Anda di halaman 1dari 9

REFERAT

BATUK KRONIK BERULANG


(BKB)

Disusun oleh:
Annisa Sarfina Djunaedy
NIM. 142011101016

Dokter Pembimbing:
dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A
dr. B. Gebyar Tri Baskara, Sp.A
dr. Lukman Oktadianto, Sp.A
dr. Ali Shodikin, M.Kes, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


SMF/LAB ILMU KESEHATAN ANAK
RSD DR. SOEBANDI JEMBER
2018
REFERAT
BATUK KRONIK BERULANG
(BKB)

Disusun untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik Lab/SMF


Ilmu Kesehatan Anak RSD dr. Soebandi Jember

Disusun oleh:
Annisa Sarfina Djunaedy
NIM. 142011101003

Dokter Pembimbing:
dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A
dr. B. Gebyar Tri Baskara, Sp.A
dr. Lukman Oktadianto, Sp.A
dr. Ali Shodikin, M.Kes, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


SMF/LAB ILMU KESEHATAN ANAK
RSD DR. SOEBANDI JEMBER
2018

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................


HALAMAN JUDUL ......................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
2.1 Definisi ...........................................................................................
2.2 Batasan Batuk Kronik .................................................................
2.3 Epidemiologi .................................................................................
2.4 Patofisiologi Batuk .......................................................................
2.5 Diagnostik Batuk Kronik Berulang pada Anak ........................
2.6 Pendekatan Diagnostik ................................................................
2.7 Penatalaksanaan ...........................................................................
BAB 3 KESIMPULAN ..................................................................................

3
I. PENDAHULUAN

Batuk Kronik Berulang (BKB) merupakan keadaan klinis yang


disebabkan oleh berbagai etiologi dengan gejala batuk yang berlangsung
sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau paling sedikit 3 episode
dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik / non-respiratorik
lainnya (Chung et al., 2003). BKB pada anak cukup banyak dijumpai dalam
praktek sehari-hari. Pada pasien anak, gejala batuk yang kronik atau berulang
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, mengurangi nafsu makan, dan pada
akhirnya dapat mengganggu proses tumbuh kembang. Orang tua juga akan
terganggu terutama bila gejala batuk lebih sering dan lebih berat pada malam hari.
Pada anak, berbagai hal, keadaan, atau penyakit dapat bermanifestasi sebagai
batuk. Sebagian besar etiologi berasal dari sistem respiratorik, sebagian kecil
karena kelainan di sistem non-respiratorik. Untuk mendeteksi etiologi batuk,
pemahaman tentang mekanisme batuk termasuk lokasi reseptor batuk sangat
penting diketahui. Dengan pemahaman itu, kita akan tetap ingat bahwa batuk
kronik juga dapat disebabkan oleh kelainan atau penyakit di luar sistem
respiratorik. Pasien anak dengan batuk kronik dibagi menjadi dua kelompok,
tanpa kelainan dasar yang nyata serta anak relatif tampak sehat, dan pasien dengan
kelainan respiratorik yang nyata. Perlu pula diketahui etiologi yang sering timbul
pada berbagai kelompok umur anak. Langkah diagnostik dimulai dari penggalian
anamnesis yang mendalam, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang yang
relevan. Tata laksana batuk kronik pada anak ditujukan kepada penyakit dasarnya
(Setyanto, 2004).

4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai definisi, batasan batuk kronik,
epidemiologi, patofisiologi batuk, diagnostik banding BKB pada anak,
pendekatan diagnostik, dan penatalaksanaan.

2.1 Definisi
Batuk adalah suatu refleks dari saluran napas bagian bawah terhadap
stimulasi iritan atau reseptor batuk pada mukosa saluran napas. Batuk dalam
bahasa latin disebut tussis yang merupakan fungsi protektif dari sistem pernafasan
manusia. Refleks ini bertujuan untuk membantu membersihkan saluran
pernapasan dari lendir, iritan, partikel asing, maupun mikroba (Guyton, 2014;
Kliegman et al.,2011).
Sedangkan Batuk Kronik Berulang merupakan keadaan klinis yang
disebabkan oleh berbagai etiologi dengan gejala batuk yang berlangsung
sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau paling sedikit 3 episode
dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik / non-respiratorik
lainnya (Chung et al., 2003).

2.2 Batasan Batuk Kronik


Mengenai batasan batuk akut dan kronik terdapat beberapa pendapat.
Beberapa penulis mengajukan batas batuk 3 minggu atau lebih sebagai batas
batuk kronik (Dejongste dan Shields, 2003). Penulis lain membagi menjadi 3
kelompok. Batuk akut, sub-akut, dan kronik. Kurang dari 2 minggu termasuk
batuk akut, antara 2-4 minggu disebut batuk sub-akut, sedangkan lebih dari 4
minggu disebut batuk kronik (Irwin dan Madison, 2000). Istilah lain yang
berdekatan dengan batuk kronik, yaitu batuk berulang (recurrent cough). Secara
teoritis etiologi batuk kronik berbeda dengan etiologi batuk berulang, sehingga
seharusnya dibedakan secara tegas antara kedua hal tersebut. Namun dalam
praktek sehari-hari seringkali sangat sulit membedakan kedua hal tersebut, maka
dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak dikenal istilah batuk kronik berulang (BKB)

