Anda di halaman 1dari 13

ek

SIPIL’ MESIN ’ARSITEKTUR ’ELEKTRO

POTENSI BAHAN GALIAN DAN MITIGASI BENCANA ALAM


DI WILAYAH SULAWESI TENGAH
Irianto Uno *

Abstract
Geologic processes in Central Sulawesi have brought potency of mining materials either solid or
liquid, in the land or sea region. In general the potencies have been investigated, partly being
produced and others in the stage of exploration and preliminary investigation. However, that
geologic processes also related to disaster potency. Landforms and landslides in the many areas
and strategic links in this region strongly related to brittle materials and induced by earthquake
and landuse changes. Therefore, optimalization in use of the mining material strongly needed
and wisely manage the environment where transportation facilities, bridges, housing and
regional development are included.
Key words : Geologic processes, mining materials, disaster potency

Abstrak
Proses geologi yang terjadi di Sulawesi Tengah membawa potensi bahan galian baik bahan
galian padat maupun cair, di darat ataupun di wilayah laut. Potensi tersebut umumnya telah
diselidiki, sebagian telah berproduksi, sebagian dalam tahap eksplorasi dan penyelidikan
pendahuluan. Namun, proses geologi tersebut juga terkait dengan potensi bencana. Bentuk
topografi dan kerawanan longsor pada banyak kawasan serta ruas-ruas jalan strategis di wilayah
ini sangat terkait dengan struktur material yang rapuh dan dipicu kegempaan serta perubahan
tata guna lahan. Karenanya, sangat dibutuhkan optimalisasi terhadap pemanfaatan bahan
galian dan secara bijak mengelola lingkungan dimana didalamnya termasuk prasarana jalan,
jembatan, permukiman dan pengembangan wilayah.
Kata Kunci : Proses geologi, bahan galian, potensi bencana

1. Pendahuluan bumi dengan akibat menyertainya juga


Wilayah Sulawesi Tengah menghasilkan bentukan topografi yang
merupakan salah satu wilayah di dunia, karakteristik Sulawesi Tengah yang
dimana proses geologi aktif terjadi. Di dominan pegunungan, terbentuk dan
Pulau Sulawesi itu sendiri terdapat tiga tersedianya potensi sumberdaya alam
Mandala Geologi, yang serta potensi bencana alam yang
merepresentasikan interaksi tiga sewaktu-waktu dapat terjadi baik
lempeng utama, yaitu Lempeng Indo- sebagai akibat langsung maupun akibat
Australia, Lempeng Pasifik, dan sekunder gejala alam yang terjadi.
Lempeng Eurasia. Ketiga Mandala Penulis mengintroduksi
Geologi tersebut adalah Mandala fenomena alam diatas sebagai entry
Geologi Sulawesi Barat, Mandala point bagi pembahasan selanjutnya
Geologi Sulawesi Timur dan Mandala karena potensi yang dimiliki oleh
Geologi Banggai-Sula. Sulawesi Tengah sangat terkait dengan
Interaksi ketiga lempeng diatas, genetik dan fenomena alam yang
disamping menyebabkan pergerakan terjadi di daerah ini. Karenanya, penulis

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Potensi Bahan Gaalian dan Potensi Bencana Alam di Wilayah Sulawesi Tengah
(Irianto Uno)

membagi tulisan ini kedalam dua aspek dan bahan-bahan radioaktif lainnya,
utama, yaitu tinjauan potensi sumber Nikel, Cobalt dan Kalium
daya alam dan aspek kerawanan atau Bahan Galian B, disebut juga
potensi bencana alam, yang keduanya Bahan Galian Vital, terdiri dari Besi,
merupakan faktor penentu dalam Mangan, Molibden, Wolfram,
perencanaan wilayah dan memitigasi Vanadium, Titan, Bauksit, Tembaga,
bencana. Timbal, Seng, Emas, Platina, Perak, Air
Raksa, Intan, Arsen, Antimon, Bismuth,
Yatrium, Rhutenium, Cesium, dan logam-
2. Potensi Sumber Daya Bahan Galian logam langka lainnnya, Berilium,
Dalam hal potensi sumber daya Korundum, Kristal Kuarsa, Kriolit,
bahan galian ini, pertanyaan utama Flourspar, Barit, Yodium, Brom, Khlor,
yang selalu membersit adalah : apakah Belerang dan Gambut.
memang Sulawesi Tengah cukup Bahan Galian C, Nitrat, Fospat,
berpotensi untuk dikatakan sebagai Halit , Batugaram, Zeolit,Batu Permata,
salah satu wilayah penghasil bahan Yarosit, Leusit, Pasir Kuarsa, Kaolin,
galian di Indonesia? Pertanyaan Felspar, Gipsum, Bentonit, Batuapung,
lanjutan yang sudah tentu akan Tras, Obsidian, Perlit, Tanah Diatomea,
menyertai seberapa signifikan kontribusi Tanah Serap, Marmer, Batusabak,
bahan gaian tersebut dalam Batukapur, Dolomit, Klasit, Granit,
menunjang keberhasilan pembangunan Andesit, Basalt, Trakhit, Peridotit, Pasir,
di Sulawesi Tengah? Jika memang Pasir-Batu.
potensi tersebut sudah dieksploitasi
Kegiatan produksi atau eksploitasi
apakah tidak lebih besar dampak
terhadap bahan galian diatas akan
negatifnya alias sifat merusaknya lebih
dilaksanakan setelah dilakukan
signifikan?. Jawaban untuk semua
tahapan-tahapan yang pada akhirnya
pertanyaan tersebut diatas, jika merujuk
akan memunculkan hasil apakah bahan
pada data yang sudah dipublikasi akan
tersebut layak atau tidak layak untuk
nampak bahwa kontribusi terhadap
ditambang.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006 Semua bahan galian yang ada
kisarannya berada diluar lima besar disebut sebagai sumber daya mineral
atau jelasnya berada pada urutan termasuk pula minyak dan gas bumi.
kedelapan pemberi kontribusi. Tingkatan penyelidikan akan
meletakkannya apakah merupakan
Sebelumnya penting dijelaskan
sumberdaya hipotetik, tereka, terunjuk
tentang klasifikasi sumber daya bahan
dan terbukti. Kedua kategori terakhir
galian tersebut diatas, sebagaimana
akan dinyatakan lagi lagi dalam bentuk
diuraikan pada Standar Nasional
cadangan, yaitu cadangan terkira dan
Indonesia (SNI) 19-6728.4-2002 Tahun
cadangan terbukti. Cadangan terkira
2001 tentang Penyusunan Neraca
jika berdasarkan hasil studi kelayakan
Sumber Mineral Spatial, dimana bahan
masih belum meyakinkan secara
galian diklasifikasi kedalam 3 (tiga)
geologi sedangkan cadangan jika
golongan, yaitu Golongan A, B dan C.
semua aspek kelayakan telah terpenuhi.
Bahan Galian A, disebut juga bahan
Berdasarkan hasil studi data yang ada
galian strategis, terdiri dari Bitumen Cair,
serta didasari oleh hasil peninjauan
Lilin Bumi, Bitumen Padat, Aspal, Antrasit,
lapangan pada sekian lokasi di wilayah
Batubara, Uranium, Radium, Thorium
Sulawesi Tengah serta dengan melihat
potensi yang dimiliki berdasarkan aspek

