang lama dan tidak

kunjung sembuh, berdahak dan disertai darah, pernah

berobat tapi tidak sembuh, pernah berobat tapi tidak teratur,

24
25

pernah kontak dengan penderita tuberkulosis paru, riwayat

faksin yang tidak teratur, penurunan berat badan (BB)

dalam enam bulan terakhir (Wahid, A., & Suprapto, I.

2013).
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Jika dalam keluarga ada yang memiliki penyakit

tuberkulosis paru kemungkinan dapat menular pada anggota

keluarga yang lain (Muttaqin. A., 2012).


c. Riwayat Alergi (Obat, makanan, plester)
Kaji factor alergi obat-obatan dan makan pada klien, karena

dapat mempengaruhi proses pengobatan (Manurung, 2013).

d. Kebiasaan
Kebiasaan merokok dan kebiasaan hidup tidak sehat dapat

memperberat penyakit tuberkulosis (Somantri, 2012).


e. Obat-obatan yang digunakan
Pasien dengan tuberkulosis paru biasanya menggunakan

obat OAT yaitu: Insoniazid, Rifampisin, Pirazinamid,

Streptomisin, dan Etambutol (Wahid & Suprapto, 2013).


f. Genogram
Penyakit Tuberkulosis bukan penyakit keturunan

(Herediter) melainkan penyakit yang menular (Muttaqin,

2012).
g. Riwayat lingkungan
Tinggal dirumah yang padat penduduk, lembab, kurang

sinar matahari, satu lingkungan dengan orang yang

memiliki riwayat TB, tinggal satu rumah dengan klien

positif tuberkulosis beresiko terkena penyakit tuberkulosis

(Rohayu dkk, 2013).


h. Alat bantu yang digunakan
Klien dengan tuberkulosis biasanya mengalami kelemahan

sehingga untuk aktivitas sehari-hari mulai dari kebutuhan

25
26

personal hygine sampai dengan kebutuhan istirahat

membutuhkan bantuan (Wahid & Suprapto, 2013).

i. Pola Fungsi Gordon


Menurut Muttaqin, (2012) Pola Fungsi Gordon pada klien

TB adalah:
1) Pola Persepsi Kesehatan
menggambarkan persepsi klien dan penanganan

kesehatan dan kesejah teraan. Pada orang dengan TB

biasanya mengalami sesak, menanganinya

menggunakan obat-obat warung atau spirual.


2) Pola Nutrisi atau Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, keseimbangan cairan

dan elektrolit, kondisi kulit dan rambut. Pada orang TB

nafsu makan menurun, porsi makan yang dihabiskan

menurun, mual, perubahan BB, tidak ada perubahan

pada kebutuhan cairan


Objektif
Diet yang dianjurkan, presentase makanan yang

dimakan, kemampuan menelan, masukan kalori,


3) Pola Eliminasi
Kebiasaan bak, bab, frekuensi, warna, jumlah, bau,

nyeri, kemampuan perawatan diri, kekamar mandi, TB

murni tidak ada masalah pada pola eliminasi namun

perubahan pada warna urine akibat konsumsi obat OAT.

4) Pola Aktivitas, Latihan


Olah raga, tipe, frekuensi, penggunaan alat bantu,

karena mengalami kelemahan fisik klien TB

memerlukan bantuan keluarga melakukan aktivitas

sehari-hari

26
27

5) Pola Istirahat Tidur,


Kebiasaan tidur/ hari, gejala gangguan pola tidur, data

pemeriksaan fisik (kantung mata, lesu, keadaan umum,

mengantuk) tidak semua klien TB mengalami gangguan

saat tidur, tergantung dengan keluhan masing-masing,

sperti sesak, batuk dapat mengganggu kebutuhan tidur

klien.
6) Pola Persepsi Kognitif
Gambaran diri, tentang indra khusus (penglihatan,

pen]iuman, pendengaran, perasa, peraba), TB sering

menyerang orang dengan ekonomi dan pendidikan

menengah kebawah, tidak mengalami gangguan pada

indra khusus, namun dapat mengalami penurunan indra

pendengaran karena terlalu banyak konsumsi obat OAT.


7) Pola Konsep Diri Dan Persepsi Diri
Keadaan social (pekerjaan, situasi keluarga, kelompok

sosial) Perasaan mengenai diri sendiri, keadaan fisik,

segala sesuatu yang berkeyakinan dengan tubuh,

anaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran).


8) Pola Hubungan Peran
Kepuasan/ tidak menjalankan peran, struktur dan

dukungan keluarga, proses pengambilan keputusan

keluarga, orang terdekat, mengalami perubahan

hubungan peran karena klien TB mengalami kelemahan

fisik
9) Pola Produksi Seksualitas
Masalah atau perhatian seksual, menstruadi, jumlah

anak, pengetahuan yang berhubungan dengan

27
28

seksualitas dan reproduksi. Mengalami perubahan

fungsi reproduksi pada klien TB


10) Pola Toleransi Terhadap Stress Dan Koping
Tingkat stress yang dirasakan, respon terhadap stress,

strategi mengatasi, bisa mengalami stress karena

penyakit TB merupakan penyakit yang bersifat

menahun, sehinggan mengganggu pola toleransi

terhadap stress dan koping


11) Pola Keyakinan/ Nilai
Latar belakang budaya, status ekonomi, perilaku

kesehatan, pentingnya agama, dampak masalah

kesehatan terhadap spiritual, keyakinan dalam budaya

(keprcayaan, adat) yang dapat mempengaruhi

kesehatan, keletihan dan kelemahan fisik pada orang

TB dapat berdampak pada masalah spiritualnya


j. Pemeriksaan fisik head toe toe
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Kesadaran biasanya composmentis, (sadar penuh)

tidak ada masalah pada keadaan umum jika tidak

disertai komplikasi penyakit lain seperti ditemukan

adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi

jaringan berat. Klien terlihat meringis dan merintih

(Muttaqin. A., 2012).


b) Tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien

dengan tuberkulosis paru biasanya didapatkan

peningkatan suhu tubuh seara signifikan, frekuensi

napas meningkat apabila disertai sesak napas, nadi

28
29

meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh

dan frekuensi pernapasan (Muttaqin. A., 2012).

2) Head to toe
a) Kepala
Pada klien tuberkulosis paru tidak ditemukan

masalah pada kepala (Muttaqin. A, 2012).


b) Mata
Pada klien TB tanpa komplikasi biasanya tidak

didapatkan masalah (Somantri, 2012).


c) Hidung
Mengalami ronchi basah, kasar dan nyaring akibat

adanya peningkatan produksi sekret pada saluran

pernapasan (Kunoli, 2012).


d) Mulut dan tenggorokan
Meningkatnya sputum pada saluran pernapasan

dapat mempengaruhi saluran cerna sehingga klien

akan mengeluh tidak nafsu makan (Somatri, 2012).


e) Telinga
Konsumsi obat OAT dengan waktu yang lama pada

klien tuberkulosis paru dapat mengganggu

pendengaran (Wahid & Suprapto, 2016).


f) Leher
Adanya batuk yang tidak kunjung sembuh dapat

mengganggu leher dan tenggorokan klien

(Somantri, 2012).

g) Dada
Menurut Muttaqin (2012), pemeriksaan fisik dada

adalah:
(1) Paru-paru

29
30

Inspeksi
Bentuk dada simetris, tidak ada otot bantu

pernafasan, pada kasus TB murni pada

penderita tuberkulosis minimal biasanya

gerakan pernapasan tidak mengalami

perubahan, sedangkan TB dengan komplikasi

bentuk dada tidak simetris, kerusakan yang

luas pada parenkim paru akan mengalami

sesak napas, peningkatan frekuensi napas,

menggunakan otot bantu napas.


Palpasi
Tuberkulosis paru tanpa komplikasi saat

palpasi, gerakan dada saat bernapas biasanya

normal dan seimbang antara bagian kanan dan

kiri. Adanya penurunan gerakan dinding

pernapasan biasanya ditemukan pada klien

tuberkulosis dengan kerusakan parenkim paru

yang luas. Adanya penurunan taktil fremitus

pada klien dengan tuberkulosis komplikasi.

Perkusi
Klien dengan tuberkulosis paru minimal tanpa

komplikasi, biasanya akan didapatkan bunyi

resonan atau sonor pada seluruh lapang paru,

klien dengan tuberkulosis yang disertai

komplikasi didapatkan bunyi redup sampai

pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya

30
31

akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila

disertai penumotoraks, maka didapatkan bunyi

hiperresonan terutama jika pneumotorak ventil

yang mendorong posisi paru yang sehat.


Auskultasi
klien tuberkulosis paru didapatkan bunyi napas

tambahan (ronchi) dan wheezing.


(2) Jantung
Inspeksi
Pada TB murni Iktus kordis tidak terlihat,

tidak teraba, dan tidak ada perubahan warna

kulit disekitar iktus. Sedangkan TB komplikasi

biasanya ada keluhan kelemahan fisik,


Palpasi
Iktus tidak teraba, tidak ada massa dan dan

nyeri tekan dan tidak ada pembesaran pada

jantung, jika mengalami TB komplikasi denyut

nadi perifer melemah, Batas jantung

mengalami pergeseran pada tuberculosis paru

dengan efusi pleura mendorong ke sisi yang

sehat,
Perkusi
Suara jantung redup
Auskultasi
Suara jantung S1 dan S2 tunggal pada TB

murni, bunyi jantung tambahan seperti derap

kaki kuda tidak didapatkan.


h) Payudara dan ketiak
Tidak ditemukan masalah pada ketiak dan

payudara (Somantri, 2012)


i) Abdomen
Inspeksi

31
32

Klien biasanya mengalami mual, muntah,

penurunan nafsu makan, dan penurunan berat

badan.
Auskultasi
Biasanya tidak terjadi penurunan atau peningkatan

bising usus
Palpasi
Tidak ada kelainan pada hepar, gaster, colon, limfa

kecuali adanya komplikasi yang menyertai


Perkusi
Suara timpani pada lambung, pekak pada hati

(Mahesya, 2015).
j) Genetalia
Urine berwarna jingga pekat dan berbau yang

menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai

ekresi karena meminum OAT terutama rifampisin

(Muttaqin. A., 2012).


k) Ekstremitas
Klien mengalamai kelemahan otot dan malaise

karena klien TB paru mengalami anoreksia dan

penurunan berat badan (Muttaqin. A., 2012).


l) Kulit dan kuku
Inspeksi
Akral hangat, turgor kulit normal, kering, bersisik,

hilang lemak subkutis (Manurung, dkk, 2013)


Palpasi
Suhu bada klien meningkat secara signifikan jika

terjadi infeksi namun hilang timbul (Muttaqin,

2012).
4. Hasil Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan darah pada klien tuberkulosi didapatkan hasil

peningkatan leokosit (Manurung, 2013), pemeriksaan

32
33

sputum positif, hasil tes tuberkulin (Mantoux Test) reaksi

positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam) (Wahid

& Suprapto, 2013).


b. Radiologi
Rotgen dada: infiltrasi lesi awal pada area paru atas, pada

tahap dini tampak gambaran beracak –bercak seperti awan

dengan batas tidak jelas, pada kavitas bayangan berupa

cincin (Wahid & Sprapto, 2013).


5. Penatalaksanaan
Pengobatan TB diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap awal

(intensif), dan tahap lanjutan. Pada tahap awal (intensif) pasien

mendapat obat setiap hari, bila pengobatan tahap intensif

tersebut diberikan secara tepat, maka pasien TB yang menular

menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian

besar pasien BTA positif akan menjadi BTA negatif (konversi)

dalam waktu 2 bulan. Sedangkan pada tahap lanjutan pasien

mendapat obat yang lebih sedikit. Pada tahap lanjutan berguna

untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan (Madhiyyah & carolia, 2016).


Menurut Wahid, A., & Suprapto, I., (2013), Pengobatan

tuberkulosis terbagi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan

fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri

dari paduan obat utama dan tambahan.

a. Jenis dan dosis OAT


Tabel 2.3 Tabel Jenis Dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis

Nama obat Dosis/ kg BB


Rifampisin 10 mg
Iinsoniazid 5 mg
Pirazinamid 25 mg

33
34

Streptomisin 15 mg
Etambutol 20 mg
Sumber: Kusuma dan Nurarif (2015)
b. Panduan Obat OAT Indonesia
1) Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Kasus baru dengan dahak positif dan penderita dengan

keadaan yang seperti meningitis, tuberkulosis miller,

perikarditis, peritonitis, pleuretis masif atau bilateral,

spondilitis dengan gangguan neurologik, penderita

dengan dahak negatif tetapi kelainan parunya luas,

tuberkulosis usus, tuberkulosis saluran kemih.


Tahap intensif terdiri dari Insoniazid (H), rifampizin

(R), pirazinamid (Z) dan etambutol (E). Obat-obat

tersebut diberikan setiap hari selam dua bulan

(2HRZE), kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan

yang terdiri dari insonisid (H) dan rifampisin (R), di

berikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3)

obat ini diberikan untuk:


a) Penderita baru tuberkulosis paru BTA positif
b) Penderita tuberkulosis paru BTA negatif rotgen

postif yang sakit berat


c) Penderita tuberkulosis ekstra paru berat
Tabel 2.4 Tabel Panduan OAT Kategori 1
Tahap Lama H 300 R 450 Z 500 E 250 
Mg Mg mg mg
intensif 2 bln 1 1 3 3 60
Lanjutan 2 1 - - 54
Sumber: Wahid dan Suprapto (2013).
2) Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Kasus kambuh atau gagal dengan dahak tetap positif.
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri

dari 2 bulan dengan insoniazid (H), Rifampisin (R),

pirazinamid (Z), etambutol (E) dan suntikan

34
35

streptomisin setiap hari, dilanjutkan 1 bulan dengan

Insoniasid (H), rifampisin (R), pirasinamid (Z), tahap

lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan 3x

dalam seminggu, perlu diperhatikan bahwa suntikan

sterptomisin diberikan setelah penderita selesai

menelan obat.
Obat ini diberikan untuk:
a) Penderita kambuh (relaps)
b) Penderita gagal (failure)
c) Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after

default)

Table 2.5 Panduan OAT Kategori 2


Obat Tahap
Intensif Lanjutan
Bulan 1 bulan 5 bulan
H (300 mg) 1 1 2
R (450 mg) 1 1 1
Z (500 mg) 3 3 -
E (250 mg) 3 3 1
E (500 mg) - 2
Streptomisin 0,75 - -
injeksi
Jumlah 60 30 66
Sumber: Wahid dan Suprapto (2013).
3) Kategori III (2HRZ/4H3R3)
Kasus dengan dahak negatif tetapi kelainan parunya

tidak luas dan kasus tuberkulosis di luar paru selain dari

yang disebut dalam kategori 1.


Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari

selama 2 bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap

lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali

seminggu (4HER3), obat ini diberikan untuk:

35
36

a) Penderita baru BTA negatif dan rotgen positif sakit

ringan.
b) Penderita ekstra paru ringan, yaitu tuberkulosis

kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis eksudative

unilateral, tuberkulosis kulit, tuberkulosis tulang

(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar

adrenal.

Tabel 2.6 Panduan OAT Kategori 3


Tahap Lama H 300 R 450 P500 
mg mg mg
intensif 2 bulan 1 1 3 60
Lanjutan 4 bulan 2 1 - 54
Sumber: Wahid dan Suprapto (2013).
4) Kategori IV
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita

baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA

positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil

pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat

sisipan (HRZE) setiap hari selama sebulan.


Tablet 2.7 Panduan OAT Sisipan
Tahap Lama Z 300 R 450 P 500 E 250 
mg mg mg mg
intensif 1bln 1 1 3 3 30
Sumber: Wahid dan Suprapto (2013).

Table 2.8 Efek Samping dari obat OAT


Nama Obat Efek Samping
Rifampisin Demam, malaise, muntah, mual, diare,
kulit gatal dan merah, SGOT/SGPT
meningkat (gangguan fungsi hati)
INH Nyeri syaraf, hepatitis (radng hati),
alergi, demam, ruam kulit.
Pirazinamid Muntah, mual, diare, kuli merah dan
gatal, kadar asam urat meningkat,
gangguan fungsi hati.
Streptomisin Alergi, demam, ruam kulit, kerusakan

36
37

vestibuler, vertigo (pusing).


Etambutol Gangguan syaraf mata.
Sumber: Wahid dan Suprapto (2013).

2.3.2 Diagnosa keperawatan


Menurut SDKI (2017), diagnosa yang muncul pada tuberkulosis

antara lain:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Definisi
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi

saluran nafas guna mempertahankan jalan nafas yang bersih


Batasan karakteristik :
Subyektif :
a. Dispnea, sulit berbicara, ortopnea

Obyektif :

a. Suara nafas tambahan (misalnya rale, crackle, rongci, dan

mengi).
b. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
c. Batuk tidak ada atau tidak efektif, sianosis, kesulitan untuk

berbicara, penurunan suara nafas, ortopnea, gelisah, sputum

berlebih, warna dan viskositas sputum abnormal, mata

terbelalak
Faktor yang berhubungan :
a. Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, dan perokok

pasif
b. Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, retensi secret,

mucus berlebih, adanya jalan nafas buatan, terdapat benda

asing di jalan nafas, secret di bronki, dan eksudat di alveoli.

37
38

c. Fisiologis : disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding

bronchial, infeksi, asma, jalan nafas alergik (trauma)


2. Gangguan pertukaran gas
Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi

karbondioksida di membrane kapiler-alveolar


Batasan karakteristik :
Subyektif:
a. Dispnea, sakit kepala pada saat bangun tidur, gangguan

penglihatan

Obyektif:

a. Gas darah arteri yang tidak normal


b. PH arteri tidak normal
c. Ketidaknormalan frekuensi, irama, dan kedalaman

pernafasan
d. Warna kulit tidak normal (misalnya, pucat dan kehitaman)
e. Konfusi, sianosis (hanya pada neonates), karbondioksida

menurun, diaphoresis, hiperkapnea, hiperkarbia, hipoksia,

hipoksemia, iritabilitas, nafas cuping hidung, gelisah,

samnolen, takikardia

Faktor yang berhubungan :

a. Perubahan membran kapiler-alveolar


b. Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Definisi
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhhi kebutuhan

metaboik
Batasan karakteristik
Subjektif
a. Kram abdomen, nyeri abdomen, menolak makan, persepsi

ketidakmampuan untuk mencerna makanan, melaporkan

38
39

perubahan sensasi rasa, (melaporkan) kurangnya makanan,

merasa cepat kenyang setelah mengonsumsi makanan

Objektif

a. Pembuluh kapiler rapuh, diare atau streatore, (adanya

buktti) kekurangan makanan, kehilangan rambut yang

berlebihan, bising usus hiperaktif, kurang informasi,

informasi yang salah, kurangna minat terhadap makanan,

membran mukosa pucat, tonus otot buruk, BB menurun, ada

tanda mal nutrisi,


Objektif
a. Pembuluh kapiler rapuh
b. Diare
c. Adanya bukti kekurangan makanan
d. Kehilangan rambut yang berlebih
e. Bising usus hiperaktif
f. Kurang informasi, informasi yang salah
g. BB mengalami penurunan, kurang minat terhap makanan,

cepat merasa kenyang, porsi makan menurun


h. Membrane mukosa kering, pecah-pecah, pucat, kulit kering,

bersisik, turgor kulit abnormal


i. Tonus otot buruk
j. Kelemahan otot untuk mengunyah dan menelan.

Faktor yang berhubungan :

a. Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan

atau menyerap nutrien akibat faktor biologis, psikologis,

atau ekonomis, termasuk beberapa contoh berikut ini,

penyakit kronis, intoleransi makanan, hilang nafsu makan,

mual dan muntah.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

4. Ketidakefektifan pola napas

39
40

Definisi

inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang

adekuat.

Batasan karakteristik

Subjektif

a. Dispnea
b. Napas pendek

Objektif

a. Perubahan eksursi dada, penurunan tekanan inspirasi

ekspirasi, penuruna kapasitas vital


b. Napas dalam (dewasa V 500ml pada saat istirahat ,bayi 6-8

ml/kg), napas cuping hidung, ortopnea, fase ekspirasi

memanjang, pernapasan bibir mecucu, kecepatan respirasi,

Takipnea
c. Penggunaan otot bantu asesorius untuk bernapas
Faktor yang berhubungan
a. Ansietas, posisi tubuh, defomitas tulang, defomitas dinding

dada, penurunan energi dan kelelahan, hiperventilasi,

sindrom hipoventilasi, kerusakan muskoloskeletal,

imaturitas neurotologis, disfungsi neuromuscular, obesitas

5. Hipertermi

Definisi

Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal

Batasan karakteristi:

40
41

Objektif :

a. Kulit merah
b. Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
c. Frekuensi napas meningkat
d. Kejang atau konvulsi
e. Kulit teraba hangat
f. Takikardi
g. Takipnea
Factor yang berhubungan
6. Dehidrasi, penyakit trauma, ketidakmampuan atau penurunan

kemampuan untuk berkeringat, pakaian yang tidak tepat,

peningkatan laju metabolism, obat atau anastesia, terpajan pada

lingkungan yang panas (jangka panjang), aktivitas yang berlebih

Intoleransi aktivitas

Definisi

Ketidak cukupan energi fisiologis atau psikologisuntuk

melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin

atau harus dilakukan.

Subjektif

a. Ketidaknyaman atau dipsnea saat aktifitas

b. Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal

Objektif

a. Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai

respon terhadap aktivitas,

b. Kelemahan otot, membutuhkan bantuan saat beraktivitas

c. Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

Batasan karakteristik:

41
42

a. Ketidak nyamanan atau dispnea saat beraktivitas

melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal.


b. Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai

respon terhadap aktivitas


c. Perubahan EKG yang menunjukkan artitmia atau iskemia
Faktor yang berhubungan :
a. Tirah dan baring dan imobilitas.
b. Kelemahan umum
c. Ketidak seimbangan anatara suplai dan kebetuhan okisgen
d. Gaya hidup yang kurang gerak
7. Resiko Infeksi b.d Organisme purulen (Kusuma & Nurarif,

2015).
Definisi
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.
Factor resiko:
Penyakit kronis, pengetahuan yang tidak cukup untuk

menghindari pemajanan pathogen, pertahanan tubuh primer

yang tidak adekuat, ketidakadekuatan pertahan sekunder,

vaksinasi tidak adekuat, pemajanan terhadap pathogen

lingkungan meningkat, prosedur invasive, malnutrisi, tidak

menggunakan maskep, tidak tahu cara pembuangan dahak yang

benar, tidak memiliki tempat pembuangan secret yang khusus.

