Anda di halaman 1dari 30

asuhan keperawatan pada pasien leukemia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer,
2002). Penyakit ini merupakan penyakit darah dan organ-organ yang disebabkan karna
pertumbuhan yang subur atau proliferasi sel-sel darah putih yang imatur sehingga
mempengaruhi produksi sel-sel darah merah lainnya.
Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada tempat produksi sel darah yaitu
pada sum-sum tulang, dimana sum-sum tulang bekerja aktif dalam memproduksi sel-sel
darah tapi sel darah yang diproduksi adalah sel-sel darah yang tidak normal sedangkan
produksi sel-sel darah normal terhambat.
Untuk itu, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan-pelayanan kesehatan
yang optimal sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan pasien. Misalnya,
memantau kondisi pasien dan juga menjauhkan pasien dari hal-hal yang dapat membuat
penyakit leukemia yang pasien derita bertambah parah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan leukemia?
2. Apa saja manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia?
3. Apa patofisiologi dari leukemia?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan bagi pasien leukemia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan pemahaman tentang leukemia.
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia.
3. Untuk memahami patofisiologi dari leukemia.
4. Untuk memahami asuhan keperawatan bagi pasien leukemia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Organ


Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cairan yang terdapat dalam
pembuluh darah, dan termasuk dalam sistem hematologi. Jumlah darah setiap individu
berbeda-beda tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah.
Normalnya pada orang sehat 1/13 dari berat badan atau 4 sampai 5 Liter. Darah berfungsi
sebagai alat pengangkut dan sebagai pertahanan tubuh serta penyebar panas keseluruh tubuh.
Darah mengandung:
1. Air 91%
2. Protein 8% (Albumin, Globulin, Protombin dan Fibrinogen)
3. Mineral 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt, Magnesium dan
Asam Amino)
Darah itu sendiri terbagi atas :
 Eritrosit
Merupakan sel darah merah yang berbentuk cakram bikonkaf dan tidak berinti.
Normalnya 5.000/mm3 darah. Eritrosit ini mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin
(Hb). Hb normal wanita 11,5 mg% dan Hb normal laki_laki 13 mg%. Eritrosit berfungsi
sebagai pengikat oksigen dari paru-paru lalu diedarkan keseluruh tubuh dan mengikat
CO2 dari jaringan tubuh lalu dikeluarkan malalui paru-paru.
 Leukosit
Leukosit merupakan sel darah putih yang terbagi atas dua kategori : granolosit
sebanyak 60% san sel mononuklear (agranosit) sebanyak 40%. Leukosit memiliki inti dan
bentuk yang berubah-ubah. Leukosit berfungsi sebagai pertahan tubuh terhadap benda asing
yang menyerang tubuh. Contoh infasi bakteri
Normal leukosit : 5.000-10.000 mm3
 Trombosit
Trombosit merupakan partikel-partikel kecil yang bermacam-macam, ada bulat dan
lonjong. Trombosit berwarna putih. Jumlah normalnya 150.000 – 450.000/mm3. Leukosit
berfungsi sebagai pengontrol pendarahan. Contoh: dalam pembekuan darah

2.2 Landasan Teoritis Penyakit


A. Definisi
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002).
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief
Mansjoer, dkk, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel – sel pembentuk darah dalam sum
– sum tulang dan limfa nadi. (Reeves, 2001)
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum – sum tulang
yang ditandai oleh proliferasi sel – sel darah putih dengan manifestasi adanya sel – sel
abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leokosit.
Leukosit dalam darah berfloreferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinya
pun menjadi normal. Oleh karena proses tersebut fungsi – fungsi lain dari sel darah merah
normal terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik.
(Bambang Permono, 2005)
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan yang sangat cepat
(poliferasi) sel darah putih yang abnormal pada jaringan pembentuk darah.

Klasifikasi Leukemia
Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel
limfoid, maka disebut leukemia limfositik.Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel
mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.

1. Leukemia Mielogenosa Akut


AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik
yang paling sering terjadi.
2. Leukemia MielogenosaKronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih
banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.CML jarang
menyerang individu di bawah 20 tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi
tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak,
laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik
atau penanganan penyakit lain.

B. Etiologi
Secara pasti penyebat dari penyakit leukemia belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor prediosposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia (Suriadi & Rita Yuliani,
2001), yaitu :
a. Faktor genetik, dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot.
b. Faktor lingkungan, berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai menifestasi leukemia
timbul bertahun – tahun kemudian.
c. Zat kimia, misalnya benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti neoplastik.
d. Agen virus, HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia.
e. Obat – obatan imunosupresif, obat anti kanker, obat – obatan kardiogenik seperti
diethylstilbestrol
f. Neoplasma
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel
yang tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi organ. Selain dari itu kelainan
sum – sum kronis dapat berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya
polisefemia vera, mielosklerosis atau anemia plastik.
g. Kelainan kromosom, misalnya pada sindrom down.

C. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala


Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia menurut Suriadi &
Rita Yuliani (2001) adalah sebagai berikut :
a. Pilek tidak sembuh – sembuh
b. Demam dan anorexia
c. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
d. Berat badan menurun
e. Ptechiae, memar tanpa sebab
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen
h. Lumphedenopathy
i. Hepatosplenomegaly
j. Abnormal WBC
Manifestasi klinik lainnya, yaitu:
1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum
tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi
hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita
leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.

2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi


Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan
daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh
tidak dapat bekerja secara optimal.

3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa
seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia.
Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit
sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.

4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.

