Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal,
yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi. Likenifikasi pada
kasus ini terjadi akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang, karena
berbagai rangsangan pruritogenik. Bagian tubuh yang paling sering terkena
meliputi kulit kepala, tengkuk, ekstremitas, pergelangan kaki dan daerah
anogenital. Proses likenifikasi ini dapat terjadi akibat dari hiperkeratosis,
hipergranulosis, psoariasiform epidermal hyperplasia dan penebalan kolagen.1
Liken simpleks kronis biasa terjadi pada usia dewasa antara 30 hingga 50
tahun dan jarang terjadi pada anak-anak. Wanita lebih sering terkena
dibandingkan dengan pria. Penderita dengan koeksistensi dermatitis atopik
cenderung memiliki onset umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun)
dibandingkan dengan penderita tanpa atopi (rata-rata 48 tahun).1,2
Terjadinya liken simpleks kronis ini diakibatkan oleh karena gosokan yang
terus menerus dan garukan yang berulang oleh karena rasa gatal yang timbul
sehingga kulit menebal dan kasar. Perubahan pada kulit ini disebut likenifikasi.
Biasanya penebalan yang terjadi berbatas tegas dengan plak yang kemerahan
dengan likenifikasi dan ekskoriasi. Lesi pada liken simpleks kronis ini seringnya
bersifat tunggal. Manifestasi yang dapat timbul pada umumnya adalah gatal
bersifat tidak terus menerus. Gambaran klinis juga sangat dipengaruhi oleh lokasi
dan lamanya lesi.1,2,3
Tujuan dilakukan pengobatan adalah untuk mengurangi rasa gatal dan lesi
kulit akibat garukan. Dapat diberikan dengan penggunaan streroid seperti
glukokortikoid topikal dan glukokortikoid intralesi. Pemberian steroid yang
dikombinasi dengan pemberian anti-inflamasi mempunyai efek yang lebih baik
pada kasus ini. Secara umum, perlu menjelaskan kepada penderita bahwa garukan
akan memperburuk kondisi penyakit. Liken simpleks kronis memiliki prognosis
yang sangat bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari) dan
status psikologik dari penderita.1,2,3

1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
Jl. Letjen Soeprapto Samping RSUD Raden Mattaher Telanaipura Jambi telp/fax (0741) 60246

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. ZB
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds. Kota Graha RT 38 Mendalo Darat
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Melayu
Hobi : Bernyanyi

I. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : Terdapat bercak kehitaman yang lebih tinggi daripada kulit
sekitar terasa gatal pada kaki kiri dan kanan sejak 1 bulan yang lalu.
B. Keluhan Tambahan : -
C. Riwayat Perjalanan Penyakit : Awalnya sejak 1 tahun yang lalu pasien
mengeluhkan adanya bercak kemerahan yang meninggi daripada kulit sekitar pada
kaki kiri dan kanan serta terasa gatal pada daerah kakinya. Hal ini diakibatkan
oleh gigitan serangga. Lama kelamaan bercak tersebut menghitam dan menjadi
semakin gatal. Gatal dirasakan setiap hari dan semakin memberat saat malam hari
saat pasien akan tidur sehingga hal ini mengganggu jam tidur pasien. Pasien sudah
berobat ke bidan dan puskesmas diberikan obat topikal (pasien lupa nama
obatnya) pasien merasa gatal sedikit berkurang namun bercak pada kakinya tidak
menghilang.
D. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah merasakan sakit seperti ini sebelumnya.

2
E. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan hal yang sama.
F. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien adalah seorang wiraswasta. Tinggal bersama dengan dua orang anak dan
istri. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Tanda Vital :
Kesadaran : Compos Mentis RR : 22 kali/menit
TD : 120/80 mmHg Nadi : 90 kali/menit
Suhu : 36,7o C
3. Kepala :
a. Mata : DBN
b. THT : DBN
c. Leher : DBN
4. Thoraks :
a. Jantung : BJ I-II regular, tidak terdapat bunyi tambahan
b. Paru : Vesikuler (+/+), Wheezing (-), Rhonki (-)
5. Genitalia : DBN
6. Ekstremitas
a. Superior : DBN
b. Inferior : DBN

B. Status Dermatologi
1. Inspeksi
o Lokasi : Regio pedis sinistra et dextra
o Distribusi : Diskret
o Konfigurasi : Terdapat plak eritematosa, berbentuk tidak teratur, ukuran
plakat, multipel, sirkumskrip, pada permukaan didapatkan skuama, likenifikasi,
erosi, serta ekskoriasi.

