Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

FISIKA TEKNIK

Oleh :

Andre Krismantoro 061640411919


Reviana Herezky Ningsih 061640411605
Safira Eva Ramadhana Salsabila 061640411606
Siti Nurhidayati 061640411607
Tamara Chosyatillah 061640411608
Tri Fitria Adi Kusuma 061640411609
Yella Ningtias 061640411610
Zella Astriyani 061640411611

Kelas/Kelompok : 1 EGB / III


Judul Praktikum : Voltameter Tembaga
Instruktur : Ahmad Zikri, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN (DIV) TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2016/2017
VOLTAMETER TEMBAGA

I. TUJUAN
 Memahami pemakaian alat amperemeter dan voltameter
 Memahami teori dan prinsip kerja dari amperemeter dan voltameter
 Melakukan penerapan amperemeter dan voltameter dengan larutan tembaga
sulfat

II. ALAT DAN BAHAN

- Voltameter tembaga yang terdiri dari sebuah bejana berisi larutan tembaga
sulfat (150 gr CuSO4 + 2 gr H2SO4 + 50 gr alkohol + 1 lier H2O). Di
dalamnya terdapat satu keping tembaga pada masing-masing tepinya dan satu
tembaga lagi di tengah-tengahnya.
- Amperemeter
- Tahanan geser
- Kabel penghubung
- Saklar

III. DASAR TEORI


Voltameter Tembaga merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besar
tegangan listrik dalam suatu rangkaian listrik. Alat ini terdiri dari tiga buah
lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam
sebuah tabung kaca atau plastik. Lempengan luar berperan sebagai anoda
sedangkan yang di tengah sebagai katoda. Umumnya tabung tersebut berukuran
15 x 10cm (tinggi x diameter). Tembaga memiliki berat jenis 8,93 gram/cm3, titik
cairnya : 1083 0C, mampu tariknya : 200 – 360 N/mm2, perpanjangan/regangan/ :
35 – 50 %, penyusutan dingin : 2%. Metal/logam dapat bertindak sebagai
konduktor listrik, akibat adanya pergerakan bebas dari elektron-elektron pada
strukturnya. Secara sederhana konduksinya disebut konduksi metalik.
Pada larutan elektrolit yang ada kecenderungan sebagai konduksi listrik. Jika
kedua elektrode dihubungkan dengan arus listrik searah (DC), maka ion-ion pada
larutan akan bergerak berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke
elektrode negatif, sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak kearah elektrode positif.
Pergerakan-pergerakan muatan ion dalam larutan akan membawa energi listrik.
Kondisi demikian ini disebut elektrolitik. Apabila ion-ion dalam larutan terkontak
dengan elektrode maka reaksi kimia akan terjadi. Pada katode akan mengalami
reduksi dan pada anoda akan mengalami oksidasi.

Sifat hantaran listrik zat cair dapat dibedakan


1. Isolator, misal : air murni, minyak, dll.
2. Larutan ion, misal :

a. mengalami perubahan kimia, misal : asam-basa, garam.

b. tidak mengalami perubahan kimia, misal : air raksa, logam cair.

Sesuai dengan tujuan percobaan ini, maka untuk menghitung arus, diperlukan
endapan logam di katoda. Maka, akan ditinjau aspek kuantitatif pada elektrolisis ini
dengan mengggunakan hukum Faraday, yaitu :
“ Dalam elektrolisis, lewatnya 1 Faraday pada rangkaian menyebabakan
oksidasi satu bobot ekivalen suatu zat pada satu elektrode dan reduksi satu bobot
ekivalen pada elektrode yang lain.”
Dan dinyatakan dalam rumus :

G=a.i.t

Dimana : G = jumlah endapan logam (gr)

a = ekivalen elektrokimia (gr/coloumb)

i = arus (Ampere)
t = waktu (detik)

Dengan “i . t” adalah jumlah arus yang akan disuplai, secara kuantitatif


dinyatakan sebagai 1 Faraday, sehingga sesuai pula dengan kuantitas satuan standar
kelistrikan yang menyatakan banyaknya elektron yang melewati elektrolit adalah
coloumb maka :
1 Faraday = 1 mol elektron = 96500 Coloumb

Sehingga rumus diatas menjadi :

G = a . i . t 96500

Karena larutan yang dipakai adalah dalam percobaan adalah CuSO4, maka
reaksi kimia yang terjadi bila terdapat arus listrik adalah :

