Inersia Uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Inersia uteri dibagi
menjadi 2 :
1. inersia uteri primer : terjadi pada awal fase laten dan apabila
sejak semula kekuatannya sudah lemah
2. inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif
His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin
sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit,
puskesmas atau ke dokter spesialis.
Intervensi ini bertujuan untu menunda kelahiran sampai bayi cukup matang.
Penundaan kelahiran ini dilakukan bila;
Ibu masuk rumah sakit (rawat inap), lakukan evaluasi terhadap his dan
pembukaan:
Berikan obat-obatan tidak lebih dari 48 jam. Monitor keadaan janin dan ibu
(nadi, tekanan darah, tanda distress nafas, kontraksi uterus, pengeluaran cairan
ketuban atau darah pervaginam, DJJ, balans cairan, gula darah)
Maintenance
ventolin per ora.
3x 4 mg/hari
paling sedikit 7
hari
Tokolisis
Suntikan dosis tunggal 0,25 mg turbatalin sulfat intravena atau subkutan yang
diberikan untuk melemaskan uterus dapat digunakan sebagai tindakan
sementara dalam penatalaksanaan pola frekuensi denyut jantung janin yang
tidak meyakinkan selama persalinan. Alasan tindakan ini bahwa inhibisi
kontraksi uterus dapat memperbaiki oksigenasi janin sehingga terjadi
resusitasi in utero. Tindakan resusitasi ini memperbaiki angka pH darah kulit
kepala janin walaupun semua wanita ini melahirkan seksio sesarea. Tokolisis
terbutalin memberikan hasil yang baik. Nitrogliserin intravena dalam dosis
kecil (60 sampai 180 mg)