3
2. Palpasi : permukaan tidak rata, kasar, nyeri tekan (-)
3. Auskultasi :-
4. Lain-lain :

4
C. Status Venerelogi
1. Inspeksi :-
o Inspekulo :-
2. Palpasi :-

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

IV. DIAGNOSIS BANDING


 Neurodermatitis sirkumskripta (Liken Simpleks Kronis)
 Liken planus
 Prurigo nodularis

V. DIAGNOSIS KERJA
Neurodermatitis sirkumskripta (LSK)

VI. TERAPI
Medikamentosa :
 Oral : Difenhidramin 4 x 25 mg
 Topikal : Krim betametason 0,1%

VII. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
 Pemeriksaan histopatologis

5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3. 1 Sinonim
Nama lain LSK adalah Neurodermatitis sirkumskripta, istilah yang
pertama kali dipakai oleh vidal, oleh karena itu juga disebut liken vidal.3

3.2 Defenisi
LSK adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai
dengan likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon
kutaneus akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup
lama. Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histologi memiliki
karakteristik berupa akantosis (penebalan stratum spinosum) dan hiperkeratosis
(penebalan stratum korneum), dan secara klinis tampak berupa penebalan kulit,
dengan peningkatan garis permukaan kulit pada daerah yang terkena sehingga
tampak seperti kulit batang kayu.3

3.3 Epidemiologi
LSK berlangsung secara kronis dan secara epidemiologi lebih banyak menyerang
kelompok dewasa yang berusia antara 30-50 tahun (jarang pada anak-anak).
Namun pasien yang memiliki riwayat dermatitis atopik dapat menderita LSK pada
onset usia yang lebih muda, yaitu rata-rata 19 tahun. Selain itu, LSK terjadi lebih
sering pada wanita dibanding laki-laki dengan insidensi lebih banyak pada bangsa
asia.1,3

3.4 Etiopatogenesis
Etiologi pasti LSK belum diketahui, namun diduga pruritus memainkan
peranan karena pruritus berasal dari pelepasan mediator atau aktivitas enzim
proteolitik. Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit
berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh
karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi
saluran empedu, limfoma hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis

6
atopik, dermatitis kontak alergik, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan
tekanan emosi.
Pada prurigo nodularis jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil berisi
protein X dan protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel mas.
Jumlah sel langerhans juga dapat bertambah banyak. Saraf yang berisi CGRP
(calcitonin gene-related peptide) dan SP (substance P),bahan imunoreaktif,
jumlahnya di dermis bertambah pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada LSK. SP
dan CGRP melepaskan histamin dari sel mas yang selanjutnya memicu pruritus.
Ekspresi faktor pertumbuhan saraf p75 pada membran sel Schwan dan sel
perineurum meningkat, mungkin ini menghasilkan hiperplasi neural. Keadaan ini
menimbulkan iritasi kulit dan sensasi gatal sehingga penderita sering
menggaruknya. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi penebalan kulit.
Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga merangsang
penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit.1,3

3.5 Gejala klinis


Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat
mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu
tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak
bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena
diganti dengan rasa nyeri). Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu
hitungan minggu sampai bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien
dapat berupa gatal dan seringkali bersifat paroxismal. Lesi kulit yang mengalami
likenifikasi umumnya akan dirasakan sangat nyaman bila digaruk sehingga
terkadang pasien secara refleks menggaruk dan menjadi kebiasaan yang tidak
disadari.3
Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit
edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama
dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas
dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan
lamanya lesi. Khusus pada pasien dengan etnis kulit hitam, likenifikasi dapat
diasumsikan dengan tipe pola yang khusus, tidak ada plak yang solid, namun
likenifikasinya terdiri atas papul-papul likenifikasi kecil dengan variasi ukuran 2

