HYDROCEPHALUS”
OLEH :
KELOMPOK 4
1. YUSTIKA CAHYATI
2. RISHA MULYANA PUJI A
Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah dan
InayahNya kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas kaislaman sampai
sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya yang begitu mulia yang
telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman Islamiyah.
Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“HYDROCEPHALUS”. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
Pembimbing, tidak lupa teman-teman yang senantiasa kami banggakan yang semoga
kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat berjuang dijalan Allah SWT.
Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami
mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya kami
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih terdapat
kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengetian .......................................................................................................... 5
B. Etiologi ............................................................................................................. 5
C. Klasifikasi Hidrodefalus................................................................................... 6
D. Manifestasi Klinis ............................................................................................ 6
E. Anatomi Fisiologi............................................................................................. 7
F. Patofisiologi ..................................................................................................... 9
G. komplikasi ........................................................................................................ 11
H. pemeriksaan penunjang .................................................................................... 11
I. Penatalaksanaan ............................................................................................... 12
J. Prognosis .......................................................................................................... 13
BAB III Asuhan keperawatan
A. Pengkajian ....................................................................................................... 14
B. Diagnosa ......................................................................................................... 15
C. Intervensi......................................................................................................... 16
D. Implementasi .................................................................................................. 17
E. Evaluasi ........................................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan
didalam otak (cairan serebro spinal). Penyakit ini juga dapat ditandai dengaan dilatasi
ventrikel serebra, biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur cairan
serebrospinal, dan disertai oleh penimbunan cairan serebrospinal didalam kranium; secara
tipikal, ditandai dengan pembesaran kepala, menonjolnya dahi, atrofi otak, deteriorasi mental,
dan kejang-kejang (Sudarti, 2010).
2.2 Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi (NANDA, NIC-
NOC, 2012) adalah:
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii
Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus
dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit
dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan
cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula
spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat
Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV
sehingga merupakan Krista yang besar di daerah losa posterior.
d. Kista Arachnoid
- Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
- Anomali pembuluh darah
- Infeksi
- Perdarahan
- Neoplasma
2.7 Phatway
2.8 Komplikasi
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian
(Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
2.10 Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining”
yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan
bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga
prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis
dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid
(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat
absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui
kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan
pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang
dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak
dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
g. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah
diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah
kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang
pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut,
dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala
dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga
tidak terlihat dari luar.
h. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan
jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi pintas /
“shunting“:
2.11 Prognosis
Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau
tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus
yang bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata). Prognosis
hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun tidak dramatis dengan
temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan meningggal karena
hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Sekitar 40% bayi yang bertahan
memiliki kecerdasan hamper normal. Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis
yang baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek
normal, dan sekitar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna. Prognosis bayi
hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk.
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulan gejala sisa, gangguan
neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak terapi, 50-70% akan meninggal
karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karenaa itu aspirasi
pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak
akan mencapai kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper, 2005).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Pengkajian
a. Anamnesa
Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
b. Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan
pupil, kontriksi penglihatan perifer.
c. Kaji Riwayat Perkembangan
Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis keras atau tidak. Apakah pernah
terjatuh dengan kepala terbentur.
d. Riwayat Biopsikososial Spiritual
- Tingkat perkembangan
- Mekanisme koping
- Pengalaman dirawat dirumah sakit
e. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
- Anak dapat melihat keatas atau tidak.
- Adanya Pembesaran kepala.
- Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat jelas.
2) Palpasi :
- Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
- Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata :
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
- Luas lapang pandang
- Konvergensi.
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
f. Pemeriksaan penunjang
a. CT-Scan
b. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolic
c. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala
d. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur
otak tanpa kena radiasi
g. Terapi
a. Terapi medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui
upaya mengurangi sekresi cairaan dari pleksus khoroid atau upaya
meningkatkan resorpsinya
Terapi diuretik:
a. Acetazolamide
b. Furosemide
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinalis dikarenakan adanya tekanan intrakranial yang meningkat. Hal ini
menyebabakan terjadinya pelebaran berbagai ruang tempat mengalirnya liquor.
Hidrosefalus terutama menyerang anak usia 0-2 tahun dengan penyebab utamanya
adalah kelainan kongenital,infeksi intrauterine, anoreksia, pendarahan intrakranial
akibat adanya trauma, meningoensefalitis bakterial dan viral, serta tumor atau kista
araknoid. Pada anak usia 2-10 tahun penyebab utamanya adalah tumor fossa posterior
dan stenosis akuaduktus, sedangkan pada usia dewasa penyebab utamanya adalah
meningitis, subaraknoid hemoragi, ruptur aneurisma, tumor, dan idiopatik.
3.2 Saran
Tindakan alternatif selain oprasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang
mengalami sumbatan didalam system vertikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik
semacam ini perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarti. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak Balita. Yogyakarta: Numed
Nanny Lia Dewi, Vivian.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta:Salemba
Medika