2.3.3 Intervensi keperawatan


Intervensi keperawatan menurut Judith (2015) adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Tujuan :

42
43

a. Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang efektif


b. Menunjukkan status pernafasan yang baik

Hasil NOC :

a. Pencegahan inspirasi: tindakan personal untuk mencegah

masuknya cairan dan partikel padat ke dalam paru


b. Status pernafasan: kepatenan jalan nafas: jalan nafas

trakeobronkial terbuka dan bersih untuk pertukaran gas


c. Status pernafasan: ventilasi: pergerakan paru masuk dan

keluar paru

Intervensi NIC :

a. Manajemen jalan nafas: memfasilitasi kepatenan jalan udara


b. Pengisapan jalan nafas: mengeluarkan secret dari jalan

nafas dengan memasukkan kateter penghisap ke dalam jalan

nafas oral atau trakea


c. Kewaspadaan aspirasi: mencegah atau meminimalkan factor

risiko pada klien yang berisiko mengalami aspirasi


d. Manajemen asma: mengidentifikasi, menangani, dan

mencegah reaksi inflamasi/konstriksi di dalam jalan nafas


e. Peningkatan batuk: meningkatkan inhalasi dalam pada klien

yang memiliki riwayat keturunan mengalami tekanan

intratoraksik dan kompresi parenkim paru yang mendasari

untuk pengerahan tenaga dalam menghembuskan udara


f. Pengaturan posisi: mengubah posisi klien atau bagian tubuh

klien secara sengaja untuk memfasilitasi kesejahteraan

fisiologis dan psikologis


g. Pemantauan pernafasan: mengumpulkan dan menganalisis

data klien untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan

pertukaran gas yang adekuat

43
44

h. Bantuan ventilasi: meningkatkan pola nafas spontan yang

optimal, yang memaksimalkan pertukaran oksigen dan

karbondioksida dalma paru

Aktivitas keperawatan:

a. Pengkajian
1) Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut:
a) Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
b) Keefektifan obat resep
c) Kecendenrungan pada gas darah arteri, jika

tersedia
d) Frekuensi, kedalaman, dan upaya pernafasn
e) Faktor yang berhubungan seperti nyeri, batuk tidak

efektif, mucus kental, dan keletihan


2) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk

mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan

adanya suara nafas tambahan


3) Penghisapan jalan nafas (NIC)
a) Tentukan kebutuhan penghisapan oral atau trakea
b) Pantau status oksigen klien (tingkat SaO 2 dan

SvO2) dan status hemodinamika (tingkat MAP

{mean arterial pressure} dan irama jantung) segera

selama, sebelum, dan setelah penghisapan


c) Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan
b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung
2) Informasikan kepada klien dan keluarga tentang

larangan merokok didalam ruangan perawatan, beri

penyuluhan tentang pentingnya berhenti merokok


3) Instruksikan kepada klien tentang batuk dan teknik

nafas dalam untuk memudahkan pengeluarkan secret


4) Ajarkan klien untuk membebat/mengganjal luka insisi

pada saat batuk

44
45

5) Ajarkan klien dan keluarga tentang makna perubahan

sputum, seperti wrarna, karakter, jumlah, dan bau.


c. Aktivitas kolaboratif
1) Rundingkan dengan ahli terapi pernafasan, jika perlu
2) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk

perkusi atau peralatan pendukung


3) Berikan udara atau oksigen yang telah dihumidifikasi

(kelembapan) sesuai dengan kebijakan institusi


4) Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer,

ultrasonik, dan perawatan paru lainnya sesuai dengan

kebijakan dan protocol institusi


5) Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal
d. Aktivitas lain
1) Anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi

pengeluaran sekret
2) Anjurkan penggunaan spirometer insentif
3) Jika klien tidsak mampu ambulasi, pindahkan klien dari

satu sisi tempat tidur satu ke tmpat tidur yang lain

sekurangnya dua jam sekali


4) Informasikan kepada klien sebelum memulai prosedur,

untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan

kontrol diri.
2. Gangguan pertukaran gas
Tujuan:
a. Gangguan pertukaran gas akan berkuranag, yang dibuktikan

oleh tidak terganggunya respon alergi: sistemik,

keseimbangan elektrolit dan asam basa, respon ventilasi

mekanis
b. Status pernafasan: pertukaran gas tidak akan terganggu

yang dibuktikan oleh indicator gangguan sebagai berikut:


1) Status kognitif
2) PaO2, PaOCO2, pH arteri, dan saturasi O2
3) Tidal akhir CO2

45
46

c. Status pernafasan: pertukaran gas tidak akan terganggu

yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1) Dispnea saat istirahat, dispnea saat aktivitas berat
2) Gelisah, sianosis, dan samnolen
d. Status pernafasan: ventilasi tidak akan terganggu yang

dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1) Frekuensi pernafasan, irama pernafasan, ekspulsi udara,

dispnea saat istirahat, bunyi nafas auskultasi.

Kriteria hasil NOC :

a. Respon alergi: sistemik: keparahan respon hipersensitivitas

imun sistemik terhadap antigen lingkungan (eksogenus)

tertentu
b. Keseimbangan elektrolit dan asam basa: keseimbangan

elektrolit dan non elektrolit dslam kompartmen intrasel dan

ekstrasel tubuh
c. Respon ventilasi mekanis: orang dewasa: pertukaran

alveolar dan perfusi jaringan yang disokong oleh ventilasi

mekanis
d. Status pernafasan: pertukaran gas: pertukaran CO2 atau O2

di alveoli untuk mempertahankan konsentrasi gas darah

arteri
e. Status pernafasan: ventilasi: perpindahan udara yang masuk

dan keluar paru-paru


f. Perfusi jaringan paru: keadekuatan aliran darah melewati

valkulatur paru yang utuh untuk perfusi unit alveoli-kapiler


g. Tanda-tanda vital: kondisi suhu, nadi, pernafasan, dan

tekanan darah dalam rentang normal.

Intervensi NIC

46
47

a. Manajemen asam basa: meningkatkan keseimbangan asam

basa dan mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan

asam basa
b. Manajemen asam basa: asidosis respiratori: meningkatkan

keseimbangan asam basa dan mencegah komplikasi akibat

kadar pCO2 serum yang lebih tinggi dari yang diharapkan


c. Manajemen assam basa: alkalosis respiratori: meningkatkan

keseimbangan asam basa dan mencegah komplikasi akibat

kadar pCO2 serum yang lebih rendah dari yang diharapkan


d. Manajemen jalan nafas: memfasilitasi kepatenan jalan nafas
e. Manajemen anafilaksis: meningkatkan keadekuatan

ventilasi dan perfusi jaringan untuk individu yang

mengalami reaksi alergi (antigen-antibodi) berat


f. Manajemen asma: mengidentifikasi, mengatasi, dan

mencegah reaksi terhadap inflamasi/konstriksi di jalan nafas


g. Manajemen elektrolit: meningkatkan keseimbangna

elektrolit dan mencegah komplikasi akibat kadar elektrolit

serum yang tidak normal atau di luar harapan


h. Perawatan emboli: paru: membatasi komplikasi pada klien

yang mengalami atau beresiko terhadap oklusi sirkulasi

paru
i. Pengaturan hemodinamika: mengoptimalkan frekuensi

jantung, preload, afterload, dan kontraktilitas jantung


j. Ventilasi mekanis: penggunaan alat buatan untuk mebantu

klien bernafas
k. Terapi oksigen: memberikan oksigen dan memantau

efektivitasnya
l. Pemantauan pernafasan: mengumpulkan dan

menganalisisdata klien untuk memastikan kepatenan jalan

nafas dan adekuatnya pertukaran gas

47
48

m. Tanda-tanda vital: mengumpulkan dan menganalisis dat

kardiovaskuler, pernafasan, dan suhu tubuh untuk

menetukan dan mencegah komplikasi.

Aktivitas keperawatan:

a. Pengkajian
1) Kaji suara paru, frekuensi nafas, kedalaman, dan usaha

nafas,, dan produksi sputum sebagai indicator

keefektifan penggunaan alat penunjang


2) Pantau saturasi O2 dengan oksimeter nadi
3) Pantau hasil gas darah
4) Pantau kadar elektrolit
5) Pantau status mental
6) Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat klien

tampak samnolen
7) Observasi terhadap sianosis, terutama membran

mukosa mulut.
b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Jelaskan penggunaan alat bantu yang digunakan
2) Ajarkan kepada klien teknik bernafas dan relaksasi
3) Jelaskan kepada klien dan keluarga alas an pemberian

oksigen dan tindakan lainnya


4) Informasikan kepada klien dan keluarga bahwa

merokok itu dilarang.


c. Aktivitas kolaboratif
1) Konsultasikan dengan dokter tentang pentingnya

pemeriksaan gas darah arteri (GDA) dan penggunaan

alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya

perubahan kondisi pasien


2) Laporkan perubahan pada data pengkajian terakhir

(misalnya, sensorium pasien, suara nafas, pola nafas,

analisis gas darah arteri, sputum, dan efek obat)

48
49

3) Berikan obat yang diresepkan dokter untuk

mempertahankan keseimbangan asam basa


4) Persiapkan klien untuk ventilasi mekanis, bila perlu.

d. Aktivitas lain
1) Jelaskan kepada klien sebelum memulai pelaksanaan

prosedur, untuk menurunkan ansietas dan

meningkatkan rasa kendali


2) Beri penenangan kepada klien selama periode

gangguan atau kecemasan


3) Lakukan hygiene oral secara teratur
4) Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen
5) Apabila oksigen diprogramkan bagi klien yang

memiliki masalah pernafasan kronis, pantau aliran

oksigen dan pernafasan secara hati-hati karena adanya

resiko deprei pernafasan akibat oksigen.


3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan
memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang di

buktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5 tidak

adekuat, sedikit adekuat, cukp, adekuat, sangat adekuat): asupan

cairan oral atau IV.


Kriteria hasil NOC:

a. Keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau

sedang menjalani pengobatan

b. Tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan

metabolik

49
50

c. Jumlah makanan dan cairan yang di konsumsi tubuh selama

waktu 24 jam

d. Keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya.

Intervensi NIC:

Aktivitas keperawatan

a. Pengkajian

1) Tentukan motivasi klien untuk mengubah kebiasaan

makan

2) Pantau nilai laboratorium, khusunya transferin,

albumin, dan elektrolit

3) Manajemen nutrisi (NIC):

a) Ketahui makanan kesukaan klien

b) Tentukan kemampuan klien untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi

c) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan

asupan

d) Timbang klien pada interval yang tepat.

b. Penyuluhan

1) Aturkan periode untuk perencanaan makan

2) Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi

dan tidak mahal

3) Manajemen nutrisi (NIC): berikan innformasi yang

tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana

memenuhinya

50
51

c. Aktivitas kolaboratif

1) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan

kebutuhan preotein klien yang mengalami ketidak

adekuatan asupan protein atau kehilangan preotein

2) Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu

makan, makanan pelengkap

3) Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan

nutrisi

d. Aktivitas lain

1) Buat perencanaan makan dengan klien yang masuk

dalam jadwal makan, lingkungan makan, kesukaan dan

ketidaksukaan pasien, serta suhu makanan

2) Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan

kesukaan

4. Ketidakefektifan Pola Napas

Tujuan

a. Menunjukan pola pernapasan efektif,yang di buktikan oleh

status pernapasan: status ventilasi dan pernapasan yang

tidak terganggu: kepatenan jalan napas; dan tidak ada

penyimpangan tanda vital dari rentang normal.


b. Menunjukkan status pernapasan ventilasi tidak terganggu

yang di buktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut

(sebutkan 1-5; gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan,

tidak ada gangguan).


1) Penggunaan otot aksesorius
2) Suara napas tambahan

51
52

3) Pendek napas
4) Menunjukan pernapasan optimal pada saat terpasang

ventilator mekanis
5) Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam

batas normal
6) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk

pasien
7) Maminta bantuan pernapasan saat di butuhkan
8) Mampu mengambarkan rencana untuk perawatan

dirumah
9) Mengidentifikasi faktor (mis, alergen) yang memicu

ketidakefektifan pola napas, dan tindakan yang di

lakukan untuk menghindarinya.

Kriteria Hasil NOC


a. Respons alergik sistemik :tingkat keparahan respon

imunhipersensitif sistemik terhadap antingen tertentu dari

lingkungan (oksogen)
b. Respons ventilasi mekanis: orang dewasa: pertukaran

alveolar dan perfusi jaringan yangb di bantu oleh ventilasi

mekanis
c. Responan penyapihan ventilasi mekanis: orang dewasa

:penyesuaan sistem pernafasan dan fisiologis terhadap

proses pelepasan diri ventilasi mekanis secara bertahap


d. Sistem pernapasan: kepatenan jalan nafas: jalur nafas

trakeobronkeal bersih dan terbuka untuk pertukaran gas


e. Status respirasi ventilasi : pergerakan udara ke dalam dan ke

luar paru
f. Status tanda vital: tingkat suhu, nadi, pernapasan, dan

tekanan drah dalam rentang normal.

Intervensi NIC

52
53

a. Manajemen jalan napas :memfasilitasi kepatenan jalan

napas
b. Pengisapan jakan napas: mengeluarkan sekrtet jalan napas

dengan cara memasuka kateter pengisapan ke dalam jalan

napas oral atau trakea pasiean.


c. Manajemen anafilakis :menuingkatkan ventilasi dan perfusi

jaringan yang adekuat untuk individu yang mengalami

reaksi alergi berat (antigen-antibodi)


d. Manajemen jalan napas buatan: memelihara selang

endotrake dan selang trakeostomi serta mencegah

komplikasi yang berhubungan dengan penggunaanya.


e. Manajemen asma: mengidentifikasi, mengobati, dan

mencengah reaksi inflamasi/konstriksi di jalan napas.


f. Ventilasi mekanis: mengunakan alat buatan untuk

membantu pasien bernapas


g. Penyampihan ventilator mekanis: membantu pasien untuk

bernapas tanpa bantuan ventilator mekanis.


h. Pemantauan pernapasan: mengupulkan dan menganalisis

data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan

pertukaran gas yang adekuat.


i. Bantuan ventilasi: meningkatkan pola pernapasan spontan

yang optimal sehingga memaksimalkan pertukran oksigen

dan karbon dioksida di dalam paru.


j. Pemantauan tanda vital: mengumpulkan dan kardiovaskular,

pernpasan dan suhu tubuh pasien untuk menentukan dan

mencegah komplikasi.
Aktivitas keperawatan
Pada umumnya tindakan keprawatan untuk diagnosis ini

berfokus pada pengkajian penyebab ketidakefektifan

pernapasan pemantauan status pernapasan penyuluhan

53
54

mengenai penantaklasaaan mandiri terhadap alergi membimbing

pasien untuk memperlambat pernapasan dan mengendalikan

respons dirinya membantu pasien menjalani pengobatan

pernpasan dan menenangkan pasien selama periode dispnea dan

jalan napas pendek.


Pengkajian
a. Pantau adanya pucat dan sionosis
b. Pantau efek obat pada status pernapasan
c. Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi dan sangkar iga
d. Kaji kebutuhan insersi jalan napas.

5. Hipertermi

Tujuan

a. Pasien akan menunjukkan termoregulasi yang dibuktikan

indicator sebagai berikut, berkeringat saat panas, denyut

nadi radialis, frekuensi pernapasan.


b. Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu

tubuh.
c. Menjelaskan tindakan ya ng tepat untuk mencegah atau

meminimalkan peningkatan suhu tubuh.


d. Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermi
Kriteria hasil NOC :
a. Termoregulas: keseimbangan antara produksi panas,

peningkatan panas, dan kehilangan panas.


b. Termoregulasi: neonates: keseimbangan antara produksi

panas, peningkatan panas, dan kehilangan panas selama 28

hari pertama kehidupan.


c. Tanda-tanda vital: nilai suhu, denyut nadi, frekuensi

pernapasan, dan tekanan darah dalam rentang normal.


Intervensi NIC :
a. Terapi demam: penatalaksaan pasien yang mengalami

hipertensi akibat factor selain lingkungan.

54
55

b. Kewaspadaan hipertermia maligna: pencegahan atau

penurunan respon hipermetabolik terhadap obat-obat

farmakologi yang digunakan selama pembedahan.


c. Regulasi suhu: mencapai atau mempertahankan suhu tubuh

dalam rentang normal.


d. Perawatan bayi baru lahir: penatalaksaan neonates selama

transisi dari ke kehidupan diluar rahim dan periode

stabilisasi selanjutnya.
e. Pemantauan tanda-tanda vital: mengumpulkan dan

menganalisa data kardiovaskular, pernapasan, dan suhu

tubuh untuk menetukan serta mencegah komplikasi.


Aktifitas keperawatan
Pengkajian
a. Pantau aktifitas kejang
b. Pantau hidrasi
c. Pantau tekanan darah
Penyuluha untuk pasien dan keluarga
a. Ajarkan pasien dan keluarga dalam mengukur suhu untuk

mencegah dan mengenali secara dini hiperterm misalnya

sengatan panas, dan keletihan akibat panas.


b. Ajarkan tindakan yang dilakukan jika perlu.
Aktivitas kolaborasi :
a. Regulasi suhu, pemberian obat antipiretik, gunakan matras

dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan

suhu tubuh jika perlu.

Aktivitas lain :
a. Lepaskan pakaian yang berlebih dan tutupi dengan selimut

saja
b. Gunakan waslap dingin (atau kantong es yang dibalut

dengan kain) di aksila, kenign, tengkuk, dan lipat paha

55
56

c. Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter sehari,

dengan tambahan cairan selama aktivitas yang berlebihan

atau aktivitas sedang cuaca panas.


d. Gunakan kipas yang berputar diruangan pasien
e. Gunakan selmut dingin
f. Untuk hipertermi maligna
1) Lakukan perawatan kegawatdaruratan sesuai dengan

protokol

6. Intoleransi Aktivitas

Definisi

Ketidak cukupan energi fisiologis atau psikologisuntuk

melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin

atau harus dilakukan.

Tujuan

a. Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang

dibuktikan oleh toleransi aktivitas, ketahanan, penghematan

energy, kebugaran fisik, energi psikomotorik, dan

perawatan diri: aktivitas kehidpan sehari hari (AKSI)


b. Menujukkan aktivitas toleransi, yang dibuktikan oleh

indikator sebagai berikut seberat, disebutkan 1-5 gangguan

ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami

gangguan:
1) saturasi oksigen saat aktivitas
2) frekuensi pernapsan saat beraktivitas
3) kemampuan untuk berbicara saat beraktivitas fisik
c. Mendemonstrasikan penghematan energi, yang dibuktikan

oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-15:tidak pernah,

jarang, kadang kadang, sering atau selalu ditampilkan) :


1) Meyadari keterbasan energi
2) Menyeimbangkan aktivtas dan istirahat

56
57

3) Mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energy

Kriteria Hasil NOC :

a. Tolereransi aktivitas:respons fisiologis terhadap geraka

yang memakan energi dalam aktivitas sehari-hari.


b. Ketahanan: kapasitas unutuk menyelesaikan aktivitas
c. Penghemat energi: tindakan individu untuk mengola energi

untuk memulai dan menyelesaikan aktiviatas.


d. Kebugaran fisik: pelaksanaan aktivitas fisik yang penuh

fitalitas
e. Energi psikomotorik: dorongan dan energi idividu untuk

mempertahankan aktivitas hidup sehari-hari, nutrisi dan

keamanan personal
f. Perwatan diri: ativitas kehidupa sehari-hari (aksi):

kemampuan untuk melalukan tugasa-tugas fisik yang paling

dasar dan aktivitas perwatan pribadi secara mandiri denga

atau tanpa alat bantu.


g. Perawatan diri aktivitas kehidupan sehari hari

instrumental(AKSI) :kemmpuan untuk melakukuan aktvitas

yang dibutuhkan dalam fungsi dirumah atau komunitas

secara amandiri dengan atau tampa alat bantu.


Intervensi NIC :
a. Terapi aktivitas:memberi anjuran tentang dan aktivitas fisik,

kognitif, sosial, dan spritual, yang spesifik untuk

meningkatkan tentang, frekuensi, atau durasi aktivitas

individu (atau kelompok)


b. Menejemen energi: mengsur engunan energi untuk

mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan

fungsi

57
58

c. Menejemen lingkungan: memanipulasi lingkungan sekitr

pasien untuk memperoleh manfaat terapeotik, sekimulasi

sensorik, dan pesejahteraan psikilogis


d. Terapi latian fisik: mobilitas sendi : menggunakan geakan

tubuh aktif atau pasief umtuk memerthankan atau

memperbaiki fleksi bilitas sendi.


e. Terapai latian fisik: pengendalian otot: mengunakan

aktivitas atau protokol latihan yang spesifik untuk

meningkatkan atau memulihkan gerakan tubuh yang

terkontrol
f. Promosi latian fisik: latian kekuatan: mefasilitasi latian otot

resistif secara rutin untuk mempertahankan dan

meningkatkan kekuatan otot


g. Bantuan pemeliharaan rumah: membantu apsien dan

kluarga untuk menjaga rumah sebagai tempat tinggal yang

besih,aman dan, menyenangkan


h. Menejemen alam perasaan: memberi rasa keamanan,

stabilitasi pemulihan, dan pemeliharaan pasien yang

mengalami disfunsi alam perasaan baik depresi namun

peningkatan alam perasaan


i. Bantuan perawatan diri: membantu individu untuk

melakukan AKS
j. Bantuan perawtan diri aksi: membantu dan mengarahkan

individu untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari hari

instrumental (AKSI) yang diperlukan untuk berfungsi

dirumah atu dikomunitas


Aktivitas keperawatan
a. Pengkajian.

58
59

1) Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari

tempat tidur, berdiri,ambulasi,dan melakukan aks dan

aksi
2) Kaji respon emosi,sosial,dan spiritual terhadap aktivitas
3) Evaluasi motifasi dan keinginan pasien untuk

meningkatkan aktifitas
4) Menejemen energi (NIC)
(a) Tentukan penyebeb keletihan (misalnya, perawat,

nyeri, dan pegobatan).


(b) Pantau respon kardioresparitori terhadap aktivitas

(misalnya, takikardia, disritmia lain lain, dispnea,

diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik, dan

frekuensi pernapasan).
(c) Pantau respon oksigen pasien (misalnya,denyut

nadi,irama jantung, dan frekuensi pernapasan)

terhadap aktivitas perawatan diri atau aktivitas

keperawatan.
(d) Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-

sumber energi yag adekuat.