51
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 50 - 62

teoritis genesa pembentukan dan cara yang terdapat di wilayah Banggai


terdapatnya bahan galian maka sangat dan Morowali (menerus sampai ke
jelas bahwa sesungguhnya belum wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi
semua jenis bahan galian diatas telah Tenggara) sampai saat ini masih
dieksploitasi secara optimal atau dalam tahapan eksplorasi.
bahkan sama sekali belum dieksplorasi. Berdasarkan data statistik tahun 2006,
Diantara hambatan eksplorasi tersebut produksi minyak dan gas bumi telah
adalah faktor investor, tingkat kesulitan berlangsung sejak tahun 2005,
lokasi, dan faktor-faktor lainnya. Berikut dengan nilai produksi tahun 2005 dan
adalah uraian tentang kondisi aktual 2006 masing-masing sebesar Rp. 63,2
eksplorasi dan produksi bahan galian milyar dan Rp. 225,1 milyar,
yang terdapat di daerah ini tersebut. dengan laju pertumbuhan sebesar
158,79 %. Dengan prosentase
• Bahan Galian Golongan A kontribusi masih senilai 1,16% jika nilai
Di wilayah Sulawesi Tengah, tiga jenis ini digabungkan dengan produksi
bahan galian utama yang telah pertambangan bahan galian mineral
nampak survey dan produksinya yang berkontribusi sebesar 1,75%
adalah minyak, gas bumi dan nikel. maka total kontribusi sektor
Kegiatan ekplorasi minyak bumi pertambangan adalah 2,91%, masih
dilakukan di wilayah perairan rendah dibandingkan dengan sektor
Morowali (Teluk Tomori) sedangkan pertanian yang merupakan
Gas bumi terletak di Senoro (Sinorang) penyumbang terbesar yaitu 44,80%.
Kabupaten Banggai dan telah Prosentase kontribusi tersebut disajikan
melakukan produksinya. Adapun nikel pada gambar 1.

Keu, Jasa
Jasa-jasa
Perusahaan
Angkutan % 14,74%
4,1%
Komunikasi
6,38%

Pertanian
44,80%

Perdag, Hotel & Rest


12,32%

Bangunan 6,46% Listrik dan Air, Industri


0,73% Penggalian
7,25% 2,91%

Gambar 1. Distribusi Prosentase Produk Domestik Regional Bruto Provinsi


Sulawesi Tengah Menurut Lapangan Usaha (BPS Sulteng, 2007)