7
s.d 3 mm. Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah
di skalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum,
perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelsngsn kaki
bagian depan, dan punggung kaki. Lsk di daerah tengkuk (lichen nuchae)
umumnya hanya pada wanita, berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat
meluas hingga ke skalp. Biasanya skuamanya banyak menyerupai psoriasis.3

Gambar 1. Lesi erosi hingga ekskoriasi,eritema,sirkumskripta,likenifikasi,lokasi :


ekstensor lengan bawah).7
Variasi klinis LSK dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau
korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa
nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama,
lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi). Lesi
biasanya multipel; lokalisasi tersering di ekstremitas; berukuran mulai beberapa
milimeter sampai 2 cm.3

Gambar 2. Likenifikasi pada daerah tengkuk.4

8
Gambar 3. Plak LSK memperlihatkan lesi yang berbatas tegas.4
3.6 Diagnosis
Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan
neurodermatitis sirkumskripta mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau lebih.
Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami proses likenifikasi. Biasanya
rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut,
pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul
pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan
biasanya gatal timbul intermiten. Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang
eritematous, berbatas tegas, dan terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi,
yaitu hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan
adanya hiperkeratosis dengan area yang ortokeratosis, akantosis dengan
pemanjangan rete ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan dari papil
dermis.1,3

3.7 Diagnosis banding


a. Liken planus
Liken planus ditandai dengan timbulnya papul-papul yang berwarna
merah-biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku. Biasanya lesi ini timbul di
ekstremitas sisi flexor, selaput lendir, dan alat kelamin. Pasien biasanya merasa
sangat gatal, dan gejala ini bisa menetap hingga waktu 1-2 tahun. Selain itu,
terdapat pula lesi patogmonik di mukosa, yaitu papul polygonal, datar dan
berkilat, serta kadang ditemukan delle.

9
Liken planus memiliki 5 bentuk morfologi : hipertrofik, folikular,
vesikular dan bulosa, erosif dan ulseratif, serta atrofi. Liken planus bentuk
hipertrofilah yang harus dibedakan dengan lsk. Bentuk ini meliputi plak yang
verukosa berwarna merah-coklat atau ungu, serta terletak pada tulang kering.
Diagnosis liken planus yang khas dibantu dengan pemeriksaan
histopatologi, dimana papul menunjukkan penebalan lapisan granuloma,
degenerasi mencair membran basalis dan sel basal. Dapat pula ditemukan infiltrat
seperti pita yang terdiri atas limfosit dan histiosit pada dermis bagian atas.

Gambar 4. Liken Planus pada lengan.6


b. Prurigo nodularis
Prurigo nodularis merupakan penyakit kronik pada orang dewasa yang
ditandai oleh adanya nodus kutan yang gatal, terutama terdapat dibagian
ekstremitas bagian ekstensor. Prurigo nodularis sering dianggap neurodermatits
sirkumpskripta bentuk nodular atipik atau dengan liken planus bentuk hipertropik.
Bentuknya yang nodul membuat klinis sering salah mengartikan antara prurigo
nodularis dengan neurodermatitis sirkumpskripta bentuk nodular atipik. Kausa
dari prurigo nodularis belum diketahui, tetapi serangan-serangan gatal timbul bila
terdapat atau mengalami ketegangan emosional. Prurigo nodularis merupakan
penyakit kulit kronik yang sering menyerang orang dewasa terutama wanita.
Lesinya berupa nodus, yang tunggal atau multiple, bisa mengenai ekstremitas
terutama tempat predileksinya anterior paha dan tungkai bawah. Lesi bisa sebesar
kacang polong dengan warna merah atau kecoklatan. Keluhan utama prurigo
nodularis ialah adanya rasa gatal lokal yang terjadi sudah lama. Persamaan

10
prurigo nodularis dengan neurodermatitis ialah keluhan gatal kronis yang
dipengaruhi oleh keadaan emosi, serta sering terjadinya proses likenifikasi dan
hiprepigmentasi jika sudah terjadi dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan
perbedaan antara prurigo nodularis dengan neurodermatitis ialah tempat predileksi
prurigo nodularis pada bagian ekstremitas ekstensor terutama anterior paha dan
tungkai bawah, Lesinya berbatas tegas antara lesi dengan kulit yang normal, Serta
pada pemeriksaan histologik didapatkan penebalan epidermis yang tampak
hyperkeratosis, hipergranulosis, dan akantosis yang tidak teratur (hiperplasi
psoriasiformis).9

