PENDAHULUAN
Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal,
yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi. Likenifikasi pada
kasus ini terjadi akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang, karena
berbagai rangsangan pruritogenik. Bagian tubuh yang paling sering terkena
meliputi kulit kepala, tengkuk, ekstremitas, pergelangan kaki dan daerah
anogenital. Proses likenifikasi ini dapat terjadi akibat dari hiperkeratosis,
hipergranulosis, psoariasiform epidermal hyperplasia dan penebalan kolagen.1
Liken simpleks kronis biasa terjadi pada usia dewasa antara 30 hingga 50
tahun dan jarang terjadi pada anak-anak. Wanita lebih sering terkena
dibandingkan dengan pria. Penderita dengan koeksistensi dermatitis atopik
cenderung memiliki onset umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun)
dibandingkan dengan penderita tanpa atopi (rata-rata 48 tahun).1,2
Terjadinya liken simpleks kronis ini diakibatkan oleh karena gosokan yang
terus menerus dan garukan yang berulang oleh karena rasa gatal yang timbul
sehingga kulit menebal dan kasar. Perubahan pada kulit ini disebut likenifikasi.
Biasanya penebalan yang terjadi berbatas tegas dengan plak yang kemerahan
dengan likenifikasi dan ekskoriasi. Lesi pada liken simpleks kronis ini seringnya
bersifat tunggal. Manifestasi yang dapat timbul pada umumnya adalah gatal
bersifat tidak terus menerus. Gambaran klinis juga sangat dipengaruhi oleh lokasi
dan lamanya lesi.1,2,3
Tujuan dilakukan pengobatan adalah untuk mengurangi rasa gatal dan lesi
kulit akibat garukan. Dapat diberikan dengan penggunaan streroid seperti
glukokortikoid topikal dan glukokortikoid intralesi. Pemberian steroid yang
dikombinasi dengan pemberian anti-inflamasi mempunyai efek yang lebih baik
pada kasus ini. Secara umum, perlu menjelaskan kepada penderita bahwa garukan
akan memperburuk kondisi penyakit. Liken simpleks kronis memiliki prognosis
yang sangat bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari) dan
status psikologik dari penderita.1,2,3
1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
Jl. Letjen Soeprapto Samping RSUD Raden Mattaher Telanaipura Jambi telp/fax (0741) 60246
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. ZB
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds. Kota Graha RT 38 Mendalo Darat
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Melayu
Hobi : Bernyanyi
I. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : Terdapat bercak kehitaman yang lebih tinggi daripada kulit
sekitar terasa gatal pada kaki kiri dan kanan sejak 1 bulan yang lalu.
B. Keluhan Tambahan : -
C. Riwayat Perjalanan Penyakit : Awalnya sejak 1 tahun yang lalu pasien
mengeluhkan adanya bercak kemerahan yang meninggi daripada kulit sekitar pada
kaki kiri dan kanan serta terasa gatal pada daerah kakinya. Hal ini diakibatkan
oleh gigitan serangga. Lama kelamaan bercak tersebut menghitam dan menjadi
semakin gatal. Gatal dirasakan setiap hari dan semakin memberat saat malam hari
saat pasien akan tidur sehingga hal ini mengganggu jam tidur pasien. Pasien sudah
berobat ke bidan dan puskesmas diberikan obat topikal (pasien lupa nama
obatnya) pasien merasa gatal sedikit berkurang namun bercak pada kakinya tidak
menghilang.
D. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah merasakan sakit seperti ini sebelumnya.
2
E. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan hal yang sama.
F. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien adalah seorang wiraswasta. Tinggal bersama dengan dua orang anak dan
istri. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
B. Status Dermatologi
1. Inspeksi
o Lokasi : Regio pedis sinistra et dextra
o Distribusi : Diskret
o Konfigurasi : Terdapat plak eritematosa, berbentuk tidak teratur, ukuran
plakat, multipel, sirkumskrip, pada permukaan didapatkan skuama, likenifikasi,
erosi, serta ekskoriasi.
3
2. Palpasi : permukaan tidak rata, kasar, nyeri tekan (-)
3. Auskultasi :-
4. Lain-lain :
4
C. Status Venerelogi
1. Inspeksi :-
o Inspekulo :-
2. Palpasi :-
V. DIAGNOSIS KERJA
Neurodermatitis sirkumskripta (LSK)
VI. TERAPI
Medikamentosa :
Oral : Difenhidramin 4 x 25 mg
Topikal : Krim betametason 0,1%
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan histopatologis
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3. 1 Sinonim
Nama lain LSK adalah Neurodermatitis sirkumskripta, istilah yang
pertama kali dipakai oleh vidal, oleh karena itu juga disebut liken vidal.3
3.2 Defenisi
LSK adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai
dengan likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon
kutaneus akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup
lama. Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histologi memiliki
karakteristik berupa akantosis (penebalan stratum spinosum) dan hiperkeratosis
(penebalan stratum korneum), dan secara klinis tampak berupa penebalan kulit,
dengan peningkatan garis permukaan kulit pada daerah yang terkena sehingga
tampak seperti kulit batang kayu.3
3.3 Epidemiologi
LSK berlangsung secara kronis dan secara epidemiologi lebih banyak menyerang
kelompok dewasa yang berusia antara 30-50 tahun (jarang pada anak-anak).