5. Penurunan nafsu makan

6. Kelemahan dan kelelahan fisik

D. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


Menurut Ngastiyah, (1987) pemeriksaan yang dilakukan pada penderita leukemia
adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum – sum tulang
yaitu adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang menyebabkan gambaran darah tepi
terdapat sel blas yang merupakan gejala patonomenik untuk leukemia.
b. Kimia Darah
Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol rendah, asam urat dapat
meningkat dan hipogamaglobinemia.
c. Sum – sum Tulang
Dari pemeriksaan sum – sum tulang dapat ditemukan gambaran yang hanya terdiri dari sel
limfopeutik patologis. Pada LMA selain gambaran tersebut terdapat pula adanya liatus
leukemia yaitu keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segment) dan
sangat kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost, mielosil,
metamielosit dan sel batang).
2. Biopsi Limpa
Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit normal, RES, Granulosit, pulp cell.
3. Cairan Serebropinalis
Leukemia Meningeal terjadi jika terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein.
4. Sistogenik
Dari pemeriksaan sistogenik 70 – 90 % dari kasus leukemia menunjukkan adanya kelainan
kromosom yaitu pada kromosom 21.
Pemeriksaan pada penderita leukemia menurut Betz, Cecily L (2002), yaitu :
a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih
dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung
darah lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia normositik.
b. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
c. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
d. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
e. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
f. PTT : memanjang
g. LDH : mungkin meningkat
h. Asam urat serum : mungkin meningkat
i. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
j. Copper serum : meningkat
k. Zink serum : menurun
l. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
m. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
n. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
o. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
p. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
q. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
r. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.

E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil
jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan
jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui
intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan
hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan
atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang
terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan
sementara atau dosis obat dikurangi.

4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
 Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila
terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan
transfusi trombosit.
 Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya
tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
 Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi
sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat
mengurangi gejala-gajala yang tampak.
 Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak
diri lagi.
 Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien
dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus
menerus.

5. Penggunaan obat tradisional yaitu perpaduan antara buah mahkota dewa, sambiloto, daun
pegagan dan buah mengkudu.

F. Komplikasi
Penyakit leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
1. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka anemia
dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut. Proses terapi
Leukemia juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
2. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah
(trombositopenia) pada keadaan Leukemia dapat mengganggu proses hemostasis.
Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi,
ptechiae, dan hematom.
3. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau
sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit
abnormal yang berkembang pesat.
4. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi
saat keadaan leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa
bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
5. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien dengan
kasus leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan,
kadar trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot
yang abnormal dan mengakibatkan stroke.
6. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal,
tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan leukemia juga dapat
menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
7. Kematian.

G. WOC (terlampir)

2.3 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
a. Data biografi pasien

Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia
lebih dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.

b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien biasanya lemah,
lelah,wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda
anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Adanya tanda-tanda leucopenia yaitu
demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopeniayaitu ptechiae, purpura,
perdarahan membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu
limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji
adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang mengalami gangguan
hematologis serta adanya faktor herediter misal kembar monozigot.

c. Pemerikasaan Fisik

1. Keadaan Umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat composmentis
selama belum terjadi komplikasi.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)
Nadi :
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
3. Pemeriksaan fisik head to toe
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak. Biasanya pada penderita
leukemia betuk kepala simetris.
Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna, hygiene
Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada penderita tidak ada nyeri
tekan.
b. Pemeriksaan mata
Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan konjungtiva yang
anemis.
Sclera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat tidak ikterik.
c. Pemeriksaan hidung
Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya polip. Penderita
leukemia memiliki pemeriksaan hidung yang normal.
d. Pemeriksaan mulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ), perdarahan gusi.
Biasa papa penderita leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut – sudut bibir pecah – pecah.
e. Pemeriksaan telinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi pendengaran
dan keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat
normal.
f. Pemeriksaan leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.
Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer tiroid.
g. Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada penderita leukemia, iktus
terlihat
Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
Perkusi : tentukan batas jantung.
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
Paru – paru
Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya normal.
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi :
Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
h. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi, dsb.
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya terdapat nyeri
tekan, dan hepar akan teraba.
Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
i. Pemeriksaan Ekstremitas
inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan bawah. Biasanya
pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang dan persendian.

d. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih
dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung
darah lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
e. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
- Mengkaji kesehatan klien secara umum.
- Menanyakan alasan klien datang ke RS dan harapannya.
- Mengkaji gambaran/pandangan klien terhadap sakit dan cara penangannya.
- Kepatuhan terhadap obat.
- Mengkaji riwayat kesehatan keluarga klien.
- Mengkaji tindakan dalam menjaga kesehatan.

2. Nutrisi dan Metabolik


- Mengkaji intake makanan dan cairan klien.
- Mengkaji gambaran komposisi makan.
- Mengkaji nafsu makan, dan factor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan.
- Mangkaji makanan kesukaan, pantangan atau alergi yang ada.
- Mengkaji apakah menggunakan suplemen makanan.
- Mengkaji apakah menggunakan obat diet tertentu.
- Mengkaji perubahan berat badan yang terjadi.
Biasanya klien dengan leukemia mengalami penurunan nafsu makan, sehingga berat
badannya juga menurun.

3. Eliminasi
- Mengkaji pola miksi yang meliputi: frekuensi, warna, dan bau.
- Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine.
- Mengkaji apakah menggunakan alat bantu untuk berkemih.
- Mengkaji pola defekasi yang meliputi : frekuensi, warna,dan karakteristiknya.
- Apakah menggunakan alat bantu untuk defekasi.
- Mengkaji pengeluaran melalui IWL .

4. Aktivitas dan Latihan


- Mengkaji gambaran aktivitas sehari-hari klien sebelum dan sesudah merasakan sakit.
- Pola olahraga yang biasa dilakukan.
- Mengkaji aktivitas yang dilakukan waktu senggang.
Biasanya klien mengalami kelelahan, dan tidak dapat beraktivitas dengan baik.