Gambar 5. Prurigo nodularis. Tampak papul, likenifikasi dan hiperpigmentasi9


c. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya adalah autoimun, bersifat
kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas
dengan skuama yang kasar, berlapis dan transparan. Pada psoriasis terdapat tanda
khas fenomena tetesan lilin dan auspitz, serta tanda tak khas yaitu fenomena
kobner. Pasien psoriasis umumnya mengeluh gatal ringan pada kulit kepala,
perbatasan rambut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan
lutut, dan daerah lumbosakral.

11
Gambar 6. Psoriasis.6
3.8 Pemeriksaan penunjang
Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung
pada kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya,
penyakit penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan. Namun pemeriksaan
yang paling bermakna pada LSK adalah pemeriksaan dermatopathology.
3.8.1 Histopatologi
Gambaran histopatologik LSK sirkumskripta berupa ortokeratosis,
hipergranulosis, akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Serbukan sel
radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas,
fibroblas bertambah, kolagen menebal. Pada prurigo nodularis akantosis pada
bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan sel schwan
berproliferasi, dan terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta yang menutupi
sebagian epidermis.3

Gambar 5. Gambaran histopatologi neurodermatitis berupa ortokeratosis,


hipergranulosis, akantosis dengan rate ridges memanjang teratur.5

12
3.9 Pengobatan
Secara umum perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan
memperburuk keadaan penyakitnya, oleh karena itu harus dihindari. Untuk
mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus, kortikosteroid topikal atau
intralesi, produk ter. Antipruritus dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek
sedatif (contoh : hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Dapat
pula diberikan secara topikal krim doxepin 5% dalam jangka pendek (maksimum
8 hari). Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat, bila perlu ditutup
dengan penutup impermeable; kalau masih tidak berhasil dapat diberikan secara
suntikan intralesi. Salep kortikosteroid dapat pula dikombinasi dengan ter. Yang
mempunyai efek anti-inflamasi. Ada pula yang mengobati dengan UVB dan
PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada penyakit yang mendasarinya, bila memang
ad harus juga diobati.3
Penatalaksanaan dari neurodermatitis sirkumskripta secara primer adalah
menghindarkan pasien dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus-
menerus. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memotong kuku
pasien, memberikan antipruritus, glukokortikoid topikal atau intralesional, atau
produk-produk tar, konsultasi psikiatrik, dan mengobati pasien dengan cryoterapi,
cyproheptadine, atau capsaicin.4
a. Steroid topical
Merupakan pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan dan gatal
serta perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya. Karena lesinya kronik.
Pentalaksanaannya biasanya lama. Pada lesi yang besar dan aktif, steroid potensi
sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi akut. Tidak direkomendasikan
untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla dan wajah). Steroid potensi kuat
digunakan selama 3 minggu pada area kulit yang lebih tebal.4
1. Clobetasol
Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah sintesis
protein yang mengurangi peradangan dan menyebabakan vasokonstriksi.
2. Betamethasone dipropionate cream 0,05%.