(e) Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan

lamanya waktu tidur dalam jam


b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Instruksi kepada pasien dan keluarga dalam:
1) Pengunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas,

jika perlu
2) Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas,

termasuk kondisi yang perlu dilaporkan kepada dokter


3) Pentingnya nutrisi yang baik
4) Penggunaan peralatan,s eperti oksigen, selama aktivitas
5) Penggunaan teknik relaksasi (misalnya, distraksi,

visualisasi) selama aktivitas

59
60

6) Dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung jawab

peran dalam keluarga dan tempat


7) Tindakan untuk menghemat energi, sebagai contoh:

menyimpan alat atau benda yang sering digunakan di

tempat yang mudah di jangkau


8) Menejemen energi (NIC)
(a) Ajarkan kepada pasien dan orang terdekat tentang

teknik perawatan diri yang akan meminimalkan

konsumsi oksigen (misalnya,pemantaun mandiri

dan teknik langkah untuk melakukan AKS)


(b) Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik

menejemen waktu untuk mencegah kelelahan


c. Aktivitas kolaboratif
1) Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila

nyeri merupakan salah satu faktor penyebab


2) Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi,fisik

(misalnaya, untuk latihan ketahanan), atau rekreasi

untuk merecanakan dan mematau program aktivitas,jika

perlu.
3) Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk ke

layanan kesehatan jiwa di rumah


4) Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan rumah untuk

mendapatkan pelayanan bantuan perawatan rumah, jika

perlu
5) Rujuk pasien ke ahli gizi untuk pencernaan diet guna

meningkatkan asupan makanan yang kaya energi


6) Rujuk pasien ke pusat rehabilitas jantung jika keletihan

berhubungan dengan penyakit jantung


d. Aktivitas lain
1) Hindari menjadwalkan pelaksaan aktivitas perawat

selama periode istirahat

60
61

2) Bantu pasien untuk mengubah posisi secar berkala,

bersandar, duduk, berdiri, dan ambulasi, sesuai

toleransi
3) Pantau tanda tanda vital sebelum,selama,dan setelah

aktivitas; hentikan aktivitas jika tanda tanda vital tidak

dalam rentang normal bagi pasien atau jika anda tanda

tanda bahwa aktivitas tidak dapat ditoleransi (misalnya,

nyeri, dada, pucat, vertigo, dispnea)


4) Rencanakan aktivitas bersama pasien dan keluarga

yang meningkatkan kemandirian dan ketahanan,sebagai

contoh:
(a) Anjuran periode untuk istirahat dan aktivitas secara

bergantian
(b) Buat tujuan yang sederhana, realitas, dan dapat

dicapai oleh pasien yang dapat meningkatkan

kemandirian dan harga diri


5) Manajemen energi (NIC)
(a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan

aktivitas
(b) Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien

memiliki energi paling banyak


(c) Bantu dengan akttivitas fisik teratur misalnaya:

ambulasi, berpindah, mengubah posisi, dan

perawatan personal), jika perlu


(d) Batasi rangsangan lingkungan (seperti cahaya dan

kebisingan)
(e) Untuk mengfasilitasi relaksasi
(f) Batu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri

denag membuat dokumentasi tertulis yang

mencatat asupan kalori dan energi, jika perlu.

61
62

7. Resiko infeksi b.d organisme purulen


Kriteri hasil:
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi (peningkatan suhu

tubuh > 37)


b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya


c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya

infeksi
d. Jumlah leokosit dalam batas normal
e. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi
a. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
b. Identifikasi orang lain yang beresiko
c. Anjurkan pasien untuk/bersin dan mengeluarkan pada

tempat yang telah didesinfektan dan menghindari meludah


d. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara
e. Identifikasi faktor resiko induvidu terhadap pengaktifan

berulang
f. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
g. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodic

terhadap sputum
h. Kolaborasi pemberian antibiotik
i. Kolaborasi dalam pemeriksaan darah

2.3.4 Implemetansi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan

mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.

Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang

didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan

merupakan petunjuk atau perintah dari tugas kesehatan lain.

Tindakan kolaboratif adalah tindakan yang didasarkan hasil

62
63

keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain

(Tarwoto (2010) dalam Fery, 2016).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan keperawatan yang menandakan

keberhasilan dari diagnosis keperawatan, tahap valuasi

memungkinkan perawat untuk memonitor apa yang terjadi selama

proses keperawatan (Nursalam, 2012). Adapun evaluasi SOAPIER

sendiri adalah: S (Subjektif) berupa pernyataan atau keluhan dari

pasien, O (Objektif) data yang diobservasi dari perawat atau

keluarga, A (Analilisis) kesimpulan dari data subjektif dan objektif,

P(Planing)apa yang dilakukan terhadap masalah, I (Implementasi)

bagaimana dilakukan tindakan, E (Evaluation) respon klien terhadap

tindakan keperawatan, R (Revised) apakan rencana keperawatan

dapat diubah (Notoadmodjo dalam Fery, (2016)).

63
BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana dan struktur peneliti yang disusun

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Penelitian studi kasus

adalah penelitian yang meneliti fenomena kontemporer secara utuh dan

menyeluruh pada kondisi yang sebenarnya, dengan menggunakan

menggunakan berbagai sumber data (Hidayat, 2009). Desain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian kualitatif dengan

metode studi kasus. Studi kasus dalam penelitian ini adalah melakukan

komparasi asuhan keperawatan pada klien yang mengalami TB Paru dengan

Bersihan Jalan Napas tidak efektif di ruang penyakit dalam (RPD) 1 RSUD

Blambangan Banyuwangi.
3. 2 Batasan Istilah
Judul pada penelitian ini adalah asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami TB paru dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif.


Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi yang menyerang

parenkim paru yang disebabkan oleh mikobakterium tuberculosis (Irman

somantri, 2008). Tanda dan gejala dari tuberculosis paru dengan kasus

kambuh berulang adalah demam mencapai 40-410C, batuk yang tidak

kunjung sembuh, sesak nafas, klien juga mengalami nyeri dada, keringat

malam dan mengalami malaise (Amin & Bahar 2014). Mycobakterium

tuberculosis berkembang biak di saluran napas dan alveoli, selanjutnya

sistem kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan reaksi

79
80

inflamasi mengakibatkan terkumpulnya eksudat dalam alveoli sehingga

mengakibatkan bersihan jalan napas tidak efektif (Somantri, 2012).


Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan terakumulasinya

eksudat dan sekret yang berada di jalan napas dan menuju alveoli yang di

sebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosa (Manurung, 2013).


3. 3 Partisipan
Partisipan adalah orang yang benar-benar tahu dan menguasi

masalah, serta terlibat langsung dengan masalah penelitian. Penentuan

sampel atau informasi (partisipan) dalam penelitian berfungsi untuk

mendapatkan informasi yang maksimum (Sugiyono, 2009).


Menurut Ernawati(2016) sumber yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu: klien, keluarga,

petugas kesehatan.
3. 4 Lokasi Dan Waktu Penelitian
a. Peneliti melakukan penelitian di Ruang RPD 1 RSUD Blambangan

Banyuwangi
b. Waktu penelitian dilakukan 3 hari pada Tn. S dan Tn. G mulai tanggal

03 Juli 2017 sampai 05 Juli 2017

3. 5 Pengunpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam

melakukan penelitian. Untuk mendapatkan data yang akurat dan peneliti

menggunakan metode pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:


a. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini

80
81

memberikan hasil secara langsung. Dalam metode wawancara ini, dapat

digunakan instrument berupa pedoman wawancara daftar pemeriksaan

atau checklist , wawancara meliputi data tentang identitas, alsan masuk

rumah sakit, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat penyakit

sebelumnya, dan pemeriksaan fisik head to toe (Hidayat, 2009).


b. Observasi dan pemeriksaan fisik
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan

pegamatan secara langsung kepeda responden penelitianuntuk menari

perubahan atau hal yang akan diteliti (Bahctiar dkk, 2015). Tekhnik

pengumpulan data dengan cara mengamati langsung keadaan klien

untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode

observasi ini, instrument yang dapat digunakan, antara lai: lembar

observasi, panduan pengamatan (observasi) atau lembar checklist

(Hidayat, 2007). Dalam metode ini observasi yang dilakukan dengan

melakukan pemeriksaan fisik head to toe dan tanda-tanda vital

c. Studi dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang didapatkan dari buku stutus kesehatan

klien yang meliputi catatan medis yang lengkap, nyata, dan tercatat,

bukan hanya tentang kesakitan klien, tetapi juga jenis, kualitas, dan

kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan klien (Ali

jaidin, 2010).
3. 6 Uji Keabsahan Data
Menurut Wulandari. F, (2016) Uji keabsahan data dalam penelitian, sering

ditekankan pada uji validasi dan rehabilitas, uji keabsahan data

dimaksudkan untuk menguji kualitas dan atau informasi yang diperoleh, uji

keabsahan data dilakukan dengan cara:


1. Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan

81
82

2. Sumberi informasi tambahan menggunakan triangulasi (kombinasi

beragam sumberdata, tenaga peneliti, teori, dan teknik metodologi

dalam suatu peneliti atas gejala sosial), dalam penelitian ini peneliti

menggunakan triangulasi dari tiga sumber utama yaitu klien, perawat,

dan keluarga yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.


3. 7 Analisa Data
Analisa data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah

semua data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti

sudah diperoleh secara lengkap (Mukson Ali, 2010). Adapun urutan dari

tekhnik analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan ara peneliti untuk mengumpulkan data

dari hasil wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta studi

dokumentasi kemudian hasil data dan penelitian tersebut oleh peneliti

ditulis dalam bentuk catatan lapangan, pengumpulan data meliputi:

identitas klien, riwayat kesehatan, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat

pengobatan (Hidayat, 2007).


b. Mereduksi data
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dengan demikian data yang

telah dereduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

selanjutnya dianalisis berdasarkan hasil diagnostik dibandingkan nilai

normal (Sugiono (2015) dalam Rahayu. A., (20016)).


c. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasian diri klien dijaga dengan tidak memasukkan

identitas diri klien (Ernawati . D., 2016).


d. Kesimpulan

82
83

Kesimpulan adalah pengertian yang ditarik berdaarkan hasil

pengamatan dan pengukuran. Data yang dikumpulkan terkait dengan

data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi, jadi

kesimpulan penelitian ini bersifat merangkum seluruh hasil dari

penelitian yang telah dilakukan (Rahayu. A., 2016).

3. 8 Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2009), Dalam melakukan penelitian peneliti harus

memahami hak dasar manusia, manusia memiliki hak dalam menentukan

dirinya, sehingga penelitian yang akan dilakukan benar-benar menjunjung

tinggi kebebasan manusia, dalam penelitian ini peneliti menggunakan etika

penelitian yang didasarkan oleh tiga hak antara lain:


a. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar peretujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengetahui dan mengerti maksud

dan tujuan peneliti, jika subjek bersedia dilakukan penelitian maka

harus menandatangani lembar persetujuan.


b. Anonimyty
Etika dalam penelitian ini peneliti memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan dan

mencantumkan nama klien pada pada lembar alat ukur dan hanya

mrenuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan


c. Convidentiality
Etika dalam penelitian adalah memberikan jaminan kerahasiaan hasil

penelitian, baik informasi maupun masalah lain.

83
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Lokasi penelitian dilakukan di RSUD Blambangan Banyuwangi.

Rumah Sakit ini memiliki sekitar 196 tempat tidur dan 230 orang

pegawai yang bekerja di rumah sakit tersebut, RSUD Blambangan

memiliki 6 ruang rawat inap yaitu: Ruang Penyakit Dalam, Ruang

Rawat Anak, Ruang Bedah, VIP, Ruang Rawat Bersalin, Ruang

Intensif yang terdiri dari ruang ICCU, PERIN, NICU, dan fasilitas

penunjang seperti Radiologi, CT SCAN, Hemodialisa, dan Poli

Rawat Jalan.
Lokasi pengambilan data dilakukan di ruang penyakit dalam (RPD)

1, RPD 1 terdiri dari 5 ruangan yaitu Ruang Obeservasi, Ruang

Neuro, Ruang Interna, Ruang Pulmo, dan Ruang Psikiatri, kapasitas

klien di Ruang RPD 1 adalah 26 bed, setiap ruangan ada 1 kamar

mandi, jumlah perawat di RPD 1 adalah 15 orang (3 sift 4 kelompok)

BOR pasien di RPD 1 berjumlah 34 dan terisi penuh, Ruangan yang

digunakan untuk penelitian ini adalah Ruang Pulmo (kelas 3) ruang

khusus untuk klien yang mengalami penyakit yang menular. Klien 1

berada di Ruang 1 (kelas 3), klien 2 berada di Ruang 4 (kelas 3),

1 2 3 4
5
Keterangan 6
. : . .
1. Ruang interna III B .
2. Ruang perawat
3. Ruang interna II B
4. Ruang Interna II A

85
86

5. Ruang Pulmo
6. Ruang khusus

Gambar 4.1 Denah Ruang Penyakit Dalam 1 RSUD Blambangan


Banyuwangi

1. Pengkajian
Fokus pengkajian adalah Identias klien, hasil pemeriksaan fisik, keluhan

utama, riwayat penyakit (sekarang, dahulu dan keluarga) serta jika

diperlukan dapat ditambahkan genogram. Presentasi hasil dalam Karya

Tulis Ilmiah dapat dilakukan dengan teknik uraian atau tabel.


a) Identitas klien
Tabel 4.1 Identitas Klien 1 dan 2 yang Mengalami TB Paru di Ruang
RPD 1 RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017

Identitas Klien Klien 1 Klien 2


Nama Tn. S Tn. J
Umur 54 tahun 32 tahun
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki
Suku bangsa Jawa Jawa
Agama Islam Islam
Pekerjaan Nelayan Petani
Pendidikan SD SD
Status pernikahan Kawin Kawin
Alamat Krajan 4/1 Rogojampi Sempu Banyuwangi
Banyuwangi
Tgl MRS 28 juni 2017 28 juni 2017
Diagnosa Medis TB paru TB Paru

b) Status Kesehatan Saat Ini


Tabel 4.2 Riwayat penyakit saat ini klien 1 dan 2 yang mengalami
TB Paru di ruang RPD 1 RSUD Blambangan Banyuwangi juli 2017

Riwayat penyakit Klien 1 Klien 2


Keluhan utama
1. Saat MRS Klien mengeluh sesak Klien mengeluh mual
nafas Klien mengeluh mual
2. Saat Pengkajian Klien mengeluh sesak
nafas
Riwayat penyakit Klien mengeluh sesak, Klien mengeluh mual,
sekarang (PQRST) sesak dirasakan mual yang dirasakan
bertambah berat jika klien sangat mengganggu
klien bersktivitas aktivitas dan kenyaman
minimal atau aktivitas klien, dan membuat perut
berat, sesak dirasakan klien terasa sakit dan
oleh klien diseluruh dada tidak enak terasa
sehingga klien sulit kembung, mual dialami
untuk bernafas normal 9-10x/ hari. Mual
karena sesak terus dirasakan setiap kali

86
87

menerus. Saat bernafas klien mencium bau


klien menggunakan otot makanan, parfum dan
bantu pernfasan, bau obat-obatan, mual
pernafasan cuping juga dirasakan setiap kali
hidung dan saat klien selesai makan,
komunikasi megap- klien juga mengeluh
megap pusing, sempat muntah
1x dan nafsu makan
menurun, makan hanya
dihabiskan 3-4 sendok
saja.

c) Riwayat Kesehatan Terdahulu


Tabel 4.3 Riwayat Kesehatan Terdahulu klien 1 dan 2 yang
mengalami TB Paru di Ruang RPD 1 RSUD Blambangan
Banyuwangi Juli 2017

Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2


Riwayat penyakit Klien mengatakan pernah Klien mengatakan
sebelumnya mengalami batuk tidak memiliki riwayat batuk
kunjung sembuh selama berdahak lebih dari 3
lebih dari 3 bulan, klien bulan tanpa disertai
juga memiliki riwayat darah, 1 tahun yang
penyakit TB positif mulai lalu memiliki riwayat
tahun 2013. Klien juga penyakit ISPA,
sudah kambuh selama 3x kemudian dilanjutkan
dan sempat melakukan dengan riwayat
pengobatan kategori 2 penyakit TB BTA
selama 6 bulan, dan sudah positif, sudah
di ulangi selama 3x melakukan pengobatan
pengobatan berulang. selama 6 bulan karena

Sambungan……

Lanjutan Tabel 4.3


Kambuh dikarenakan tidak tidak kunjung sembuh
ada yang mengawasi klien klien putus minum obat
saat minum obat, setelah 6 pada bulan ke 3
bulan pengobatan klien pengobatan. Istri klien
menyatakan dirinya mengatakan klien
sembuh dan tidak malas minum obat,
melakukan control ke RS, meskipun dipaksa
selain itu klien mulai untuk minum obat
merokok lagi. klien tidak mau, istri
klien mengatakan
pasrah suaminya tidak
mau minum obat.
Meskipun dipaksa
akhirnya klien tetap
tidak mau minum obat.

Riwayat penyakit Klien mengatakan dalam Dalam keluarga klien


keluarga keluarga tidak ada riwayat tidak ada riwayat
penyakit darah tinggi penyakit paru,
hipertensi atau penyakit
jantung

87
88

Alergi Klien mengatakan tidak Klien tidak memiliki


ada riwayat alergi obat riwayat alergi obat atau
atau makanan alergi makanan
Kebiasaan Klien memiliki kebiasaan Klien memiliki
merokok sejak berusia 17 kebiasaan merokok
tahun, dalam satu hari sejak usia 12 tahun
klien dapat menghabiskan yang lalu, dan satu hari
2-3 bungkus rokok, klien dapat mengahbiskan 1
juga ada kebiasaan malas bungkus rokok.
berolahraga
Obatan-obatan Klien ada riwayat Klien memiliki riwayat
konsumsi obat OAT pengobatan TB BTA
kategori 2 selama 6 bulan positif, dan melakukan
dan sudah di ulangi selama pengobatan OAT
3x karena mengalami selama 6 bulan
kekambuhan
Riwayat lingkungan Klien mengatakan Keadaan lingkungan
lingkungan tempat rumah yang berdekatan
tinggalnya kurang bersih, dengan tetangga,
ventilasi kurang terdapat 2 lingkungan klien
jendela dalam 1 rumah, kurang bersih
pencahayaan cukup, ada pencahayaan dan
beberapa tetangga yang ventilasi kurang.
memilik iriwayat batuk
yang lama
tempat tinggal klien mengatakan ada
berdekatan dengan beberapa tetangga yang
tetangga yang sekitar memiliki riwayat
lingkungan tempat penyakit TB.
tinggalnya ada beberapa
orang memiliki riwayat TB
Alat bantu yang Aktivitas klien dibantu Aktifitas klien dibantu
digunakan mulai dari personal hygine klien seperti makan,
sampai dengan kebutuhan minum, mandi, dan
makan istirahat dibantu
Sambungan......
Lanjutan Tabel 4.3
oleh keluarga klien. Klien aktivitas lain, klien
tidak menggunakan gigi tidak menggunakan
palsu, kacamata, dan alat kacamata, gigi palsu,
bantu pendengaran. dan alat bantu
pendengaran

Genogram

Klien 1
X X X X

88
89

Klien 2
X X

Meninggal X

Laki-laki

Perempuan

Garis keurunan

Garis pernikahan

Tinggal serumah

Pasien

Gambar 4.2 Genogram Klien 1 dan 2 yang Mengalami TB Paru di Ruang RPD 1
RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017
d) Perubahan Pola Kesehatan (Pendekatan Gordon/Pendekatan Sistem)
Tabel 4.4 Pola Kesehatan Klien 1 dan 2 yang Mengalami TB Paru di
Ruang RPD 1 RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017

Pola kesehatan Klien 1 Klien 2


Pola persepsi
kesehatan
Sebelum sakit Dirumah klien menggunakan Dirumah klien
obat warung untuk menggunakan obat warung
membantu meringkan batuk untuk membantu
atau sakit yang dialami oleh meringkan batuk, mual
klien atau sakit yang dialami
oleh klien saat klien sakit
Saat sakit Klien mendapat obat dari Klien mendapat obat dari
rumah sakit setiap hari dan rumah sakit setiap hari dan
harus diminum 3x/hari harus diminum 3x/hari
Pola Nutrisi
Sebelum sakit Klien makan 3x/hari dengan Klien makan 3x/hari
komposisi lauk nasi putih, dengan komposisi lauk
dadar jagung, tahu, tempe, nasi putih, dadar jagung,
ikan laut, sayur asam, tahu, tempe, ikan laut,

89
90

dengan porsi makan 1 piring sayur asam, dengan porsi


habis, dan minum 8x/hari. makan 1 piring habis 2-3
Kebutuhan kalaroi 1.730 sdm, dan minum 7x/hari,
kal/hari. Klien juga tampak kurang minta
mengatakan ada riwayat dengan makanan,
telat makan, tidak ad riwayat Kebutuhan kalaroi 1.730
penyakit lambung. kal/hari, klien
mengatakann ada riwayat
sering telat makan,.
Saat sakit Klien makan 3x/hari dengan Klien makan 3x/hari
komposisi makan dari RS dengan komposisi makan
telur, ikan laut, tahu, dan dari RS telur, ikan laut,
tempe serta sayur wortel, tahu, dan tempe serta sayur
porsi makan dihabiskan 3-4 wortel, porsi makan
sdm, minum jarang 5x/hari, dihabiskan 3-4 sdm,
klien mengeluhkan mual, tampak cepat merasa
tidak muntah, teraa tidak kenyang, minum jarang
enak diperut saat terisi 5x/hari, klien mual,
makanan muntah, tidak enak diperut
saat terisi makanan,
Pola eliminasi
Sebelum sakit Klien BAB 1x/hari dengan Klien BAB 1x/hari dengan
kosistensi lembek, bau khas kosistensi lembek, bau
feses, warna kuning, tidak khas feses, warna kuning,
ada gangguan saat akan tidak ada gangguan saat
BAB. BAK 4-5x/hari akan BAB. BAK 4-5x/hari
dengan bau khas urine, dengan bau khas urine,
warna kuning pekat warna kuning pekat
Saat sakit Klien BAB jarang, 1x/2 hari, Klien BAB jarang, 1x/hari,
dengan konsistensi BAB dengan konsistensi BAB
keras, warna hitam bau khas, keras, warna hitam bau
BAK 4-5 dengan warna khas, BAK 4-5 dengan
kuning pekat warna kuning pekat

Sambungan......
Lanjutan Tabel 4.4
Pola aktivitas dan
latihan
Sebelum sakit Klien mengatakan setiap Klien mengatakan setiap
hari aktivitas dirumah hari aktivitas dirumah
bekerja mulai jam 5 pagi bekerja mulai jam 5 pagi
pulang 3 sore, selain itu pulang 3 sore, selain itu
klien juga memiliki klien juga memiliki
kerajinan membuat tempat kerajinan membuat tempat
beras dari bamboo dirumah beras dari bamboo
dirumah
Saat sakit Klien mengatakan aktivitas Klien mengatakan aktivitas
dibantu keluarga mulai dari dibantu keluarga mulai
aktivitas makan minum dari aktivitas makan
sampai ke kamar mandi minum sampai ke kamar
memerlukan bantuan mandi memerlukan
bantuan
Pola istirahat dan
tidur
Sebelum sakit Klien tidur dimalam haru Klien tidur dimalam haru
dimulai jam 21.00 WIB, dimulai jam 21.00 WIB,
bangun jam 04.00 WIB. bangun jam 04.00 WIB.
Tidak ada gangguan saat Tidak ada gangguan saat

90
91

akan istiraha akan istiraha


Saat sakit Klien tidur jam 10.00 WIB, Klien tidur jam 10.00
dan sering terbangun WIB, dan terbangun
dimalam hari, kesulitan dimalam hari jika ingin ke
untuk beristirahat karena kamar mandi saja.
sering batuk dan kadang
sesak
Pola kognitif atau
perseptual
Sebelum sakit Pendidikan terakhir klien Pendidikan terakhir klien
SD, klien tidak memiliki SD, klien tidak memiliki
masalah pada sensori dan masalah pada sensori dan
memorinya memorinya
Saat sakit Klien sering lupa dan Klien sering lupa dan
pendengaran menurun pendengaran dan
penglihatan klien
mengalami penurunan
Pola persepsi diri
Sebelum sakit Klien sangat ingin bekerja Klien sangat ingin bekerja
keras sehingga ekonomi keras sehingga ekonomi
keluarga baik, dan keluarga baik, dan
kebutuhan keluarga kebutuhan keluarga
terpenuhi terpenuhi
Saat sakit Klien merasa bahwa anak Klien merasa sangat
klien sangat sayang pada beruntung dengan
keluarga, sehingga klien memiliki istri yang sangat
tidak merasa klien tidak setia sehingga klien
berdaya dan tidak berguna merasa bahwa dirinya
karena membebani istri dan masih ada yang
anaknya meperdulikan meski dalam
keadaan sakit seperti
sekarang ini.

