Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN

2.1 Pengertian Kemandirian Peserta Didik

Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat awalan “ke”
dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda.
Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai
kemandirian tidak bisa lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu
sendiri.

Menurut Chaplin (2002), otonomi atau kemandirian adalah kebebasan individu


manusia untuk memilih menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai, dan
menentukan dirinya sendiri. Sedangkan menurut Erikson (dalam
Monks,dkk,1989), menyatakan kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri
dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari
identitas ego yaitu merupakan perkembangan kea rah individualitas yang mantap
dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemapuan menentukan
nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab,
mampu menahan diri, dan lain lain. Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi
dimana peserta didik secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan
keyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut, peserta didik diharapkan akan
lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Secara singkat dapat
disimpulkan bahwa kemandirian mengadung pengertian :
a. Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi
kebaikan dirinya sendiri
b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang
dihadapi
c. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya
d. Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya

2.2 Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian Peserta Didik


Sebagai suatu dimensi psikologi yang kompleks, kemandirian dalam
perkembangannya memiliki tingkatan-tingkatan. Perkembangan kemandirian
seseorang berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan
kemandirian tersebut. Menurut Lovinger (dalam Sunaryo Kartadinata,1988),
mengemukakan tingkatan kemandirian dan karakteristiknya, yaitu:
a. Tingkat pertama, adalah tingkatan implusif dan melindungi diri. Tingkatan ini
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
o Peduli terhadap control dan keuntungan yang dapat diperoleh dari
interaksinya dengan orang lain.
o Mengikuti aturan secara spontanistik dan hedonistic.
o Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu ( stereotype).
o Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum games.
o Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkunganya.
b. Tingkat kedua, adalah konformistik. Ciri-cirinya adalah :
o Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan social.
o Cenderung berfikir stereotype dan klise.
o Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal.
o Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.
o Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya intropeksi.
o Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.
o Takut tiadak diterima kelompok.
o Tidak sensitif terhadap keindividualan.
o Merasa berdosa jika melanggar aturan.
c. Tingkatan ketiga, adalah tingkat sadar diri. Ciri-cirinya adalah:
o Mampu berfikir alternatif.
o Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.
o Memikirkan cara hidup.
o Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.
o Menekankan pada pentingnya memecahkan masalah.
d. Tingkat keempat, adalah tingkat saksama (conscientious). Ciri-ciri nya
adalah :
o Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.
o Sadar akan tanggung jawab.
o Mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
o Memiliki tujuan jangka panjang.
o Berfikir lebih kompleks dan atas dasar pola analisis.

2.3 Pentingnya Kemandirian bagi Peserta Didik

Pentingnya kemandirian dari peserta didik ini dipengaruhi juga dengan semakin
kompleksnya kehidupan yang tentunya juga berpengaruh pada perkembangan
peserta didik. Pengaruh buruk sudah banyak sekali masuk dan membawa dampak
buruk bagi peserta didik, seperti tawuran, seks bebas, narkoba, alkohol, dan lain-
lain. Selain perilaku menyimpang tadi, dewasa ini kerusakan moral pun terjadi
seperti budaya mencontek, kurang peka terhadap lingkungan, ketergantungan dan
sebagainya. Ini semua tentunya patut menjadi perhatian dunia. Dan solusi yang
tepat adalah menanamkan sikap kemandirian pada diri peserta didik. Dengan
kemandirian, peserta didik belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih
alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai denga keputusannya sendiri serta
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Jika kemandirian
sudah tertanam di setiap diri para peserta didik tentunya akan berimplikasi pada
pendidikan. Mereka sebagai subjek pendidikan dan mempunyai sikap
kemandirian tentunya akan membawa dampak baik bagi masa depan pendidikan.
Maka dari itu, kemandirian peserta didik sangat penting untuk ditanamkan.

2.4 Perkembangan Kemandirian Peserta Didik dan Implikasinya bagi


Pendidikan

Kemandirian peserta didik adalah bakat kecakapan yang dimiliki peserta didik, ini
sangat berkaitan dengan pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan di sekolah perlu
melakukan upaya-upaya pengembangan kemandirian peserta didik, diantaranya :

a) Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis


b) Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan
dan dalam berbagai kegiatan sekolah.
c) Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan ,
mendorong rasa ingin tahu mereka.
d) Peneriman positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak
membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain.
e) Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.

Dengan semua itu, maka akan terbentuk pribadi peserta didik yang mandiri.
Yang juga implikasi untuk keadaan dunia pendidikan yang akan semakin
berkembang.

2.5 Bentuk-Bentuk Kemandirian

Robert H avighurst (1972) membedakan kemandirian atas empat bentuk


kemandirian yaitu:

a) Aspek Emosi, aspek ini ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk


dirinya mengatur emosinya sendiri.
b) Aspek Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk
mengatur dan mengelola kebutuhan dirinya sendiri secara ekonomis.
c) Aspek Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
d) Aspek Sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan
interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain.

Semantara itu , Steiberg (1993) membedakan karakteristik kemadirian atas tiga


bentuk, yaitu :
a) Kemandirian emosional
b) Kemandirian tingkah laku ( behavioral autonomy ) .
c) Kemandirian nilai (value autonomy )
Lengkapnya Steinberg menulis :
The first emotional autonomy-that aspec of independence related to changes in the
individual’s close relationship,especially with parent. The second behavioral
autonomy-the capacity to make independent decisionis and follow trough with
them. The third characterization involves and aspec of independence referred to us
value autonomy-wich is more than simply being able to resist preassures to go
along with the demands of other, its means having a set a principles about right
and wrong, about what is important and what is not.
Kutipan di atas menunjukan karakteristik dari ketiga aspek kemandirian, yaitu :
a) Kemandirian emosional yakni aspek kemandirian yang menyatakan
perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu,
b) Kemandirian tingkah laku, yakni suatu kemamp uan untuk membuat
keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya
secara bertanggung jawab.
c) Kemandirian nilai, yakni kemandirian memaknai suatu hal tentang benar
dan salah, tentang yang penting dan apa yang tidak penting.

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

a) Proses belajar mengajar yang demokratis,yang memungkinkan anak


merasa dihargai.
b) Dorongan untuk anak agar dia dapat mengambil keputusan sendiri dan
mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di sekola
c) Kebebasan anak untuk dapat mengeksplorasi lingkungan mereka agar
dapat mendorong rasa ingin tahu mereka.
d) Tidak adanya diskriminasi antara anak dalam perlakuannya.
e) Hubungan harmonis antara anak dan orangtua.
f) Adanya motivasi yang kuat dari diri anak itu sendiri.

2.7 Upaya Pengembangan Kemandirian


Sesuai dengan fase perkembangannya, upaya pengembangan remaja dapat
dilakukan melalui
a) Menciptakan proses belajar mengajar yang demokratis sehingga anak
merasa dihargai.
b) Menciptakan komunikasi yang saling terbuka antar anggota keluarga.
c) Membebaskan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar agar
meningkatkan rasa keingintahuannya.
d) Menimbulkan komunikasi yang hangat antar anak maupun orangtua.
e) Adanya kepercayaan kepada anak untuk melakukan apapun yang ia
mau,tapi dalam pengawasan orang dewasa.
f) Menerima segala sesuatu yang ada pada diri anak dari kelebihan dan
kekurangannya.

Anda mungkin juga menyukai