13
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja
mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
memeperbaiki permeabilitas kapiler.
3. Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % atau ointment
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja
mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
memeperbaiki permeabilitas kapiler.
4. Fluocinolone cream 0.1 % atau 0.05%
Topical kortikosteroid potensi tinggi yang menghambat proliferasi sel.
Mempuyai sifat imonusupresif dan sifat anti peradangan.4
b. Antihistamin
Peranan antihistamin oral sangat penting dalam pengobatan pruritus.
Antihistamin siistemik sangat efektif untuk keluhan gatal yang hebat.
Antihistamin hanya digunakan untuk keluhan pruritus yang disebabkan oleh
pelepasan histamin. Karena belum tentu pruritus disebabkan oleh histamine maka
antihistamin hanya bisa mengurangi gejala pada keluhan tertentu. Antihistamin
golongan H1 (generasi pertama) : Clemastin, hydroxyzine, dan promethazin dapat
diberikan untuk pasien yang mengalami keluhan gatal dan disertai keluhan sulit
tidur. Golongan H1 selain membantu pasien untuk menghilangkan keluhan gatal,
golongan H1 juga bersifat sedative yang juga mengurangi pemicu pruritus seperti
emosi. Antihistamin golongan H2 (generasi kedua)
meliputi:cetirizin,levocetirizin, loratadin, desloratadin, azelastin, fexofenadin,
ebastin, atau rupatadin. Antihistamin generasi kedua lebih ringan efek sedatifnya.
Antihistamin generasi kedua lebih tepat diberikan pada pasien-pasien muda agar
tidak menganggu aktivitasnya. Dalam pemberian antihistamin pasien juga perlu
diberitahu mengenai efek sampingnya.8,10

3.10 Prognosis
Prognosis untuk penyakit liken simpleks kronis adalah :6
a. Lesi bisa sembuh dengan sempurna.
b. Rasa gatal dapat diatasi, likenifikasi yang ringan dan perubahan
pigmentasi dapat diatasi setelah dilakukan pengobatan.

14
c. Relaps dapat terjadi, apabila dalam masa stress atau tekanan emosional
yang meningkat.
d. Pengobatan untuk pencegahan pada stadium-stadium awal dapat
membantu untuk mengurangi proses likenifikasi.
Biasanya prognosis berbeda-beda, tergantung dari kondisi pasien, apabila ada
gangguan psikologis dan apabila ada penyakit lain yang menyertai. Pengobatan
yang teratur dapat meringankan kondisi pasien. Penyebab utama dari gatal dapat
hilang, atau dapat muncul kembali. Pencegahan pada tahap awal dapat
menghambat proses penyakit ini.6

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosis Liken Simpleks Kronik ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan


pemeriksaan fisik dan status dermatologis.
 Tn. ZB usia 55 tahun, bekerja sebagai wiraswasta datang ke poliklinik
RSUD H. Abdul Manap dengan keluhan terdapat bercak kehitaman yang
lebih tinggi daripada kulit sekitar terasa gatal pada kaki kiri dan kanan
sejak 1 bulan yang lalu.
 Awalnya sejak 1 tahun yang lalu pasien mengeluhkan adanya bercak
kemerahan yang meninggi pada kaki kiri dan kanan dan terasa gatal pada
daerah kakinya. hal ini disebabkan oleh gigitan serangga. Lama kelamaan
bercak tersebut menghitam dan menjadi semakin gatal. Gatal dirasakan
setiap hari dan semakin memberat saat malam hari saat pasien akan tidur
sehingga hal ini mengganggu jam tidur pasien. Pasien sudah berobat ke
bidan dan puskesmas diberikan obat topikal (pasien lupa nama obatnya)
pasien merasa gatal sedikit berkurang namun bercak pada kakinya tidak
menghilang.
Teori :
 Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat
mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada
waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita
merasa enak bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk
sementara (karena diganti dengan rasa nyeri).3
 Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu sampai
bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal
dan seringkali bersifat paroxismal. Lesi kulit yang mengalami likenifikasi
umumnya akan dirasakan sangat nyaman bila digaruk sehingga terkadang
pasien secara refleks menggaruk dan menjadi kebiasaan yang tidak
disadari.1,3

16
Status dermatologis
 Konfigurasi lesi pasien : Terdapat plak eritematosa, berbentuk tidak
teratur, ukuran plakat, multipel, sirkumskrip, pada permukaan didapatkan
skuama, likenifikasi, erosi, serta ekskoriasi.
Teori :
 Lesi tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa,
lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan
menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas
dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh
lokasi dan lamanya lesi. Khusus pada pasien dengan etnis kulit hitam,
likenifikasi dapat diasumsikan dengan tipe pola yang khusus, tidak ada
plak yang solid, namun likenifikasinya terdiri atas papul-papul likenifikasi
kecil dengan variasi ukuran 2 s.d 3 mm.3
Terapi
 Pada pasien mendapatkan terapi antihistamin yang berefek sedatif dan
obat topikal krim betametason 0,1 %.
Teori :
Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus, kortikosteroid
topikal atau intralesi, produk ter. Antipruritus dapat berupa antihistamin yang
mempunyai efek sedatif (contoh : hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau
tranquilizer. Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat. Krim
Betametason dipakai untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid.
Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.3,4

17
BAB V
KESIMPULAN

Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, yang ditandai dengan


gejala kulit tebal dan garis kulit tampak menonjol (likenifikasi) menyerupai
batang kayu. Penyebab dari neurodermatitis tidak diketahui, namun pada
dasarnya pruritus yang berkepanjangan menjadi dasar pembentuk terjadinya lesi
pada neurodermatitis. Faktor resiko dari pruritus ialah penyakit yang
mendasarinya contohnya diabetes mellitus, penyakit kulit seperti dermatitis
atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, atau aspek psikologi dengan
tekanan emosi. Neurodermatitis lebih sering menyerang wanita dewasa dengan
keluhan utamanya ialah gatal-gatal yang berulang, Keparahan gatal dapat
diperburuk bila pasien berkeringat, pasien berada pada suhu yang lembab, atau
pasien terkena benda yang merangsang timbulnya gatal (alergen). Gatal juga dapat
bertambah pada saat pasien mengalami stress psikologis.
Pada pemeriksaan efloresensi ditemukan lesi tampak likenifikasi berupa
penebalan kulit dengan garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plak
dengan ekskoriasi serta sedikit eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang
sudah lama, lesi akan tampak berskuama pada bagian tengahnya, terjadi
hiperpigmentasi (warna kulit yang digaruk berubah menjadi kehitaman) pada
bagian lesi yang gatal, bagian eritema dan edema akan menghilang, dan batas lesi
dengan bagian kulit normal semakin tidak jelas. Gejala pruritus kronis pada
neurodermatitis harus dibedakan dengan dermatitis atopik dan prurigo nodularis
berdasarkan predileksi tempatnya dan gambaran klinisnya. Terapi utama
neurodermatitis ialah dengan pengobatan non medika mentosa yakni dengan
mencegah pemicu terjadinya pruritus. Terapi medika mentosa yang bisa diberikan
ialah kortikosteroid, antihistamin, dan antibiotic jika sudah timbul luka akibat
garukan. Komplikasi dari neurodermatitis ialah ulkus dan hiperpigmentasi yang
permanen. Prognosis dari neurodermatitis umumnya baik, jarang terjadi
pengulangan gejala hingga menganggu aktivitas jika pasien mengetahui dan
mampu mencegah terjadinya pemicu pruritus.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Fitzpatrick TB. Dermatology in General Medicine Wolff K, Goldsmith


LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. New York: The
McGraw Hill Companies; 2012.
2. James WD, Berger T, Elston D. Andrews' Diseases of the Skin: Clinical
Dermatology: Elsevier Health Sciences; 2011.
3. Menaldi SL, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011.
4. Hogan JD. Lichen Simplex Chronicus. Diunduh pada tanggal 19 Februari
2018. Available : http://emedicine.medscape.com/article/1123423-treatment
5. Histopatologi Neurodermatitis. Diunduh 19 Februari 2018.
http://missinglink.ucsf.edu/lm/dermatologyglossary/lichen_simplex_chronicu
s.htm
6. Hunter John, John Savin, Marck Dahl editors. Clinical dermatology:
eczema and dermatitits.3rd edition Blackwell publishing 2002.p.70
7. Neurodermatitis-sirkumskripta. Diunduh 19 Februari 2018. Available :
http://venasaphenamagna.blogspot.com/2011/10/neurodermatitis-
sirkumskripta.html
8. Schulz S, Metz M, Siepmann D, et al.Antipruritic efficacy of high-dosage
antihistamine therapy. Results of a retrospectively analysed case series.
Hautarzt 2009; 60: 564-8
9. Prurigo Nodularis. Diunduh 19 Februari 2018. Available :
http://www.skinsight.com /Lichensimplexchronic.
10. Mazza M,Journal of clinical pharmacy and therapeutic.2013;38:16-8.

19

Anda mungkin juga menyukai