Sambungan......

Lanjutan Tabel 4.4


Pola peran atau
hubungan
Sebelum sakit Klien bekerja sebagai petani Klien bekerja disebuah son
dan nelayan, dengan upah sistem, dengan upah yang
yang cukup untuk kebutuhan cukup untuk kebutuhan
keluarga sehari-hari, klien keluarga sehari-hari, klien
tinggal bersama istri, anak, tinggal bersama istri,
menantu dan cucunya. anaknya.
Saat sakit Klien sudah tidak bekerja Klien sudah tidak bekerja
selama 1-2 bulan karena selama 6 bulan karena
sakit yang diderita klien. sakit yang diderita klien.
anak klien berperan sebagai dan istri klien berperan
tulang punggung keluarga sebagai tulang punggung
selama klien sakit. Anak keluarga selama klien
klien merasa dengan sakit, istri klien merasa
menjadi tulang punggung tidak keberatan karena
keluarga bisa membantu dalam keluarga harus
ayah dan ibunya. saling mengerti dan
menyayangi.
Pola reproduksi
Sebelum sakit Klien mengatakan sebelum Klien mengatakan sebelum
sakit fungsi reproduksi sakit fungsi reproduksi

91
92

hubungan seksual baik hubungan seksual baik


Saat sakit Klien mengatakan saat sakit Klien mengatakan saat
tidak kepikiran dengan sakit tidak kepikiran
hubungan seksual dengan dengan hubungan seksual
istri, klien dan istri dengan istri karena yang
mementingkan kesehatan terpenting adalah
dan kesembuhan klien. kesehatan klien.
Pola koping atau
toleransi strees
Sebelum sakit Klien mengatakan sebelum Klien mengatakan sebelum
sakit klien tidak pernah sakit klien tidak pernah
konsumsi obat untuk konsumsi obat untuk
menghilangkan pikir menghilangkan pikir
“strees” “strees”
Saat sakit Klien mengatakan dengan Klien mengatakan terbantu
melakukan pengobatan rutin dengan adanya bantuan
dan mematuhi apa yang dari masyarakat, sehingga
disarankan oleh dokter klien membantu perekonomian.
akan mendapatkan
kesembuhan.
Pola nilai atau
keperayaan
Sebelum sakit Klien mengatakan dirumah Klien mengatakan dirumah
klien sholat 5 waktu klien sholat 5 waktu
berjamaah di masjid berjamaah di masjid
Saat sakit Klien tidak melakukan Klien tidak melakukan
sholat 5 waktu karena sakit sholat 5 waktu karena sakit
dan sulit beraktivitas, namun dan sulit beraktivita, tapi
klien tetap berdzikir dalam klien tetap berdoa agar
hati minta ampuanan dan diampuni dosa dan
kesehatan pada Allah SWT. kesalahn saat klien tidak
lagi mampu untuk sholat.

e) Pemeriksaan fisik (Pendekatan Head To Toe)


Tabel 4.5 Tabel Pemeriksaan Fisik Klien 1 dan 2 yang Mengalami
TB Paru di Ruang RPD 1 RSUD Blambangan Banyuwangi 2017

Observasi Klien 1 Klien 2


Keadaan umum
Kesadaran Composmentis GCS 4,5,6 Composmentis GCS
(sadar penuh) 4,5,6 (sadar penuh
Tanda vital
S 36,50C 36,70C
N 86 x/menit 90 x/menit
TD 120/80 mmHg 100/80 mmHg
RR 32x/menit 22x/menit
TB 160 cm 160 cm
BB Awal 56 kg Awal : 57 kg
Sekarang : 55 kg Sekarang : 55 kg
Kepala dan leher
1. Kepala Rambut berminyak, kasar, Rambut kusam, jering,
berketombe, kulit kepala berketombe, kasar, kulit
kurang bersih, tidak ada kepala bersih, tidak ada
bekas luka, rambut tumbuh bekas luka, tidak ada

92
93

merata, tdak ada massa alopesia, tidak ada massa


tidak ada nyeri tekan atau nyeri tekan
2. Mata Conjungtiva tidak pucat, Konjungtiva tidak
mata cowong, sclera putih, anemis, sclera putih,
pupil isokor, posisi mata pupil isokor. posisi mata
simetris, gerakan bola simetris, gerakan bola
mata simetris, tidak ada mata simetris, tidak ada
endothalmus atau endothalmus atau
eksothalmus, tidak ada eksothalmus, tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan
3. Hidung Posisi hudung simetris, Cavum nasi simetris
sputum nasi simetris, tidak kanan dan kiri tidak ada
ada sekret, pernafasan pernafasan cuping
cuping hidung, irama nafas hidung, Ada suara nafas
cepat, RR meningkat, ada ronchi dan wheezing,
suara nafas ronchi dan klien tidak menggunakan
wheezing, ada pernafasan masker,
cuping hidung, tampak
sesak nafas, klien tidak
menggunakan masker,
saat komunikasi megap-
megap.
4. Mulut dan Keadaan mulut kotor, tidak Mulut bersih, tidak
tenggorokan menggunakan gigi palsu, menggunakan gigi palsu,
tidak ada radang pada gusi, tidak ada peradangan,
tidak kotor, mukosa bibir berbau, mukosa bibir
lembab, tidak sianosis, kering, pecah-pecah,
mulut bau, batuk tidak nafsu makan menurun,
efektif, dahak keluar porsi makan dihabiskan 3
sedikit 1-2 cc, berwarna sdm, batuk tidak efektif,
kunig, membuang dahak tidak menutup mulut saat
pada timba kering, tidak batuk dan bersin, sekret
ada tempat pembuangan keluar sedikit 1-2 cc,
Sambungan......

Lanjutan Tabel 4.5


Mual, nafsu makan Mual, nafsu makan
menurun, porsi makan menurun, porsi makan
habis ½ porsi. dihabiskan 2-3 sdm
dahak khusus, fiskositas warna kuning kental,
kental. Saat batuk tidak membuang dahak pada
menutup mulut, ember kering, tidak ada
tempat khusus dahak.
5. Telinga Bentuk telinga simetris, Telinga simtetris kanan
tidak menggunakan alat dan kiri, tidak ada
bantu pendengaran, telinga serumen, tidak ada cairan
tidak mengeluarkan darah, yang keluar dari telinga
terdapat serumen, tidak berupa darah atau cairan
ada nyeri tekan, penurunan yang lain, penurunan
fungsi pendengaran fungsi pendengaran.
6. Leher Tidak ada pembesaran Batuk, sekret keluar
kelenjar tyroid, tidak ada sedikit, tidak ada
jaringan parut, radang, pembesaran kelenjar
kelenjar tyroid tidak tyroid
teraba, tidak ada nyeri
tekan & massa pada leher
Dada
1. Paru-paru

93
94

Inspeksi Bentuk dada simetris, ada Bentuk dada simetris,


gerakan pernapasan dada, tidak terlihat sesak nafas,
menggunakan otot bantu frekuensi nafas dalam
pernapasan, frekuensi batas normal 20x /menit,
pernafasan meningkat gerakan dada normal saat
bernafas
Palpasi Vocal fremitus teraba Taktil fremitus teraba
sama antara kanan dan kiri, sama antara kanan dan
karena penumpukan secret, kiri, karena adanya secret
sama-sama tidak keras diparu kanan dan kiri
bergetar, tidak ada nyeri tidak terdapat massa atau
tekan dan massa pada dada nyeri tekan pada dada
Perkusi Perkusi paru sonor Suara paru sonor, tidak
ada bunyi redup atau
hipersonor saat diperkusi
Auskultasi Ada suara nafas ronchi dan Ada suara nafas ronhi
wheeizing dan wheezing
2. Jantung
Inspeksi Iktus kordis terlihat, tidak Ictus cordis terlihat, tidak
ada perubahan warna kulit ada perubahan warna
sekitar iktus, kulit disekitar ictus, tidak
ada odema pada sekitar
ictus
Palpasi Iktus tidak teraba, tidak Denyut nadi normal
ada massa dan nyeri tekan, 86x/menit, tidak ada
tidak ada pembesaran massa,dan nyeri tekan
jantung
Perkusi Suaru jantung redup Suara jantung redup,
tidak ada suara derap
kaki kuda
Auskultasi Tidak ada suara seperti Tidak ada kelainan suara
derap kaki kuda, suara jantung saat dilakukan
jantung S1 dan S2 tunggal auskultasi

Sambungan......
Lanjutan Tabel 4.5 .
Payudara dan ketiak Simetris kanan dan kiri, Payudara simetris, tidak
tidak ada tanda radang, ada radang, jaringan
Tidak ada jaringan parut parut, dan
Abomen
Inspeksi mual, muntah, tidak Bentuk abdomen datar,
mengalami penurunan tidak asites, tidak ada
nafsu makan, tidak radang, jaringan parut,
terdapat luka atau mual nafsu makan
banyangan pembulih darah menurun, makan hanya
pada perut, tidak ada odem habiskan 3 sdm
Auskultasi Tidak ada peningkatan Bisning usus meningkat
atau penurunan bising usus 9x mnt,
Palpasi Tidak ada pembesaran Tidak ada massa, nyeri
hepar, tidak ada nyeri tekan pada daerah hati,
tekan pada ginjal atau gaster, dan lambung
lambung
Perkusi Suara tympani Terdengar suara tympani
pada lambung
Genetalia Tidak ada bekas luka, Urine berwarna kuning
urine berwarna kuning pekat, bau kas urine,
pekat, produksi urine urine praduksi 470 cc/24
500cc/ 24 jam jam

94
95

Ektremitas Tidak oedema pada bekas Simetris ekstremitas atas


infuse tangan sebelah dan bawah, tidak ada
kanan, terdapat lebam pada bekas luka, akral hangat,
tangan bekas infuse, tidak sianosis, infuse di
terpasang insfus di tangan tangan kiri, kekuatan otot
sebelah kiri, tidak ada 4444/4444, kelemahan
sianosis pada ektermitas
atas dan bawah, kekuatan
otot 4444/5555, kelemahan
Kulit dan kuku Akral hangat, turgor kulit Akral hangat, kulit
kembali dalam 2 detik, kering bersisik,
kering, bersisik, kasar, hilangnya lemak
akral hangat, suhu 36,5 0C subkutis, turgor kulit
kembali dalam 2 detik,
CRT kembali dalam 2
detik

f) Hasil Pemeriksaan Diagnostik


Tabel 4.6 Hasil Pemriksaan Penunjang Klien 1 dan 2 yang
Mengalami TB Paru di Ruang RPD 1 RSUD Blambangan
Banyuwangi Juli 2017

Pemeriksaan Klien 1 Klien 2 Satuan Normal


Lab :
Darah lengkap
1. Leokosit 12,2 11,2 UL 3,8-10,6
LYM 2,4 3,5 % 2,0-4,0
MIX 4,3 9,6 % 0,8-10,8
NEU 91,6 71,9 % 73,7-89,7
2. Eritrosit 6,23 2,81 UL 4,4-5,0
MCV 80,7 80,8 FL 80-100
MCH 25,2 38,1 Pg 26-34
MCHC 31,2 35,3 g/dl 32-36
3. Hemoglobin 15,7 10,7 g/dl 13,2-18
4. Hematokrit 50,3 30,3 % 40-52
5. Trombosit 431 191 x/10/UL 150-440
Kimia klinik
GDA 119 90 mg/dl <125
Creatinin 1,26 1,05 mg/dl 0,6-1,4

95
96

SGOT 24,2 26,9 u/l <50


SGPT 14,7 24,2 u/l <50

Radilogi
Thorax foto Kesan TB Kesan TB

Hasil foto thorax

Klien 1 Klien 2

Gambar 4.3 Foto Thorax Klien 1 dan 2 yang Mengalami TB Paru di


Ruang RPD 1 RSUD Blambangan Banyuwangi Juli
2017

g) Terapi
Tabel 4.7 Hasil Terapi Klien 1 dan 2 yang Mengalami TB Paru di
Ruang RPD 1 RSUD Blambangan Banyuwangi Juli
2017

Tgl Klien 1 Tgl Klien 2


28 juni Infuse NS 7 tpm 28 Juni Infus assering 8 tpm
2017 O2 nasal kanul 5 lpm 2017 Injeksi cefotaxim 3x1 gr
(terapi Injeksi cefotaxim 3x1 gr (Terapi Injeksi ranitidin 3x25 mg
UGD) Injeksi ranitidin 3x25 mg UGD) Injeksi antrain 3x50 mg
Injeksi antrain 3x50 mg Injeksi ondansentron 3x4 mg
Injeksi solvinex 3x30 mg
03 Juli Infuse NS 7 tpm 03 Juli Infuse assering 8 tpm
2017 O2 nasal kanul 5 lpm 2017 Injeksi cefotaxim 3x1 gr
Nebul ventolin 25 mg Injeksi ranitidin 3x25 mg
Injeksi cefotaxim 3x1 gr Injeksi antrain 3x50 mg
Injeksi ranitidin 3x25 mg Injeksi ondansentron 3x4 mg
Injeksi antrain 3x50 mg Injeksi streptomycin 1x750
Injeksi streptomycin mg
1x750 mg (1000 gr) (im) Diet TKTP
Rifampisin 400mg Curuma 3x 450 mg tablet
Ethambutol 450 mg Antasida 3x1 sdm ½ jam
Pirazinamid 450 mg sebelum makan

96
97

Insoniazid 200 mg Rifampisin 400mg


Diet TKTP

04 Juli Infuse NS 7 tpm 04 Juli Infuse assering 8 tpm


2017 O2 nasal kanul 5 lpm 2017 Injeksi cefotaxim 3x1 gr
Nebul ventolin 25 mg Injeksi ranitidin 3x25 mg
Injeksi cefotaxim 3x1 gr Injeksi antrain 3x50 mg
Injeksi ranitidin 3x25 mg Injeksi ondansentron 3x4 mg
Injeksi antrain 3x50 mg Injeksi streptomycin 1x750
Injeksi streptomycin mg
1x750 mg (1000 gr) (im) Curuma 3x 450 mg tablet
Rifampisin 400mg Antasida 3x1 sdm ½ jam
Ethambutol 450 mg sebelum makan
Pirazinamid 450 mg Rifampisin 400mg
Insoniazid 200 mg Diet TKTP
Diet TKTP

05 Juli Infuse NS 7 tpm 05 Juli Infuse assering 8 tpm


2017 O2 nasal kanul 4 lpm 2017 Injeksi cefotaxim 3x1 gr
Nebul ventolin 25 mg Injeksi ranitidin 3x25 mg
Injeksi cefotaxim 3x1 gr Injeksi antrain 3x50 mg
Injeksi ranitidin 3x25 mg Injeksi ondansentron 3x4 mg
Injeksi antrain 3x50 mg Injeksi streptomycin 1x750
Injeksi streptomycin Curuma 3x 450 mg tablet
1x750 mg (1000 gr) (im) Antasida 3x1 sdm ½ jam
Rifampisin 400mg sebelum makan
Ethambutol 450 mg Rifampisin 400mg
Pirazinamid 450 mg Ethambutol 450 mg
Insoniazid 200 mg Pirazinamid 450 mg
Diet TKTP Insoniazid 200 mg

h) Analisa Data
Table 4.8 Anilsa Data Klien 1 dan 2 Yang mengalami TB Paru di
Ruang RPD 1 RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017

Analisa Data Etiologi Masalah


Klien 1
DS : “saya kalu batuk tidak Bakteri Tuberkulosis Ketidakefektifan
bisa mengerluarkan dahak,  bersihan jalan nafas
kadang dahak keluar Masuk melalui jalan
sedikit” nafas

DO : Bertahan di jalan
1. k/u cukup, klien bronkus
tampak sesak, 
2. batuk tidak efektif Inflamasi pada
3. suara nafas ronchi bronkus
4. sputum keluar sediki 
1-2 cc, fiskositas Batuk tidak efektif
kental, berwarna 
kuning keruh Secret tidak dapat
5. RR 32x/ menit keluar
ND 86x/ menit 
Penumpukan secret di
saluran pernafasan

97
98

DS : - Bakteri tuberculosis Ketidakefektifan pola


 nafas
DO : Masuk melalui jalan
1. k/u cukup nafas
2. cuping hidung 
3. otot bantu pernafasan Bakteri masuk ke paru
4. irama nafas cepat, ada 
suara nafas wheezing Bakteri menempel
5. posisi semi fowler pada paru
6. O2 5 lpm 
7. RR 32x/ menit Reaksi inflamasi
8. ND : 86x/ menit 
Mengganggu
pernafasan

Peningkatan frekuensi
nafas
DS : Mual, muntah Intoleransi aktivitas
“semua dibantu istri, tidak 
bisa melakukan sendiri” Anoreksia

DO : Kurangnya energi
1. k/u cukup dalam tubuh
2. aktivitas dibantu 
keluarga Keletihan, lemas
3. kekuatan otot normal 
Sambungan......

Lanjutan Tabel 4.8


4. RR 32x/ menit Aktivitas terganggu
5. Saat komunikasi 
megap-megap Aktivitas dibantu

DS : Mycobacterium Gangguan Pola Tidur


“kalu mau tidur saya susah, tuberculosis
karena batuk ini jadi 
tidurnya terganggu” Masuk ke saluran
pernafasan
DO : 
1. Keadaan umum lemah Bakteri bertahan di
2. Mata cowong bronkus
3. Kantung mata 
Batuk tidak produktif

Sekret tidak keluar

Tidur terganggu

DS : Klien TB Paru Putus obat


“klien berhenti minum obat 
karena merasa dirinya Pengobatan fase
sudah sembuh” intensif dan lanjutan 6-
9 bulan
DO : 

98
99

1. Berhenti minum obat Merasa sudah sembuh


setelah 3 bulan 
pengobatan Tidak melanjutkan
2. Menyangkal saat kontrol pengobatan
ditanya minum obat dan pemeriksaan BTA
secara teratur atau 
tidak Putus obat
3. Tidak ada pengawas
klien untuk minum
obat

DS : Klien TB paru Kurang pengetahuan


“saya kalau batuk dahaknya 
ditampung di bak berisi Kurangnya informasi
pasir” tentang penyakit TB
Paru
DO : 
1. Tidak ada tempat Kurang pengetahuan
pembuangan khusus
dahak
2. Tidak tahu cara
membuat larutan
desinfektan
3. Sebelumnya
membuang dahak
disungai
Sambungan......

Lanjutan Tabel 4.8


DS : Bakteri Tuberculosis Resiko penularan
“saya tidak tahu penyakit  infeksi
ini menular apa tidak” Masuk ke saluran
pernafasan
DO : 
1. Klien tidak memakai Bakteri bertahan di
masker bronkus
2. Tidak menutup mulut 
saat batuk dan bersin Peradangan di bronkus
3. Tidak ada tempat 
khusus pembuangan Secret keluar saat
dahak batuk
4. Pembuangan dahak 
pada timba kering Droplet infection

Terhirup orang sehat

Resiko penyebaran
infeksi

Klien 2
DS : Bakteri Tuberkulosis Ketidakseimbangan
“saya tiap hari itu mual,  nutrisi kurang dari
apa lagi kalau ada bau Masuk melalui jalan kebutuhan tubuh
parfum, rasanya saya mau nafas

99
100

muntah” 
Bakteri bertahan di
DO : bronkus
1. k/u lemah 
2. kurang minat Inflamasi pada
terhadap makanan bronkus
3. porsi makan habis 3 
sdm Batuk tidak efektif
4. Cepat merasa 
kenyang Penumpukan secret
5. Membrane mukosa 
bibir kering, pecah- Menganggu saat
pecah, pucat makan
6. Turgor kulit kembali 
dalam 2 detik Anoreksia, mual
7. Kulit kering bersisik
8. BB awal 57 kg BB
sekarang 47 kg
9. TTV
TD : 100/70 mmHg
ND : 86x/ menit
RR : 22x/menit
S : 36,70C
Sambungan......

Lanjutan tabel 4.8


DS : Bakteri Tuberkulosis Ketidakefektifan
“duhh saya susah kalu mau  bersihan jalan nafas
berdahak” Masuk melalui jalan
nafas
DO : 
1. k/u lemah Bertahan di jalan
2. batuk tidak efektif bronkus
3. kesulitan saat bicara 
4. suara nafas ronchi Inflamasi pada
dan wheezing bronkus
5. sputum keluar sedikit 
1-2 cc Batuk tidak efektif
6. warna sputum kuning 
pekat Secret tidak dapat
7. viskositas kental keluar

Penumpukan secret di
saluran pernafasan

DS : Mual, muntah Intoleransi aktivitas


“kalau lagi sakit gini saya 
susah kalu semuanya Anoreksia
dikerjakan sendiri, mesti 
istri saya yang bantu” Kurangnya energi
dalam tubuh

100
101

DO : 
1. k/u cukup Keletihan, lemas
2. aktivitas dibantu 
keluarga Aktivitas terganggu
3. kekuatan otot 
4444/4444 Aktivitas dibantu
4. RR 20x/ menit

DS : Klien TB Paru Putus obat


“klien berhenti minum obat 
karena merasa dirinya Pengobatan fase
sudah sembuh” intensif dan lanjutan 6-
9 bulan
DO : 
4. Berhenti minum obat Merasa sudah sembuh
setelah 3 bulan 
pengobatan Tidak melanjutkan
5. Menyangkal saat kontrol pengobatan
ditanya minum obat dan pemeriksaan BTA
secara teratur atau 
tidak Putus obat
6. Tidak ada pengawas
klien untuk minum
obat
Sambungan......

Lanjutan Tabel 4.8


DS : Klien TB paru Kurang pengetahuan
“saya kalau batuk dahaknya 
ditampung di bak berisi Kurangnya informasi
pasir” tentang penyakit TB
Paru
DO : 
4. Tidak ada tempat Kurang pengetahuan
pembuangan khusus
dahak
5. Tidak tahu cara
membuat larutan
desinfektan
6. Sebelumnya
membuang dahak
disungai

DS : Bakteri Tuberculosis Resiko penularan


Klien mengatakan tidak  infeksi
tahu tentang penularan Masuk ke saluran
penyakit yang dialaminya pernafasan

DO : Bakteri bertahan di
5. Klien tidak bronkus
menggunakan masker 
6. Tidak menutup mulut Peradangan di bronkus
saat batuk dan bersin

101
102

7. Tidak ada tempat 


khusus pembuangan Secret keluar saat
dahak batuk
8. Pembuangan dahak 
pada timba kering Droplet infection

Terhirup orang sehat

Resiko penyebaran
infeksi

i) Daftar Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.9 Daftar diagnosa Keperawatan klien 1 dan 2 yang
Mengalami TB Paru di RSUD Blambangan
Banyuwangi Juli 2017

Tanggal Klien 1 Klien 2


mucnul
03 juli 2017 Bersihan jalan nafas tidak Ketidak seimbangan nutrisi
efektif b.d akumulasi sekret kurang dari kebutuhan tubuh
Ditandai dengan: b.d anoreksia
Ditandai dengan:
DS : “saya kalu batuk tidak
bisa mengerluarkan dahak, DS :
kadang dahak keluar sedikit” “saya tiap hari itu mual, apa
lagi kalau ada bau parfum,
DO : rasanya saya mau muntah”
1. klien tampak sesak,
2. batuk tidak efektif DO :
3. suara nafas ronchi 1. kurang minat terhadap
4. sputum keluar sedikit 1- makanan
2 cc, fiskositas kental, 2. porsi makan habis 3 sdm
berwarna kuning keruh 3. Cepat merasa kenyang
5. RR 32x/ menit ND 86x/ 4. Membrane mukosa bibir
menit kering, pecah-pecah, pucat
5. Turgor kulit kembali
dalam 2 detik

102
103

6. Kulit kering bersisik


7. BB awal 57 kg BB
sekarang 47 kg
8. TTV
TD : 100/70 mmHg
ND : 86x/ menit
RR : 22x/menit
S : 36,70C

Pola nafas tidak efektif b.d Bersihan jalan nafas tidak


akumulasi sekret berlebih efektif b.d akumulasi sekret
Ditandai dengan: Ditandai dengan:

DS : - DS :
“duhh saya susah kalau mau
DO : berdahak”
1. cuping hidung
2. otot bantu pernafasan DO :
3. irama nafas cepat 1. batuk tidak efektif
4. posisi semi fowler 2. kesulitan saat bicara
5. O2 5 lpm 3. suara nafas ronchi dan
6. RR 32x/ menit wheezing
7. ND : 86x/ menit 4. sputum keluar sedikit 1-2
cc
5. warna sputum kuning
pekat
6. viskositas kental
Sambungan.....

Lanjutan Tabel 4.9


Intoleransi aktivitas b.d Intoleransi aktivitas b.d
keletihan le;etihan
Ditandai dengan: Ditandai denga:

DS : DS :
“semua dibantu istri, tidak “kalau lagi sakit gini saya
bisa melakukan sendiri” susah kalu semuanya
dikerjakan sendiri, mesti istri
DO : saya yang bantu”
1. k/u cukup
2. aktivitas dibantu DO :
keluarga 1. k/u cukup
3. kekuatan otot normal 2. aktivitas dibantu keluarga
4. RR 32x/ menit 3. kekuatan otot 4444/4444
5. Saat komunikasi megap- 4. RR 20x/ menit
megap
6. Kekuatan otot menurun
4444/5555

Gangguan pola tidur b.d Resiko penularan infeksi b.d


peradangan bronkus organisme purulen
Ditandai dengan: Ditandai dengan:

DS : DS :
“kalu mau tidur saya susah, Klien mengatakan tidak tahu
karena batuk ini jadi tentang penularan penyakit

103
104

tidurnya terganggu” yang dialaminya

DO : DO :
1. Keadaan umum lemah 1. Klien tidak menggunakan
2. Mata cowong masker
2. Tidak menutup mulut saat
batuk dan bersin
3. Tidak ada tempat khusus
pembuangan dahak
4. Pembuangan dahak pada
timba kering

Putus Obat b.d pengobatan Putus Obat b.d pengobatan


yang lama 6-9 bulan yang lama 6-9 bulan
Ditandai dengan Ditandai dengan

DS : DS :
“Klien mersa dirinya sudah “istri klien “suami saya malas
sembuh minum obat”

DO : DO :
1. Berhenti minum obat
setelah 3 bulan 1. Berhenti minum obat
pengobatan setelah3 bulan pengobatan
2. Menyangkal saat 2. Menyangkal saat ditanya
ditanya minum obat minum obat secara teratur
secara teratur atau tidak atau tidak
3. Tidak ada pengawas 3. Tidak ada pengawas klien
klien untuk minum obat untuk minum obat
Sambungan.......

Lanjutan Tabel 4.9


Kurang pengetahuan b.d Kurang pengetahuan b.d
kurang informasi tentang kurang informasi tentang
penyakit TB penyakit TB Paru
Ditandai dengan Ditandai dengan

DS : DS :
“saya kalau batuk dahaknya “saya kalau batuk dahaknya
ditampung di bak berisi ditampung di bak berisi pasir”
pasir”
DO :
DO : 1. Tidak ada tempat
1. Tidak ada tempat pembuangan khusus dahak
pembuangan khusus 2. Tidak tahu cara membuat
dahak larutan desinfektan
2. Tidak tahu cara 3. Sebelumnya membuang
membuat larutan dahak disungai
desinfektan
3. Sebelumnya membuang
dahak disungai

Resiko penularan infeksi b.d Resiko penularan infeksi b.d


organisme purulen organisme purulen
Ditandai dengan: Ditandai dengan:

DS : DS :

104
105

“saya tidak tahu penyakit ini “saya tidak tahu penyakit ini
menular apa tidak” menular apa tidak”

DO : DO :
1. Klien tidak 5. Klien tidak menggunakan
menggunakan masker masker
2. Tidak menutup mulut 6. Tidak menutup mulut saat
saat batuk dan bersin batuk dan bersin
3. Tidak ada tempat khusus 7. Tidak ada tempat khusus
pembuangan dahak pembuangan dahak
4. Pembuangan dahak pada 8. Pembuangan dahak pada
timba kering timba kering

j) Intervensi
Tabel 4.10 Intervensi Keperawatan Klien 1 dan 2 yang Mengalami
TB Paru di Ruang RPD 1 RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017

Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional


(Tujuan & Kriteria Hasil) NIC
Klien 1
Ketidakefektifan bersihan 1. Berikan penjelasan 1. Mendapatkan
jalan nafas b.d akumulasi pada klien dan persetujuan dari klien
secret disaluran nafas. keluarga tentang dan keluarga
tindakan yang akan
Setelah dilakukan dilakukan
perawatan selama 3x 24 2. Posisikan klien 2. Posisi semi fowler
jam, klien menunjukkan: semifowler untuk dapat
NOC: memaksimalkan memaksimalkan
1. Jalan nafas bersih, tidak pernafasan pengembangan dada
ada suara ronchi dan 3. Lakukan fisoterapi 3. Fisioterapi dada
wheezing dada dapat memobilisasi
2. klien dapat dapat secret kesaluran
mengeluarkan dahak nafas
3. tidak ada sianosis, tidak 4. Lakukan suction 4. Suction dilakukan
kesulitan saat apabila klien tidak untuk mengeluarkan
komunikasi dapat melakukan secret
4. TTV dalam batas batuk efektif
normal 5. Ajarkan klien 5. Tarik nafas dalam
TD : 120/90 mmHg teknik tarik nafas dapat
ND : 60-100x/ menit dalam, minum air memaksimalkan
RR : 16-20x/ menit hangat pengembangan dada
S : 36,5-370C
6. Anjurkan pada 6. Aktivitas yang sering

105
106

klien untuk membutuhkan


membatasi oksigen yang lebih
aktivitas banyak
7. Evaluasi TTV, 7. Evaluasi intervensi
suara nafas, irama yang telah dilakukan
nafas, dan
frekuensi nafas
8. Kolaborasi dengan 8. Nebulizer dapat
dokter untuk mengencerka dahak
pemberian
nebulizer
9. Kolaborasi dengan
9. Antibiotik dapat
dokter untuk
mengurangi
pemberian terjadinya infeksi
antibiotik dan O2
pada paru
Ketidakefektifan pola nafas 1. Kaji kedalaman,
1. Frekuesnis nafas
b.d akumulasi secret frekuensi, dan
yang abnormal dapat
berlebih upaya pernafasan
menggu aktivitas
klien
Setelah dilakukan 2. Kaji faktor yang 2. Batuk yang tidak
perawatan selama 3x24 berhubungan efektif dan secret
jam, klien menunjukkan : seperti batuk, tidak dapat keluar

Sambungan......

Lanjutan Tabel 4.10


NOC: keadaan secret, dan dapat mengganggu
1. Tidak ada perubahan keletihan jalan nafas .
ekskursi dada, tidak ada 3. Observasi suara 3. Suara nafas ronchi
penurunan tekanan nafas ronchi dan dan wheezing
inspirasi dan ekspirasi wheezing menandakan adanya
2. Tidak ada pernafasan akumulasi secret
cuping hidung dan 4. Ajarkan teknik 4. Memudahkan klien
pernafasan bibir tarik nafas dalam untuk bernafas
mencucu
3. Tidak da otot bantu 5. Observasi TTV 5. Evaluasi intervensi
pernafasan, TTV dalam pada klien yang telah dilakukan
batas normal 6. Kolaborasi dengan 6. Antibiotic dapat
TD : 120/90 mmHg dokter pemberian mengurangi
ND : 60-100x/ menit antibiotik terjadinya infeksi
RR : 16-20x/ menit pada paru
S : 36,5-370C

Intoleransi aktivitas 1. Berikan terapi 1. Memberikan rasa


aktifitas fisik kebugaran pada klien
Setelah dilakukan 2. Berikan latihan 2. Melatih otot dan
perawatan selama 3x24 fisik, mobilitas sendi agar tidak kaku
jam, klien menunjukkan: sendi, dan nyeri saat
NOC: menggunakan ativitas
1. TD dalam batas norma gerakan tubuh aktif
120/90-140/90 mmHg atau pasif
2. Tidak ada kelemahan 3. Berikan bantuan 3. Bantuan AKS dapat
otot, dapat melakukan perawatan diri, membantu aktivitas
aktivitas secara mandiri AKS individu
3. EKG dalam batas 4. Observasi 4. Kaji intervensi yang
normal kemampuan pasien sudah dilakukan
untuk berpindah,
ambulasi dan

106
107

melakukan AKS,
asupan nutrisi
5. Ajarkan 5. Penggunaan nafas
penggunaan teknik terkontrol selama
nafas control aktifitas dalam
selama aktivitas mengatur kebutuhan
oksigen yang
diperlukan
6. Ajarkan 6. Teknik relaksasi
penggunaan teknik dapat membantu saat
relaksasi pasien beraktifitas

Gangguan Pola Tidur 1. Jelaskan 1. Tidur yang adekuat


pentingnya tidur akan berpengaruh
Setelah dilakukan tidur yang adekuat pada kebugaran
perawatan selama 3x24 selam sakit tubuh seseorang
jam, klien menunjukkan: 2. Anjarkan untuk 2. Lingkungan yang
NOC menghindari suara bising dan tidak
1. Jumlah tidur 5 -7 jam/ keras, penggunaan nyaman akan
24 jam lampu, saat tidur mengganggu tidur
2. Perasaan segar setelah malam, lingkungan seseorang
tidur yang tenang,
3. Terbangun di waktu damai, dan
yang sesuai meminimalkan
Sambungan......
Lanjutan Tabel 4.9
4. Kualitas tidur normal gangguan 3. Mandi air hangan
dan teratur 3. Anjurkan klien akan membuka pori-
untuk mandi air pori kulit sehingga
hangat disore hari peredaran darah
lancer dan nyaman
untuk tidur
4. Ajarkan untuk 4. Massase membuat
tindakan rileks otot-otot tubuh
kenyaman, seperti sehingga klien lebih
massase, cepat bisa tidur
pengaturan posisi,
dan sentuhan
efektif
5. Ajarkan tidur siang 5. Tidur siang
untuk memenuhi mengganti kebutuhan
kebutuhan tidur tidur malam yang
tidak terpenuhi

Putus obat 1. Berikan penjelasan 1. Minum obat sangat


tentang pentingnya penting untuk
Setelah dilakukan minum obat mengatasi masalah
perawatan selama 3x24 kesehatan
jam, klien menunjukkan: 2. Jelaskan pada klien 2. Tidak minum obat
efek tidak minum dapat memperburuk
NOC: obat keadaan sakit
1. Klien mau minum obat 3. Ajarkan 6 rute 3. 6 rute tepat minum
2. Minum obat seCara minum obat obat merupakan cara
teratur dan tepat waktu tepat minum obat
3. Pengobatan tuntas 6-9 4. Anjurkan keluarga 4. Agar klien minum
bulan untuk mengawasi obat sercara teratur.
klien saat minum
obat

107
108

5. Anjarkan cara 5. Modifikasi minum


memodifikasi obat dapat menjadi
minum obat daya tarik klien
untuk minum obat

Kurang pengetahuan 1. Menyediakan 1. Informasi penting


informasi pada untuk meningkatkan
Setelah dialakukan klien tentang pengetahuan klien
perawatan selama 3x24 penyakit dan tentang penyakitnya
jam, klien menunjukkan: penyabarannya 2. Larutan desinfektan
NOC: 2. Ajarkan cara dapat menghambat
1. Mendeskripsikan cara membuat larutan bakteri untuk aktif
membuat larutan desinfektan 3. Membuang dahak
desinfektan 3. Ajarkan cara sembaranagn dapat
2. Menunjukkan perilaku membuang dahak meningkatkan faktor
hidup sehat yang benar infeksi pada orang
3. Mendeskripsikan cara 4. Ajarkan cara lain
membuang dahak yang membuang dahak 4. Menggunakan tissu
benar jika tidak ada salah satu cara
4. Ada tempat dahak tempat khusus membuang dahak
khusus yang benar

Sambungan......

Lanjutan Tabel 4.10


Resiko penularan infeksi 1. kaji patologi 1. membantu klien agar
penyakit dan mau mengerti dan
Setelah dilakukan potensial menerima terapi
perawatan selama 3x24 penyebaran infeksi yang diberikan agar
jam, klien menunjukkan: tidak terjadi infeksi
NOC: 2. identifikasi orang 2. orang yang beriko
1. Klien bebas dari tanda lain yang beresiko perlu program terapi
dan gejala infeksi obat untuk menegah
2. Mendeskripsikan proses penyebaran infeksi
penularan penyakit, 3. Ajarkan pada klien 3. mencegah penularan
faktor yang untuk infeksi
mempengaruhi menggunakan masker
penularan serta 4. Anjurkan pasien
penatalksanaannya untuk batuk/bersin 4. kegiatan ini penting
3. Menunjukkan dan mengeluarkan untuk menegah
kemampuan untuk dahak pada tempat penularan infeksi
mencegah timbulnya yang telah
infeksi didesinfektan dan
4. jumlah leokosit dalam menghindari
batas normal meludah
5. menunjukkan perilaku 5. Ajarkan ]ara
hidup sehat membuang dahak 5. men]egah penularan
yang benar dan infeksi
membuat larutan
desinfektan
6. kaji tindakan
kontrol infeksi 6. mengurangi resiko
7. kolaborasi penyebaran infeksi
pemberian 7. obat diberikan untuk
antibiotik menegah penyebaran
infeksi dan terjadinya
infeksi

108
109

Klien 2
Nutrisi kurang dari 1. Berikan informasi 1. Pengetahuan tentang
kebutuhan tubuh b.d tentang kebutuhan kebutuhan nutrisi
anoreksia nutrisi dapat meningkatkan
kebutuhan nutrisi
Setelah dilakukan 2. Monitor keadaan 2. Mual dan muntah
perawatan selama 3x24 mual dan muntah dapat mempengaruhi
jam, klien menunjukkan: selera makan
3. Observasi keadaan 3. Kurangnya nutrisi
NOC: kulit dari kebutuhan tubuh
1. Adanya peningkatan berdampak pada kulit
BB 4. Observasi BB 4. BB klien mengalami
2. Adanya peningkatan pasien penurunan atau
fungsi pengecapan peningkatan
3. Tidak ada tanda mal 5. Kolaborasi dengan 5. Evaluasi intervensi
nutrisi tim medis yang telah dilakukan
pemberian diet,
antibiotik, dan
analgetik

Sambungan......

Lanjutan Tabel 4.10


Ketidakefektifan bersihan 1. Berikan health 1. Mendapatkan
jalan nafas b.d akumulasi education pada persetujuan dari klien
secret disaluran nafas. klien dan keluarga dan keluarga
tentang tindakan
Setelah dilakukan yang akan
perawatan selama 3x 24 dilakukan
jam, klien menunjukkan: 2. Posisikan klien 2. Posisi semi fowler
semifowler untuk dapat
NOC: memaksimalkan memaksimalkan
1. Jalan nafas bersih, tidak pernafasan pengembangan dada
ada suara ronchi dan 3. Lakukan fisoterapi 3. Fisioterapi dada
wheezing dada dapat memobilisasi
2. klien dapat dapat secret kesaluran
mengeluarkan dahak nafas
3. tidak ada sianosis, tidak 4. Lakukan suction 4. Suction dilakukan
kesulitan saat apabila klien tidak untuk mengeluarkan
komunikasi dapat melakukan secret
4. TTV dalam batas batuk efektif
normal 5. Ajarkan klien 5. Tarik nafas dalam
TD : 120/90 mmHg teknik tarik nafas dapat
ND: 60-100x/ menit dalam memaksimalkan
RR : 16-20x/ menit pengembangan dada
S : 36,5-370C 6. Anjurkan pada 6. Aktivitas yang sering
klien untuk membutuhkan
membatasi oksigen yang lebih
aktivitas banyak
7. Evaluasi TTV, 7. Evaluasi intervensi
suara nafas, irama yang telah dilakukan
nafas, dan
frekuensi nafas
8. Kolaborasi dengan 8. Nebulizer dapat
dokter untuk mengencerka dahak

109
110

pemberian
nebulizer
9. Kolaborasi dengan 9. Antibiotik dapat
dokter untuk mengurangi
pemberian terjadinya infeksi
antibiotik pada paru

Intoleransi aktivitas 1. Berikan terapi 1. Memberikan rasa


aktifitas fisik kebugaran pada klien
Setelah dilakukan 2. Berikan latihan 2. Melatih otot dan
perawatan selama 3x24 fisik, mobilitas sendi agar tidak kaku
jam, klien menunjukkan: sendi, dan nyeri saat ativitas
NOC: menggunakan
1. TD dalam batas norma gerakan tubuh aktif
120/90-140/90 mmHg atau pasif
2. Tidak ada kelemahan 3. Berikan bantuan 3. Bantuan AKS dapat
otot, dapat melakukan perawatan diri, membantu aktivitas
aktivitas secara mandiri AKS individu
3. EKG dalam batas 4. Observasi 4. Kaji intervensi yang
normal kemampuan pasien sudah dilakukan
untuk berpindah,
ambulasi dan
melakukan AKS,
asupan nutrisi
Sambungan......
Lanjutan Tabel 4.10
5. Ajarkan 5. Penggunaan nafas
penggunaan tekik terkontrol selama
nafas dalam aktifitas dalam
kontrol selama mengatur kebutuhan
aktivitas oksigen yang
6. Ajarkan diperlukan
penggunaak teknik 6. Teknik relaksasi
relaksasi dapat membantu saat
pasien beraktifitas

Putus obat 1. Berikan penjelasan 1. Minum obat sangat


tentang pentingnya penting untuk
Setelah dilakukan minum obat mengatasi masalah
perawatan selama 3x24 2. Jelaskan pada klien kesehatan
jam, klien menunjukkan: efek tidak minum 2. Tidak minum obat
obat dapat memperburuk
NOC: 3. Ajarkan 6 rute keadaan sakit
1. Klien mau minum obat minum obat 3. 6 rute tepat minum
2. Minum obat seCara 4. Anjurkan keluarga obat merupakan cara
teratur dan tepat waktu untuk mengawasi tepat minum obat
3. Pengobatan tuntas 6-9 klien saat minum 4. Agar klien minum
bulan obat obat sercara teratur
5. Anjarkan cara 5. Modifikasi minum
memodifikasi obat dapat menjadi
minum obat daya tarik klien untuk
minum obat

Kurang pengetahuan 1. Menyediakan 1. Informasi penting


informasi pada untuk meningkatkan
Setelah dialakukan klien tentang pengetahuan klien
perawatan selama 3x24 penyakit dan tentang penyakitnya

110
111

jam, klien menunjukkan: penyabarannya 2. Larutan desinfektan


NOC: 2. Ajarkan cara dapat menghambat
1. Mendeskripsikan cara membuat larutan bakteri untuk aktif
membuat larutan desinfektan 3. Membuang dahak
desinfektan 3. Ajarkan cara sembaranagn dapat
2. Menunjukkan perilaku membuang dahak meningkatkan faktor
hidup sehat yang benar infeksi pada orang
3. Mendeskripsikan cara 4. Ajarkan cara lain
membuang dahak yang membuang dahak 4. Menggunakan tissu
benar jika tidak ada salah satu cara
4. Ada tempat dahak tempat khusus membuang dahak
khusus yang benar

Resiko penularan infeksi 1. Kaji patologi 1. Membantu klien


penyakit dan agar mau mengerti
Setelah dilakukan potensial dan menerima terapi
perawatan selama 3x24 penyebaran infeksi yang diberikan agar
jam, klien menunjukkan: tidak terjadi infeksi
2. Identifikasi orang 2. Orang yang beriko
NOC: lain yang beresiko perlu program terapi
1. Klien bebas dari tanda 3. Anjurkan pada obat untuk menegah
dan gejala infeksi klien untuk penyebaran infeksi
2. Mendeskripsikan proses menggunakan 3. Menegah penularan
penularan penyakit, masker dan ajarkan

Sambungan......
Lanjutan Tabel 4.10
3. faktor yang batuk dan bersin yang infeksi pada orang lain
mempengaruhi benar
4. penularan serta 4. Anjurkan pasien 4. Kegiatan ini penting
penatalksanaannya untuk batuk/bersin untuk menegah
5. Menunjukkan dan mengeluarkan penularan infeksi
kemampuan untuk dahak pada tempat
mencegah timbulnya yang telah
infeksi didesinfektan dan
6. jumlah leokosit dalam menghindari
batas normal meludah 5. Mengurangi resiko
menunjukkan perilaku 5. Kaji tindakan penyebaran infeksi
hidup sehat kontrol infeksi
Kolaborasi pemberian Obat diberikan untuk
antibiotic menegah penyebaran
infeksi dan terjadinya
infeksi

111
112

k) Implementasi
Tabel 4.11 Implementasi Keperawatan Klien 1 dan 2 yang
Mengalami TB Paru di Ruang RPD 1 RSUD Blambangan
Banyuwangi Juli 2017