5
atau chronic recurrent cough. Sebenarnya istilah itu terdiri dari dua pengertian
dengan kata penghubung dan/atau, yaitu tepatnya batuk kronik dan atau batuk
berulang. Pengertiannya bila terpenuhi salah satu saja maka sudah bisa
dimasukkan sebagai BKB. Pada diskusi Kelompok Pulmonologi Anak dalam
Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) V tahun 1981 di Medan dan
Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK
Respirologi IDAI) telah disepakati bahwa BKB adalah keadaan klinis oleh
berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung selama 2 minggu atau
lebih dan/atau batuk yang berulang sedikitnya 3 episode dalam 3 bulan berturut,
dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik atau non-respiratorik lainnya
(Setyanto, 2004).

2.3 Epidemiologi

6
DAFTAR PUSTAKA

Alwi. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing.

Chamberlain, N. R. 2014. Introduction to Upper Respiratory Tract


Diseases.https://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/website/lectures/lecture/
introurt.htm[diakses pada 22 Juni 2018].

Chen, Y., Williams, E., Kirk, M. 2014. Risk Factors for Acute Respiratory
Infection in the Australian Community. PLoS ONE. Vol. 9(7): 1-7.

Christi, H., Rahayuning, P., dan Nugraheni, S.A. 2015. Faktor–Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Ispa pada Bayi Usia 6 – 12 Bulan yang
Memiliki Status Gizi Normal. E-Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 3(2):
107-117.

[DEPKES RI] Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Infeksi


Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita.
Jakarta: Depkes RI.

[DEPKES RI] Departemen Kesehatan RI, 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit


Infeksi Saluran Pernapasan akut. Jakarta: Depkes RI.

Everard, M. L. 2015. Paediatric Respiratory Infections. Eur Respir Rev. Vol.25


(1): 36–40.

Hayati, S. 2014. Gambaran Faktor Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut


(ISPA) pada Balita di Puskesmas Pasir kaliki Kota Bandung. Jurnal Ilmu
Keperawatan. Vo.11(1): 62-67.

[IDAI] Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

7
Ijana., Eka, N. L. P., dan Lasri. 2017. Analisis Faktor Risiko Terjadinya Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Lingkungan Pabrik Keramik
Wilayah Puskesmas Dinoyo, Kota Malang. Nursing News. Vol. 2(3): 352-
359.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%
202013.pdf [diakses pada 22 Juni 2018].

Kendig, E. L., Wilmott, R.W., dan Chernick, V. 2012. Kendig and Chernick's
Disorders of the Respiratory Tract in Children. Philadelphia: Elsevier
Health Sciences.

Kholisah. 2009. Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di Daerah Urban. Jakarta:
UI press.

Kumar, P., Medigeshi, G. R., Mishra, V. S., Islam, M., Randev, S., Mukherjee,
A., Chaudhry, R., Kapil, A., Jat, K. R., Lodha, R., dan Kabra, S. K. 2017.
Etiology of Acute Respiratory Infections in Infants. Pediatr Infect Dis J.
Vol 36(1):25–30.

Lebuan, A.W., dan Somia, A. 2014. Faktor yang Berhubungan Dengan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut pada Siswa Taman Kanak-Kanak di Kelurahan
Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur Tahun 2014. E-Jurnal Medika.
Vol. 6(6): 1-8.

Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media.

Park, K. 2005. Textbook of Preventive and Social Medicine. Ed 18th. Jabalpur:


Banarsidas bhanot publishers.

Reed, K. D. 2015. Respiratory Tract Infections: A Clinical Approach. Molecular


Medical Microbiology. Vol. 3(1): 1499-1506.

Rogan, M. 2008. Respiratory Infection, Acute. Overview. Dublin: Elsevier Inc.

Savitha, M.R., Nandeeshwara, S.B., Pradeep, M. J., Ul-Haque, F., dan Raju, C. K.
2007. Modifiable Risk Factors for Acute Lower Respiratory Tract
Infections. Indian J Pediatr. Vol.74(1):477-482.

Soesanto, S. S., Lubis, A., Atmosukarto, K. 2000. Hubungan Kondisi Perumahan


Dengan Penularan Penyakit ISPA dan TB Paru. Media Litbang Kesehatan.
Vol. 10(2): 27-31.

8
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., dan Pradipta, E. A. 2014. Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid II. Jakarta: EGC.

Ujunwa, F.A. dan Ezeonu, C.T. 2014. Risk Factors for Acute Respiratory Tract
Infections in Under-five Children in Enugu Southeast Nigeria. Ann Med
Health Sci Res. Vol. 4(1): 95–99.

WHO. 2004. Management of Penumonia in Community Settings. New York:


WHO.

WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut


(ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. WHO Interim Guidelines.
http://www.who.int/csr/resources/publications/WHO_CDS_EPR_2007_8ba
hasa.pdf [diakses pada 22 Juni 2018].

WHO. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: WHO


Indonesia.

WHO. 2013. Global Action Plan for Prevention and Control of Pneumonia.
Geneva: WHO publisher.

Anda mungkin juga menyukai