CuSO4 --- > 2 Cu2+ + SO42-


Pada anoda : SO42- > 2 e + SO4
Pada katoda: Cu2+ + 2e > Cu

Artinya Cu2+ dari larutan garam bergerak menuju katoda dan anoda kehilangan
Cu2+ yang dipakai untuk menetralkan SO42-. Sesuai dengan reaksi diatas, dan definisi
ekivalensi elektrokimia, yaitu bobot zat yang diperlukan untuk memperoleh atau
melepaskan 1 mol elektron, maka harga elektrovalensi kimia untuk Cu dapat
ditentukan sebagai berikut:

Dari hukum Faraday, rumus untuk “a” adalah :

a = G / (i . t) ; dimana i . t adalah 1 Faraday


maka:
a = G / 1 Faraday = G / (96500 C)

Karena 1 mol Cu (63,5) gr menghasilkan 2 mol elektron, maka hanya


diperlukan 0,5 mol Cu (63,5/2) gr untuk menghasilkan 1 mol elektron. Sehingga
harga “a” untuk Cu dapat dicari :
a = G gr = 0,3294 mg / C
2. 96500 C

Setelah harga “a” diketahui maka harga i ditentukan berdasar persamaan :

i = G / (a . t) = G / (0,3294 . t), dengan :

G = dalam miligram
a = dalam miligram/C
t = dalam detik
i = dalam ampere
Dengan persamaan tersebut, akan dapat dihitung besarnya “i” sesungguhnya
yang nantinya akan dibandingkan dengan angka “i” pada amperemeter. Dengan
demikian, besarnya keseksamaan dari penunjukkan jarum amperemeter dengan
voltameter tembaga dapat diperhitungkan dengan ralat perhitungan.

Sifat Tembaga

Tembaga yang dikatakan murni sifatnya, yaitu lunak, liat, dan dapat
diregangkan atau mulur. Selain itu juga kemampuannya sebagai penghantar panas
dan penghantar listriknya tinggi, juga tahan korosi. Pada udara terbuka, tembaga
membentuk lapisan pelindung berwarna hijau dari Cu karbonat yang dikenal dengan
nama Platina. Tembaga bila berhubungan langsung dengan asam cuka, akan menjadi
terusi yang beracun.

Kemampuan untuk dikerjakan

Tembaga murni jelek untuk dicor, dimana dalam proses pengecoran, hasilnya
Porus. Akan tetapi apabila diberikan suatu tambahan yaitu dengan jumlah kurang
dari 1% bersama-sama akan memperbaiki sifat untuk mampu dicor. Tambahan-
tambahan tersebut antara lain: seng, mangan, timah putih, timah hitam, magnesium,
nikel, phospor, dan silisium.

Sebagai bahan setengah jadi, bahwa tembaga dapat dicor dalam suhu antara
0
800 - 900 C untuk dibuat blok, plat yang nantinya dilanjutkan proses rol atau
ditekan untuk dibuat batangan, profil atau pipa, dan lain sebagainya. Dan untuk
pengerjaan selanjutnya seperti proses dingin untuk dibuat atau dijadikan lembaran-
lembaran tipis (foil) sampai ketebalan 0,01 mm dan dibuat kawat sampai diameter
0,02 mm, akan tetapi dengan cara tersebut, tembaga akan menjadi keras dan rapuh.
Karena sifat mampu bentuknya baik sekali, tembaga dibuat bermacam-macam
kebutuhan barang-barang tempa maupun tekan (forming). Melalui proses pelunakan
ulang (soft anealing) pada temperatur antara 300 - 700 °C akan didapatkan sifat
seperti semula dan harga/nilai keregangannya kembali meningkat. Dan proses
terakhir pada quenching tidak akan kembali keras, melainkan menjadi bahan mampu
tempa.
Untuk pengerjaan yang berhubungan dengan panas yang berulang-ulang atau
untuk bagian yang dilas atau disolder, dapat menggunakan bermacam-macam bahan
tembaga, misalnya dari tembaga jenis bebas O2 yaitu SB-Cu atau SD-Cu,
bahanbahan tersebut baik dan lunak. Dan untuk penyolderan keras maupun
pengelasan tanpa gas lindung pun akan baik kemampuan lasnya. Pada pengerjaan
permesinan, misalnya : pembubutan, frais, bor atau shaping, dan sebagainya, bahwa
tembaga murni mempunyai tatal atau cip yang terlalu liat dan padat, dan dapat
merusak alat potongnya (cutter). Untuk itu pada alat potong untuk pengerjaan
tembaga, diberikan sudut pemotongan khusus dan menggunakan minyak tanah atau
oli bor emultion (dromus B) sebagai pelicin membantu pemotongan.