Diagnosa Jam/tgl Implementasi


Keperawatan
Klien 1
3 Juli 2017
Ketidakefektifan 08.00 Memberikan injeksi cefotaxim 1 gr IV,
bersihan jalan nafas injeksi strephtomycin 750 mg via IM
R/ Tidak ada respon alergi, tidak ada
oedema pada area infus
Memberikan nebul ventolin 1cc
R/ Dahak masih keluar sedikit
10.00 Melakukan fisoterapi dada dan batuk
efektif
R/ Dahak keluar sedikit 1-2 cc, tidak bsa
melakukan batuk efektif
Melakukan auskultasi suara nafas ronchi
R/ Ronchi di lapang paru
Memonitor batuk dan sputum yang keluar
R/ batuk masih sering, sputum yang
keluar sedikit, berwarna kuning kental
Memonitor tanda vital
R/ TD : 110/90 mmHg N : 88x/ menit P :
31x/ Menit S : 36,50C
11.12 Memberikan penyuluhan tentang
pentingnya berhenti merokok
R/ Karena sudah tahu penting untuk
berhenti merokok klien akan mengurangi
untuk merokok kalu bisa akan berhenti
untuk merokok
13.00 Mengajarkan kepada klien dan keluarga
cara batuk dan bersin yang benar*
R/ Menggunakan tisu atau menggunakan
bahu tahan adalah cara batuk atau bersin
yang benar
13.15 Mengajarkan kepada klien dan keluarga
cara membuang dahak yang benar*
R/ Di tampung dalam bak yang berisi
rinso dan air hangat kemudian di buang ke
WC adalah cara membuang dahak yang
benar

Ketidakefektifan 08.25 Mempertahankan O2 nasal kanul 5 lpm


pola nafas Memberikan posisi semi fowler untuk
memaksimalkan pernafasan
R/ Bernafas terbantu

112
113

09.14 Mengajarkan klien teknik tarik nafas


dalam
R/ Sulit melakukan karena sesak nafas
Menganjurkan klien untuk membatasi
aktivtas

Sambungan......
Lanjutan Tabel 4.11
R/ Selama di RS aktivitas hanya
11.45 ditempat tidur
Memonitor frekuensi dan irama pernafasan
R/ Irama teratur, cepat, suara ronchi, RR
32x/ menit
13.12 Modifikasi lingkungan tempat klien
dirawat
R/ Ventilasi yang cukup, menjauhkan
barang yang tidak perlu

Intoleransi aktifitas 10.00 Observasi kemampuan klien untuk


berpindah tempat,
R/ Klien dapat berpindah jika dibantu
keluarga
10.30 Memberikan terapi aktivitas fisik
R/ Aktivitas sehari-hari klien
dibantu keluarga
13.00 Memberikan latihan fisik mobilitas sendi
R/ Badan tangan dan kaki terasa lebih
bugar
Mengajarkan teknik nafas kontrol selama
13.15 aktivitas
R/ Sesak bertambah parah jika klien
beraktivitas

Gangguan Pola 10.00 Menjelaskan pentingnya tidur tidur yang


Tidur adekuat selam sakit
R/ “saya batuknya sering, jadi susah
tidurnya”
10.10 Menganjurkan untuk menghindari suara
keras, penggunaan lampu, saat tidur
malam, lingkungan yang tenang, damai,
dan meminimalkan gangguan
R/ “meskipun lampunya dimatika, kalu
batuk terus saya tidak bisa tidur mbak”
12.00 Menganjurkan klien untuk mandi air
hangat disore hari
R/ “kalau sore saya mandi air dingin,
sekonya kalu pagi aja”
12.12 Mengajarkan untuk tindakan kenyaman,
seperti massase, pengaturan posisi, dan
sentuhan efektif
R/ “kalau batuk tiap malem istri saya yang
pijetin mbak, tapi tetep aja ndak bisa tidur”
Mengajarkan tidur siang untuk memenuhi
12.20 kebutuhan tidur
R/ “palagi siang mbak, saya tambah gak
bisa tidu, tapi kalu siang batuknya
mendingan”

113
114

Putus obat O8.17

Memberi Sambungan......

kan

penjelasa

n tentang

pentingn

ya

minum

obat

R/ “iya saya kalo


disuruh minum obat
saya minum”
Lanjutan Tabel 4.11
12.12 Menjelaskan pada klien efek tidak minum
obat
12.18 R/ “Saya tidak tahu sebelumnya tentang
efek samping ini”
Mengajarkan 6 rute minum obat
12.25 R/ “Pokok kalo 3 ksli saya minum
pagi,sore,malam tidak lihat jam”
Menganjurkan keluarga untuk mengawasi
klien saat minum obat
12.30 R/ “Istri yang memberikan obat kalo lagi
ada drumah”
Mengajarkan cara memodifikasi minum
obat
R/ “Kalo minum obat saya pakai air putih
kadang the manis”

Kurang 10.12 Menyediakan informasi pada klien tentang


Pengetahuan penyakit dan penyabarannya
R/ “iya saya mengerti”
11.05 Mengajarkan cara membuat larutan
desinfektan
R/ “sekarang saya tahu, kalau dulu kan
tidak diajarkn”
11.15 Mengajarkan cara membuang dahak yang
benar
R/ “klien membuang dahak pada larutan
sabun”
11.27 Mengajarkan cara membuang dahak jika
tidak ada tempat khusus
R/ “menggunakan tissu”

Resiko Penularan 08.20 Memberikan injeksi efotaxim 1 gr via IV


Infeksi R/ Tidak ada respon alergi

114
115

09.00 Kaji potensial penyebaran infeksi dengan


memperhatkn klien dan keluarga saat
berinteraksi
R/ Saat batuk klien tidak menutup mulut,
dan keluarga berada disekitar klien
10.00 Menganjurkan klien, keluarga dan
pengunjung untuk menggunakan masker
R/ Klien, keluarga dan pengunjung tidak
ada yang menggunakan masker
12.00 Menganjurkan klien agar membuang
dahak pada tempat yang sudah di
desinfektan
R/ Klien membuang dahak pada tisu
dan ditaruh di bak sabun
12.30 Mengajarkan pada pasien dan keluarga
tentang penularan infeksi dan
penegahannya
R/ klien dan keluarga mengerti

Sambungan.....

Lanjutan Tabel 4.
Klien 2
Nutrisi kurang dari 08.15 Monitor BB pasien
kebutuhan tubuh R/ BB sekarang 47 kg
10.00 Memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
R/ Tidak bisa makan, porsi makan hanya
habis 2-3 sdm
12.00 Memberikan diet TKTP
R/ Porsi makan habis 2-3 sdm
12.13 Monitor keadaan mual dan muntah
R/ Mual jika ada bau makanan, obat,
atau parfum

Ketidakefektifan 08.15 Memberikan injeksi cefotaxim 1 gr IV,


bersihan jalan nafas R/ Tidak ada respon alergi, tidak ada
oedema pada area infus
Memberikan nebul ventolin 1cc
R/ Dahak masih keluar sedikit
10.30 Melakukan fisoterapi dada dan batuk
efektif
R/ Dahak keluar sedikit 1-2 cc, tidak bsa
melakukan batuk efektif
Melakukan auskultasi suara nafas ronchi
R/ Ronchi di lapang paru
Memonitor batuk dan sputum yang keluar
11.25 R/ batuk masih sering, sputum yang
keluar sedikit, berwarna kuning kental
Memonitor tanda vital
R/ TD : 100/80 mmHg N : 88x/ menit P :
20x/ Menit S : 36,50C
Memberikan penyuluhan tentang
pentingnya berhenti merokok

115
116

R/ Klien sudah lama berhenti


12.30 merokok
Mengajarkan kepada klien dan keluarga
cara batuk dan bersin yang benar*
R/ Menggunakan tisu atau menggunakan
bahu tahan adalah cara batuk atau bersin
yang benar
13.20 Mengajarkan kepada klien dan keluarga
cara membuang dahak yang benar*
R/ Di tampung dalam bak yang berisi
rinso dan air hangat kemudian di buang ke
WC adalah cara membuang dahak yang
benar

Intoleransi aktivitas 10.30 Observasi kemampuan klien untuk


berpindah tempat,
R/ Klien dapat berpindah jika dibantu
keluarga
11.30 Memberikan terapi aktivitas fisik
R/ Aktivitas sehari-hari klien
dibantu keluarga
12.15 Memberikan latihan fisik mobilitas sendi

Sambungan......
Lanjutan Tabel 4.11
R/ Badan tangan dan kaki terasa lebih
bugar
12.30 Mengajarkan teknik nafas kontrol selama
aktivitas
R/ Sesak bertambah parah jika klien
beraktivitas

Putus Obat 10.12 Memberikan penjelasan tentang


pentingnya minum obat
R/ “iya saya kalo disuruh minum obat saya
minum”
10.16 Menjelaskan pada klien efek tidak minum
obat
R/ “Saya tidak tahu sebelumnya tentang
efek samping ini”
12.24 Mengajarkan 6 rute minum obat
R/ “Pokok kalo 3 ksli saya minum
pagi,sore,malam tidak lihat jam”
12.27 Menganjurkan keluarga untuk mengawasi
klien saat minum obat
R/ “Istri yang memberikan obat kalo lagi
ada drumah”
13.07 Mengajarkan cara memodifikasi minum
obat
R/ “Kalo minum obat saya pakai air putih
kadang the manis”

Kurang 12.06 Menyediakan informasi pada klien tentang


Pengetahuan penyakit dan penyabarannya
R/ “iya saya mengerti”
12.22 Mengajarkan cara membuat larutan
desinfektan

116
117

R/ “sekarang saya tahu, kalau dulu kan


tidak diajarkn”
13.10 Mengajarkan cara membuang dahak yang
benar
R/ “klien membuang dahak pada larutan
sabun”
14.13 Mengajarkan cara membuang dahak jika
tidak ada tempat khusus
R/ “menggunakan tissue

Resiko penularan 08.23 Memberikan injeksi efotaxim 1 gr via IV


infeksi R/ Tidak ada respon alergi
09.00 Kaji potensial penyebaran infeksi dengan
memperhatkn klien dan keluarga saat
berinteraksi
R/ Saat batuk klien tidak menutup mulut,
dan keluarga berada disekitar klien
10.11 Menganjurkan klien, keluarga dan
pengunjung untuk menggunakan masker
R/ Klien, keluarga dan pengunjung tidak
ada yang menggunakan masker

Sambungan......
Lanjutan Tabel 4.11
11.23 Menganjurkan klien agar membuang
dahak pada tempat yang sudah di
desinfektan
R/ Klien membuang dahak pada tisu
dan ditaruh di bak sabun
13.00 Mengajarkan pada pasien dan keluarga
tentang penularan infeksi dan
penegahannya
R/ klien dan keluarga mengerti

117
118

l) Evaluasi
Table 4.12 Evaluasi Klien 1 dan 2 yang Mengalami TB Paru di
Ruang RPD 1 RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017

Diagnose Hari 1
Klien 1
03 Juli 2017 S:
14.15 “batuk, dahak keluar sedikit”
Dx. 1 O:
Tidak ada sianosis, dahak keluar sedikit 1-2 cc, warna
dahak kuning kental, ada suara nafas ronchi, nebul
ventolin 3x1 cc/ hari, T: 110/90 mmHg, N: 88x/ menit
P: 32x/ menit S: 36,50C
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Dx. 2 S:
14.20 “tidak kuat kalau lama-lama ngobrolnya”
O:
pernafasan dada, cuping hidung, otot bantu pernafasan,
irama nafas cepat, posisi semi fowler, O2 5 lpm, RR
32x/ menit, ND : 86x/ menit
A: Masalah belum teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan
DX.3 S:
“apa yang saya butuhkan semuanya dibantu istri”
O:
aktivitas dibantu keluarga, kekuatan otot normal, RR
32x/ menit, Saat komunikasi megap-megap
A:
masalah belum teratasi

118
119

P:
Intervensi dilanjutkan
DX. 4 S:
14.00 “Ndak bisa tidur siang saya mbak”
O:
mata cowong, badan loyo, batuk,
A:
Masalah belum teratas
P:
Intervensi dilanjutkan
DX. 5 S:
14.12 “saya tepat waktu kalau minum obat”
O:
Minum obat didampingi kelaurga dan perawat, minum
obat tepat waktu, minum oat menggunakan air putih,
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan

Sambungan......

Lanjutan Tabel 4.12


DX. 6 S:
14.23 “kalau diajari keluarga kan tahu memuang dahaknya
agaimana
O:
Dapat membuat larutan desinfektan, ada tempat khusus
pemuangan dahak,
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
DX. 7 S:
14.00 “tidak tahu saya kalu penyakit ini menular”
O:
Tidak menggunakan masker, tidak menutup mulut saat
batuk dan bersin, tidak ada tempat pembuangan sputum
yang khusus
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Klien 2
Dx. 1 S:
14.15 “saya tidak enak makan mbak”
O:
kurang minat terhadap makanan, porsi makan habis 3
sdm, Cepat merasa kenyang, Membrane mukosa bibir
kering, pecah-pecah, Turgor kulit kembali dalam 2
detik, CRT kembali dalam 2 detik, Kulit kering
bersisik, BB awal 57 kg BB sekarang 55 kg, TTV TD :
100/70 mmHg ND : 86x/ menit RR : 22x/menit S:
36,70C
A:
Masalah belum teratasi

119
120

P:
Intervensi dilanjtkan
Dx. 2 S:
14.20 “batuk sering, dahak keluar sedikit”
O:
Tidak ada sianosis, batuk tidak efektif, kesulitan saat
bicara, suara nafas ronchi dan wheezing, sputum keluar
sedikit 1-2 cc, warna sputum kuning pekat, viskositas
kental
A:
Masalah belum teratasi
P:
intervensi dilanjutkan
Dx. 3 S:
14.25 “susah kalau istri pulang, terus gak ada yang nganter
saya ke kamar mandi, atau yang lainnya”
O:
aktivitas dibantu keluarga, kekuatan otot normal, RR
20x/ menit
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Sambungan......
Lanjutan Tabel 4.12
DX. 4 S:
14.27 “suami saya tepat waktu kalau minum obat asal
dipaksa dan didampingi perawatnya”
O:
Minum obat didampingi kelaurga dan perawat, minum
obat tepat waktu, minum oat menggunakan air putih,
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
DX. 5 S:
14.29 “kalau diajari keluarga kan tahu memuang dahaknya
agaimana
O:
Dapat membuat larutan desinfektan, ada tempat khusus
pemuangan dahak,
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
DX. 6 S:
14.30 “saya fikir penyakit ini tidak menular”
O:
Tidak menggunakan masker, tidak menutup mulut saat
batuk dan bersin, tidak ada tempat pembuangan sputum
yang khusus
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan

120
121

m) Catatan perkembangan
Tabel 4.13 Catatan perkembangan klien 1 hari ke 2 yang mengalami
TB Paru di Ruang RPD 1 RSUD Blambangan
Banyuwangi Juli 2017

No DX Tanggal Ttd
1. Subjektif:
“batuk sering apalagi malam hari, dahak
keluar sedikit”

Objektif:
Tidak ada sianosis, batuk sering, dahak
keluar sedikit 1-2 cc, warna dahak kuning
kental, ada suara nafas ronchi, T: 110/90
mmHg, N: 88x/ menit P: 31x/ menit S:
36,50C

Assesement: Tujuan belum tercapai

Plening:
1. Pertahankan posisi klien semi fowler
2. Ajarkan klien tekhnik tarik nafas
dalam dan minum air hangat
3. Lakukan fisioterapi dada dan batuk
efektif
4. Observasi TTV, suara nafas, irama
nafas, dan frekuensi pernafasan
5. Kolaborasi untuk pemberian terapi
antibiotic dan nebulizer
04 Juli
2017 Implementasi:
08.20 1. Melakukan advis dokter pemberian
injeksi cefotaxim 1 gram, ranitidin 50
mg dan obat oral Rifampisin 400 mg,

121
122

Ethambutol 450 mg, Pirazinamid 450


mg, Insoniazid 200
Respon: tidak ada tanda alergi
09.10 2. Memberikan terapi nebulizer
Respon: “sesak berkurang, batuk tapi tidak
bisa berdahak mbak”
3. Mempertahankan posisi semi fowler
Respon: “ya sesak, tapi berkurang mbak”
4. Mengajarkan klien teknik nafas dalam
11.10 Respon: “kalu begini saya lebih enak mbak,
tapi berat saat bernafas”
5. Melakukan fisioterapi dada dan batuk
efektif
Respon: “gimana mbak biar bisa berdahak
saya”
6. Mengajarkan keluarga untuk
13.45 memberikan minum air hangat
Respon: “istri memberikan 1 gelas air putih
hangat, untuk dimum klien”
7. Mengobservasi TTV, suara nafas,
irama pernafasan dan frekuensi nafas,
Respon: “TD 110/90 mmHg P: 30x menit
N: 89x/ menit, irama nafas ]epat,
suara nafas ronchi dan wheezing,
Evaluasi:
Subjektif:
‘masih batuk mbak padahal obatnya sudah
saya rutin minum dan tidak dapat
mengeluarkan dahak”

Objektif:
Keadaan umum cukup, dahak keluar sediki
1-2 cc, berwarna kuning kental, ada suara
nafas ronchi dan wheezing, TD 110/90
mmHg P: 30x menit N: 89x/ menit

Reasesement: Tujuan belum tercapai

2. Subjektif:
“ngos-ngosan saya mbak”

Objektif:
pernafasan dada, cuping hidung, otot bantu
pernafasan, irama nafas cepat, posisi semi
fowler, O2 5 lpm, RR 32x/ menit, ND : 86x/
menit

Assesement: Tujuan belum tercapai

Planning
1. Observasi suara nafas, irama nafas,
dan frekuensi pernafasan
2. Pertahankan O2 nasal kanul 5 lpm
3. Pertahankan posisi semi fowler
4. Anjurkan untuk tidak banyak
beraktifitas
04 Juli 5. Ajarkan teknik tarik nafas dalam

122
123

2017
Implementasi:
08.00 1. Mempertahankan O2 nasal kanul 5
lpm
Respon: “ya kalu pakai ini saya lebih enak
saat nafas mbak”
09.20 2. Anjurkan klien untuk tidak banyak
beraktivitas
Respon: “saya Cuma diam saja d tempat
tidur mbak, tapi kok tetap saja sesak”
3. Mengajarkan klien tekhnik tarik nafas
10.00 dalam
Respon: “bisa kalo tidak begitu sesak, kalo
sesak sulit mbak”
4. Mengobservasi frekuensi nafas, irama
12.10 dan frekuensi nafas pada klien
Respon: frekuesnsi nafas 32x/ menit, cepat,
dan tidak teratur.
5. Mempertahankan posisi semi fowler
13.30 Respon: “kalo tidur lurus saya tambah tidak
bisa nafas mbak”

Evaluasi:
Subjektif:
“sudah tidak kaya kemarin, lebih enak
sekarang nafasnya”

Objektif:
k/u lemah, pernafasan dada, cuping hidung,
otot bantu pernafasan, irama nafas cepat,
posisi semi fowler, O2 5 lpm, RR 32x/
menit, ND : 86x/ menit

Reasesement: tujuan tercapai sebagian

3. Subjektif:
“lemas sudah tidak seperti kemarin, tapi
masih belum bisa apa-apa sendiri”

Objektif:
aktivitas dibantu keluarga, kekuatan otot
menurun 4444/5555, terbaring ditempat
tidur,

Assesement: tujuan belum tercapai


Planning
1. Berikan latihan fisik, mobilitas sendi,
menggunakan gerakan tubuh aktif atau
pasif
2. Berikan bantuan perawatan diri
3. Observasi kemampuan klien untuk
berpindah, dan melakukan AKS dan
asupan nutrisi
04 Juli 4. Ajarkan teknik relaksasi saat klien
2017 lelah beraktivitas

Implementasi
10.30 1. Memberikan latihan fisik mobilisasi

123
124

sendi, dengan gerakan tubuh aktif atau


pasif
Respon: “gerakan taangan dan kaki seperti
ini membuat bada terasa enak”
11.15 2. Mengobservasi kemampuan klien
untuk berpindah dan melakukan AKS
Respon: “saya bisa ke kamar mandi kalau
ada yang bantu mbak”
3. Memberikan bantuan perawatan diri
Respon: mengajarkan untuk dilakukan seko
setiap pagi
12.10 4. Mengajarkan klien untuk melakukan
relaksasi saat klien lelah beraktivitas
Respon: “kalau sudah ke kamar mandi yang
mau jalan lagi itu sesak saya mbk”
5. Mengobservasi asupan nutrisi untuk
13.00 memastikan sumber-sember energy
yang adekuat
Respon: “klien mendapatkan diet TKTP
dengan makan habis ½ porsi

Evaluasi
Subjektif:
“badan lemas sudah tidak seperti kemarin,
dibantu istri jika hanya ingin ke kamar
mandi saja”

Objektif
Keadaan umum lemah, aktivitas dibantu
keluarga, kekuatan otot menurun
4444/5555, terbaring ditempat tidur,

Reasesement: tujuan tercapai sebagian


4. Subjektif:
“kalau alat makannya jadi satu dirumah, apa
juga masih menular, meskipun sudah dicuci
mbak”

Objektif:
Klien dan keluarga tidak menggunakan
masker, tidak menutup mulut saat batuk dan
bersin, tidak ada tempat pembuangan
sputum yang khusus

Assesement: tujuan belum tercapai

Planning:
1. kaji patologi penyakit dan potensial
penyebaran infeksi
2. identifikasi orang lain yang beresiko
3. Ajarkan pada klien untuk
menggunakan masker,
4. Ajarkan cara batuk dan bersin yang
benar
5. Kolaborasi pemberian antibiotic
04 Juli 6. Ajarkan cara membuang dahak yang
2017 benar

124
125

Implementasi
09.15 1. Mengkaji patologi penyakit dan
potensial penyebaran infeksi
Respon: “saat batuk, bersin klien tidak
menutup mulut atau menggunakan masker
dan tisu”
09.35 2. Mengidentifikasi orang lain yang
beresiko
Respon: “keluarga klien dan pengunjung
tidak ada yang menggunaka masker, dan
alat makan campur dengan klien”
3. Mengajarkan pada klien batuk dan
09.45 bersin yang benar
Respon: “saya kadang lupa mbak kalu batuk
tidak menutup mulu, hee”
4. Mengajarkan pada klien untuk
12.00 menggunakan masker
Respon: “klien dan keluarga akan membeli
masker”

12.15 5. Melakukan advis dokter injeksi


cefotaxim 1 gr
Respon: “tidak ada respon/ tanda alergi”
6. Mrngajarkan klien cara membuang
13.10 sekret dan cara membuat larutan
desinfektan
Respoon: “kalu diajari gini saya kan tahu
mbak, sebelumnya saya membuang
dahaknya disungai”

Evaluasi
Subjektif:
klien mengatakan tahu cara penularan
penyakitnya

Objektif:
Keluarga, klien dan pengunjung
menggunakan masker, tidak mnutup mulut
saat bersin dan batuk, kurang paham cara
pembuangan sekret, dan membuat larutan
desinfektan