Namun pasien yang memiliki riwayat dermatitis atopik dapat menderita LSK pada
onset usia yang lebih muda, yaitu rata-rata 19 tahun. Selain itu, LSK terjadi lebih
sering pada wanita dibanding laki-laki dengan insidensi lebih banyak pada bangsa
asia.1,3
3.4 Etiopatogenesis
Etiologi pasti LSK belum diketahui, namun diduga pruritus memainkan
peranan karena pruritus berasal dari pelepasan mediator atau aktivitas enzim
proteolitik. Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit
berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh
karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi
saluran empedu, limfoma hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis
6
atopik, dermatitis kontak alergik, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan
tekanan emosi.
Pada prurigo nodularis jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil berisi
protein X dan protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel mas.
Jumlah sel langerhans juga dapat bertambah banyak. Saraf yang berisi CGRP
(calcitonin gene-related peptide) dan SP (substance P),bahan imunoreaktif,
jumlahnya di dermis bertambah pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada LSK. SP
dan CGRP melepaskan histamin dari sel mas yang selanjutnya memicu pruritus.
Ekspresi faktor pertumbuhan saraf p75 pada membran sel Schwan dan sel
perineurum meningkat, mungkin ini menghasilkan hiperplasi neural. Keadaan ini
menimbulkan iritasi kulit dan sensasi gatal sehingga penderita sering
menggaruknya. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi penebalan kulit.
Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga merangsang
penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit.1,3
7
s.d 3 mm. Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah
di skalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum,
perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelsngsn kaki
bagian depan, dan punggung kaki. Lsk di daerah tengkuk (lichen nuchae)
umumnya hanya pada wanita, berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat
meluas hingga ke skalp. Biasanya skuamanya banyak menyerupai psoriasis.3
8
Gambar 3. Plak LSK memperlihatkan lesi yang berbatas tegas.4
3.6 Diagnosis
Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan
neurodermatitis sirkumskripta mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau lebih.
Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami proses likenifikasi. Biasanya
rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut,
pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul
pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan
biasanya gatal timbul intermiten. Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang
eritematous, berbatas tegas, dan terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi,
yaitu hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan
adanya hiperkeratosis dengan area yang ortokeratosis, akantosis dengan
pemanjangan rete ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan dari papil
dermis.1,3
9
Liken planus memiliki 5 bentuk morfologi : hipertrofik, folikular,
vesikular dan bulosa, erosif dan ulseratif, serta atrofi. Liken planus bentuk
hipertrofilah yang harus dibedakan dengan lsk. Bentuk ini meliputi plak yang
verukosa berwarna merah-coklat atau ungu, serta terletak pada tulang kering.
Diagnosis liken planus yang khas dibantu dengan pemeriksaan
histopatologi, dimana papul menunjukkan penebalan lapisan granuloma,
degenerasi mencair membran basalis dan sel basal. Dapat pula ditemukan infiltrat
seperti pita yang terdiri atas limfosit dan histiosit pada dermis bagian atas.
10
prurigo nodularis dengan neurodermatitis ialah keluhan gatal kronis yang
dipengaruhi oleh keadaan emosi, serta sering terjadinya proses likenifikasi dan
hiprepigmentasi jika sudah terjadi dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan
perbedaan antara prurigo nodularis dengan neurodermatitis ialah tempat predileksi
prurigo nodularis pada bagian ekstremitas ekstensor terutama anterior paha dan
tungkai bawah, Lesinya berbatas tegas antara lesi dengan kulit yang normal, Serta
pada pemeriksaan histologik didapatkan penebalan epidermis yang tampak
hyperkeratosis, hipergranulosis, dan akantosis yang tidak teratur (hiperplasi
psoriasiformis).9
11
Gambar 6. Psoriasis.6
3.8 Pemeriksaan penunjang
Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung
pada kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya,
penyakit penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan. Namun pemeriksaan
yang paling bermakna pada LSK adalah pemeriksaan dermatopathology.