5. Tidur dan Istirahat


- Mengkaji pola tidur klien yang meliputi lama waktu tidur, dan keefektifan.
- Mengkaji apakah mempunyai kebiasaan sebelum tidur.
- Menanyakan apakah mengalami kesulitan dalam tidur.
- Mengkaji kebiasaan jam berapa tidur dan bangun klien.
Biasanya tidur klien terganggu karena penyakit yang dideritanya.
6. Kognitif dan Persepsi
- Mengkaji kemampuan membaca, menulis dan mendengar klien.
- Menanyakan pada klien atau keluarga apakah mengalami kesulitan dalam mendengar.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu lihat atau dengar.
- Mengkaji apakah ada keluhan pusing atau sebagainya.
Biasanya klien sering mengalami pusing.
7. Persepsi Diri- Konsep Diri
- Mengkaji bagaimana gambaran diri klien.
- Mengkaji apakah sakit yang ia alami mengubah gambaran diri klien.
- Hal-hal apa saja yang membebani pikiran klien.
- Mengkaji apakah klien sering merasa cemas, depresi, dan takut.
Biasanya klien merasa cemas dan takut jika penyakitnya tidak bisa disembuhkan.
8. Peran – Hubungan
- Mengkaji pekerjaan klien.
- Apakah hubungan yang dijalin klien dengan rekan kerja, keluarga dan lingkungan sekitar
berjalan dengan baik.
- Apa yang menjadi peran klien dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana penyelesaian konflik dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana keadaan ekomoni klien.
- Apakah dalam lingkungan klien mengikuti kegiatan social.

9. Seksualitas dan Reproduksi


- Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan pasangan.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu atau alat pelindung saat melakukan
hubungan seks.
- Mengkaji apakah terdapat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan seks.
Biasanya pada wanita, siklus menstruasinya tidak teratur, karena terjadinya perdarahan.
10. Koping – Toleransi Stress
- Mengkaji apa yang menjadi visi klien kedepan.
- Mengkaji apakah klien biasa mendapatkan apa yang diinginkannya.
- Mengkaji sejauh mana klien harus berusaha untuk mendaptkan apa yang diinginkan.
- Mengkaji bagaimana penanganan klien tentang stress yang mungkin ia hadapi.

11. Nilai- Kepercayaan


- Mengkaji agama klien.
- Sejauh mana ia taat pada agama yang ia anut.
- Mengkaji sejauh mana agama/ nilai yang ia percayai mempengaruhi kehidupannya.
- Mengkaji apakah agama atau nilai kepercayaan merupakan hal yang penting dalam
kehidupan klien.
Perumusan NANDA, NOC, NIC
No. Diagnosa (NANDA) Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Resiko infeksi b.d Status imun Manajemen lingkungan
penurunan sistem Klien diharapkan mampu: Intervensi yang dilakukan :
kekebalan tubuh  Tidak adanya 
infeksi Ciptakan lingkungan yang
berulang aman untuk pasien.
 Tidak adanya tumor  Identifikasi kebutuhan
 Status pencernaan dari skala keamanan pasien, berdasarkan
yang diharapkan tingkat fisik, dan fungsi
 Status pernapasan dari skala kognitif dan pengalaman masa
yang diharapkan lalu.
 Berat badan dalam batas  Hindari lingkungan yang
normal berbahaya (ex : permadani
 Suhu tubuh normal lepas dan kecil, perabotan
 Tidak adanya kelelahan rumah yang dapat dipindah-
secara terus menerus pindahkan).
 
Jumlah sel darah putih Hindari objek yang berbahaya
dalam batas normal dari lingkungan.
Status nitrusi  Usaha perlindungan dengan
Klien diharapkan mampu pinggir jeruji/pinggir lapisan
menormalkan: jeruji, dengan tepat.
 Pemasukan nutrisi  Dampingi pasien selama
 Pemasukan makanan dan aktivitas di luar bangsal.
cairan  Atur tinggi rendahnya tempat
 Energi tidur.
 Masa tubuh  Sediakan peralatan yang
 Berat badan adaptif (ex : tangga yang dapat
disandarkan dan susuran
tangan), dengan tepat.
 Tempatkan furniture dalam
ruangan dengan susunan yang
tepat.
 Sediakan tabung panjang
untuk membuat gerakan lebih
leluasa.
 Tempatkan objek yang
digunakan dalam batas
jangkauan.
 Sediakan kamar untuk 1
orang.
 Sediakan tempat tidur yang
bersih dan nyaman.
 Sediakan tempat tidur yang
kokoh/kuat.
 Tempatkan perubahan posisi
tempat tidur dalam kondisi
yang mudah dijangkau.
 Kurangi rangsangan dari
lingkungan.
 Hindari pencahayaan yang
tidak penting, sirkulasi udara,
keadaan yang terlalu panas,
ataupun dingin.
 Atur suhu lingkungan sesuai
kebutuhan pasien, jika suhu
tubuhnya berubah.
 Kontrol/cegah bising yang
berlebihan, bila
memungkinkan.
 Kontrol pencahayaan untuk
manfaat terapeutik.
 Batasi jumlah pengunjung.
 Batasi kunjungan secara
personal kepada pasien,
keluarga, kebutuhan penting
lainnya.
 Lakukan rutinitas sehari-hari
sesuai kebutuhan pasien.
Manajemen nutrisi
Intervensi yang dilakukan :
 Tanyakan apakah pasien
mempunyai alergi terhadap
makanan.
 Pastikan makanan kesukaan
pasien.
 Dorong kenaikan pemasukan
zat besi makanan, dengan
tepat.
 Dorong kenaikan pemasukan
protein, zat besi, vitamin C,
dengan tepat.
 Berikan pasien dengan protein
tinggi, kalori tinggi, nutrisi
makanan cemilan dan
minuman itu bisa dengan
mudah mengonsumsi denagn
tepat.
 Ajarkan pasien bagaimana
menafkahkan buku harian
makanan, sesuai dengan
kebutuhan.
 Kontrol catatan pemasukan
untuk kandungan nutrisi dan
kalori.