Reasesement: tujuan tercapai

5. Subjektif:
“saya masih sulit tidur mbak, batuknya ini
gak sembuh-sembuh”

Objektif:
mata cowong, bada tampak tidak bugar, TD:
100/90 mmHg, ND: 87x/ menit

Assesement: tujuan belum tercapai

Planning:
1. Jelaskan pentingnya tidur tidur yang
adekuat selam sakit

125
126

2. Anjarkan untuk menghindari suara


keras, penggunaan lampu, saat tidur
malam, lingkungan yang tenang, damai,
dan meminimalkan gangguan
3. Anjurkan klien untuk mandi air hangat
disore hari
4. Ajarkan untuk tindakan kenyaman,
seperti massase, pengaturan posisi, dan
sentuhan efektif
5. Ajarkan tidur siang untuk memenuhi
kebutuhan tidur
Implementasi
1. Menjelaskan pentingnya tidur tidur yang
adekuat selam sakit
Respon: “Saya sampai ingin tidur yang
enak”
2. Menganjurkan untuk menghindari suara
keras, penggunaan lampu, saat tidur

malam, lingkungan yang tenang, damai,


dan meminimalkan gangguan
Respon: “tiap malam saya kalu tidur
memang dimatikan lampunya, kalu nyala
saya tambah tidak bisa tidur”
3. Menganjurkan klien untuk mandi air
hangat disore hari
Respon: “tadi sore sudah mandi air hangat,
batuk tadi melem sudah tidak kaya kemaren
mbak”
4. Mengajarkan untuk tindakan kenyaman,
seperti massase, pengaturan posisi, dan
sentuhan efektif
Respon: “iya istri saya tiap malem ikut
tidak tidur karena mijitin saya”
5. Mengajarkan tidur siang untuk
memenuhi kebutuhan tidur
Respon: “kalau tidur siang saya memang
tidak bisa mba”
Menganjurkan klien untuk menggunakan
pakaian yang tipis, posisi saat tidur miring
atau tidak terlalu terlentang
Respon: “Iya lebih enak tidur miring dari
pada terlentang, kalu gitu malah batuk terus
saya”

Evaluasi
Subektif:
“tadi malam sudah tidak seperti kemari
mbak, sudah bisa tidur 2-3 jam”

Objektif
Keadaan umum lemah, mata cowong, bada
lebih segar, penampilan lebih segar, TD:
110/90 mmHg, ND: 85x/ menit

Reasesemen: tujuan tecapai sebagian

126
127

Nama klien : Tn. G


No reg : 16-26-56
Rawat hari ke : 2
No DX Tanggal Tindakan Keperawatan Ttd
1. 04 Juli Subjektif
2017 “suami saya masih sedikit makannya, 3
sendok sudah gak mau makan lagi”

Objektif
kurang minat terhadap makanan, porsi
makan habis 3 sdm, Cepat merasa kenyang,
Membrane mukosa bibir kering, pecah-
pecah, pucat, awal 57 kg BB sekarang 47
kg, TTV TD : 100/70 mmHg ND : 86x/
menit RR : 22x/menit S: 36,70C

Assesement: tujuan belum tercapai

Planning:
1. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
2. Monitor keadaan mual dan muntah
3. Observasi keadaan kulit
4. Observasi BB klien
5. Kolaborasi dengan tim medis tentang
04 Juli diet klien
2017
Implementasi:
09.00 1. Memonitor keadaan mual dan muntah
Respon: “kalu mual itu tiap hari mbak,
sampek bapak itu gak mau makan, mualnya
itu karena apa saya juga gak tau mbak”
2. Mengobservasi keadaan kulit
09.25 Respon: keadaan kulit bersisik, kering
3. Mengobservasi BB klien
09.45 Respon: BB sekarang 55 kg
4. Memberikan informasi tentang
10.00 kebutuhan nutrisi

127
128

Respon: “bapak susah tidak mau makan


mbak, makannya hanya 2-4 sendok saja”
5. Kolaborasi dengan tim medis
pemberian diet pada klien
12.00 Respon: klien mendapatkan diet TKTP
“porsi makan habis 2-4 mbak”

Evaluasi
Subjektif
“tadi pagi makan roti sedikit mbak, terus
jatah makannya habis 2 sendok aja”

Objektif
kurang minat terhadap makanan, porsi
makan habis 3 sdm, Cepat merasa kenyang,
Membrane mukosa bibir kering,

pecah-pecah, pucat, awal 57 kg BB


sekarang 47 kg, TTV TD : 100/70 mmHg
ND : 86x/ menit RR : 22x/menit S: 36,70C

Reasesement: tujuan belum tercapai

2. Subjektif:
“tadi malem ndak tidur mbak, batuk terus”

Objektif:
Tidak ada sianosis, batuk sering, dahak
keluar sedikit 1-2 cc, warna dahak kuning
kental, ada suara nafas ronchi, nebul
ventolin 3x1 cc/ hari, T: 110/90 mmHg, N:
88x/ menit P: 31x/ menit S: 36,50C

Assesement: Tujuan belum tercapai

Plening:
1. Pertahankan posisi klien semi fowler
2. Ajarkan klien tekhnik tarik nafas
dalam
3. Lakukan fisioterapi dada dan batuk
efektif
4. Observasi TTV, suara nafas, irama
nafas, dan frekuensi pernafasan
5. Kolaborasi untuk pemberian terapi
04 Juli antibiotic dan nebulizer
2017
Implementasi:
08.00 1. Melakukan advis dokter pemberian
injeksi cefotaxim 1 gram, ranitidin 50
mg dan Rifampisisn 400 mg oral
Respon: tidak ada tanda alergi
09.09 2. Memberikan terapi nebulizer
Respon: “sesak berkurang, batuk tapi tidak
bisa berdahak mbak”
10.00 3. Mempertahankan posisi semi fowler
Respon: “sesak, tapi berkurang mbak”
4. Mengajarkan klien teknik nafas dalam
Respon: “saya ndak mau mbak”

128
129

11.12 5. Melakukan fisioterapi dada dan batuk


efektif
Respon: “sudah lama saya batuk mbak tapi
gak bisa keluar dahaknya, keluarnya hanya
12.00 sedikit”
6. Mengajarkan keluarga untuk
memberikan minum air hangat
12.16 Respon: “keluarga menyediakan air hangat
ditermos”
7. Mengobservasi TTV, suara nafas,
irama pernafasan dan frekuensi nafas,
Respon: “TD 100/90 mmHg P: 20x menit
N: 89x/ menit, irama nafas cepat, suara
nafas ronchi dan wheezing,

Evaluasi:
Subjektif:
“masih batuk tapi sudah mendingan mbak”

Objektif:
Tidak ada sianosis, dahak keluar sediki 1-2
cc, berwarna kuning kental, ada suara nafas
ronchi, TD 100/90 mmHg P: 20x menit N:
89x/ menit

Reasesement: Tujuan tercapai sebagian

3. Subjektif:
“bapak kan sakit, jadi semuanya saya yang
ngurus”

Objektif:
aktivitas dibantu keluarga, kekuatan otot
menurun 4444/4444, terbaring ditempat
tidur,

Assesement: tujuan belum tercapai


Planning
1. Berikan latihan fisik, mobilitas sendi,
menggunakan gerakan tubuh aktif atau
pasif
2. Berikan bantuan perawatan diri
3. Observasi kemampuan klien untuk
berpindah, dan melakukan AKS,
asupan nutrisi
4. Ajarkan teknik relaksasi saat klien
04 Juli lelah beraktivitas
2017
Implementasi
09.00 1. Memberikan latihan fisik mobilisasi
sendi, dengan gerakan tubuh aktif atau
pasif
Respon: “kalu sakit kaya gini saya sulit
09.20 mbak untuk olah raga, lemes terus”
2. Mengobservasi kemampuan klien
untuk berpindah dan melakukan AKS
Respon: “saya sulit kalo jalan sendiri,

129
130

pernah jatuh di kamar mandi 2 hari yang


lalu mbak, gak kuat berdiri saya”
10.00 3. Memberikan bantuan perawatan diri
Respon: mengajarkan untuk dilakukan seko
dan menjaga kebersihan mulut setiap pagi
4. Mengajarkan klien untuk melakukan
10.15 relaksasi saat klien lelah beraktivitas
Respon: “kalu sesak saya ndak mbak, hanya
susah saja yang mau bangun kalau tidak
dibantu”
5. Mengobservasi asupan nutrisi untuk
12.00 memastikan sumber-sember energi
yang adekuat*
Respon: klien mendapat diet TKTP, porsi
makan hanya habis 2-4 sdm
6. Respon: “klien mendapatkan diet
12.05 TKTP dengan porsi makan habis 2-4
sdm porsi

Evaluasi
Subjektif:
“sekarang makan, pakai baju, minum, terus
nyisir rambut sudah bapak sendiri, kalu
kemarinnya, semuanya ya saya”

Objektif
aktivitas dibantu keluarga, kekuatan otot
menurun 4444/4444, terbaring ditempat
tidur,

Reasesement: tujuan tercapai sebagian

4. Subjektif:
“namanya orang desa ya ndak tahu penyakit
yang menular itu mbak, kalau campak ya
tahu kalau menular, sekarang sudah tahu
kalau menular”

Objektif:
Klien dan keluarga tidak menggunakan
masker, tidak menutup mulut saat batuk dan
bersin, tidak ada tempat pembuangan
sputum yang khusus

Assesement: tujuan belum tercapai

Planning:
1. kaji patologi penyakit dan potensial
penyebaran infeksi
2. identifikasi orang lain yang beresiko
3. Ajarkan pada klien untuk
menggunakan masker,
4. Ajarkan cara batuk dan bersin yang
benar
5. Kolaborasi pemberian antibiotic
04 Juli 6. Ajarkan cara membuang dahak yang
2017 benar dan membuat larutan desinfektan

130
131

Implementasi
09.30 1. Mengkaji patologi penyakit dan
potensial penyebaran infeksi
Respon: saat batuk, bersin klien tidak
menutup mulut atau menggunakan masker
dan tisu
09.45 2. Mengidentifikasi orang lain yang
beresiko
Respon: keluarga klien dan pengunjung
tidak ada yang menggunaka masker
3. Mengajarkan pada klien batuk dan
10.25 bersin yang benar
Respon: “saya kalau batuk tidak pernah
menutup mulut mbak”

4. Mengajarkan pada klien untuk


11.15 menggunakan masker
Respon: “klien dan keluarga akan membeli
masker”
5. Melakukan advis dokter injeksi
08.00 cefotaxim 1 gr
Respon: tidak ada respon/ tanda alergi
6. Mengajarkan klien cara membuang
12.30 sekret dan cara membuat larutan
desinfektan
Respoon: “iyakarna dirumah gak ada kakus
ya saya buang di sungai mbak”

Evaluasi
Subjektif:
“sekarang ya sudah tahu kalau menular
mbak”

Objektif:
Di ruangan klien tidak ada yang
menggunakan masker, tidak mnutup mulut
saat bersin dan batuk, kurang paham cara
pembuangan sekret, dan membuat larutan
desinfektan

Reasesement: tujuan tercapai

131
132

Tabel 4.13 Catatan perkembangan klien 1 hari ke 2 yang mengalami


TB Paru di Ruang RPD 1 RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017

No DX Tanggal Ttd
1. 05 Juli Subjektif:
2017 “tadi malam batuknya sudah jarang”

Objektif:
Tidak ada sianosis, batuk sering, dahak
keluar sedikit 1-2 cc, warna dahak kuning
kental, ada suara nafas ronchi, nebul
ventolin 3x1 cc/ hari, T: 110/90 mmHg, N:
88x/ menit P: 31x/ menit S: 36,50C

Assesement: Tujuan belum tercapai

Plening:
1. Pertahankan posisi klien semi fowler
2. Ajarkan klien tekhnik tarik nafas
dalam, minum air hangat
3. Lakukan fisioterapi dada dan batuk
efektif
4. Observasi TTV, suara nafas, irama
nafas, dan frekuensi pernafasan
5. Kolaborasi untuk pemberian terapi
05 Juli antibiotic dan nebulizer
2017
Implementasi:
08.00 1. Melakukan advis dokter pemberian
injeksi cefotaxim 1 gram, ranitidin 50
mg dan obar Rifampisin 400 mg
Ethambutol 450 mg, Pirazinamid 450 mg,
Insoniazid 200
Respon: tidak ada tanda alergi
09.00 2. Memberikan terapi nebulizer
Respon: “sesak berkurang, batuk tapi tidak
bisa berdahak mbak”
11.00 3. Mempertahankan posisi semi fowler
Respon: “ya sesak, tapi berkurang mbak”
4. Mengajarkan klien teknik nafas dalam
Respon: “kalu begini saya lebih enak mbak,
tapi berat saat bernafas”
5. Melakukan fisioterapi dada dan batuk
12.45 efektif
Respon: “gimana mbak biar bisa berdahak
saya”
6. Mengajarkan keluarga untuk

132
133

memberikan minum air hangat


Respon: “istri memberikan 1 gelas air putih
hangat, untuk dimum klien”
7. Mengobservasi TTV, suara nafas,
irama pernafasan dan frekuensi nafas,
Respon: “TD 110/90 mmHg P: 30x menit
N: 89x/ menit, irama nafas ]epat, suara
nafas ronchi dan wheezing,

Evaluasi:
Subjektif:
“sudah tidak seperti kemarin batuknya
mbak, sekarang kalau siang bisa tidur 1/2-1
jam”

Objektif:
Tidak ada sianosis, dahak keluar sediki 1-2
cc, berwarna kuning kental, ada suara nafas
ronchi dan wheezing, TD 110/90 mmHg P:
30x menit N: 89x/ menit

Reasesement: Tujuan tercapai sebagian

2. Subjektif:
“ngos-ngosan sudah gak kayak kemarin
mbak”

Objektif:
pernafasan dada, cuping hidung, otot bantu
pernafasan, irama nafas cepat, posisi semi
fowler, O2 5 lpm, RR 32x/ menit, ND : 86x/
menit

Assesement: Tujuan belum tercapai

Planning
1. Observasi suara nafas, irama nafas,
dan frekuensi pernafasan
2. Pertahankan O2 nasal kanul 5 lpm
3. Pertahankan posisi semi fowler
4. Anjurkan untuk tidak banyak
beraktifitas
05 Juli 5. Ajarkan klien teknik tarik nafas dalam
2017
Implementasi:
08.00 1. Mempertahankan O2 nasal kanul 5
lpm
Respon: “ya kalu pakai ini saya lebih enak
saat nafas mbak”
08.20 2. Anjurkan klien untuk tidak banyak
beraktivitas
Respon: “saya Cuma diam saja d tempat
tidur mbak, tapi kok tetap saja sesak”
3. Mengajarkan klien tekhnik tarik nafas
09.00 dalam
Respon: “bisa kalo tidak begitu sesak, kalo
sesak sulit mbak”

133
134

4. Mengobservasi frekuensi nafas, irama


12.00 dan frekuensi nafas pada klien
Respon: frekuesnsi nafas 32x/ menit, cepat,
dan tidak teratur.
5. Mempertahankan posisi semi fowler
12.30 Respon: “kalo tidur lurus saya tambah tidak
bisa nafas mbak”

Evaluasi:
Subjektif:
“sudah lebih enak saat ngobrol”

Objektif:
pernafasan dada, cuping hidung, otot bantu
pernafasan, irama nafas cepat, posisi semi
fowler, O2 5 lpm, RR 32x/ menit, ND : 86x/
menit

Reasesement: tujuan tercapai sebagian

3. Subjektif:
“kalau sekarang ke kamar mandi sudah bisa
sendiri kadang mbak”

Objektif:
aktivitas dibantu keluarga, kekuatan otot
menurun 4444/5555, terbaring ditempat
tidur,

Assesement: tujuan belum tercapai


Planning
1. Berikan latihan fisik, mobilitas sendi,
menggunakan gerakan tubuh aktif atau
pasif
2. Berikan bantuan perawatan diri
3. Observasi kemampuan klien untuk
berpindah, dan melakukan AKS,
asupan nutrisi
05 Juli 4. Ajarkan teknik relaksasi saat klien
2017 lelah beraktivitas

Implementasi
10.00 1. Memberikan latihan fisik mobilisasi
sendi, dengan gerakan tubuh aktif atau
pasif
Respon: “gerakan taangan dan kaki seperti
ini membuat bada terasa enak”
10.25 2. Mengobservasi kemampuan klien
untuk berpindah dan melakukan AKS
Respon: “saya bisa ke kamar mandi kalau
ada yang bantu mbak”
3. Memberikan bantuan perawatan diri
Respon: mengajarkan untuk dilakukan seko
setiap pagi
13.00 4. Mengajarkan klien untuk melakukan
relaksasi saat klien lelah beraktivitas
Respon: “kalau sudah ke kamar mandi yang

134
135

mau jalan lagi itu sesak saya mbk”


5. Mengobservasi asupan nutrisi untuk
13.12 memastikan sumber-sember energy
yang adekuat*
Respon: “klien mendapatkan diet TKTP
dengan porsi makan habis ½ porsi

Evaluasi
Subjektif:
“kalau kemarin semuanya istri saya yang
bantu, sekarang Alhamdulillah mbak
sedikit-sedikit sudah bisa sendiri”

Objektif
aktivitas dibantu keluarga, kekuatan otot
menurun 4444/5555, terbaring ditempat
tidur,

Reasesement: tujuan tercapai sebagian

5. Subjektif:
“saya masih sulit tidur mbak, batuknya ini
gak sembuh-sembuh”

Objektif:
mata cowong, bada tampak tidak bugar, TD:
100/90 mmHg, ND: 87x/ menit

Assesement: tujuan belum tercapai

Planning:
1. Jelaskan pentingnya tidur tidur yang
adekuat selam sakit
2. Anjarkan untuk menghindari suara
keras, penggunaan lampu, saat tidur
malam, lingkungan yang tenang, damai,
dan meminimalkan gangguan
3. Anjurkan klien untuk mandi air hangat
disore hari
4. Ajarkan untuk tindakan kenyaman,
seperti massase, pengaturan posisi, dan
sentuhan efektif
5. Ajarkan tidur siang untuk memenuhi
kebutuhan tidur
Implementasi
08.20 1. Menjelaskan pentingnya tidur tidur yang
adekuat selam sakit
Respon: “Saya sampai ingin tidur yang
enak”
10.00 2. Menganjurkan untuk menghindari suara
keras, penggunaan lampu, saat tidur
malam, lingkungan yang tenang, damai,
dan meminimalkan gangguan
Respon: “tiap malam saya kalu tidur

memang dimatikan lampunya, kalu nyala


saya tambah tidak bisa tidur”

135
136

10.30 3. Menganjurkan klien untuk mandi air


hangat disore hari
Respon: “tadi sore sudah mandi air hangat,
batuk tadi melem sudah tidak kaya kemaren
mbak”
11.15 4. Mengajarkan untuk tindakan kenyaman,
seperti massase, pengaturan posisi, dan
sentuhan efektif
12.30 Respon: “iya istri saya tiap malem ikut
tidak tidur karena mijitin saya”
5. Mengajarkan tidur siang untuk
memenuhi kebutuhan tidur
Respon: “kalau tidur siang saya memang
tidak bisa mba”
Menganjurkan klien untuk menggunakan
pakaian yang tipis, posisi saat tidur miring
atau tidak terlalu terlentang
Respon: “Iya lebih enak tidur miring dari
pada terlentang, kalu gitu malah batuk terus
saya”

Evaluasi
Subektif:
“tadi malam sudah tidak seperti kemari
mbak, sudah bisa tidur 2-3 jam”

Objektif
mata cowong, bada lebih segar, penampilan
lebih segar, TD: 110/90 mmHg, ND: 85x/
menit

Reasesemen: tujuan tecapai sebagian

136
137

Tabel 4.13 Catatan perkembangan klien 1 hari ke 2 yang mengalami


TB Paru di Ruang RPD 1 RSUD Blambangan Banyuwangi Juli 2017

No DX Tanggal Tindakan Keperawatan Ttd


1. 05 Juli Subjektif
2017 Klien mengatakan nafsu makan menurun

Objektif
k/u lemah, kurang minat terhadap makanan,
porsi makan habis 3 sdm, Cepat merasa
kenyang, Membrane mukosa bibir kering,
pecah-pecah, pucat, awal 57 kg BB
sekarang 47 kg, TTV TD : 100/70 mmHg
ND : 86x/ menit RR : 22x/menit S: 36,70C

Assesement: tujuan belum tercapai

Planning:
1. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
2. Monitor keadaan mual dan muntah
3. Observasi keadaan kulit
4. Observasi BB klien
05 Juli 5. Kolaborasi dengan tim medis tentang
2017 diet klien

08.00 Implementasi:
1. Memonitor keadaan mual dan muntah
Respon: “kalu mual itu tiap hari mbak,
sampek bapak itu gak mau makan, mualnya
itu karena apa saya juga gak tau mbak”
2. Mengobservasi keadaan kulit
08.25 Respon: keadaan kulit bersisik, kering
3. Mengobservasi BB klien
Respon: BB sekarang 55 kg
4. Memberikan informasi tentang
09.00 kebutuhan nutrisi
Respon: “bapak susah tidak mau makan
mbak, makannya hanya 2-4 sendok saja”
5. Kolaborasi dengan tim medis
pemberian diet pada klien
11.00 Respon: klien mendapatkan diet TKTP
“porsi makan habis 2-4 mbak”

Evaluasi

137
138

Subjektif
Klien mengatakan nafsu makan masih
menurun

Objektif
k/u lemah, kurang minat terhadap makanan,
porsi makan habis 3 sdm, Cepat merasa
kenyang, Membrane mukosa bibir kering,
pecah-pecah, pucat, awal 57 kg BB
sekarang 47 kg, TTV TD : 100/70 mmHg
ND : 86x/ menit RR : 22x/menit S: 36,70C

Reasesement: tujuan belum tercapai

2. Subjektif:
klien mengatakan batuk, dahak keluar
sedikit

Objektif:
Keadaan umum cukup, batuk sering, dahak
keluar sedikit 1-2 cc, warna dahak kuning
kental, ada suara nafas ronchi, nebul
ventolin 3x1 cc/ hari, T: 110/90 mmHg, N:
88x/ menit P: 31x/ menit S: 36,50C

Assesement: Tujuan belum tercapai

Plening:
1. Pertahankan posisi klien semi fowler
2. Ajarkan klien tekhnik tarik nafas
dalam
3. Lakukan fisioterapi dada dan batuk
efektif
4. Observasi TTV, suara nafas, irama
nafas, dan frekuensi pernafasan
5. Kolaborasi untuk pemberian terapi
05 Juli antibiotic dan nebulizer
2017
Implementasi:
09.00 1. Melakukan advis dokter pemberian
injeksi cefotaxim 1 gram, ranitidin 50
mg Rifampisisn 400 mg, Ethambutol
450 mg, Pirazinamid 450 mg,
10.09 Insoniazid 200
Respon: tidak ada tanda alergi
2. Memberikan terapi nebulizer
11.00 Respon: “sesak berkurang, batuk tapi tidak
bisa berdahak mbak”
3. Mempertahankan posisi semi fowler
Respon: “sesak, tapi berkurang mbak”
12.12 4. Mengajarkan klien teknik nafas dalam
Respon: “saya ndak mau mbak”
5. Melakukan fisioterapi dada dan batuk
efektif
Respon: “sudah lama saya batuk mbak tapi
13.00 gak bisa keluar dahaknya, keluarnya hanya
sedikit”
6. Mengajarkan keluarga untuk