Penggunaannya

Tembaga pada umumnya digunakan sebagai bahan kebutuhan perlistrikan,


kawat tambahan solder, pipa-pipa pemanas atau pendingin, penutup atap, dan
khususnya digunakan sebagai bahan paduan maupun logam paduan.

IV. LANGKAH KERJA

1. Mengamplas logam Cu dan alumunium


2. Menimbang CuSO4 10 gr
3. Menimbang logam tembaga dan alumunium
4. Membuat larutan 200 ml aquades, CuSO4 10 gr, diaduk hingga larut
5. Mengelektrolisa 2 logam Cu menggunkan voltase 12
6. Mengukur arus selama 5 menit
7. Meniris logam tersebut dan dikeringkan di oven lalu ditimbang
8. Melakukan lagi langkah no 5 memakai tembaga dan alumunium selama 5
menit
9. Menghitung secara teori dan praktek
V. DATA PENGAMATAN
I G = G1 - G0
NnNo Keping t (jam) G0 (gram) G1 (gram)
(Ampere) (gram)

1 Tembaga 1A 0,05 jam 47,80 gr 47,86 gr 0,06 gr

2 Aluminium 1A 0,05 jam 7,68 gr 7,60 gr -0,08 gr

Tembaga
3 1A 0,05 jam 73,119 gr 73,132 gr 0,013 gr
(Anoda 1)
Tembaga
4 1A 0,05 jam 55,2651 gr 55,2732 gr 0,0081 gr
(Anoda 2)

VI. PERHITUNGAN

A. Tembaga

Dik I = 1 Ampere

t = 0,05 jam

G0 = 47,8 gram

G1 = 47,86

Penyelesaian

 Praktik Teori
G = G1 - G0 G = a.i.t
= 47,86 gr – 47,8 gr = 1,186 gr/amp.jam . 1 amp. 0,05 jam
= 0,06 gr = 0,0593 gr

𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = x 100 %
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
0,0593 −0,06
= x 100 %
0,0593

= 1,180 %
B. Tembaga (Anoda 1)
Dik I = 1 Amp
t = 0,05 jam
Go = 73,119 gr
G1 = 73,132 gr
Dit G ?

Penyelesaian

 Praktik Teori
G = G1 - G0 G = a.i.t
= 73,132 – 73,119 gr = 1,186 gr/amp.jam . 1 amp. 0,05 jam
= 0,013 gr = 0,0593 gr

C. Tembaga (Anoda 2)

Dik I = 1 Ampere

t = 0,05 jam

G0 = 55,2651 gram

G1 =55,2732 gram

Penyelesaian

 Praktik Teori
G = G1 - G0 G = a.i.t
= 55,2732 gr – 55,2651 gr = 1,186 gr/amp.jam . 1 amp. 0,05 jam
= 0,0081 gr = 0,0593 gr
VII. ANALISIS PERCOBAAN

Berdasarkan praktikum voltameter tembaga yang telah dilakukan, kami


melakukan proses elektrolisis yaitu perubahan dari energi listrik menjadi
energi kimia, dalam perhitungannya kami menentukan massa endapan logam
setelah dilakukan proses elektrolisis terhadap 2 keping logam, dimana telah
dilakukan dua kali percobaan pertama yang bertindak sebagai anoda yaitu
tembaga (Cu), sedangkan pada percobaan kedua yang bertindak sebagai
katoda yaitu aluminium.

Pada percobaan yang pertama, yang dilakukan, kepingan tembaga yang


bertindak sebagai katoda (-). Setiap tembaga yang bertindak sebagai anoda
dan kaatoda dihubungkan dengan catu daya dengan tegangan yang sama
yaitu 12 V, dengan arus yang terbentuk 1 A, dan jangka waktu selama 5
menit. Selama dialiri arus, terjadi proses penguraian/tergerus yang terdapat
di anoda, dan menempel pada katoda sehingga keping katoda mengalami
pertambahan massa, pada tembaga dimana yang berat awalnya (G0) = 47,80
gr dan G1 = 47,86 gr, sehingga jumlah massa endapan yang diperoleh sebesar
0,1 gr secara praktikum, sedangkan secara teori massa endapan yang
didapatkan yaitu 0,0593 gr dengan % kesalahan 1,18%.

Lalu percobaan kedua kamilakukan, yang menjadi katoda adalah keping


aluminium, tetepi pada percoabaan yang kedua ini terdapat kesalahan ketika
menghubungkan catu daya ke kepingan tembaga dan aluminium, karena
kesalahan ini menyebabkan tidak ada endapan yang menempel pada
aluminium, melainkan pada tembaga yang bertindak sebagai anoda, sehinnga
tembaga tergerus dan menyebabkan massa endapannya berkurang dimana
Go nya sebesar 7,68 gr, dan G1 sebesar 7,60 gram.
VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :


1. Endapan tidak akan terbentuk jika dialirkan arus bolak-balik (AC)
2. Ada beberapa hal yang mempengaruhi banyaknya endapan yang terbentuk
pada katoda, yaitu :
 Besarnya arus yang dialirkan dalam tembaga sulfat
 Lamanya waktu untuk mengalirkan arus kedalam larutan tembaga sulfat
 Nilai tara kimia listrik dan bahan itu sendiri
3. Semakin lama kita memberikan arus, maka endapan yang terbentuk juga akan
semakin banyak.
4. Arus dari anoda akan mengalirkan ke katoda dan mengendapkan logam
tembaga pada kutub katoda.
5. Dari percobaan yang telah dilakukan :
a. Keping tembaga b. Keping alumunium
G0 = 47,80 gr G0 = 7,68 gr

G1 = 47,86 gr G1 = 7,60 gr

Jumlah endapan secara praktikum = 0,6 gr


Jumlah endapan secara teori = 0,0593 gr
% kesalahan = 1,18%
c. Keping tembaga (Anoda 1)

G0 = 73,119 gr

G1 = 73,132 gr

Jumlah endapan secara praktikum = 0,013 gr


Jumlah endapan secara teori = 0,0593 gr
d. Keping tembaga (Anoda 2)
G0 = 55,2651 gr
G1 = 55,2732 gr
Jumlah endapan secara praktikum = 0,0081 gr
Jumlah endapan secara teori = 0,0593 gr
IX. PERTANYAAN

1. Buatlah grafik antara arus yang dihitung dengan arus yang dibaca pada
amperemeter
2. Menurut keadaan sebenarnya, makin besar arus semakin kecil kesalahannya.
Apakah ini terlihat pada hasil pengamatan anda? Berikan penjelasan tentang
hal ini. Berapa besar kesalahan yang ditimbulkan pada masing-masing
keadaan?
3. Berikan pendapat saudara apakah arus bolak-balik dapat digunakan untuk
percobaan ini? Jelaskan!

Jawab

2. Pada percobaan yang dilakukan tidak terlihat, karena dari kedua percobaan yang
dilakukan besar arus sama yaitu 1 Ampere sehingga tidak dapat membuktikan
bahwa semakin besar arus semakin kecil kesalahan. Pada percobaan pertama, %
kesalahan yanf didapat yaitu 1,186 % dimana jumlah endapan berdasarkan
praktek adalah 0,06 gr sedangkan jumlah endapan yang dihasilkan berdasarkan
teori adalah 0,0593 gr, dengan kuat arus 1 Ampere.

3. Elektrolisis dapat berlangsung dengan arus lisrik searah (DC), karena arus DC
mempunyai polaritas yang selalu sama (tetap) yaitu positif.dan negatif dimana
arus mengalir dari tegangan positif ke negatif, sehingga pergerakan-pergerakan
muatan ion dalam sistem tetap. Artinya ion-ion positiff akn bergerak ke negatif,
dan sebaliknya ion negatif akan bergerak ke positif. Berbeda dengan arus AC
atau biasa disebut tegangan bolak-balik mempunyai dua polaritas yang selalu
berubah dari negatif ke positif, dan sebaliknya dimana perubahan terjadi 50 kali
dalamsatu detik. Hal ini menyebabkan pergerakan-pergerakan muaatan ion
dalam sistem tidak stabil. Katoda bersifat negatif, namun sewaktu-waktu dapat
bersifat positif, begitu pula dengan anoda. Akibatnya tidak akan terbentuk
endapan Cu pada katoda, karena reaksi yang terjadi berubah-ubah antara reduksi
dan oksidasi.
X. DAFTAR PUSTAKA

 Jobsheet Penuntun Praktikum Fisika Teknik Politeknik Negeri Sriwijaya


 Halliday Resstuf, FISIKA I, Edisi 3, Terjemahan Pantur Silatan
 Willey John, Physical Chemistry, Forth edition, New York
XI. GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Spatula Kaca Arloji

Pipet tetes Batang pengaduk

Power Suply Neraca analitis

Anda mungkin juga menyukai