2. Resiko perdarahan b.d Pembekuan darah Pencegahan perdarahan


trombositopenia Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan :
menormalkan :  Monitor kemungkinan
 Gumpalan pembentukan terjadinya perdarahan pada
 Waktu protrombin pasien
 Hb  Catat kadar HB dan Ht setelah
 Perdarahan pasien mengalami kehilangan
 Memar banyak darah
 Petechiae  Pantau gejala dan tanda
timbulnya perdarahan yang
berkelanjutan 9cek sekresi
pasien baik yang terlihat
maupun yang tidak disadari
perawat)
 Pantau factor koagulasi,
termasuk protrombin (Pt),
waktu paruh tromboplastin
(PTT), fibrinogen, degradasi
fibrin, dan kadar platelet dalam
darah)
 Pantau tanda-tanda vital,
osmotic, termasuk TD
 Atur pasien agar pasien tetap
bed rest juka masih ada
indikasi pendarahan
 Atur kepatenan/ kualitas
produk / alat yang
berhubungan dengan
perdarahan
 Lindungai pasien dari hal-hal
yang menimbulkan trauma dan
bias menimbulkan perdarahan
 Jangan lakukan injeksi
 Gunakan sikat gigi yang
lembut untuk perawatan oral
pasien
 Gunakan alat ukur elektrik
yang memiliki pinggiran tepi
saat pasien mencukur
 Hindari tindakan invasive
 Cegah memasukkan sesuatu
kedalam lubang daerah yang
mengalami perdarahan
 Hindari pengukuran suhu
secar rectal
 Jauhkan alat-alat berat
disekitar pasien
 Instruksikan pasien untuk
menghindari/ menjauhi aspirasi
atau anti koagulan yang lain
 Instruksikan pasien untuk
menghindar aspirin/
antikoagulan yang lain
 Instruksikan pasien untuk
emngkonsumsi makanan yang
mengandung vit K
 Cegah terjadi konstipasi
 Ajarkan pasien dan keluarga
untuk mengenali tanda-gejala
terjadinya perdarahan dan
tindakan pertama untuk
penanganan selama perdarahan
berlangsung

3. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Terapi aktivitas


b.d kelemahan umum Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
(anemia) untuk menormalkan:  Kolaborasi dengan terapis
 Saturasi oksigen ketika dalam merncanakan dan
beraktivitas memonitor program aktivitas
 Denyut nadi 
ketika Tingkatkan komitmen pasien
beraktivitas dalam beraktivitas
 Laju pernapasan ketika  Bantu mengekplorasi aktivitas
beraktivitas yang bemanfaat bagi pasien
 Tekanan darah sistolik  Bantu mengidentifikasi
 Tekanan darah diastolic sumberdaya yang dimiliki
 Pemeriksaan EKG dalam beraktivitas
 Warna kulit  Bantu pasien/keluarga dalam
 Kekuatan tubuh atas beradaptasi dengan lingkungan
 Kekuatan tubuh bawah  Bantu menyusun aktivitas
Daya tahan fisik
Klien diharapkan mampu  Pastikan lingkungan aman
untuk menormalkan: untuk pergerakan otot
 Kinerja dari rutinitas  Jelaskan aktivitas motorik
 Aktivitas untuk meningkatkan tonus otot
 Konsentrasi  Berikan reinforcemen positif
 Kepulihan energy setelah selama beraktivitas
beraktivitas  Monitor respon emosional,
 Tingkat oksigen darah fisik, sosial dan spiritual
Tingkat kegelisahan Manajemen energy
Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan
untuk menormalkan:  Tentukan pembatasan
 Nyeri aktivitas fisik pasien
 Cemas  Jelaskan tanda yang
 Mengerang menyebabkan kelemahan
 Stress  Jelaskan penyebab kelemahan
 Takut  Jelaskan apa dan bagaimana
 Kegelisahan aktivitas yang dibutuhkan
 Nyeri otot untuk membangun energi
 Meringis  Monitor intake nutrisi yang
 Sesak nafas adekuat
 Mual  Monitor respon
 Muntah kardiorespirasi selama aktivitas
 Monitor pola tidur
 Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
 Batasi stimulus lingkungan
 Anjurkan bedrest
 Lakukan ROM aktif/pasif
 Bantu pasien membuat jadwal
istirahat
 Monitor efek obat stimulan
dan depresan
 Monitor respon oksigenasi
pasien