138
139

memberikan minum air hangat


13.16 Respon: “keluarga menyediakan air hangat
ditermos”
7. Mengobservasi TTV, suara nafas,
irama pernafasan dan frekuensi nafas,
Respon: “TD 100/90 mmHg P: 20x menit
N: 89x/ menit, irama nafas cepat, suara
nafas ronchi dan wheezing,

Evaluasi:
Subjektif:
klien mengatakan masih batuk dan tidak
dapat mengeluarkan dahak

Objektif:
Keadaan umum cukup, dahak keluar sediki
1-2 cc, berwarna kuning kental, ada suara
nafas ronchi, TD 100/90 mmHg P: 20x
menit N: 89x/ menit

Reasesement: Tujuan belum tercapai

3. Subjektif:
Klien mengatakan badan terasa lemas dan
tidak kuat beraktifitas

Objektif:
Keadaan umum lemah, aktivitas dibantu
keluarga, kekuatan otot menurun
4444/4444, terbaring ditempat tidur,

Assesement: tujuan belum tercapai

Planning
1. Berikan latihan fisik, mobilitas sendi,
menggunakan gerakan tubuh aktif atau
pasif
2. Berikan bantuan perawatan diri
3. Observasi kemampuan klien untuk
05 Juli berpindah, dan melakukan AKS,
2017 asupan nutrisi
4. Ajarkan teknik relaksasi saat klien
lelah beraktivitas

08.00 Implementasi
1. Memberikan latihan fisik mobilisasi
sendi, dengan gerakan tubuh aktif atau
pasif
Respon: “kalu sakit kaya gini saya sulit
08.20 mbak untuk olah raga, lemes terus”
2. Mengobservasi kemampuan klien
untuk berpindah dan melakukan AKS
Respon: “saya sulit kalo jalan sendiri,
pernah jatuh di kamar mandi 2 hari yang
11.00 lalu mbak, gak kuat berdiri saya”
3. Memberikan bantuan perawatan diri
Respon: mengajarkan untuk dilakukan seko

139
140

dan menjaga kebersihan mulut setiap pagi


11.15 4. Mengajarkan klien untuk melakukan
relaksasi saat klien lelah beraktivitas
Respon: “kalu sesak saya ndak mbak, hanya
susah saja yang mau bangun kalau tidak
13.00 dibantu”
5. Mengobservasi asupan nutrisi untuk
memastikan sumber-sember _nergy
13.05 yang adekuat
6. Respon: klien mendapat diet TKTP,
porsi makan hanya habis 2-4 sdm

Evaluasi
Subjektif:
Klien mengatakan badan terasa sangat
lemas

Objektif
Keadaan umum lemah, aktivitas dibantu
keluarga, kekuatan otot menurun
4444/4444, terbaring ditempat tidur,

Reasesement: tujuan tercapai sebagian

4.2 Pembahasan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Pada hasil pengkajian keluhan utama klien 2 Tn. G mengeluh mual,

muntah, tidak nafsu makan. Sedangkan pada konsep konsep

pengkajian klien TB Paru keluhan utama klien mengeluh sesak nafas

140
141

Sesak nafas dapat diartikan sebagai suatu pengalaman subjektif

seseorang akan ketidaknyamanan bernafas yang terdiri dari sensasi

yang intensitasnya berbeda. Pengalaman itu merupakan interaksi dari

faktor fisiologikal, psikologikal, sosial, dan faktor lingkungan, Sesak

nafas pada orang dengan TB Paru dapat terjadi apabila klien sudah

mengalami kerusakan parenkim paru yang luas atau ada hal-hal

yang menyertai seperti efusi pleura (Muttaqin, 2013), sedangkan

nausea (mual) berupa kebutuhan untuk segera muntah, gerakan yang

diusahakan otot, perut dan dada sebelum muntah, mual juga isa

diakibatkan oleh efek obat-obatan (Friday, 2013).


Wahid (2013) menyatakan bahwa tidak semua orang TB

mengeluhkan sesak, namun ada gejala sistemik lain yang meliputi,

seperti gejala malaise berupa mual, tidak nafsu makan, anoreksia,

dan penurunan berat badan. Mual yang dialami oleh klien

disebabkan karena nafsu makan menurun sehingga meningkatkan

produksi asam lambung dan terangsangnya reseptor mual dibuktikan

oleh klien mendapat terapi ondansentron 3x4 mg dan antasida 3x1

sdm ½ jam sebelum makan, selain penuran nafsu makan klien juga

mengkonsumsi obat OAT yang efeksampingnya juga erdampak

mual, selai itu klien juga ada riwayat sering telat makan.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada hasil pengkajian riwayat penyakit sekarang Tn. S dan Tn. G

tidak ada yang mengeluh nyeri dada. Sedangkan pada konsep

pengkajian riwayat penyakit sekarang klien mengeluhkan nyeri dada.


Nyeri dada dapat digambarkan sebagai nyeri ringan yang terus

menerus muncul, nyeri dada bukanlah sebuah kondisi, namun gejala

141
142

dari berbagai penyakit (Deswita, 2016). Nyeri dada dapat disebabkan

oleh berbagai faktor misalnya peradangan di area sekitar dinding dan

otot dada, peradangan otot dan syaraf punggung serta tulang

belakang, peradangan sendi iga, terutama yang terletak di dekat

tulang dada sering disebut kostokorditis (Bakhtiar, 2015).


Pada hasil pengkajian kedua klien tersebut tidak ada yang mengeluh

nyeri pada dada, karena nyeri dada pada klien TB Paru terjadi akibat

infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis

yang dapat menyebabkan nyeri (Somantri 2012). Sedangkan pada

hasil pemeriksaan foto thorax klien 1 dan 2 tidak ditemukan adanya

tanda-tanda pleuritis, yang saat inspirasi terjadi gesekan antara

pleura sehingga menyebabkan nyeri dada dan pada pemeriksaan fisik

dada pada palpasi tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan taktil

fremitus, perkusi paru klien 1 dan 2 sonor.

c. Riwayat penyakit dahulu


Pada riwayat penyakit dahulu Tn.S dan Tn.G mengeluh batuk namun

tidak disertai darah. Sedangkan pada konsep pengkajian riwayat

penyakit dahulu klien mengeluh batuk lebih dari 3 minggu dan

disertai darah.
Batuk darah adalah keluarnya darah dari saluran pernafasan, batuk

darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah, berat ringannya

batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang

pecah (Wahid, 2013). Darah yang keluar berwarna merah terang,

berbuih, dan dapat bercampur sputum (Muttaqin, 2013)

142
143

Tidak disertainya darah saat batuk karena tidak mengakibatkan

pecahnya pembuluh darah. Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan Manurung (2013) menyatakan bahwa tidak semua keluhan

batuk pada klien TB disertai darah, batuk dapat terjadi karena ada

iritasi pada pada bronkus, batuk ini diperlukan untuk membuang

produk-produk radang agar keluar.


2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital
Pada hasil pemeriksaan tanda vital Tn.S dan Tn.G tidak ada yang

mengalami peningkatan suhu tubuh. sedangkan pada konsep

pengkajian pemeriksaan tanda vital mengalami peningkatan suhu

tubuh.
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara

abnormal. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan

oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian

obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentra, antipiretik

adalah golongan oat-oatan yang dapat menurunkan demam, oat

antipiretik akan bekerja dengan menghambat pembentukan

prostaglandin E1, yaitu suatu zat kimia dalam tubuh yang berperan

dalam proses terjadinya demam (Azis, 2012).


Menurut Manurung (2013) tidak meningkatnya suhu tubuh

tergantung dari daya tahan tubuh dan virulensi kuman, Demam

merupakan manifestasi klinis dari infeksi, pada hasil pengkajian

tidak ditemukan gejala demam karena pasien sebelumnya telah

dilakukan perawatan selama 5 hari dan telah diberikan obat anti

piretik (antrain), sehingga sehu tubuh tidak mengalami peningkatan

(demam).

143
144

3. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada TB Paru secara teori ada 7 diagnosa

keperawatan, namun berdasarkan studi kasus yang dilakukan ditemukan

5 diagnosa pada klien TB dan 3 diagnosa baru yang ditemukan yaitu

gangguan pola tidur, putus obat, dan kurang pengetahuan, 2 diagnosa

yang tidak ditemukan pada studi kasus yaitu ganngguan pertukaran gas

dan hipertermi.

a. Gangguan Pertukaran Gas


Hasil analisa data pada keduan klien tidak ditemukan diagnosa

gangguan pertukaran gas, sedangkan pada konsep asuhan

keperawatan pada klien TB Paru ada diagnosa gangguan pertukaran

gas.
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau kekurangan oksigen

dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler

alveoli. Batasan karakteristik: PH arteri abnormal, gas darah arteri

abnormal, frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan abnormal,

warna kulit abnormal, karbondioksida menurun, diaphoresis,

hiperkapnea, hiperkarbia, hipoksia, hipoksemia, iritabilitas, nafas ]

uping hidun, gelisah, samnolen, dan takikardi.


Kedua klien tersebut tidak didapatkan tanda dan gejala odem paru

yang dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas dalam paru, dan

tidak dilakukannya pemeriksaan AGD pada kedua klien yang

mendukung data munculnya diagnosa gangguan pertukaran gas,

yang didukung oleh Lynda (2014) menjelaskan bahwa gangguan

144
145

pertukaran gas dapat terjadi apabila terdapat penurunan isi oksigen,

saturasi oksigen, peningkatan PCO2.


b. Hipertermi
Hasil anaslisa data pada kedua klien tidak ditemukan diagnosa

hipertermi, sedangkan pada konsep asuhan keperawatan klien TB

Paru ada diagnose hipertermi.


Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.

Batasan karakteristik: Kulit merah, suhu tubuh meningkat diatas

normal, frekuensi nafas meningkat, kejang atau konfulsi, kulit teraba

hangat, takikardi, takipnea (Judith, 2011).


Diagnosa hipertermi tidak muncul pada kedua klien tersebut karena

sebelumnya sudah dilakukan perawatan selama 5 hari dan mendapat

terapi obat anti biotik (cefotaxim 3x 1 gr) dan antipiretik (antrain

3x500 mg), yang dapat menekan proses inflamasi yang disebabkan

oleh bakteri.
c. Gangguan Pola Tidur
Hasil pengkajian ditemukan diagnosa gangguan pola tidur,

sedangkan dalam konsep asuhan keperawatan tidak terdapat

diagnose gangguan pola tidur.


Gangguan tidur adalah kelainan yang bisa menyebabkan masalah

pada pola tidur, baik karena tidak bisa tidur, sering terbangun

dimalam hari, atau ketidakmampuan untuk kembali tidur setelah

terbangun (Deswita, 2016). Batasan karakteristik: lesu, lemas, mata

cowong, ada kantung mata (Judith, 2011).


Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur yang lebih

banyak dari normal, namun demikian keadaan sakit menjadikan

pasien kurang tidur dapat disebabkan karena lingkungan, terjadi

perubahan suasana emosi, kelelahan, kecemasan dan stress karena

145
146

penyakit dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menganggu

tidur seseorang (Lynda Juall, 2011). Seperti halnya pada Tn. G yang

mengalami batuk sepanjang malam sehingga mengganggu

kebutuhan istirahat tidur.


d. Putus Obat
Hasil pengakajian dan analisa data pada kedua klien ditemukan

diagnose putus obat, sedangkan pada konsep asuhan keperawatan

tidak ditemukan diagnosa putus obat.


Putus obat adalah gejala yang terjadi ketika seseorang individu

melakukan penghentian penggunaan obat yang sudah lama

digunakan (SDKI, 2017).


Terjadinya putus obat pada kedua klien dikarenakan pengoatan yang

terlalu lama 6-9 bulan, obat yang diminum terlalu banyak, tidak ada

yang mengawasi klien saat minum obat, klien pasrah dengan sakit

yang dialami. Selain itu efeksamping mual dan ngantuk menjadi

faktor klien tidak mau minum obat (Suprapto dan Wahid, 2013).
e. Kurang Pengetahuan
Hasil pengkajian dan analisa data pada kedua klien ditemukan

diagnosa kurang pengetahuan, sedangkan pada konsep asuhan

keperawatan tidak ditemukan diagnose kurang pengetahuan.


Kurang pengetahuan adalah tidak ada atau kurang informasi kogitif

tentang topic tertentu. Batasan karakteristik: mengungkapkan

masalah se]ara verbal, tidak mengikuti instruksi yang dierikan se]ara

akurat, performa uji tidak akurat, perilaku yang tidak sesuai atau

terlalu berlebihan (Judith, 2011)


Kurangnya pengetahuan pada kedua klien diseakan karena

seelumnya tidak mendapatkan penyuluhan mengenai penyakit,

penularan, mengatasi masalah yang benar diuktikan oleh klien tidak

146
147

tahu cara penularan penyakit, tidak tahu cara memuang secret yang

benar, tidak ada tempat khusus untuk dahak, tidak tahu cara memuat

larutan desinfektan dan pendidikan terakhir klien SD .


4. Intervensi
Berdasarkan intervensi dari tahap perencanaan pada klien 1 dan 2 yang

mengalami TB paru telah disusun berdasarkan masalah keperawatan

yang muncul, dimana intervensi pada klien 1 dan 2 tidak ada perbedaan.
5. Implementasi
Berdasarkan hasil tindakan implementasi pada klien I dan 2 ada

perbedaan yaitu tidak dilakukan suction.


Suction adalah tindakan penghisapan lendir, yang dilakukan pada klien

yang tidak sadar, tidak mampu melakukan batuk efektif, dan tidak

mampu untuk mengeluarkan secret atau lendir secara sendiri/mandiri

(Bachtiar, 2015).
Tindakan implentasi tidak dilakukan tindakan suction karena pada klien

1 dan 2 tidak mengalami penurunan kesadaran, klien dapat melakukan

teknik batuk efektif, dapat mengeluarkan dahak 2-3 cc, klien

mendapatkan terapi nebul ventolin 2x25 mg.


6. Evaluasi
Pada evaluasi kasus yang didapatkan pada klien 1 dan 2 masalah utama

yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada hari ke 3 tujuan tercapai

sebagian dan intervensi dilanjutkan sesuai dengan masalah dan planning

tindakan
Menurut Purnomo (2011), hal yang harus diperhatikan pada tahap

evaluasi perawatan lanjut yaitu menyesuaikan criteria hasil dengan

tindakan untuk mengetahui tujuan dari intervensi bisa dilanjutkan atau

teratasi.
Menurut penulis evaluasi yang telah dilakukan selama 3 hari dengan

menyesuaikan kriteria hasil yang ingi dicapai yaitu hanya teratasi

147
148

sebagian, dikarenakan keterbatasan waktu proses penyembuhan pasien.

Dan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada karya tulis ilmiah ini

minimal hanya untuk 3 hari perawatan.

148
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan menguraikan tentang kesimpulan dari hasil studi kasus dan

saran yang dapat diberikan penulis tentang Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan

Keperawatan Klien Yang Mengalami TB Paru dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak

Efektif pada Tn.S dan Tn.G di Ruang Penyakit Dalam 1 RSUD Blambangan

Banyuwangi Juli 2017


5.1 Simpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami TB Paru dengan

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efekti di Ruang Penyakit Dalam 1 RSUD

Blambangan Banyuwangi Juli 2017 memerlukan waktu dan proses

berkesinambungan sesuai dengan bagaimana kondisi klien, dimana penulis

menggunakan pendekatan management proses keperawatan yang terdiri dari

beberapa proses yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan

evaluasi. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada kasus, maka didapatkan

kesmpulan sebagai berikut:


5.1.1 Pengkajian
Berdasarkan tahap pengkajian pada kedua klien dengan TB Paru

terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan kasus yaitu keluhan utama,

alasan masuk rumah sakit, riwayat penyakit dahulu, pemeriksaan fisik.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan


Pada perumusan diagnosa yang berdasarkan pada pengumpulan

data dan analisis data klien 1 dan 2 terdapat kesenjangan yaitu ada 2

diagnosa yang tidak ditemukan pada studi kasus, diagnosa yang tidak

ditemukan yaitu gangguan pertukaran gas dan hipertermi.


5.1.3 Intervensi Keperawatan

151
152

Penelitian studi kasus TB Paru dari kedua klien dilakukan

perencanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan klien.
5.1.4 Implementasi
Pada implementasi tindakan keperawatan dalam mengatasi

masalah keperawatan klien disesuaikan dengan rencana tindakan yang

sudah dibuat pada tahap sebelumnya.


5.1.5 Evaluasi
Hasil evaluasi keduan klien dilakukan selama 3 hari dengan

menyesuaikan kriteria hasil yang sesuai dengan rencana tindakan yang

telah ditetapkan.
5.2 Saran
Setelah penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami TB Paru dengan bersihan jalan nafas

tidak efektif di Ruang Penyakit Dalam 1 RSUD Blambangan Banyuwangi Juli

2017, penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

5.2.1 Bagi Responden


Klien mampu meningkatkan dan menjaga kesehatan untuk beristirahat,

minum obat secara teratur, tidak memutus pengobatan, batuk bersin yang

benar, membuang dahak yang benar dan kontrol kesehatan secara teratur.
5.2.2 Bagi RSUD Blambangan
Bagi RSUD Blambangan supaya lebih meningkatkan asuhan keperawatan

yang berkualitas bagi klien TB Paru, meningkatkan pemahaman dan

berpikir kritis dalam menangani klien TB paru, dan meningkatkan

bimbingan dalam pelaksanaan pengambilan kasus Karya Tulis Ilmiah

dalam memecahkan studi kasus yang ada dan meningkatkan mutu


153

pelayanan kesehatan pada masyarakat agar menjadi rumah sakit rujukan

yang berkualitas.
5.2.3 Bagi profesi perawat
Untuk lebih meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien TB

paru, menciptakan dan mengembangkan intervensi yang baru (inovasi)

dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada pada klien TB Paru

meningkatkan kinerja dan selalu memberi asuhan keperawatan pada klien

dengan memandang klien sebagai manusia holistic, dimana memerlukan

perawatan secara menyeluruh (bio-psiko-sosial-spiritual).


5.2.4 Bagi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan sebagai tambahan informasi dan

bahan kepustakaan dalam pemberian asuhan keperawatan dengan

gangguan pernafsan TB Paru.


DAFTAR PUSTAKA

Afinandan. R. F., (2016). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami


Tuberculosis Paru Dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Di Ruang
Kelas II RSUD Genteng Banyuwangi. Akes Rustida. Tidak di publikasikan.

Asriyani. M., (2015). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi


Ketidak Efektifan Bersihan Jalan Napas Pada Klien Dengan Tuberculosis
Paru Di Ruang Sakura RSD Dr. Soebandi Jember. Akes Rustida. Tidak
dipublikasikan
.
Ali Z., (2010). Dasar Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta. EGC.

Aziz., (2012). Manajemen Pasien Hipertermi. Jurnal Keperawatan. Vol 2. No 2

Muhson Ali, 2010, Teknik Analisis Kuantitatif. Jural epidemiologi.

Derliana Devi (2013). Manajemen Pasien Tuberculosis Paru. Jurnal Idea


Nursing. Vol 2, No 1.

Deswita (2012). Aplikasi Model Konservasi Levine dalam Asuhan Keperawatan


Untuk Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Rumah sakit. Jurnal
Keperawatan. Vol 8, No 2. Hal 154-160.

Baktiar, Hidayah & Ajeng (2015). Pelaksanaan Pemberian Terapi Oksigen


Pasien Gangguan Sistem pernapasa. Jurnal Keperawat. Vol 1, No 2. Hal
48-52.

Ernawati Dwi (2016). Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Diabetes


Militus Dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Di RPA RSU Bhakti
Husada Krikilan Banyuwangi. Akes Rustida. Tidak di publikasikan.

Kunoli. J., F., 2012. Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta. Cv. Trans
info media.

Lynda Jual. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia 1: Jurnal Keperawatan. Vol 2 No.
1

Mahesya Prasetyo. A, (2015). Syndrome Obstruktive Post Tuberculosis Et Cause


Destroyed Lung Dextra With Gastroesofangeal Refluks Disease On
Woman 44 Years. Jurnal Ilmiah. Vol 4, No 2, hal 88.

Manurung. S., dkk, 2013. Gangguan System Pernapasan Akibat Infeksi. Jakarta.
Cv. Trans info media.
Mardhiyyah & Carolia (2016). Multri Drug Tuberculosis In Patients Drop Out
And Management Of Seond Line Anti Tuberculosis. Jurnal keperawatan.
Vol 5, No 2.

Nurwitasari & Wahyuni (2015). Pengaruh Status Gizi Dan Riwayat Kontak
Terhadap Kejadian Tuberkulosis Anak Di Kabupaten Jember. Jurnal
Berkala Epidemiologi. Vol 3, No 2, hal 158-169.

Norratri, Margawati & Dwidiyanti (2016). Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas


Diri Pada Pasien TB Paru. Jurnal Of Nursing And Health. Edisi 2.

Prasetya. D., R, (2016). Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Tb Paru


Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Ruang Kelas 2 Rsud
Genteng Banyuwangu. Akes Rutidak. Tidak dipublikasikan.

Purnomo, (2011). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Yogtakarta: Interna


Publishing.

Rahayu Anisa (2016). Asuhan Keperawtan Klien Yang Mengalami Gagal Ginjal
Kronik Dengan Kelebihan Volume Cairan Di Ruang Adenium RSD Dr.
Soebandi Jember. Karya Tulis Ilmiah: Akes Rustida. Tidak di
publikasikan.
Sudoyono, A.W., & Setiyohadi, B. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing.

Somatri Irman, 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


System Pernapasan. (Edisi kedua). Jakarta: Salemba Medika.

Susanto, Sakka, & Tina (2016). Prediksi Kejadian Penyakit TB Paru BTA Positif
Di Kota Kediri.

Simak, Pengemanan & Untu (2013). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap
Dengan Tindakan Hidup Sehat Pasien TB Paru Di Poliklinik Paru RSUP
Prof Dr. R. D Kando Manado. Jurnal keperawatan. Vol 1, no1.

Wulandari Fitria, (2016). Asuhan Keperawatan Yang Mengalami Berat Badan


Lahir Rendah (BBLR) Dengan Hipotermi Di Ruang Perinatologi RSD Dr.
Soebandi Jember. Akes Rustida. Tidak dipublikasikan.

Wahid, A., & Suprapto, I. (2013). Asuhan keperawatan pada gangguan system
pernapasan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Yuni (2016). Analisis Faktor Resiko Kejadian TB Paru BTA Positif Pada
Masyarakat Pesisir Di Wilayah Kerja Puskesma Kadatua Kabupaten
Buton Selatan. Jurnal Berkala Epidemiologi. Vol 4, No 3, Hal 301-312.

Anda mungkin juga menyukai