52
Potensi Bahan Gaalian dan Potensi Bencana Alam di Wilayah Sulawesi Tengah
(Irianto Uno)

Kegiatan penambangan nikel beberapa lokasi seperti di wilayah


sebetulnya berskala besar telah dan Tojo dan Tojo Barat (Touna) dan di
sedang dilakukan bahkan dengan sekitar Lokodoka (Buol) dan Salumbia
melakukan perubahan fungsi lahan (Tolitoli). Potensi emas terdapat di
dimana sebagian lahan permukiman Poboya (Palu), Paleleh dan
(umumnya transmigrasi) dan sekitarnya (Buol) serta di Lore Selatan
pertanian menjadi wilayah konsesi (Poso). Adapun krom di Bungku Barat
tambang sebagaimana terjadi di sebagian sudah dalam tahap
Kecamatan Petasia, Wita Ponda, produksi. Potensi bahan galian
Bumi Raya, Bungku Barat, Bungku golongan B yang sebetulnya cukup
Tengah, Bahodopi dan Bungku melimpah di wilayah ini tapi belum
Selatan (Morowali). Wilayah diusahakan adalah gambut.
berpotensi lainnya adalah di Bunta
(Banggai) dimana saat ini kegiatan
• Bahan Galian Golongan C
eksplorasi sedang berjalan.
Golongan ini merupakan bahan
Terhadap batubara, bahan galian ini
galian utama yang cukup luas
pun dimiliki oleh Sulawesi Tengah,
keberadaanya dan besar
namun sampai saat ini belum
produksinya, dalam bentuk batu kali,
terekplor lebih lanjut. Indikasi
pasir, pasir-batu, batukapur, marmer
lapangan menunjukkan sebagian
dan granit. Sebetulnya bahan galian
bahan ini masih berupa gambut.
golongan ini akan sangat bernilai
Beberapa lokasi memperlihatkan
dan merupakan penghasil terbesar
potensi batubara seperti wilayah
jika dilakukan secara optimal sejak
Bungku Utara di sekitar Kolo Atas,
tahapan survey awalnya sampai
Tomata (Mori Atas), Oti (Sirenja) dan
dengan produksi dan
Lemban Tongoa (Palolo). Mengingat
pemasarannya. Wilayah Sulawesi
bahan ini sangat dibutuhkan sebagai
Tengah dengan kondisi geologi dan
bahan bakar untuk industri kelistrikan
topografi yang ada sangatlah
sudah selayaknya tingkat
bernilai tinggi dalam penyediaan
penyelidikan dan usaha mencari
bahan ini, dan hal ini hampir merata
investor lebih diintensifkan. Hal ini
di seluruh wilayah kabupaten.
dirasakan sangat mendesak
mengingat keterbatasan
ketersediaan bahan bakar minyak 2.1. Skala Kegiatan dan Kendala
dan mengurangi tingkat
Berdasarkan angka statistik
ketergantungan terhadap minyak
produksi dan kontribusinya, sangat
bumi.
nampak bahwa kontribusi bahan galian
di Sulawesi Tengah masih sangat
• Bahan Galian Golongan B rendah. Di sisi lain data potensi
Berdasarkan hasil penyelidikan yang menujukkan bahwa wilayah ini
penulis lakukan disertai hasil studi sangatlah menjanjikan. Lalu, dimana
terhadap referensi yang ada permasalahanya dan apa yang keliru
menunjukkan bahwa wilayah dan terlewatkan ataupun terabaikan?
Sulawesi Tengah sangat berpotensi Jawaban yang mungkin dapat
terhadap bahan gaian golongan ini, diberikan untuk hal tersebut adalah
terutama besi, emas, krom dan perlu lebih optimalnya membangun
gambut. Sumberdaya besi sudah iklim investasi dan promosi yang dapat
tertunjuk keterdapatannya di menggairahkan kalangan pengusaha

53
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 50 - 62

dan investor dalam sektor Makassar dan Cekungan Gorontalo


pertambangan, baik berskala besar (Teluk Tomini). Seiring dengan tingkat
maupun kecil. Kecuali produksi gas dan kemajuan teknologi eksplorasi dan
antar pulau pasir dan batu, produksi pemenuhan terhadap kebutuhan
bahan galian lainnya belum energi, saat ini di beberapa lokasi
menunjukkan hasil yang siginifikan. perairan sedang dilakukan eksplorasi
Dalam hal skala usaha, minyak dan gas bumi. Lokasi tersebut
umumnya produksi bahan galian belum adalah wilayah perairan Donggala
berskala besar sehingga produksinya bagian barat dari Surumana ke arah
pun terbatas. Sebagian lagi terhenti perairan Sulawesi Barat. Sangat
kegiatannya meskipun masih diharapkan dengan peningkatan
menyisakan cadangan yang melimpah. kemajuan teknologi eksplorasi lepas
Contoh untuk ini adalah produksi pantai dan laut potensi yang ada
marmer di Beteleme dan sekitarnya. tersebut dapat diwujudkan dalam
bentuk produksi nyata yang nantinya
Beberapa lokasi telah
akan meningkatkan kontribusi terhadap
melaksanakan eksplorasinya dengan
PDRB sektor migas.
hasil sementara yang belum
memuaskan seperti survey emas di Lore Pada jenis logam, yang sangat
Selatan dan di Paleleh dan sekitarnya. layak untuk ditindaklanjuti dalam bentuk
Alternatif untuk hal adalah dengan produksi nyata adalah logam besi
mengaktifkan kegiatan dalam bentuk beserta variannya. Kiranya potensi besi
Penambangan Skala Kecil (PSK) yang di wilayah Tojo dan sekitarnya sudah
nantinya akan melibatkan instansi terkait dapat dinikmati oleh provinsi. Hasil
dan ikutnya koperasi dalam pengujian kadar Fe Total untuk lokasi ini
pengusahaan hasil tambang. bervariasi dan sebagian sudah diatas
nilai standar kebutuhan pasar. Dengan
Berdasarkan pengamatan
teknologi peleburan dan prosessing
lapangan yang penulis lakukan pada
bahan dengan kadar yang rendah
bererapa lokasi potensi, salah satu
dapat ditingkatkan. Ditunjang pula oleh
kendala utama dan paling sering terjadi
luasan keterdapatan sumberdaya
adalah adanya tumpang tindih
menjadikan bahan ini sebagai
kepemilikan ijin penambangan baik
komoditas yang sangat menjanjikan.
untuk keseluruhan lokasi maupun
Demikian pula halnya untuk
sebagian. Karena masing-masing
sumberdaya besi di Paleleh dan
memiliki dasar survey konsekuensiya
sekitarnya, kiranya dapat dioptimalkan
masing-masing mengklaim sebagai
dari aspek regulasinya sehingga nilai
pihak yang berhak. Sudah jelas hal ini
aktual potensi akan diperoleh apalagi
berpengaruh terhadap kinerja dan
mengingat sifat genetik bahan yang
percepatan kegiatan yang pada
merupakan hasil mineralisasi primer
akhirnya tahapan eksplorasi, eksploitasi
sehingga memiliki kadar Fe yang tinggi
dan produksi belum dapat dilaksanakan
(diatas rata-rata spesifikasi).
sesuai rencana.
Bahan logam lainnya yang
belum optimal pengusahaannya
2.2. Prospek Kedepan adalah Krom dan Nikel. Meskipun telah
diterbitkan sekian banyak izin eksplorasi,
Berdasarkan data potensi
sekian banyak pula dalam status
cekungan minyak, terdapat dua
menganggur alias lahan tidur. Khusus
cekungan berpotensi di wilayah
nikel, dua investor terbesar yaitu PT.
Sulawesi Tengah, yaitu Cekungan Selat
INCO dan PT. Rio Tinto Indonesia