4. Nyeri b.d agen cedera Tingkat Kecemasan : Mengurangi rasa cemas:


biologis (efek Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
fisiologis dari untuk :  Tenangkan klien dan
leukemia)  Menghindari perasaan melakukan pendekatan.
gelisah.  Kaji perspektif situasi stress
 Menghindari serangan panik klien.
 Menghindari Rasa cemas  Berikan informasi faktual
yang berlebihan. mengenai diagnosis, terapi, dan
 Mengontrol tekanan darah. prognosis.
 Mengontrol 
peningkatan Bantu pasien untuk untuk
denyut nadi. meminimalisir rasa cemas yang
 Mengontrol peningkatan timbul.
jumlah pernafasan.  Kaji tanda-tanda kecemasan
 Menghindari hal-hal yang baik secara verbal maupun non
bisa mengganggu tidur. verbal.
Tingkatan nyeri Menajemen nyeri
Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
untuk:  Ajarkan klien tentang
 Mengendalikan rasa nyeri. bagaimana cara mengontrol
 Mengontrol diri dari rasa nyeri.
kehilangan nafsu makan.  Ajarkan klien teknik-teknik
relaksasi.
 Ajarkan klien bagaimana cara
menghindari diri dari rasa
cemas.
5. Ketidakseimbangan Status Nutrisi Mengontrol nafsu makan:
nutrisi kurang dari Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukuan:
kebutuhan tubuh b.d untuk menormalkan:  Anjurkan asupan kalori yang
faktor  Pemasukan nutrisi
biologi sesuai dengan kebutuhan dan
(anoreksia)  Pemasukan makanan gaya hidup.
 Pemasukan cairan  Kontrol asupan nutrisi dan
 Energy kalori.
 Berat badan  Anjurkan kepada klien untuk
 Tonus otot mengkonsumsi nutrisi yang
 Hidrasi cukup.
Pengontrolan nutrisi
Nafsu makan Intervensi yang dilakukuan:
Klien diharapkan mampu  Tanyakan apakah pasien
untuk menormalkan: mempunyai alergi terhadap
 Menyeimbangkan nafsu makanan
makan  Tentukan makanan pilihan
 Menyeimbangkan Pasokan pasien
cairan tubuh  Tentukan jumlah kalori dan
 Menyeimbangkan Pasokan jenis zat makanan yang
nutrisi tubuh diperlukan untuk memenuhi
Weight gain behavior : nutrisi, ketika berkolaborasi
Klien diharapkan mampu : dengan ahli makanan, jika
 Mengidentifikasi penyebab diperlukan
kehilangan berat badan  Tunjukkan intake kalori yang
 Memilih sebuah target sehat tepat sesuai tipe tubuh dan
berat badan. gaya hidup
 Mengidentifikasi  Timbang berat badan pasien
pemasukan kalori pad jarak waktu yang tepat
 Memilihara suplai nutrisi Terapi Nutrisi
makanan dan minuman yg Intervensi yang dilakukan :
adekuat  Monitor pemasukan cairan
 Meningkatkan nafsu makan dan makanan dan menghitung
pemasukan kalori sehari-hari
 Bantu pasien membentuk
posisi duduk yang benar
sebelum makan
 Ajarkan pasien dan kelurga
tentang memilih makanan
6. Kerusakan integritas Intregitas jaringan : kulit dan Pengawasan kulit
kulit b.d zat kimia membran mukosa Intervensi yang dilakukan:
(kemoterapi, Klien diharapkan mampu  Amati warna kulit, kehangatan
radioterapi) menormalkan : (suhu), bengkak, getaran,
 Temperatur tekstur kulit, udem.
 Sensasi  Pantau area yang tidak
 Elastisitas berwarna dan memar kulit
 Pigmentasi serta membran mukosa.
 Warna  Pantau kelainan kekeringan
 Ketebalan dan kelembaban kulit.
 Jaringan bebas lesi.  Catat perubahan kulit atau
membran mukosa.
 Periksa keketatan pakaian.
 Pantau warna kulit.
 Pantau suhu kulit.
 Instruksikan anggota keluarga
/ pemberi perawatan tentang
tanda – tanda dari kerusakan
kulit.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. S datang ke rumah sakit M. Djamil Padang Tanggal 11 januari 2013 dengan
keluhan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu dan badan terasa lemas. Klien pingsan setelah
beberapa saat , sampai ke tempat klien bekerja dan di bawa ke rumah sakit RSUD
Payakumbuh. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium didapat Hb 8 gr/dl, trombosit
11.000 /mm3 , leukosit 8.000 / mm3. Sehingga mendapatkan transfusi PRC 2 Kholf dan
trombosit 3 Khloft. Namun hasil lab tidak menunjukkan perubahan yang membaik, setelah 3
hari dirawat klien dirujuk ke RSUP M. Djamil untuk dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi
dan rawatan lebih lanjut.

3.1 Data Klinis


Nama : Ny. S
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : DIII radioteraphy
Pekerjaan : PNS diinstitusi kesehatan bagian radiologi
Alamat : Jln. Gajah V, No. 16 A, Padang
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Minang
Penanggung Jawab : TN. ab (suami)
TB : 160 cm
BB : 45kg
Datang ke RS : 11 januari 2013
Ruang : UGD
No. Registrasi : 804548

Alasan masuk rumah sakit :


Ny. S masuk rumah sakit M. Djamil Padang dengan keluhan sesak nafas sejak 4 hari yang
lalu dan badan terasa lemah, sebelumnya klien pingsan di temapt kerja.

3.2 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Ny. S ( 25th ) datang ke UGD RS M Djamil Padang dengan keluhan badan terasa lemas,
sering pingsan dan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu. Tanda – tanda vital Ny. S, RR= 26
x/menit, HR = 100 x/menit, suhu = 370 C, TD = 90/60 mmHg. Saat pengkajian klien
mengaku, nafsu makannya menurun, terkadang mual dan muntah. Selain itu klien juga
mengaku ada merasakan nyeri tulang. Klien tampak pucat.
 Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya, Ny. S pernah dirawat dengan diagnosa anemia. Klien sering merasa lemas dan
lesu disaat bekerja dan serta pernah pingsan saat bekerja. Klien juga mengatakan sebelumnya
tidak pernah menderita penyakit ginjal, DM, dan hipertensi.
 Riwayat kesehatan keluarga
Dari riwayat kesehatan sebelumnya, Keluarga Ny. S tidak ada yang menderita penyakit yang
sama dengan klien, namun klien memiliki kembaran dan sudah meninggal 5 tahun yang lalu
akibat kecelakaan.
b. Pemeriksaan Fisik
Vital sign
TB : 160 cm
BB : 45 kg
BMI : 17,6
RR : 26 x/menit
TD : 90/60 mmHg
HR : 100 x/menit
0
Suhu : 36,5 C