3.8.1 Histopatologi
Gambaran histopatologik LSK sirkumskripta berupa ortokeratosis,
hipergranulosis, akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Serbukan sel
radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas,
fibroblas bertambah, kolagen menebal. Pada prurigo nodularis akantosis pada
bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan sel schwan
berproliferasi, dan terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta yang menutupi
sebagian epidermis.3
12
3.9 Pengobatan
Secara umum perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan
memperburuk keadaan penyakitnya, oleh karena itu harus dihindari. Untuk
mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus, kortikosteroid topikal atau
intralesi, produk ter. Antipruritus dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek
sedatif (contoh : hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Dapat
pula diberikan secara topikal krim doxepin 5% dalam jangka pendek (maksimum
8 hari). Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat, bila perlu ditutup
dengan penutup impermeable; kalau masih tidak berhasil dapat diberikan secara
suntikan intralesi. Salep kortikosteroid dapat pula dikombinasi dengan ter. Yang
mempunyai efek anti-inflamasi. Ada pula yang mengobati dengan UVB dan
PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada penyakit yang mendasarinya, bila memang
ad harus juga diobati.3
Penatalaksanaan dari neurodermatitis sirkumskripta secara primer adalah
menghindarkan pasien dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus-
menerus. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memotong kuku
pasien, memberikan antipruritus, glukokortikoid topikal atau intralesional, atau
produk-produk tar, konsultasi psikiatrik, dan mengobati pasien dengan cryoterapi,
cyproheptadine, atau capsaicin.4
a. Steroid topical
Merupakan pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan dan gatal
serta perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya. Karena lesinya kronik.
Pentalaksanaannya biasanya lama. Pada lesi yang besar dan aktif, steroid potensi
sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi akut. Tidak direkomendasikan
untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla dan wajah). Steroid potensi kuat
digunakan selama 3 minggu pada area kulit yang lebih tebal.4
1. Clobetasol
Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah sintesis
protein yang mengurangi peradangan dan menyebabakan vasokonstriksi.
2. Betamethasone dipropionate cream 0,05%.
13
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja
mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
memeperbaiki permeabilitas kapiler.
3. Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % atau ointment
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja
mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
memeperbaiki permeabilitas kapiler.
4. Fluocinolone cream 0.1 % atau 0.05%
Topical kortikosteroid potensi tinggi yang menghambat proliferasi sel.
Mempuyai sifat imonusupresif dan sifat anti peradangan.4
b. Antihistamin
Peranan antihistamin oral sangat penting dalam pengobatan pruritus.
Antihistamin siistemik sangat efektif untuk keluhan gatal yang hebat.
Antihistamin hanya digunakan untuk keluhan pruritus yang disebabkan oleh
pelepasan histamin. Karena belum tentu pruritus disebabkan oleh histamine maka
antihistamin hanya bisa mengurangi gejala pada keluhan tertentu. Antihistamin
golongan H1 (generasi pertama) : Clemastin, hydroxyzine, dan promethazin dapat
diberikan untuk pasien yang mengalami keluhan gatal dan disertai keluhan sulit
tidur. Golongan H1 selain membantu pasien untuk menghilangkan keluhan gatal,
golongan H1 juga bersifat sedative yang juga mengurangi pemicu pruritus seperti
emosi. Antihistamin golongan H2 (generasi kedua)
meliputi:cetirizin,levocetirizin, loratadin, desloratadin, azelastin, fexofenadin,
ebastin, atau rupatadin. Antihistamin generasi kedua lebih ringan efek sedatifnya.
Antihistamin generasi kedua lebih tepat diberikan pada pasien-pasien muda agar
tidak menganggu aktivitasnya. Dalam pemberian antihistamin pasien juga perlu
diberitahu mengenai efek sampingnya.8,10
3.10 Prognosis
Prognosis untuk penyakit liken simpleks kronis adalah :6
a. Lesi bisa sembuh dengan sempurna.
b. Rasa gatal dapat diatasi, likenifikasi yang ringan dan perubahan
pigmentasi dapat diatasi setelah dilakukan pengobatan.
14
c. Relaps dapat terjadi, apabila dalam masa stress atau tekanan emosional
yang meningkat.
d. Pengobatan untuk pencegahan pada stadium-stadium awal dapat
membantu untuk mengurangi proses likenifikasi.
Biasanya prognosis berbeda-beda, tergantung dari kondisi pasien, apabila ada
gangguan psikologis dan apabila ada penyakit lain yang menyertai. Pengobatan
yang teratur dapat meringankan kondisi pasien. Penyebab utama dari gatal dapat
hilang, atau dapat muncul kembali. Pencegahan pada tahap awal dapat
menghambat proses penyakit ini.6
15
BAB IV
PEMBAHASAN
16
Status dermatologis
Konfigurasi lesi pasien : Terdapat plak eritematosa, berbentuk tidak
teratur, ukuran plakat, multipel, sirkumskrip, pada permukaan didapatkan
skuama, likenifikasi, erosi, serta ekskoriasi.
Teori :
Lesi tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa,
lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan
menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas
dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh
lokasi dan lamanya lesi. Khusus pada pasien dengan etnis kulit hitam,
likenifikasi dapat diasumsikan dengan tipe pola yang khusus, tidak ada
plak yang solid, namun likenifikasinya terdiri atas papul-papul likenifikasi
kecil dengan variasi ukuran 2 s.d 3 mm.3
Terapi
Pada pasien mendapatkan terapi antihistamin yang berefek sedatif dan
obat topikal krim betametason 0,1 %.
Teori :
Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus, kortikosteroid
topikal atau intralesi, produk ter. Antipruritus dapat berupa antihistamin yang
mempunyai efek sedatif (contoh : hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau
tranquilizer. Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat. Krim
Betametason dipakai untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid.
Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.3,4
17
BAB V
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19