54
Potensi Bahan Gaalian dan Potensi Bencana Alam di Wilayah Sulawesi Tengah
(Irianto Uno)

meskipun masih dalam tahapan di Indonesia cukup bagus tetapi potensi


eksplorasi namun masih menyisakan tersebut belum dimanfaatkan secara
pertanyaan kapan memulai produksi. optimal akibat kurangnya investasi di
Diantara beberapa kemungkinan sektor ini. Investasi sektor pertambangan
jawaban adalah faktor bisnis-profit di Indonesia berada pada level bawah
dimana terjadi penurunan harga nikel jika dibandingkan dengan negara lain
secara global. yang memiliki potensi tambang yang
Salah satu bahan galian C yang sama.
sampai saat ini belum teroptimalkan Disamping itu, tingkat investasi di
meskipun sangat berpotensi adalah sektor ini relatif rendah dan
marmer dan batu bulia. Marmer menunjukkan kecenderungan menurun
terdapat luas di wilayah Poso Pesisir, akibat terhentinya kegiatan eksplorasi di
Pamona Utara sampai dengan wilayah berbagai kegiatan pertambangan.
Lembo dan Petasia. Dari aspek corak Menurut studi yang dilakukan Fraser
(tekstur) permukaan cukup bervariasi. Institute dalam Annual Survey of Mining
Sedangkan batu mulia, data yang ada Companies (December 2002), iklim
menunjukkan bahwa di wilayah Mori investasi sektor Pertambangan di
Atas sampai dengan Lembo bahan ini Indonesia tidak cukup menggairahkan.
dijumpai pada beberapa tempat. Hal ini Banyak kalangan menghawatirkan
mengisyaratkan diperlukannya bahwa dengan kondisi seperti ini maka
penyelidikan yang lebih detail tentang masa depan, industri ekstraktif
sebaran dan potensi mengingat asosiasi khususnya pertambangan di Indonesia
litologinya mendukung bagi akan segera berakhir dalam waktu 5
keterdapatan batu mulia. sampai 10 tahun. Kondisi ini patut
disayangkan karena industri ini
memberikan sumbangan yang cukup
2.3. Update Data Potensi besar bagi perekonomian nasional
Potensi semua bahan galian maupun daerah. Dampak ekonomi dari
bukanlah data yang statis melainkan keberadaan industri pertambangan
dinamis dimana setiap saat dapat antar lain penciptaan output,
berubah seiring kemajuan tingkat penciptaan tenaga kerja, menghasilkan
penyelidikan, intensitas, luasan dan devisa dan memberikan kontribusi fiskal
kemampuan teknologi deteksinya. Menurut survey Lembaga
Karenanya data potensi dapat berubah Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
meningkat meskipun juga kemungkinan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
menurun. Penyediaan data potensi (LPEM FEUI, 2006), potensi
merupakan modal pemasaran/promosi pertambangan di Indonesia cukup
wilayah. Karenanya disamping data besar tetapi tidak didukung oleh
potensi yang terpenting adalah update efektivitas kebijakan pemerintah yang
data potensi itu sendiri dilaksanakan dapat mendukung perkembangan
setidaknya setiap tahun serta sektor pertambangan. Sehingga mulai
tersinkronisasi inter dan antar instansi tahun 2003 terlihat adanya penurunan
sehingga tidak memunculkan bias yang kegiatan di sektor pertambangan.
besar dalam hal database.
Dari sisi perkembangan komposisi
investasi dari asing maupun domestik
2.4. Peningkatan Layanan untuk Iklim terlihat bahwa perbedaan komposisi itu
Investasi semakin tahun semakin kecil. Hal ini
dikarenakan adanya penurunan yang
Potensi pertambangan mineral