 Pemeriksaan kepala
Inspeksi :
Bentuk : simetris
Rambut: warna rambut hitam tetapi kasar, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe
Palpasi: tidak terdapat benjolan, dan nyeri tekan
 Pemeriksaan mata
Inspeksi
Palpebra: simetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : anemis
Sclera : tidak ikterik.
 Pemeriksaan hidung
Inskpeksi: bentuk hidung simetris, tidak terdapat kelainan, tidak ada polip maupun
peradangan, tidak ada sekret.
Palpasi :ntidak terdapat nyeri tekan.
 Pemeriksaan mulut
Inspeksi : simetris, bibir pucat, sudut bibir pecah – pecah, gusi berdarah.
 Pemeriksaan telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, sirumen dalam batas normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Fungsi pendengaran normal.
 Pemeriksaan leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening
Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.
j. Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat
Palpasi : iktus teraba.
Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal.
Paru – paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler.
k. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi.
Auskultasi : bising usus normal 15 x / menit.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
l. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep dan trisep
baik. Terdapat memar dan bercak – bercak hitam kebiruan di tangan kiri
Ekstremitas bawah : pergerakan lemah, reflek patelanya baik.
Nyeri di persendian dan tulang.
c. Pemeriksaan Labor
 Hemoglobin : 8 gram / dl (rendah)
 Leukosit : 8.000 / mm3 (normal)
 Trombosit : 11.000 / mm3 (rendah)

2. Pola Fungsional Gordon

1. Persepsi dan Management Kesehatan


Ny. S datang ke Rsup. M. Djamil Padang dengan keluhan badan terasa lemas dan
sesak nafas sejak 4 hari yang lalu. Kilen juga mengaku sering pusing dan sakit kepala. Kilen
berharap agar ia bisa cepat sembuh dengan berbagai pengobatan dan perawatan yang
diberikan oleh rumah sakit. Klien menduga penyakit yang dideritanya ada hubungan nya
dengan anemia yang dideritanya beberapa tahun lalu. Klien telah mendapat transfusi PRC 2
Kholf dan trombosit 3 kholf.
2. Nutrisi-Metabolik
Ny. S mengaku akhir - akhir ini nafsu makannya menurun dan sering mual serta
muntah. Dalam sehari, Ny. S mengaku hanya menghabiskan sepertiga dari porsi makan yang
biasanya. Semenjak sakit, klien mengalami penurunan berat badan 2 kg sejak satu bulan
terakhir. Saat ini klien mendapatkan asupan nutrisi berupa NaCl 0,9%.
3. Eliminasi
Ny. S memiliki kebiasaan buang air besar sehari-hari normal dan tidak merasakan
keluhan nyeri. BAK klien juga normal.
4. Aktivitas dan Latihan
Ny. S dalam kesehariannya merupakan PNS di salah satu institusi kesehatan. Klien
mudah merasa letih dan lemas. Pada saat bekerja klien mengaku kelelahan dan terkadang
sesak nafas, ini terjadi karena Hb klien rendah. Untuk mengurangi hal tersebut Ny. S
berbaring dan beristirahat total. Hal ini menyebabkan tingkat aktivitas klien menurun.

5. Istirahat dan tidur


Ny. S tidur rata-rata 7 jam setiap harinya. Namun semenjak sakit, jam tidur klien
berkurang karena klien sering merasakan sesak nafas disertai dengan mual dan muntah,
sehingga klien mengalami kesulitan untuk tidur.
6. Kognitif dan Persepsi Sensori
Kemampuan Ny. S untuk membaca dan menulis mulai terganggu sehingga klien
menggunakan kacamata (-) sebagai alat bantu, walaupun demikian klien tidak menagalami
gangguan pendengaran. Klien mengeluh mual, muntah dan nyeri pada persendian. Klien
juga sering mengalami pusing. Klien juga mengatakan mudah sekali memar dan berdarah jika
mengalami perdarahan.
7. Persepsi diri-Konsep diri
Ny. S mengaku mengalami penurunan nafsu makan sering mual dan muntah, badan
terasa lemah sehingga membuat klien merasa gelisah, cemas dan takut yang berlebihan,
bahwa penyakitnya tidak akan sembuh. Padahal klien berharap penyakitnya bisa sembuh,
karena klien merupakan seorang istri yang membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan
kerluarganya.
8. Peran dan Hubungan dengan Sesama
Ny. S adalah seorang ibu yang mempunyai 2 orang anak diantaranya 1
orang perempuan (5th) dan 1 orang anak laki-laki (3th). Klien bekerja sebagai PNS di salah
satu institusi kesehatan dibagian radiologi. Klien adalah seorang ibu yang di sayangi oleh
keluarganya, hal ini dibuktikan dengan keluarga yang setia menemaninya selama di rumah
sakit.

9. Reproduksi dan Seks


Ny. S mengaku menstruasinya tidak teratur.

10. Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap stress


Ny. S stress karena harus memikirkan penyakit yang dideritanya dan juga ia juga
memikirkan keadaan kedua anaknya yang masih kecil. Klien hanya bisa bercerita keluhannya
pada suaminya. Suaminya memberikan dukungan dan semangat kepada klien agar bisa
semangat, rajin berobat dan mengontrol makanan.
11. Nilai dan Kepercayaan
Ny. S adalah seorang muslim. Setiap harinya klien sangat rajin shalat, tidak pernah
meninggalkan shalat meskipun klien sedang sakit sekarang. Walupun klien cemas
penyakitnya tidak sembuh, akan tetapi klien yakin bahwa kilen semakin rajin shalat dan
memohon kesembuhan pada Allah SWT.
3.3 Analisis Data Senjang
Dari kasus yang ada tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang diderita
pasien.
Analisis Data
No. Data Diagnosa
1. DS : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
 Klien mengeluh badannya terasa lemah umum (anemia)
 Klien mengaku nafasnya sesak.
 Klien mengaku aktivitasnya menurun
 Klien mengaku nyeri di persendiaan dan
abdomen.
 Klien mengaku tidak nyam saat beraktivitas
 Klien mengeluh cepat merasa lelah saat
beraktivitas
 Klien mengaku sering pusing
 Klien merasa cemas dengan keadaannya.
DO
 Hb : 8 gr/dl
 Trombosit : 11.000/mm3
 RR : 26 x / menit
 TD : 90/60 mmHg
 Suhu : 37 0C
 Bibir klien tampak pucat
 Wajah klien tampak pucat
 Konjungtiva anemis