55
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 50 - 62

signifikan dari investasi asing, sedangkan kisaran pergerakan lempeng, yaitu 35 ±


investasi domestik lebih bersifat tetap 8 mm per tahun. Sejarah gempabumi di
(stagnant). Investasi sektor bagian tengah Sulawesi telah tercatat
pertambangan ini sangat tergantung sejak abad ke-19, dimana beberapa
dengan investor luar negeri karena diantaranya mempunyai magnitude
investasi disektor ini bersifat capital yang besar, diantaranya tahun 1968 (6,7
intensif sehingga memerlukan entry cost SR), 1993 (5,8 SR) dan 2005 (6,2 SR).
yang besar untuk melakukan eksplorasi Gempa bumi yang terjadi di
dan eksploitasi disektor pertambangan. laut dapat mengakibatkan terjadinya
Melemahnya tingkat investasi ini tsunami (gelombang laut), terutama
khususnya investasi asing pada sektor pada gempa yang terjadi di laut dalam
pertambangan tidak terlepas dari yang diikuti deformasi bawah laut
kondisi kestabilan domestik, menyangkut seperti yang pernah terjadi di pantai
keamanan serta kepastian usaha barat Sumatera dan di pantai utara
menjadi faktor utama dalam Papua. Sementara itu letusan gunung
menentukan tingkat investasi asing di berapi juga dapat menimbulkan
Indonesia. Selain koordinasi peraturan gelombang pasang seperti yang terjadi
lintas sektoral, masalah kepastian hukum pada letusan Gunung Krakatau.
untuk bergerak dan melakukan Kegempaan di Sulawesi ini juga
kegiatan investasi pada sektor ditandai dengan frekuensi yang tinggi
pertambangan Indonesia pun relatif tsunami di bagian Selat Makassar,
tidak ada. sebagaimana yang terjadi pada tahun
Keberadaan Industri 1927 di Teluk Palu dengan ketinggian
pertambangan memberikan manfaat gelombang mencapai 15m, tahun 1968
yang besar baik kepada perekonomian di Mapaga (10m) dan tahun 1996 di
nasional maupun perekonomian Simuntu-Pangalaseang (1 - 3,4 m). Pada
daerah. Dampak ekonomi dari kegiatan gambar 2 diperlihatkan jalur patahan
pertambangan antara lain peningkatan yang melalui bagian tengah P. Sulawesi,
pendapatan bruto, peningkatan tepat berada di bagian tengah yang
pendapatan masyarakat, penciptaan membelah Kota Palu bagian timur dan
lapangan kerja dan kontribusi fiskal bagi barat.
pemerintah pusat maupun daerah. Bencana alam bersifat geologi
Kontribusi fiskal berupa kontribusi royalti, yang terjadi di Sulawesi Tengah sangat
bagi hasil pajak, bagi hasil non pajak. terkait dengan kondisi dan proses-proses
geologi yang telah, sedang dan akan
terus berlangsung. Termasuk
3. Aspek Kerawanan Bencana Alam diantaranya adalah patahan aktif Palu-
3.1. Kegempaan Koro, patahan Matano dan patahan
Dari aspek kegempaan, sistem Sorong yang mendorong bagian timur
patahan di bagian tengah Sulawesi Sulawesi. Bentuk topografi dan
dimana Kota Palu terdapat terdiri dari kerawanan longsor pada banyak
kompleks zona patahan yang yang kawasan serta ruas-ruas jalan strategis
berletak dalam pertemuan lempeng di wilayah ini sangat terkait dengan
Pasifik, Indo-Australia dan lempeng struktur material yang rapuh serta serta
Eurasia. Dari perhitungan terhadap dapat dipicu oleh kegempaan.
pergerakan patahan Palu-Koro ini
(Bellier, O. et.al, 2001), diperoleh data

56
Potensi Bahan Gaalian dan Potensi Bencana Alam di Wilayah Sulawesi Tengah
(Irianto Uno)

Gambar 2. KF: Palu Koro Fault (Patahan Palu-Koro)


MF : Matano Fault (Patahan Matano)
(Bellier, O. et.al, 2001)

3.2. Topografi dan Bahaya Longsoran Hampir sebagian besar tanah di daerah
Tanah tropis bersifat mudah longsor karena
Topografi Sulawesi Tengah tingkat pelapukan batuan di daerah ini
didominasi oleh topografi perbukitan sangat tinggi dan komposisi tanah
dan pegunungan, dengan elevasi secara fisik didominasi oleh material
tertinggi sekitar 2.850 m diatas lepas dan berlapis serta potensial
permukaan laut. Prosentase ketinggian longsor. Kestabilan tanah ini sangat
terbesar adalah pada ketinggian 101 – dipengaruhi oleh kerusakan hutan
1000 m, yaitu sebesar 53,9%. Wilayah penyangga yang ada di Indonesia.
dataran pada kisaran 0 – 100 m hanya Karena banyaknya penebangan di
pada kisaran 20,2%. Nilai-nilai diatas hutan penyangga, wilayah rawan
menyiratkan bahwa pembangunan dan bencana longsor di Indonesia semakin
pengembangan wilayah akan bertambah.
berhadapan kondisi alam yang Kondisi ini akan dipercepat oleh
dominan perbukitan dan pegunungan. perubahan tata guna lahan yang di
Hal tersebut pula merupakan indikasi dalamnya termasuk hilangnya
bahwa potensi bencana alam berupa perkuatan lereng akibat terganggunya
longsoran tanah sangat mungkin terjadi media perakaran serta kecenderungan
sebagai hasil interaksi pembangunan perubahan infiltrasi air tanah menjadi
dengan perubahan keseimbangan aliran air permukaan.
bentang alam.

57
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 50 - 62

Ekstensifikasi wilayah hunian, Fenomena diatas tidak saja


pembukaan kawasan perkebunan dan berlaku untuk kawasan Kebun Kopi
diterbitkannya ijin eksploitasi kawasan namun juga beberapa kawasan lain di
untuk pertambangan tanpa Sulawesi Tengah seperti ruas Salua-
memperhitungkan secara cermat aspek Kulawi, Tambu-Kasimbar, Mepanga-Basi,
lingkungan fisik semuanya merupakan Tentena-Gintu, Podi-Ampana dan
agen pencetus bahaya longsoran. beberapa ruas kritis lainnya di Sulawesi
Anomali curah hujan yang diluar Tengah. Rekayasa sipil tentu saja dapat
perkiraan disertai struktur batuan dan diterapkan pada kasus-kasus diatas
tanah yang rapuh serta bentuk dengan diawali faktor penyebab
topografi yang relatif datar akan sehingga alternatif desain dapat dibuat
menjadi pencetus utama bencana dengan mengakomodir faktor-faktor
alam dahsyat seperti yang terjadi di lain.
wilayah Bungku Utara tahun 2007.
Salah satu hasil pembangunan 3.3. Perlunya dirumuskan strategi
yang kerap terancam akibat faktor mitigasi dan upaya pengurangan
topografi dan kelongsoran ini adalah akibat bencana
prasarana transportasi jalan raya.
Sebagai contoh adalah ruas jalan Sebagai langkah awal dalam
Tawaeli-Kebun kopi. Ruas jalan ini sudah upaya penanggulangan bencana
untuk kesekian kalinya direhabilitasi adalah identifikasi karakteristik bencana.
ataupun dengan pembuatan trase baru Karakteristik bencana ini perlu dipahami
tambahan. Dana puluhan milyar sudah oleh aparatur pemerintah dan
digelontorkan untuk perbaikan ruas masyarakat terutama yang tinggal di
jalan ini namun hingga kini pun problem wilayah yang rawan bencana. Upaya
yang sama tetap berulang. Lalu, mengenal karakteristik bencana yang
dimana letak kekeliruannya? Jawaban sering terjadi di Indonesia merupakan
untuk ini sebenarnya sangat sederhana : suatu upaya mitigasi,sehingga
perlakukanlah alam secara bijak. Artinya diharapkan dampak dari bencana
bahwa kestabilan lahan memiliki batas dapat dikurangi. Salah satu penyebab
yang jika terlampaui maka akan timbulnya bencana di Indonesia adalah
mencari keseimbangan baru, dengan kurangnya pemahaman terhadap
cara alamiah merobah geometrinya karakteristik ancaman bencana. Sering
mencapai keadaan seimbang. Hal kali seolah-olah bencana terjadi secara
inilah yang berulang terjadi di kawasan tiba-tiba sehingga masyarakat kurang
Kebun Kopi. Pertanyaan berikut adalah siap menghadapinya, akibatnya timbul
mengapa keseimbangannya banyak kerugian bahkan korban jiwa.
terlampaui? Jawaban ini inipun dapat Padahal sebagian besar bencana
ditelusuri dengan cara mengamati dapat diprediksi waktu kejadiannya
penggunaan lahan di dan di kawasan dengan tingkat ketepatan peramalan
hulu lereng. Metode penggalian pun sangat tergantung dari ketersediaan
perlu dicermati. Sepatutnya kegiatan dan kesiapan alat serta sumber daya
penggalian ini dilakukan dengan manusia.
diawali survey lengkap dampak akibat Pada dasarnya mitigasi
penggunaan lahan sekitarnya. Jika tidak (mitigation) merupakan upaya yang
maka perulangan akan terjadi dan dilakukan untuk menekan timbulnya
sekian milyar anggaran barupun harus dampak bencana, baik secara fisik
digelontorkan. struktural maupun melalui pembuatan
bangunan-bangunan fisik, maupun non