2. DS : Resiko perdarahan b.d


 Klien mengatakan menstruasinya tidak teratur trombositopenia
 Klien mengaku mudah memar saat trauma
DO :
 Trombosit : 11.000/mm3
 Hb : 8 gr/dl
 Gusi tampak berdarah
 Terdapat memar dan bercak – bercak hitam di
tangan kiri.
3. DS: Ketidakseimbangan nutrisi kurang
 Klien mengaku mengalami penurunan nafsu dari kebutuhan tubuh b.d faktor
makan biologis (anoreksia)
 Klien mengaku berat badannya turun 2 kg
semenjak sejak 1 bulan yang lalu.
 Klien mengaku adanya nyeri tekan di daerah
abdomen
 Klien mengaku hanya menghabiskan sepertiga
dari porsi makanan yabg tersedia.
 Klien mengaku sering mual dan muntah.
 Klien mengaku sering pusing.
DO :
 TD : 90/60 mmHg
 Nadi : 100x/menit
 Suhu : 37 0C
 RR : 26 x / menit
 BB : 45 Kg
 TB : 160 cm
 BMI : 17,6
 Hb : 8 gr/dl
 Klien kelihatan kurus
 Rambut klien terasa kasar
 Konjungtiva anemis
 Wajah klien tampak pucat

Perumusan NANDA,NOC,NIC sesuai kasus


No. NANDA NOC NIC
1. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Terapi aktivitas
b.d kelemahan Klien diharapkan Intervensi yang dilakukan:
umum (anemia) mampu 
untuk Kolaborasi dengan terapis dalam
menormalkan: merncanakan dan memonitor program
 Denyut nadi ketika aktivitas
beraktivitas  Tingkatkan komitmen pasien dalam
 Laju pernapasan ketika beraktivitas
beraktivitas  Bantu mengekplorasi aktivitas yang
 Tekanan darah sistolik bemanfaat bagi pasien
 Tekanan darah diastolic Bantu mengidentifikasi sumberdaya
 Kekuatan tubuh atas yang dimiliki dalam beraktivitas
 Kekuatan tubuh bawah  Bantu pasien/keluarga dalam
Daya tahan beradaptasi dengan lingkungan
Klien diharapkan  Bantu menyusun aktivitas fisik
mampu 
untuk Pastikan lingkungan aman untuk
menormalkan: pergerakan otot
 Kinerja dari rutinitas  Jelaskan aktivitas motorik untuk
 Aktivitas meningkatkan tonus otot
 Konsentrasi  Berikan reinforcemen positif selama
 Kepulihan energy beraktivitas
setelah beraktivitas  Monitor respon emosional, fisik,
 Tingkat oksigen darah sosial dan spiritual

Tingkat kegelisahan Manajemen energy


Klien diharapkan Intervensi yang dilakukan
mampu 
untuk Tentukan pembatasan aktivitas fisik
menormalkan: pasien
 Nyeri  Jelaskan tanda yang menyebabkan
 Cemas kelemahan
 Mengerang  Jelaskan penyebab kelemahan
 Stress  Jelaskan apa dan bagaimana aktivitas
 Takut yang dibutuhkan untuk membangun
 Kegelisahan energi
 Nyeri otot  Monitor intake nutrisi yang adekuat
 Meringis  Monitor respon kardiorespirasi
 Sesak nafas selama aktivitas
 Mual  Monitor pola tidur
 Muntah  Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
 Batasi stimulus lingkungan
 Anjurkan bedrest
 Lakukan ROM aktif/pasif
 Bantu pasien membuat jadwal
istirahat
 Monitor efek obat stimulan dan
depresan
 Monitor respon oksigenasi pasien

2. Resiko perdarahan Pembekuan darah Pencegahan perdarahan


b.d Klien diharapkan Intervensi yang dilakukan :
trombositopenia mampu menormalkan :  Monitor kemungkinan terjadinya
 Gumpalan pembentukan perdarahan pada pasien
 Waktu protrombin  Catat kadar HB dan Ht setelah pasien
 Hb mengalami kehilangan banyak darah
 Perdarahan  Pantau gejala dan tanda timbulnya
 Memar perdarahan yang berkelanjutan 9cek
 Petechiae sekresi pasien baik yang terlihat
maupun yang tidak disadari perawat)
 Pantau factor koagulasi, termasuk
protrombin (Pt), waktu paruh
tromboplastin (PTT), fibrinogen,
degradasi fibrin, dan kadar platelet
dalam darah)
 Pantau tanda-tanda vital, osmotic,
termasuk TD
 Atur pasien agar pasien tetap bed rest
juka masih ada indikasi pendarahan
 Atur kepatenan/ kualitas produk /
alat yang berhubungan dengan
perdarahan
 Lindungai pasien dari hal-hal yang
menimbulkan trauma dan bias
menimbulkan perdarahan
 Jangan lakukan injeksi
 Gunakan sikat gigi yang lembut
untuk perawatan oral pasien
 Gunakan alat ukur elektrik yang
memiliki pinggiran tepi saat pasien
mencukur
 Hindari tindakan invasive
 Cegah memasukkan sesuatu kedalam
lubang daerah yang mengalami
perdarahan
 Hindari pengukuran suhu secar rectal
 Jauhkan alat-alat berat disekitar
pasien
 Instruksikan pasien untuk
menghindari/ menjauhi aspirasi atau
anti koagulan yang lain
 Instruksikan pasien untuk
menghindar aspirin/ antikoagulan
yang lain
 Instruksikan pasien untuk
emngkonsumsi makanan yang
mengandung vit K
 Cegah terjadi konstipasi
 Ajarkan pasien dan keluarga untuk
mengenali tanda-gejala terjadinya
perdarahan dan tindakan pertama
untuk penanganan selama perdarahan
berlangsung