58
Potensi Bahan Gaalian dan Potensi Bencana Alam di Wilayah Sulawesi Tengah
(Irianto Uno)

fisik-struktural melalui perundang- risiko bencana yang sekaligus


undangan. memberikan arahan kelembagaan
melalui pembentukan kelompok kerja
lintas instansi-lembaga-organisasi.
3.4. Pengurangan Resiko Bencana
Strategi pengurangan risiko bencana
Pelaksanaan pengurangan risiko mencakup kegiatan-kegiatan jangka
bencana di Indonesia merupakan menengah sampai jangka panjang
bagian dari upaya pengurangan risiko yang memanfaatkan ilmu
bencana di tingkat global dan regional. pengetahuan dan teknologi. Sasaran
Beberapa forum internasional telah utama ISDR adalah untuk: (1)
menghasilkan kesepakatan- mewujudkan ketahanan masyarakat
kesepakatan yang melandasi upaya terhadap dampak bencana alam,
pengurangan risiko bencana di tingkat teknologi dan lingkungan; (2)
nasional. Agar dapat terlaksana mengubah pola perlindungan
dengan efektif dan efisien, upaya terhadap bencana menjadi
pengurangan risiko bencana di manajemen risiko bencana dengan
Indonesia perlu didukung dengan melakukan penggabungan strategi
landasan yang kuat dengan mengacu pencegahan risiko ke dalam kegiatan
pada kesepakatan-kesepakatan pembangunan berkelanjutan.
internasional tersebut dan peraturan
perundang-undangan di Indonesia.
Dasar atau landasan penanggulangan • Strategi Yokohama
resiko bencana diuraikan dibawah ini : Strategi Yokohama ditetapkan pada
tahun 1994. Dokumen ini merupakan
• Landasan Global panduan internasional bagi upaya
pengurangan risiko dan dampak
Kesadaran untuk melakukan upaya
bencana. Strategi Yokohama
pengurangan risiko bencana pada
menitikberatkan pada upaya untuk
lingkup internasional merupakan
melakukan kegiatan yang sistematik
tonggak awal sekaligus landasan bagi
untuk menerapkan upaya
pelaksanaan upaya sejenis pada
pengurangan risiko bencana dalam
lingkup yang lebih kecil. Di tingkat
pembangunan berkelanjutan.
internasional upaya pengurangan
risiko bencana dipelopori oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui • Kerangka Aksi Hyogo
beberapa Resolusi yang menyerukan Dengan memperhatikan beberapa
kepada dunia untuk lebih aspek upaya pengurangan risiko
memprioritaskan upaya pengurangan bencana, Konferensi Pengurangan
risiko bencana sebagai bagian yang Bencana Dunia (World Conference
tak terpisahkan dalam pembangunan on Disaster Reduction) yang
berkelanjutan. Dalam resolusi ini diselenggarakan pada bulan Januari
Dewan Ekonomi dan Sosial tahun 2005 di Kobe, menghasilkan
mengharapkan agar PBB beberapa substansi dasar dalam
memfokuskan tindakan kepada mengurangi kerugian akibat
pelaksanaan Strategi Internasional bencana, baik kerugian jiwa, sosial,
untuk Pengurangan Risiko Bencana ekonomi dan lingkungan. Substansi
(International Strategy for Disaster dasar tersebut perlu menjadi
Reduction/ISDR). Strategi ini komitmen pemerintah, organisasi-
merupakan landasan dari kegiatan- organisasi regional dan internasional,
kegiatan PBB dalam pengurangan

59
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 50 - 62

masyarakat, swasta, akademisi dan regional dalam pengurangan risiko


para pemangku kepentingan terkait bencana di Asia mutlak dilakukan
lainnya. Diantara strategi penting dan didukung oleh lembaga dan
yang yang telah dirumuskan point institusi kerjasama regional dan sub-
pertama yang sangat penting adalah regional yang ada.
dimasukannya risiko bencana dalam
kebijakan, perencanaan dan
• Landasan Nasional
program-program pembangunan
berkelanjutan secara terpadu dan Undang-undang Dasar tahun 1945
efektif, dengan penekanan khusus memuat pasal-pasal yang
pada pencegahan, mitigasi, berhubungan dengan kewajiban
persiapan dan pengurangan Negara Republik Indonesia untuk
kerentanan bencana. melindungi rakyatnya dari bencana.
Pengembangan dan penguatan Alinea keempat Pembukaan Undang-
institusi, mekanisme dan kapasitas undang Dasar tahun 1945 dengan
kelembagaan pada semua jelas menyatakan bahwa “Negara
tingkatan, khususnya pada Republik Indonesia bertanggung
masyarakat sehingga masyarakat jawab melindungi segenap bangsa
dapat meningkatkan ketahanan Indonesia dan seluruh tumpah darah
terhadap bencana secara sistematik. Indonesia”, yakni memberikan
perlindungan terhadap kehidupan
dan penghidupan termasuk
• Lingkup Negara-Negara Asean perlindungan dari ancaman bencana
Pada lingkup negara-negara ASEAN dalam rangka mewujudkan
telah disepakati ASEAN Agreement on kesejahteraan umum yang kemudian
Disaster Management and diterjemahkan ke dalam pasal 12 dan
Emergency Response. 33 ayat 3. Berbagai undang-undang
atau pun peraturan telah ditetapkan
dalam upaya memberikan
• Rencana Aksi Beijing perlindungan kepada rakyat dari
Rencana Aksi Beijing (Beijing Action bencana seperti Undang-undang
Plan) merumuskan strategi dan pola Nomor 6 tahun 1974 tentang Pokok-
kemitraan dalam penanganan dan Pokok Kesejahteraan Sosial, Undang-
pengurangan bencana di kawasan undang Nomor 20 tahun 1982 tentang
Asia dengan melibatkan semua pihak Ketentuan Umum Pertahanan Dan
terkait. Selain menegaskan kembali Keamanan Negara, Undang-undang
komitmen terhadap pelaksanaan Nomor 4 tahun 1984 tentang Penyakit
Kerangka Aksi Hyogo, Rencana Aksi Menular, Undang-undang Nomor 32
Beijing juga menghasilkan tahun 1992 tentang Kesehatan,
kesepakatan bahwa semua negara Undang-undang Nomor 24 tahun 1992
di Asia diharapkan segera tentang Perencanaan Tata Ruang,
memprioritaskan penyusunan Undang-undang Nomor 23 tahun 1997
Rencana Aksi Nasional- tentang Pengelolaan Lingkungan
Penanggulangan Resiko Bencana Hidup, Undang-undang Nomor 41
(RAN-PRB). tahun 1999 tentang Kehutanan,
Undang-undang Nomor 22 tahun 2001
Kawasan Asia merupakan kawasan tentang Minyak dan Gas, Undang-
yang rawan bencana, baik bencana undang Nomor 2 tahun 2002 tentang
alam, wabah penyakit maupun Kepolisian, Undang-undang Nomor 3
bencana sosial. Untuk itu kerjasama

60
Potensi Bahan Gaalian dan Potensi Bencana Alam di Wilayah Sulawesi Tengah
(Irianto Uno)

tahun 2002 tentang Pertahanan sudah terupdate tidak terlalu ekstrim


Negara, Undang-undang Nomor 32 perbedaan antara sumber satu
tahun 2004 tentang Pemerintahan dengan yang lainnya. Update
Daerah, Undang-undang Nomor 7 manjadi sangat penting mengingat
tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, pengalaman selama ini menunjukkan
Peraturan Presiden Nomor 7 tahun bahwa data yang ada tidak sinkron
2005 tentang Rencana dengan kondisi nyata lapangan.
Pembangunan Jangka Menengah. Karenanya, pengganggaran setiap
Sesuai amanat kesepakatan- tahun harus dialokasikan khusus untuk
kesepakatan di tingkat internasional penyiapan database yang valid.
dan regional, pengurangan risiko
bencana wajib dijadikan salah satu
prioritas pembangunan nasional. 4. Penutup
Pemerintah Indonesia berkomitmen Provinsi Sulawesi Tengah sangat
untuk segera melaksanakan berpotensi dalam keterdapatan bahan
kesepakatan tersebut dengan galian baik bahan galian golongan A, B
memasukkan upaya pengurangan maun C. Namun konstribusi terhadap
risiko bencana ke dalam kerangka pendapatan daerah masih minim
pembangunan nasional, yang akan sehingga hal ini menjadikan tantangan
dituangkan dalam Rencana tersendiri yang membutuhkan perhatian
Pembangunan Jangka Menengah tidak saja bagi pemerintah tapi juga
dan Rencana Kerja Pemerintah. oleh kalangan akademisi.
Pembuatan dan Updating Peta Dalam hal pengurangan resiko
Rawan Bencana dan Lampirannya bencana, memperhatikan Landasan
Perencanaan pembangunan secara Global, Landasan Regional dan
integral sepatutnya sudah Landasan Nasional dalam Pengurangan
mengintegrasikan aspek lingkungan Resiko Bencana dalam kerangka
termasuk didalamnya aspek pembangunan nasional, sepatutnya hal
kerawanan terhadap bencana alam. ini memberikan pijakan sekaligus
Hal ini dimaksudkan agar kiranya hasil tantangan bagi Universitas Tadulako
pembangunan tidak bersifat merusak khususnya Fakultas Teknik dalam
atau menyebabkan degradasi mengimplementasikan strategi-strategi
lingkungan lainnya. Untuk tercapainya yang telah digariskan, diantaranya
maksud ini menjadi kebutuhan dengan melibatkan tenaga ahli dalam
penting tersedianya database berupa kegiatan-kegiatan pembangunan fisik
peta-peta yang menunjukan zonasi terutama yang rentan terhadap
kestabilan lereng ataupun peta-peta bencana alam, berperan dalam
sejenisnya yang pada intinya akan penentuan kebijakan pengembangan
menjadi dasar perencanaan perencanaan wilayah, memberikan
pembangunan. masukan dan solusi terhadap
Pengurangan resiko bencana atas penganggulangan permasalahan
dasar landasan internasional maupun bencana alam, bekerjasama dengan
nasional diatas seharusnya instansi terkait dalam melakukan
menginstruksikan bagi badan pemetaan dan update wilayah rawan
perencanaan, instansi ataupun bencana dan memberikan penyuluhan
lembaga terkait lainnya untuk terstruktur baik secara institusional
menyiapkan peta rawan bencana maupun bekerjasama dengan instansi
atau sejenisnya yang juga harus terkait.

61
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1, Pebruari 2010: 50 - 62

Tulisan ini dimuat untuk


mengingatkan kembali bahwa pada
dasarnya proses yang terjadi di bumi ini
disatu sisi memunculkan potensi sumber
daya dan di sisi lainnya dapat
menghadirkan potensi bencana. Ini
menyiratkan dibutuhkannya kearifan
dalam mengelola sumber daya alam
sambil dengan cermat memberikan
kepedulian terhadap lingkungan.

5. Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi
Tengah, 2007, Sulawesi Tengah
dalam Angka 2006/2007

BELLIER, O., et.al., 2001, High Slip Rate for


Low Seismicity along the Palu-
Koro Active Fault in Central
Sulawesi (Indonesia), Terra
Nona, Vol. 13 No. 6.
Kementerian Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Badan Koordinasi
Nasional Penanganan Bencana,
2006, Rencana Aksi Nasional
Pengurangan Resiko Bencana
2006-2009, Perum Percetakan
Negara RI.
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (LPEM-UI),
2004, Tinjauan dan Manfaat
Ekonomi Industri Tambang di
Indonesia, Seminar Sehari Kamar
Dagang dan Industri Indonesia.
SNI 19-6728.4-2002, Penyusunan Neraca
Sumberdaya, Sumber Daya
Mineral Spasial, Badan
Standarisasi Nasional.

62

Anda mungkin juga menyukai