3. Ketidakseimbangan Status Nutrisi Mengontrol nafsu makan:


nutrisi kurang dari Klien diharapkan Intervensi yang dilakukuan:
kebutuhan tubuh mampu untuk  Anjurkan asupan kalori yang sesuai
b.d faktor biologis menormalkan: dengan kebutuhan dan gaya hidup.
(anoreksia)  Pemasukan nutrisi  Kontrol asupan nutrisi dan kalori.
 Pemasukan makanan  Anjurkan kepada klien untuk
 Pemasukan cairan mengkonsumsi nutrisi yang cukup.
 Energy Pengontrolan nutrisi
 Berat badan Intervensi yang dilakukuan:
 Tonus otot  Tanyakan apakah pasien mempunyai
 Hidrasi alergi terhadap makanan
 Tentukan makanan pilihan pasien
Nafsu makan  Tentukan jumlah kalori dan jenis zat
Klien diharapkan makanan yang diperlukan untuk
mampu untuk memenuhi nutrisi, ketika
menormalkan: berkolaborasi dengan ahli makanan,
 Menyeimbangkan nafsu jika diperlukan
makan  Tunjukkan intake kalori yang tepat
 Menyeimbangkan sesuai tipe tubuh dan gaya hidup
Pasokan cairan tubuh  Timbang berat badan pasien pad
 Menyeimbangkan jarak waktu yang tepat
Pasokan nutrisi tubuh Terapi Nutrisi
Weight gain behavior : Intervensi yang dilakukan :
Klien diharapkan  Monitor pemasukan cairan dan
mampu : makanan dan menghitung pemasukan
 Mengidentifikasi kalori sehari-hari
penyebab kehilangan  Bantu pasien membentuk posisi
berat badan duduk yang benar sebelum makan.
 Memilih sebuah target  Ajarkan pasien dan kelurga tentang
sehat berat badan. memilih makanan
 Mengidentifikasi
pemasukan kalori
 Memilihara suplai
nutrisi makanan dan
minuman yg adekuat
 Meningkatkan nafsu
makan

BAB IV
PEMBAHASAN

Ny. S (35 tahun) masuk RSUP M.Djamil Padang pada tanggal 11 Januari 2013
dengan keluhan sesak nafas dan badan terasa lemas. Saat dilakukan pengkajian klien
mengeluh nafsu makannya menurun, pernah pingsan. Setelah dilakukan pemeriksaan lab,
ternyata Hb klien 8 gr/dl, leukosit 8.000/mm3 dan trombosit 11.000/mm3. Klien telah
mendapat transfusi PRC 2 kholf dan trambosit 3 kholt. Dengan Hb yang rendah itu, klien
menderita anemia sehingga untuk mengatasi anemia tersebut, klien diberi transfusi PRC.
Trombosit klien juga rendah atau dikenal dengan trombositopenia, yang mudah menyebabkan
terjadinya perdarahan. Untuk meningkatkan jumlah trambositnya, klien mendapat tranfusi
trombosit. Jumlah leukosit klien dalam batas normal, yaitu 8.000/mm3. Dari ketiga gejala
tersebut klien dapat dikatakan menderita leukemia mieogenus. Secara teori pada penyakit ini,
hitungan sel darah menunjukkan penurunan eritrosit dan trombosit. Meskipun jumlah jumlah
leukosit total bisa rendah, normal ataupun tinggi.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan
yang pertama untuk klien adalah intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, karena klien
mengalami anemia. Diagnosa ini didukung oleh data sumjektif dan objektif diantaranya,
kionjungtiva klien anemis, bibir dan wajah pucat, klien pun mengatakan bahwa dia sering
merasa lelah, lemas, pusing dan mual serta muntah.
Diagnosa kedua untuk klien adalah resiko perdarahan b.d trombokinase, kerena
jumlah trombosit klien sangatlah rendah, jauh dari batas norma (150.000 – 450.000/mm3).
Trombosit berfungsi sebagai proses pembekuan darah. Jika trombosit rendah, maka darah
akan sulit membeku, sehingga akan mudah mengalami perdarahan.
Adapun diagnosa ketiga untuk klien adalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d faktor biologi (anoreksia). Klien mengalami penurunan nafsu makan, BMI klien juga
rendah yaitu 17,6 dan klien terlihat kurus. Klien juga mengalami penurunan berat badan 2 kg
selama 1 bulan. Ini menunjukkan nutrisi klien tidak adekuat.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Leukimia adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi patologis
sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan disertai infiltrasi ke organ-organ lain.
Etiologi dari leukemia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa factor
predisposisi penyabab dari leukemia, diantaranya : sel darah putih yang kemungkinan
berproliferasi secara tidak terkendali sebagai penyebab tersering, kemudian karena radiasi,
zat kimia, gangguan imunologik, virus dan factor genetik.
Sampai saat ini, leukemia merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian
yang tinggi. Adanya mediastinal massa dan infiltrasi ke CNS merupakan faktor yang
memperburuk perjalanan penyakit ini.
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada Ny. S adalah:
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (anemia)
2. Resiko perdarahan b.d trombositopenia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis (anoreksia)

5.2 Saran
Perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien agar semangat menjalani
hidup dan memberikan usaha maksimal untuk mempertahankan hidup pasien, dan
menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk
yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk selalu mengikuti terapi yang dianjurkan.
Perawat juga harus memperhatikan personal hygiene pasien untuk mengurangi dampak
bertambah parahnya penyakit leukemia pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008.Nursing
Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Elizabeth J. Corwin. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Geissler Doenges moorhouse, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom :
Markono Print Media.
http://penyakitleukemia.com/obat-tradisional-leukimia/ akses tanggal 20 Januari 2013.
http://detikautik.blogspot.com/2012/11/askep-leukimia-limfosit-kronis.html akses tanggal 20
januari 2013
www.news-medical.net/health/What-is-Leukemia-(Indonesian).aspx akses tanggal 20
Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai